3. Peran Bahasa
Bahasa memiliki peran penting yang strategis dalam proses integrasi. Kepulauan
Nusantara yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang dihuni oleh aneka ragam suku dan tiap-
tiap suku tersebut memiliki bahasa masing-masing yang berbeda-beda. Untuk mempermudah
komunikasi antar suku, diperlukan satu bahasa yang menjadi bahasa perantara dan dapat
dimengerti oleh sebagian besar suku-suku yang ada di Nusantara. Persatuan sangat sulit
terjadi jika tidak memiliki alat komunikasi (bahasa) karena pada saat berkomunikasi di antara
suku yang berbeda maka akan timbul kecurigaan dan prasangka lain ataupun akan ssangat
sulit dalam menyampaikan sesuatu karena dengan bahasa yang berbeda penyaampaian akan
diterima dengan sangat sulit. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam pergaulan. Bahasa
Melayu digunakan hampir di sebagian besar pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara.
Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan
bahasa ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M,
Prasasti Talang Tuo tahun 684 M, Prasasti Kota Kapur tahun 685 M, dan Prasasti Karang
Berahi tahun 686 M. Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian, berkembanglah
bahasa Melayu ke seluruh Kepulauan Nusantara. Pada mulanya bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa dagang. Akan tetapi lambat laun bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa
perantara seluruh Kepulauan Nusantara. Di Semenanjung Malaka (Malaysia seberang), pantai
timur Pulau Sumatra, pantai barat Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, dan pantai-pantai
Kalimantan, penduduk menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan.