Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALRIVAL

KELAS : XI IPS 1
Strategi Perlawanan terhadap Penjajahan Bangsa Eropa Sampai Awal Abad XX
Pada saat bangsa-bangsa Eropa hendak menguasai Nusantara, mereka harus berhadapan
dengan para penguasa lokal berupa kerajaan-kerajaan ataupun kesultanan-kesultanan yang
tersebar di wilayah Nusantara. Para penguasa lokal ini telah memiliki sistem politik dan
ekonomi sendiri serta umumnya memiliki kedaulatan. Ketika kebijakan bangsa-bangsa
penjajah ini melukai rasa keadilan, mengoyak-ngoyak martabat dan harga diri, serta
melahirkan penderitaan bagi rakyat di kerajaan kerajaan tersebut, lahirlah perlawanan.
Semangat perlawanan itu merupakan bentuk nasionalisme yang paling awal, yang di
kemudian hari menjadi fondasi bagi lahirnya kesadaran nasional. Perlawanan-perlawanan
yang terjadi sebelum lahirnya kesadaran nasional memiliki ciri-ciri yang khusus, antara lain
sebagai berikut.
 Bersifat lokal
Perlawanan hanya dilakukan tiap tiap kerajaan dan dipandang oleh kerajaan lain
sebagai masalah internal

 Bergantung pada pemimpin karismatik


Bergantung pada tokoh-tokoh karismatik, seperti seorang raja,
bangsawan, pembesar kerajaan, rakyat biasa yang berpengaruh
atau dianggap memiliki kesaktian dan kekuatan yang melebihi
manusia biasa, dan pemuka agama.

 Perlawanan yang mengandalkan kekuatan senjata


Perlawanam yang dilakukan mengangalkan senjata tradisional
khas daerahnya, seperti keris, rencong, pedang, dsb.
Sedangkan pada masa itu, persenjataan Belanda kuat, namun
semangat mereka membuat Belanda kewalahan

 Mudah dipecah - belah


Penjajah kolonial Belanda menaklukkan perlawanan-perlawanan
di Nusantara dengan cara melakukan siasat jitu. Ada yang
menganggap Belanda adalah sekutu dan juga musuh, sehingga
Nusantara lebih mudah dipecah-belah.
Perlawanan terhadap bangsa Portugis

Menurut sebagian sejarawan, sebutan “kolonialisme Portugis” untuk konteks


Nusantara tidak tepat karena Portugis hanya mengemban misi dagang, bukan menduduki
suatu wilayah (membangun koloni) kemudian membangun sistem politik dan pemerintahan
di tempat tersebut. Sebutan “kolonialisme” lebih tepat diarahkan pada VOC, Inggris, dan
pemerintah Hindia belanda. Alasannya, mereka memang bermaksud menguasai serta
mengembangkan sistem politik, ekonomi, dan militer di Nusantara (baca: membangun
koloni), yang tidak lain dimaksudkan untuk melancarkan misi ekonomi mereka. Dalam
konteks itu, kita menyebut
“perlawanan terhadap bangsa Portugis”, bukan “perlawanan terhadap kolonialisme Portugis”.
Ketika penjajahan oleh Portugis berlangsung di Indonesia, saat itu beberapa wilayah
di Indonesia masih dipimpin oleh kerajaan-kerajaan. Pada awal kedatangan Portugis ke
Indonesia, hal ini masih disambut baik oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Namun
sejak Malaka dikuasai oleh Portugis tahun 1511, terjadi persaingan dagang antara pedagang
Portugis dan pedagang Indonesia, yang menyebabkan adanya perlawanan dari rakyat
Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia yang dilakukan oleh berbagai kerajaan ini
disebabkan karena keberadaaan Portugis di Indonesia dianggap dapat menjadi ancaman bagi
rakyat Indonesia.
 Perlawanan kerajaan Aceh melawan portugis
Kerajaan Aceh adalah pihak yang melakukan perlawanan paling gigih di antara
kerajaan lain di Indonesia. Raja dari Kerajaan Aceh yang terkenal paling gigih
melakukan perlawanan pada Portugis adalah Sultan Iskandar Muda. Saat itu, Sultan
Iskandar Muda bersama Sultan Alu Mughayat Syah bersama-sama melakukan
perlawanan terhadap Portugis yang menguasai wilayah Kerajaan Aceh. Perang dan
perlawanan yang terjadi di Aceh ini dipicu oleh perebutan jalur perdagangan di Selat
Malaka

 Perlawanan Kerajaan Ternate


Kerajaan Ternate juga melakukan perlawanan terhadap Portugis, yang dipimpin oleh
Sultan Baabullah. Kedatangan Portugis ke Maluku pada awalnya disambut baik dan
Portugis membangun pos dagang di Ternate dan berharap Portugis bisa menjadi
pembeli rempah-rempah dengan harga tinggi dari Ternate. Namun saat Portugis
mengetahui kalau
Ternate menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Maluku, hal ini justru
menimbulkan masalah. Portugis berniat untuk menguasai perdagangan rempah di Ternate,
bahkan menguasai pemerintahan di Ternate. Hal ini membuat masyarakat Ternate melakukan
perlawanan untuk mengusir Portugis dari Maluku. Dengan dimpimpin oleh Sultan Baabullah,
rakyat Maluku menyerang pos-pos perdagangan dan pertahanan Potugis di Maluku. Hasilnya,
di tahun 1575, Portugis pergi dari Maluku dan Ternate mencapai puncak kejayaan di masa
pemerintahan Sultan Baabullah
Perlawanan pada masa pemerintahan kolonial Belanda
 Perang padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait
pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan
kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan.
Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan
kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang
berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat

 Perang pattimura
Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan.
Rakyat Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan
melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng
Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran, rakyat
Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura
dan Martha Christina Tiahahu.

 Perang diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini
dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat
Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang
melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830.
Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu
setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya.
Antara satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga
ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.

 Perlawanan rakyat batak


Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan
ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai
dengan penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda
sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin
menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose,
dan Belanda menguasai tanah Batak

Anda mungkin juga menyukai