Terhadap VOC
Perlawanan rakyat Makassar terhadap VOC terjadi pada tahun 1654-1655 yang
dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan
Makassar menjadi pesaing berat bagi VOC terutama dalam bidang pelayaran
dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut
terasa semakin berat untuk VOC, sehingga VOC merancang siasat dengan
berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling menguntungkan
dengan Kerajaan Makassar. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini
disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diberikan izin untuk
berdagang secara bebas.
Dalam kebudayaan bahari yang dimiliki oleh orang Makasar, mereka memiliki
filosofi bahwa secara umum laut adalah milik bersama, siapapun boleh
melayarinya. Permintaan VOC agar Sultan menerima monopoli perdagangan di
Makasar ditolak oleh Sultan Hasanuddin. Bahkan Sultan mengatakan:
Sementara itu sebagaian besar bangsawan Bugis di Wajo yang menjadi sekutu
Kerajaan Gowa-Tallo juga melakukan pengungsian setelah ibukota kerajaan di
Tosora dihancurkan oleh VOC. Peperangan yang terjadi kemudian pada
pertengahan abad ke 18 antara Kerajaan Bone melawan Kerajaan Gowa-
Tallo dan Kerajaan Wajo juga makin menambah besar jumlah penduduk yang
mengNamun para pengungsi Makassar dan Bugis generasi awal telah
beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya. Kebanyakan orang Bugis
kemudian menetap di wilayah kepulauan Riau dan Semenanjung Malaya,
sementara orang Makasar di Jawa dan Madura. Sedangkan dalam jumlah kecil
mereka menyebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
Dalam proses awal adaptasi, Andaya melihat bahwa para pengungsi Makasar
awalnya mengalami kegagalan karena sifat mereka terus memusuhi VOC,
sehingga di Jawa Timur, Karaeng Galengsung dan pengikutnya, mendukung
pemberontakan Trunojoyo melawan Mataram dan VOC, yang pada akhirnya
mengalami kekalahan pada tahun 1679. Hal yang sama juga terjadi di Banten
ketika Karaeng Bontomarannu tiba di Banten dengan 800 orang pengikutnya dan
mendapatkan tempat tinggal dari SultanB anten, sampai kemudiaan ditinggalkan
akibat perang antara VOC dan Banten tahun 1680.
Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Arung Palakka
mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan
pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar
dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa
untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun
1667.
Akibat lain dari perjanjian ini adalah semua hubungan dengan orang-orang
Makassar di daerah ini harus diputuskan. Bagi VOC, orang-orang Makassar
merupakan para pengacau dan penyulut kekacauan karena hubungan Sumbawa
dan Makassar yang telah berjalan lama. Pada 1695, orang-orang Makassar
melakukan pelarian dalam jumlah besar ke daerah Manggarai. Bahkan,
perpindahan orang-orang Makassar itu telah berlangsung sejak 1669, setelah
Kerajaan Gowa ditaklukkan VOC dan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya
pada 1667.