2) Mendatangkan bantuan persenjataan, tentara, ahli dari Turki pada tahun 1567
Melalui surat yang dikirim pangeran Maurits kepada Raja Aceh, Alauddin
dengan isinya menjelek – jelekkan Portugis serta menawarkan bantuan untuk
mengusir Portugis bahkan surat ini disertai berbagai hantaran dan hadiah.
Bahkan pada tahun 1607 Aceh mengijinkan VOC untuk membuka Loji di Tiku
Sumatra Barat.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda menentang VOC dan
melakukan penyerangan terhadap VOC. Bahkan sang sultan memperkuat
pertahanannya dengan melipatgandakan kekuatan pasukannya dengan kapal –
kapal besar yang dapat mengangkut 600- 800 pasukan.
Pasukan Kavaleri dilengkapi kuda – kuda dari Persia dan menyiapkan pasukan
gajah serta misi infanteri dan menempatkan para pengawas pada pelabuhan-
pelabuhan penting yang terdiri dari panglima perang.
Sultan Iskandar menyerang malaka pada tahun 1629 tapi belum berhasil
mengusir portugis dan pada akhirnya portugis dan aceh tidak ada kalah / yang
menang namun kemudian Portugis diusir oleh VOC yang bersukutu dengan
kesultanan Johor pada tahun 1641
B. MALUKU ANGKAT SENJATA :
PERSAINGAN TERNATE & TIDORE
BERUJUNG PERSATUAN
Pada tahun 1529 Dom Jorge de Meneses dengan sekutu-sekutunya Ternate dan
Bacan menyerbu Tidore dan mengalahkan Tidore dan orang kastlia (Spanyol).
Dengan kemenangan ini Portugis menjadi semakin sombong dan sering berlaku
kasar terhadap penduduk Maluku. Hal ini menimblkan pemberontakan,
sehingga Ternate yang dulunya merupakan sekutu kini memusuhi portugis dan
meminta dari irian sampai jawa untuk mengusir portugis dari Ternate. Orang-
orang ternate mulai membakar benteng portugis di Ternate. Mereka
menempatkan kembali Dajalo ke tahta kerajaan dan membentuk pertahanan
yang kuat melawan portugis.
Oleh sebab itu, mereka mengkehendaki bantuan dari India atau tidak melakukan
perang terbuka melainkan bergerilya. Pihak Maluku mempersiapakan diri
dengan sejumlah besar pasukan, senjata api, meriam yang berjumlah antara 500-
600 buah. Untuk melindungi badannya orang-orang Maluku memakai lapisan
kulit, baju zirah, jas jas dari lempeng tembaga, topi baja, pedang, tombak dan
perisai. Senjata tersebut adalah hasil rampasan senjata dari orang portugis atau
yang di beri orang Spanyol.
Disamping senjata Eropa mreka juga mempunyai senjata pribumi. Kemudian
Galvao membawa armadanya ke depan kota tidore, dan disana mengatakan
bahwa ia datang bukan untuk berperang. Tetapi orang Tidore yang sudah siap
berperang tidak mau begitu saja mempercayainya. Orang-orang tidore mulai
menembak armadanya.
Tetapi atas perintah Galvao portugis harus mematikan lampu pada malam hari
dan tidak membalas tembakan. Pada malam berikutnya Galvao memberanikan
diri mendarat di Tidore. Pada suatu ketika ia berhadapan dengan Dajalo raja
Ternate yang memusuhi portugis. Dajalo bersenjata lengkap dan memakai baju
zirah. Tapi sial bagi Dajalo ia dapat dikalahkan dalam suatu duel pedang,
sehingga Galvao berhasil memasuki benteng Tidore. Dan dari sini Galvao
berhasil merebut koat.
Pada tanggal 28 desember 1577 rakyat Ternate berhasil mengusir portugis dari
negerinya. Orang-orang portugis pindah dekat Tahula, tidak beberapa jauh dari
tidore.
Pada tanggal 15 nopember 1582 portugis dan Spanyol di satukan di bawah Raja
Felipe II, dan raja ini menyuruh Gubrnur Jendral Spanyol yang berkedudukan di
Filipna untuk memberi bantun pada orang-orang Portugis di maluku. Orang
Spanyol mencoba merebut Ternate kembali, akan tetapi tidak berhasil, karena
tidak lama orang-orang Belanda mulai muncul di praiarn maluku di mana
Steven van der Haghen merebut benteng Portugis di Ambonia pada tanggal 23
februari 1605.
Raja Felipe II
Belanda juga merebut benteng Tidore. Karena di jaga oleh sekelompok kecil
tentara belanda, benteng Tidore berhasil di serbu Spanyol pada tahun 1606 di
bawah pimpinan Acuna. Benteng Gamulamu di rebut Spanyol, raja Ternate
Sahid Barkat di paksa menyerahkan semua benteng dari sekutsekutunya dan
melepaskan semua tawanan Kriten dan orang-orang jajahan Spanyol. Dan
Sultan dan beberapa putranya di angkut ke Mnali untuk di jadikan sandera. (
Nugroho Notosusanto, 62 : 1992)
Pada tahun 1605 orang Belanda kembali dan mereka mendapat bantuan dari
Ternate yang membenci Spanyol yang telah membawa Sultan sebagai sandera.
Dengan bantuan Ternate orang Beanda kembali menduduki Ternate dan
mendirikan benteng-benteng disana. Mereka mulai menyerang orang Spanyol di
Tidore. Belanda kemudian berhasil merebut Makin dan Motir dari Spanyol, dan
mendirikan benteng di tempat ini. Tahun 1624-1639 sering terjadi perang
Belanda dengan Spanyol di mana pihak Spanyol mengalami kekalahan. Ahirnya
kekuasaan Portugis dan Spanyol di maluku berakhir dan di gantikan oleh
Belanda. Orang-orang Portugis kemudian melarikan diri dan menetap di Ambon
sampai tahun 1605. Tahun itu Portugis dapat diusir oleh VOC dari Ambon dan
kemudian menetap di Timor Timur.
Pada tahun 1680, VOC memaksakan sebuah perjanjian baru dengan penguasa
Tidore. Kerajaan Tidore yang semula sebagai sekutu turun statusnya menjadi
vassal VOC, dan sebagai penguasa yang baru diangkatlah Putra Alam sebagai
Sultan Tidore (menurut tradisi kerajaan Tidore yang berhak sebagai sultan
semestinya adalah Pangeran Nuku).
Pangeran Nuku