Anda di halaman 1dari 2

Proses Integrasi Nusantara

Pengertian Integrasi Nusantara


Integrasi adalah proses penyatuan, atau membuat sesuatu menjadi utuh kembali dalam
satu kesatuan. Integrasi suatu bangsa merupakan suatu proses historis yang sangat panjang.
Integrasi terjadi dalam suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: keterikatan
budaya satu dengan lainnya, ada persamaan kepentingan dan cita-cita, menggunakan bahasa
yang sama, mengakui sistem nilai yang sama, ada persamaan identitas, dan ada solidaritas
sebagai satu bangsa yang sama.

1. Peran Ulama dalam Proses Integrasi


Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia menyebabkan tumbuhnya kerajaan-
kerajaan Islam. Peran ulama sangat menonjol sebagai bagian dari pejabat penting dan
berpengaruh dengan sejumlah keistimewaan karena pengetahuannya di bidang ilmu agama
(Islam). Oleh para ulama Islam dijadikan sebagai satu kekuatan pemersatu dalam suatu
kerajaan. Ketika para ulama menyebarkan agama dan budaya Islam ke seluruh Nusantara
(Islamisasi) dan berhasil meng-Islamkan suatu daerah ataupunn kaum hingga lambat laun
secara tidak langsung para ulama ini menjadi pelaku dalam proses Intergarasi Nusantara
melalui ajaran Agama Islam.

2. Peran Perdagangan Antar Pulau


Proses integrasi Nusantara yang terjadi melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan
antarpulau. Sejak zaman kuno, kegiatan pelayaran dan perdagangan sudah berlangsung di
Kepulauan Nusantara (Indonesia). Pelayaran dan perdagangan itu berlangsung dari daerah
yang satu ke daerah yang lain, bahkan antara pulau yang satu dengan pulau yang lain.
Kegiatan pelayaran dan perdagangan pada umumnya berlangsung dalam waktu yang cukup
lama karena para pedagang harus menjual barang dagangngannya dan membeli barang untuk
dijual di tempat lain. Hal ini, menimbulkan pergaulan dan hubungan kebudayaan antara para
pedagang daan juga dengan penduduk setempat. Kegiatan semacam ini mendorong terjadinya
proses integrasi.
Pada mulanya penduduk di suatu pulau cukup memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
apa yang ada di pulau tersebut. Dalam perkembangannya, mereka ingin mendapatkan barang-
barang yang terdapat di pulau lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan
dagang antar pulau. Angkutan yang paling murah dan mudah adalah angkutan laut
(kapal/perahu), maka berkembanglah pelayaran dan perdagangan. Dengan demikian, terjadi
hubungan dagang antar daerah dan antarpulau. Kegiatan perdagangan antar pulau mendorong
terjadinya proses integrasi yang terhubung melalui para pedagang. Proses integrasi itu juga
diperkuat dengan berkembangnya hubungan kebudayaan. Bahkan juga ada yang diikuti
dengan perkawinan. Terjadinya pelayaran dan perdagangan antarpulau di Nusantara
(Indonesia) yang diikuti pengaruh dibidang budaya turut berperan serta mempercepat
perkembangan proses integrasi.

3. Peran Bahasa
Bahasa memiliki peran penting yang strategis dalam proses integrasi. Kepulauan
Nusantara yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang dihuni oleh aneka ragam suku dan tiap-
tiap suku tersebut memiliki bahasa masing-masing yang berbeda-beda. Untuk mempermudah
komunikasi antar suku, diperlukan satu bahasa yang menjadi bahasa perantara dan dapat
dimengerti oleh sebagian besar suku-suku yang ada di Nusantara. Persatuan sangat sulit
terjadi jika tidak memiliki alat komunikasi (bahasa) karena pada saat berkomunikasi di antara
suku yang berbeda maka akan timbul kecurigaan dan prasangka lain ataupun akan ssangat
sulit dalam menyampaikan sesuatu karena dengan bahasa yang berbeda penyaampaian akan
diterima dengan sangat sulit. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam pergaulan. Bahasa
Melayu digunakan hampir di sebagian besar pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara.
Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan
bahasa ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M,
Prasasti Talang Tuo tahun 684 M, Prasasti Kota Kapur tahun 685 M, dan Prasasti Karang
Berahi tahun 686 M. Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian, berkembanglah
bahasa Melayu ke seluruh Kepulauan Nusantara. Pada mulanya bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa dagang. Akan tetapi lambat laun bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa
perantara seluruh Kepulauan Nusantara. Di Semenanjung Malaka (Malaysia seberang), pantai
timur Pulau Sumatra, pantai barat Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, dan pantai-pantai
Kalimantan, penduduk menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan.

Anda mungkin juga menyukai