P COEN
KELOMPOK 3
ANGGOTA KELOMPOK :
1. BAYU AJI ERLAMBANG
2. GATHOT PRIYAMBUDI
3. M. ANDI SAPUTRA
4. RUSTIANISA RISMATITI
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Monopoli perdagangan dan lahirnya VOC sebagai dalih persekutuan dagang
bangsa Belanda di Nusantara telah membawa dampak yang sangat beragam dari
sekian banyak kerajaan yang bertahta di wilayah Nusantara.Konflik kepentingan
antara kerajaan nusantara dengan para pendatang eropa, sedikit banyaknya telah
mempengaruhi pula pada peristiwa-peristiwa penting yang akan terjadi masa
mendatang.
Serangan pasukan Mataram, ke Batavia, 1628 dan 1629 telah menandai
perjalanan panjang konflik kerajaan di Nusantara dengan Belanda dalam hal ini
VOC. Berawal dari hubungan Mataram – Batavia 1613. kontak perdana terjadi ketika
22 september 1613, sebuah kapal Belanda yang berisi utusan Kompeni di bawah
pimpinan Jan Piterszoon Coen merapat di pelabuhan Jepara, dan kemudian Kudus
dua pelabuhan milik Mataram. Maksud dari kedatangan utusan kompeni ini adalah
untuk menjalin kerjasama antara Mataram yang terkenal sebagai penghasil beras
dan hasil bumi lainnya dengan pihak Belanda, dalam hal ini VOC 1. Soal menyoal
konflik yang terjadi antara Mataran dan kompeni akan kita bahas pada bab tersendiri.
Memahami sejarah dalam ragam perspektif memang sangat sulit. Tak terkecuali
peristiwa sejarah kontemporer sekarang ini, dengan beragam sumber dan sudut
pandang yang berbeda. Namun dalam peristiwa sejarah apapun, kita harus bisa
menempatkan objektivitas di tingkat paling atas untuk menghindari kesalahan
penulisan dan penafsiran sejarah sebagai sebuah peristiwa yang penting. Sejarah
Konflik Mataram dan VOC, menjadi sebuah langkah awal analisis kita dalam
mengkaji lebih dalam urutan peristiwa sejarah dan dampak yang tertimbulkan dari
peristiwa sejarah itu sendiri. Peristiwa ini sedikit banyaknya bisa dijadikan sebuah
acuan dalam menentukan kedudukan kita sebagai masyarakat di nusantara yang
tidak bias lepas dari peristiwa sejarah di masa lampau.
BAB II
PEMBAHASAN
Suatu usaha untuk menyerbu benteng Hollandia gagal dan oleh sebab itu
sebagai hukuman terhadap gagalnya usaha menundukkan musuh, Mandurareja dan
Upasanta, bersama-sama dengan anak-buahnya dibunuh dengan ditusuk dengan
keris atau tombak. Dengan kegagalan Mataram menduduki Batavia pada akhir tahun
1628, maka penyerbuan Mataram yang pertama berakhir pula.
D. Akhir Perang
Sultan Agung pantang menyerah dalam perseteruannya dengan VOC Belanda. Ia
mencoba menjalin hubungan dengan pasukan Kerajaan Portugis untuk bersama-sama
menghancurkan VOC. Namun hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena ia menyadari
posisi Portugis saat itu sudah lemah.
c
Dalam perkembangan selanjutnya, Perjanjian Giyanti ditandatangai oleh VOC,
Pakubuwana III, dan Pengeran Mangkubumi pada tahun 1755.
Adapun isi dari Perjanjian Giyanti adalah sebagai berikut:
Pemecahan kerajaan Mataram menjadi dua wilayah, yaitu Yogyakarta untuk
Pangeran Mangkubumi sebagai Sultan Hamengku Buwono I dan Surakarta untuk
Pakubuwana III.
Setelah perjanjian gianti terjadi perjanjian lain pun terjadi antara mataram dan
VOC, yaitu perjanjian salatiga, Perjanjian Salatiga adalah perjanjian bersejarah yang
ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1757 di Salatiga. Perjanjian ini adalah
penyelesaian dari serentetan pecahnya konflik perebutan kekuasaan yang
mengakhiri Kesultanan Mataram. Dengan berat hati Hamengku Buwono I dan Paku
Buwono III melepaskan beberapa wilayahnya untuk Raden Mas Said (Pangeran
Sambernyawa). Ngawen di wilayah Yogyakarta dan sebagian Surakarta menjadi
kekuasaan Pangeran Sambernyawa.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejak sepeninggalnya Sultan Agung VOC berhasil melemahkan mataram.
Raja Amangkurat 1 yang menggantikan sultan Agung justru melakukan kerja sama
dengan VOC. Mataram yang awalnya menjadi ancaman sekarang justru menjadi
tergantung pada VOC. Kondisi ini menyebabkan timbulnya perlawanan di Mataram,
Salah satunya dipimpin oleh Trunojoyo. Selanjutnya Mataram berada di bawah
pengaruh VOC.
B. REFERENSI
● www.academia.edu