Anda di halaman 1dari 2

Perlawanan Rakyat Bali

Masa Perjuangan : 1846–1905

Perjuangan Melawan : Belanda

Ringkasan perjuangan :
Sejarah Perlawanan Rakyat Bali Terhadap Belanda (1846–1905) - Di Bali timbulnya
perlawanan rakyat melawan Belanda, setelah Belanda berulang kali memaksakan kehendaknya
untuk menghapuskan hak tawan karang. Hak tawan karang yakni hak bagi kerajaan-kerajaan
Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai wilayah kekuasaan kerajaan yang
bersangkutan.
Telah berulang kali kapal Belanda hendak dirampas, namun Belanda memprotes dan
mengadakan perjanjian sehingga terbebas. Raja-raja Bali yang pernah diajak berunding ialah
Raja Klungklung dan Raja Badung (1841); Raja Buleleng dan Raja Karangasem (1843). Akan
tetapi, kesemuanya tidak diindahkan sehingga Belanda memutuskan untuk menggunakan
kekerasan dalam usaha menundukkan Bali.
Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali, pihak
Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi militer secara
besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama (1846)
dengan kekuatan 1.700 orang pasukan dan gagal dalam usaha
menundukkan rakyat Bali.
Ekspedisi kedua (1848) dengan kekuatan yang lebih
besar dari yang pertama dan disambut dengan perlawanan
oleh I Gusti Ktut Jelantik, yang telah mempersiapkan
pasukannya di Benteng Jagaraga sehingga dikenal dengan
Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun juga berhasil
digagalkan.
Kekalahan ekspedisi Belanda baik yang pertama
maupun yang kedua, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda mengirimkan ekspedisi ketiga
(1849) dengan kekuatan yang lebih besar lagi yakni 4.177 orang pasukan, kemudian
menimbulkan Perang Jagaraga II. Perang berlangsung selama dua hari dua malam (tanggal 15
dan 16 April 1849) dan menunjukkan semangat perjuangan rakyat Bali yang heroik dalam
mengusir penjajahan Belanda.
Dalam pertempuran ini, pihak Belanda mengerahkan pasukan darat dan laut yang
terbagi dalam tiga kolone. Kolone 1 di bawah pimpinan Van Swieten; kolone 2 dipercayakan
kepada La Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin oleh Poland. Setelah terjadi pertempuran
sengit, akhirnya Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Prajurit Bali dan para pemimpin
mereka termasuk I Gusti Jelantik, berhasil meloloskan diri.
Perlawanan rakyat Bali tidaklah padam. Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol
mengangkat senjata melawan Belanda, namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya, tahun
1868 terjadi lagi perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, ini pun juga mengalami
kegagalan. Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad ke-20 (1905), seluruh
Bali berada di bawah kekuasaan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai