Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS

DI INDONESIA

Berabad-abad lamanya kerajaan-kerajaan kecil yang terpencar letaknya di pulau-pulau


Indonesia secara ekonomis, kultural, dan juga sewaktu-waktu secara politis telah bergabung atau
digabungkan dalam satuan-satuan yang lebih besar. Adanya komunikasi dan lalu lintas
antarkepulauan Indonesia ini sudah barang tentu dimungkinkan oleh penduduknya yang telah
mengembangkan suatu jaringan hubungan maritim yang lebih baik, didukung oleh kemajuan
teknologi kapal, keahlian navigasi, dan suatu enterprising spirit yang besar. Kegiatan laut yang
dominan dalam kehidupan bangsa kita di masa lampau tercermin dalam sebutan zaman bahari
yang sinonim dengan zaman purbakala. Sifat internasional dari pelayaran dan perdagangan telah
nampak pula pada zaman kerajaan-kerajaan Indonesia Hindu (A.B. Lapian, 2008: 1).
Hubungan dagang Nusantara dengan berbagai bangsa, bahkan pelaut-pelaut Nusantara yang
konon pernah berlayar sampai Madagaskar Afrika merupakan bukti bahwa bangsa kita sudah
memiliki peradaban dan teknologi perkapalan dan perlayaran yang sudah maju. Perdagangan
yang pada waktu itu Nusantara terkenal sebagai penghasil rempah-rempah, bahkan sampai
terdengar di Eropa. Di Eropa yang pada waktu itu belum mengenal bangsa timur dan hanya
mendapatkan rempah-rempah dari perdagangan di Konstantinopel, yang pada tahun 1453
Konstatinopel ditakhlukkan oleh orang-orang Turki Ustmani menyebabkan penghentian
perdagangan rempah-rempah di Eropa.
Akan tetapi, orang-orang Eropa, terutama orang-orang Portugis, mencapai kemajuan-kemajuan
di bidang teknologi tertentu yang kemudian melibatkan bangsa Portugis dalam salah satu
petualangan mengarungi samudra yang paling berani di sepanjang zaman yang memungkinkan
mereka berekspansi ke seberang lautan. Rempah-rempah merupakan soal kebutuhan dan juga
cita rasa. Selama musim dingin di Eropa, tidak ada satu cara pun yang dapat dilakukan agar
semua hewan ternak tetap hidup, karenanya banyak hewan ternak disembelih dan dagingnya
kemudian harus diawetkan. Untuk itu diperlukan sekali adanya garam dan rempah-rempah, serta
di antara rempah-rempah yang diimpor, cengkih dari Indonesia Timur adalah yang paling
berharga. Indonesia juga menghasilkan lada, buah pala, dan bunga pala, oleh karenanya kawasan
itulah yang menjadi tujuan utama Portugis, walaupun sampai saat itu mereka masih belum
mempunyai gambaran sedikit pun tentang letak Kepulauan Rempah Indonesia itu maupun
tentang cara mencapainya (M.C. Ricklefs, 2008: 40-41).
Kedatangan bangsa Portugis membawa dampak atau pengaruh lain bagi Indonesia dalam
bidang kebudayaan yaitu :
a. Berkembangnya agama Kristen/Katholik di Maluku yang disebarkan oleh Fransiscus Xaverius.
b. Berkembangnya musik Keroncong berasal dari Portugis.
c. Peninggalan bangunan yang berupa benteng-benteng Portugis.
d. Nama orang Indonesia menggunakan nama Portugis.
e. Benda-benda peninggalan Portugis berupa Meriam yang ditempatkan di Museum.
Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Nusantara tidak sedikit meninggalkan berbagai
peninggalan yang sampai sekarang masih dapat kita temui dan dapat kita rasakan, baik berupa
pengaruh kebudayaan, bangunan, maupun berbagai bahan makanan ataupun teknik
pengolahannya. Tetapi, lebih banyak peninggalan dari Bangsa Portugis dari pada peninggalan
Bangsa Spanyol, karena perjanjian Saragosa yang membagi daerah kekuasaan menjadi utara dan
selatan yang mengakibatkan Bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan lebih memusatkan
pada Filipina. Peninggalan tersebut antara lain:
1. Agama
Menurut Richard Z. Leirissa (1975: 7-14) Penginjilan yang pertama kali dilakukan oleh
padri-padri Portugis adalah pada tahun 1523. Pada waktu itu Antoni de Brino, Kepala orang-
orang Portugis yang kedua di Ternate, membawa pula padri-padri Franciscaan ke sana ketika ia
berangkat ke Ternate untuk menjabat kedudukan itu. Kemudian pada tahun 1534 Tristao de
Atayade, yang menjadi Kepala orang-orang Portugis sejak tahun itu, membawa pula sejumlah
padri. Mereka berhasil menjadikan seorang raja di Mindanao menjadi Kristen. Ini sangat penting
karena sampai saat itu belum ada seorang raja yang dapat di-Kristenkan di Maluku Utara. Tetapi
usaha ini kandas pada tahun 1536 karena terjadi suatu pemberontakan sehingga raja tersebut
meninggal. Perkembangan agama Katolik baru menjadi pesat sejak Antoni Galvao menjadi
Kepala (1536-40). Ia terkenal dalam sejarah Maluku oleh karena ia dapat mendamaikan Sultan
Ternate dengan pihak-pihak padri Katolik. Tetapi sebenarnya perluasan agama Katolik itu terjadi
di kepulauan Ambon-Lease, bukan di Maluku Utara sendiri. Di Ternate, Golvao berhasil
membangun suatu Seminari untuk putra-putri daerah itu. Dari antara merekalah muncul pemuka-
pemuka agama Katolik. Ketika Franciscus Xavier tiba di Maluku, ia pertama-tama mengunjungi
kepulauan Ambon-Lease yang pada waktu itu ada tujuh tempat di pulau Ambon yang
penduduknya memeluk agama Katolik berkat usaha padri-padri sebelumnya. Kemudian ia
mengadakan perjalanan pula ke pantai selatan pulau Seram dan ke Nusalaut, serta Ternate.
Kunjungan Xavier sangat berpengaruh terhadap politik kerajaan Ternate. Terjadi kemelut politik
yang mengakibatkan Sultan Hairun harus mengakui kedudukannya sebagai vasal Portugis.
Sultan Hairun kemudian mengutus Kaicili Letiato dengan suatu armada kora-kora untuk
menggempur desa-desa Kristen di Maluku Tengah. Sejak tahun 1555 memang agama Katolik
sangat maju di berbagai tempat di sini. Ini karena Xavier berhasil mengerahkan sejumlah padri
ke daerah itu. Dan sejak saat itu agama Katolik berkembang pesat di Ambon dan kepulauan
lainnya.
2. Kesenian
Balada-balada Keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari
kebudayaan Portugis (M.C. Ricklefs, 2008: 48). Keroncong pertama kali dikenalkan oleh para
pelaut asal Portugis di abad ke-16. Keroncong itu merupakan sejenis musik yang dikenal dengan
sebutan fado oleh bangsa Portugis. Di Jakarta ada musik Keroncong yang dikenal dengan
Keroncong Tugu. Jacobus Quicko, adalah seorang tokoh yang semasa hidupnya berperan
memimpin rombongan Keroncong Tugu.Banyak hal yang masih dipertahankan dalam tradisi
Keroncong Tugu, yaitu alat musik, perbendaharaan lagu (repertoar) dan kostum pemainnya. Alat
musik yang digunakan saat ini masih seperti yang digunakan tiga abad yang lalu, yaitu
keroncong, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kempul dan cello.
Tanjidor adalah permainan musik pukul yang populer di kalangan masyarakat Betawi. Bahasa
aslinya adalah tangedor, dibaca tanjedor, merupakan bahasa Portugis. Tangedor berarti seseorang
yang memainkan alat musik senar. Tanger berarti memainkan alat musik. Tradisi tanjidor
berawal dari kebiasaan bangsa Portugis memerintahkan para budaknya menghibur mereka
dengan permainan musik. Kejemuan dan kebosanan mereka menghadapi musim tropis
tersembuhkan olah para budak yang memainkan musik dari daerah asal para budak itu dengan
isntrumen musik Eropa. Mereka rata-rata menggunakan alat tiup, seperti klarinet, terompet,
terompet Prancis, kornet. Ada juga tambur Turki. Pada awalnya dimainkan lagu-lagu Eropa
karena mereka main pada waktu pesta dansa, polka, mars, lancier, dan lagu-lagu parade, tetapi
lambat laun dimainkan juga lagu-lagu dan irama-irama yang khas Betawi, tulis Paramita R
Abdurahman. Ketika para budak itu dimerdekakan, mereka menjadi kelomnpok-kelompok musik
amatir yang menamakan diri tanjidor. Dalam perkembangannya, tanjidor juga memainkan
keroncong, salah satu musik hasil pengaruh Portugis (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
2008).

2. Bangunan
Benteng Victoria yang merupakan benteng peninggalan Portugis yang dibangun di pusat
kota Ambon pada tahun 1775 M.

Ada juga benteng peninggalan Portugis yang bentuknya unik, Benteng Belgica, yaitu
benteng yang dibangun oleh Portugis tapi kemudian diduduki Belanda pada abad ke 17. Benteng
ini berada di atas perbukitan Tabaleku di sebelah barat daya Pulau Naira dan terletak pada
ketinggian 30,01 meter dari permukaan laut. Benteng yang dibangun pada tahun 1611 di bawah
pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both ini memiliki suatu keunikan. Dibangun dengan gaya
bangunan persegi lima yang berada di atas bukit, namun apabila dilihat dari semua penjuru
niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi, tetapi kalau dilihat dari udara nampak seperti bintang
persegi atau mirip dengan Gedung Pentagon di Amerika Serikat. Bahkan benteng ini dijuluki
The Indonesian Pentagon. Benteng ini sebenarnya merupakan salah satu benteng peninggalan
Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan, namun pada masa penjajahan
Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang.

Benteng Belgica.
Selain itu, di Lahayong, Solor, Flores Timur juga terdapat peninggalan Portugis berupa
reruntuhan benteng, yang karena terletak di Lahayong kemudian diberi nama Benteng Lahayong.
Reruntuhan benteng Portugis di Lohayong, Solor, Flores Timur.
Di Malaka terdapat Kota AFamosa merupakan pintu gerbang kubu di Malaka. Pintu
gerbang ini merupakan peninggalan portugis dan sebuah kubu. Kubu ini dahulu mempunyai
tembok yang panjang dan empat menara utama. Salah satunya ialah menara utama empat tingkat,
manakala yang lain merupakan bilik simpanan senjata, kediaman kapten dan juga kuarters
pegawai.
Dan masih banyak lagi bangunan-bangunan peninggalan Portugis yang sebagian besar
terdapat di Maluku, antara lain adalah Benteng Tolucco yang dibangun oleh Francisco Serao
(Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kalamata atau Benteng Santa Lucia atau Benteng Kayu
Merah yang dibangun oleh Pigafetta (Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kastela yang dibangun
oleh Antonio de Brito pada tahun 1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario.[1]

Benteng Tolucco.
Benteng Kalamata.

Benteng Kastela.
3. Nama dan Perkampungan
Di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis,
seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, da Silva, dan lain-lain (M.C.
Ricklefs, 2008: 48).
Jakarta Utara tepatnya di kecamatan Koja, di sana terdapat sekumpulan masyarakat yang
memiliki nilai-nilai kebudayaan tinggi mengenai Jakarta. Sebuah kampung yang dulu dianggap
sebagai daerah terluar dari kota Batavia ini diperuntukkan bagi para Mardijkers oleh pemerintah
Hindia Belanda yang telah dibebaskan dari tawanan peran. Mardijkers itu sendiri adalah sebutan
bagi para portugis hitam yang dibebaskan dan dikumpulkan dalam satu kampung yaitu kampung
tugu. Kampung ini dijadikan sebuah kampung kristen tertua di Indonesia bagian Barat, sebab
masyarakat yang ada di daerah ini menganut Kristen protestan dan harus meninggalkan
kepercayaan sebelumnya sebagai syarat supaya dapat di bebaskan dari tawanan perang. Untuk
sebuah komunitas kristen masyarakat kampung tugu merupakan komunitas Kristen pertama di
antara yang lainnya, hal ini menyebabkan komunitas Islam yang ada menyebut mereka sebagai
komunitas Serani yang diambil dari kata Nasrani sehingga disana dibangunlah sebuah Gereja
yang disebut Gereja Tugu sampai saat ini. Budaya Portugis masih sangat kental di kampung
Tugu, hal ini dibuktikan dengan masih fasihnya masyrakat Kampung Tugu dalam
mempergunakan bahasa Portugis dan keberadaan makam-makam Portugis di tempat itu.[2]
4. Bahasa/Kosakata
Sangat banyak kata-kata Indonesia yang berasal dari bahasa portugis, seperti pesta,
sabun, sepatu, bendera, meja, Minggu, dan lain-lain (M.C. Ricklefs, 2008: 48). Kata gereja di
Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis igreja. Puluhan gereja di Lisabonorang Portugis
menyebutnya Lisboasekarang juga disebut igreja. Misalnya sejumlah gereja terkenal di
Lisabon, yaitu Igreja de Santa Engracia, Igreja de Sao Roque, atau Igreja de Santo Antonio de
Lisboa. Menurut Gunung Agung (1970) dalam Aries (2010), bekas diplomat Portugal di
Indonesia, Antonio Pinto da Franca, dalam bukunya Portuguese Influence in Indonesia,
menginventarisasi paling tidak ada 75 kata Indonesia berasal dari Portugis. Beberapa kata
mungkin terasa asli Indonesia. Sebut misalnya, sisa dari sisa, terigu dari terigo, tempo dari
tempo. Kata lain, misalnya, bangku dari banco, beranda dari varanda, boneka dari boneca, kaldu
dari caldo, meja dari mesa, pesta dari festa. Ada juga sekolah dari escola, pigura dari figura, dan
sepatu dari sapato. Selain itu beberapa kata Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis cukup
banyak. Seperti bangku (dari kata benco), jendela (janela), meja (mesa), sepatu (sapatu), gardu
(garda), keju (aquijo), bendera (bandaera), dan topi (capyo). Dari berbagai sumber di atas
tentang beberapa bahasa Portugis yang masih digunakan dalam bahasa Indonesia adalah
pesta(festa), sabun (sabao), sepatu (sapato),
bendera (bandaera), meja (mesa), Minggu (Domingo), gereja(igreja), sisa (sisa), terigu (terigo),
tempo (tempo), bangku (banco), beranda (varanda), boneka(boneca), kaldu (caldo), sekolah (esc
ola), pigura (figura), jendela (janela), gardu (garda), keju(aquijo), topi (capyo), tanjidor (tanged
or).
Dalam Wapedia (2010) daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia
adalah algojo (algoz). arena (arena), armada (armada), aula (aula), akta (acta), bangku (banco),
banjo (banjo), Belanda (holanda), beranda (varanda), bendera (bandeira), biola (viola), bola
(bola), bolu (bolo), boneka (boneca), botol (botelha), dadu (dado), dansa (dana), dua (dua),
flores (flores: bebungaan): nama pulau Flores, gancu (gancho), garpu (garfo), gereja (igreja),
gudang (gudo), harpa (harpa), Inggris (Ingles), jendela (janela), kaldu (caldo), kampung
(campo), kanon (kanon), karambol (carambola), kartu (carto), kasur (colcho), kutang
(alcoto), keju (queijo), kemeja (camisa), kereta (carreta), kursus (cursos), kontan (contas),
kamar (camara), laguna (laguna), lambada (lambada) : sejenis tarian, legenda (legenda), lentera
(lanterna), limau (limo), lemari (almario), lampion (lampio), mandor (mandador), marakas
(maraca) (alat musik perkusi), marmot (marmota), martir (mrtir), meja (mesa), mentega
(manteiga), meski (mas que), Minggu (domingo): nama hari, juga dikenal sebagai Ahad, misa
(missa) ibadat Katolik, Natal ( Natal), nina (spt. dalam nina bobo) (menina): anak
perempuan kecil, nona (dona), nyonya (donha), ombak (onda), palsu (falso), paderi (padre):
pendeta, peluru (pellouro, boleiro), pena (pena), peniti (alfinete), Perancis (francesa), pesiar
(passear), pesero (parceiro), pesta (festa), pigura (figura), pita (fita), puisi (poesia), renda
(renda), roda (roda), ronda (ronda), rosario (rosario), Sabtu (sbado), sabun (sabo), saku
(saco), sekolah (escola), salto (salto), sepatu (sapato), silet (gilete), serdadu (soldado), sinyo
(sinh), tanjidor (tangedor), tapioka (tapioca), teledor, tembakau (tabaco), tenda (tenda), tempo
(tempo), terigu (trigo), tinta (tinta), tolol (tolo), tukar (trocar)[3]
5. Pangan dan Pertanian
Dari penjelajahan Bangsa Portugis, tidak hanya meninggalkan dampak negatif berupa
monopoli dan kolonialisme, tetapi juga dampak positif yang salah satunya adalah dalam bidang
pangan dan pertanian untuk daerah jajahannya.
Untuk memperkaya jenis-jenis pangan di daerah jajahannya, orang-orang Portugis juga
membawa berbagai bibit dan tanaman yang didapat dari sebuah negeri yang berhasih
ditaklukkan, baik di Asia maupun di Amerika, untuk ditanam di negeri lainnya yang belum
memiliki komoditas itu. Kedatangan orang Portugis yang dipimpin Antonio Galvao juga
membawa sejumlah tanaman, seperti anggur, tomat, avokad, dan ketela untuk ditanam di Maluku
(1536-1539). Sumber pangan ini disebutkan meningkatkan kualitas diet orang Maluku yang
sebelumnya dinilai buruk. Selain hal tersebut, peninggalan Portugis yang masih dapat kita
jumpai dalam bidang pangan dan pertanian di Indonesia adalah cara berkebun (menanam bunga
di pekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan makanan (acar), dan
alat-alat rumah tangga, seperti garpu. Sementara itu, kedatangan Bangsa Portugis diberbagai
tempat membuat mereka mengenal berbagai sumber makanan yang selama ini tidak mereka
kenal sebelumnya, salah satunya adalah durian. Pasukan Portugis juga mencatat sumber pangan,
cara memasak, dan juga mendeskripsikan rasanya. Berbagai sumber pangan tersebut terutama
rempah-rempah memengaruhi kuliner Bangsa Portugis hingga sekarang. Dari penjelasan di atas
apabila kita kaji, Portugis dalam penjelajahannya tidak hanya ingin mengeruk hasil rempah-
rempah saja, tetapi juga menyebarkan komoditas-komoditas baru di daerah jajahan serta
membawa komoditas-komoditas baru bagi bangsanya. Hal tersebut merupakan penyebaran
budaya yang dilakukan oleh Bangsa Portugis.

Anda mungkin juga menyukai