DI INDONESIA
2. Bangunan
Benteng Victoria yang merupakan benteng peninggalan Portugis yang dibangun di pusat
kota Ambon pada tahun 1775 M.
Ada juga benteng peninggalan Portugis yang bentuknya unik, Benteng Belgica, yaitu
benteng yang dibangun oleh Portugis tapi kemudian diduduki Belanda pada abad ke 17. Benteng
ini berada di atas perbukitan Tabaleku di sebelah barat daya Pulau Naira dan terletak pada
ketinggian 30,01 meter dari permukaan laut. Benteng yang dibangun pada tahun 1611 di bawah
pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both ini memiliki suatu keunikan. Dibangun dengan gaya
bangunan persegi lima yang berada di atas bukit, namun apabila dilihat dari semua penjuru
niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi, tetapi kalau dilihat dari udara nampak seperti bintang
persegi atau mirip dengan Gedung Pentagon di Amerika Serikat. Bahkan benteng ini dijuluki
The Indonesian Pentagon. Benteng ini sebenarnya merupakan salah satu benteng peninggalan
Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan, namun pada masa penjajahan
Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang.
Benteng Belgica.
Selain itu, di Lahayong, Solor, Flores Timur juga terdapat peninggalan Portugis berupa
reruntuhan benteng, yang karena terletak di Lahayong kemudian diberi nama Benteng Lahayong.
Reruntuhan benteng Portugis di Lohayong, Solor, Flores Timur.
Di Malaka terdapat Kota AFamosa merupakan pintu gerbang kubu di Malaka. Pintu
gerbang ini merupakan peninggalan portugis dan sebuah kubu. Kubu ini dahulu mempunyai
tembok yang panjang dan empat menara utama. Salah satunya ialah menara utama empat tingkat,
manakala yang lain merupakan bilik simpanan senjata, kediaman kapten dan juga kuarters
pegawai.
Dan masih banyak lagi bangunan-bangunan peninggalan Portugis yang sebagian besar
terdapat di Maluku, antara lain adalah Benteng Tolucco yang dibangun oleh Francisco Serao
(Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kalamata atau Benteng Santa Lucia atau Benteng Kayu
Merah yang dibangun oleh Pigafetta (Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kastela yang dibangun
oleh Antonio de Brito pada tahun 1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario.[1]
Benteng Tolucco.
Benteng Kalamata.
Benteng Kastela.
3. Nama dan Perkampungan
Di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis,
seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, da Silva, dan lain-lain (M.C.
Ricklefs, 2008: 48).
Jakarta Utara tepatnya di kecamatan Koja, di sana terdapat sekumpulan masyarakat yang
memiliki nilai-nilai kebudayaan tinggi mengenai Jakarta. Sebuah kampung yang dulu dianggap
sebagai daerah terluar dari kota Batavia ini diperuntukkan bagi para Mardijkers oleh pemerintah
Hindia Belanda yang telah dibebaskan dari tawanan peran. Mardijkers itu sendiri adalah sebutan
bagi para portugis hitam yang dibebaskan dan dikumpulkan dalam satu kampung yaitu kampung
tugu. Kampung ini dijadikan sebuah kampung kristen tertua di Indonesia bagian Barat, sebab
masyarakat yang ada di daerah ini menganut Kristen protestan dan harus meninggalkan
kepercayaan sebelumnya sebagai syarat supaya dapat di bebaskan dari tawanan perang. Untuk
sebuah komunitas kristen masyarakat kampung tugu merupakan komunitas Kristen pertama di
antara yang lainnya, hal ini menyebabkan komunitas Islam yang ada menyebut mereka sebagai
komunitas Serani yang diambil dari kata Nasrani sehingga disana dibangunlah sebuah Gereja
yang disebut Gereja Tugu sampai saat ini. Budaya Portugis masih sangat kental di kampung
Tugu, hal ini dibuktikan dengan masih fasihnya masyrakat Kampung Tugu dalam
mempergunakan bahasa Portugis dan keberadaan makam-makam Portugis di tempat itu.[2]
4. Bahasa/Kosakata
Sangat banyak kata-kata Indonesia yang berasal dari bahasa portugis, seperti pesta,
sabun, sepatu, bendera, meja, Minggu, dan lain-lain (M.C. Ricklefs, 2008: 48). Kata gereja di
Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis igreja. Puluhan gereja di Lisabonorang Portugis
menyebutnya Lisboasekarang juga disebut igreja. Misalnya sejumlah gereja terkenal di
Lisabon, yaitu Igreja de Santa Engracia, Igreja de Sao Roque, atau Igreja de Santo Antonio de
Lisboa. Menurut Gunung Agung (1970) dalam Aries (2010), bekas diplomat Portugal di
Indonesia, Antonio Pinto da Franca, dalam bukunya Portuguese Influence in Indonesia,
menginventarisasi paling tidak ada 75 kata Indonesia berasal dari Portugis. Beberapa kata
mungkin terasa asli Indonesia. Sebut misalnya, sisa dari sisa, terigu dari terigo, tempo dari
tempo. Kata lain, misalnya, bangku dari banco, beranda dari varanda, boneka dari boneca, kaldu
dari caldo, meja dari mesa, pesta dari festa. Ada juga sekolah dari escola, pigura dari figura, dan
sepatu dari sapato. Selain itu beberapa kata Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis cukup
banyak. Seperti bangku (dari kata benco), jendela (janela), meja (mesa), sepatu (sapatu), gardu
(garda), keju (aquijo), bendera (bandaera), dan topi (capyo). Dari berbagai sumber di atas
tentang beberapa bahasa Portugis yang masih digunakan dalam bahasa Indonesia adalah
pesta(festa), sabun (sabao), sepatu (sapato),
bendera (bandaera), meja (mesa), Minggu (Domingo), gereja(igreja), sisa (sisa), terigu (terigo),
tempo (tempo), bangku (banco), beranda (varanda), boneka(boneca), kaldu (caldo), sekolah (esc
ola), pigura (figura), jendela (janela), gardu (garda), keju(aquijo), topi (capyo), tanjidor (tanged
or).
Dalam Wapedia (2010) daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia
adalah algojo (algoz). arena (arena), armada (armada), aula (aula), akta (acta), bangku (banco),
banjo (banjo), Belanda (holanda), beranda (varanda), bendera (bandeira), biola (viola), bola
(bola), bolu (bolo), boneka (boneca), botol (botelha), dadu (dado), dansa (dana), dua (dua),
flores (flores: bebungaan): nama pulau Flores, gancu (gancho), garpu (garfo), gereja (igreja),
gudang (gudo), harpa (harpa), Inggris (Ingles), jendela (janela), kaldu (caldo), kampung
(campo), kanon (kanon), karambol (carambola), kartu (carto), kasur (colcho), kutang
(alcoto), keju (queijo), kemeja (camisa), kereta (carreta), kursus (cursos), kontan (contas),
kamar (camara), laguna (laguna), lambada (lambada) : sejenis tarian, legenda (legenda), lentera
(lanterna), limau (limo), lemari (almario), lampion (lampio), mandor (mandador), marakas
(maraca) (alat musik perkusi), marmot (marmota), martir (mrtir), meja (mesa), mentega
(manteiga), meski (mas que), Minggu (domingo): nama hari, juga dikenal sebagai Ahad, misa
(missa) ibadat Katolik, Natal ( Natal), nina (spt. dalam nina bobo) (menina): anak
perempuan kecil, nona (dona), nyonya (donha), ombak (onda), palsu (falso), paderi (padre):
pendeta, peluru (pellouro, boleiro), pena (pena), peniti (alfinete), Perancis (francesa), pesiar
(passear), pesero (parceiro), pesta (festa), pigura (figura), pita (fita), puisi (poesia), renda
(renda), roda (roda), ronda (ronda), rosario (rosario), Sabtu (sbado), sabun (sabo), saku
(saco), sekolah (escola), salto (salto), sepatu (sapato), silet (gilete), serdadu (soldado), sinyo
(sinh), tanjidor (tangedor), tapioka (tapioca), teledor, tembakau (tabaco), tenda (tenda), tempo
(tempo), terigu (trigo), tinta (tinta), tolol (tolo), tukar (trocar)[3]
5. Pangan dan Pertanian
Dari penjelajahan Bangsa Portugis, tidak hanya meninggalkan dampak negatif berupa
monopoli dan kolonialisme, tetapi juga dampak positif yang salah satunya adalah dalam bidang
pangan dan pertanian untuk daerah jajahannya.
Untuk memperkaya jenis-jenis pangan di daerah jajahannya, orang-orang Portugis juga
membawa berbagai bibit dan tanaman yang didapat dari sebuah negeri yang berhasih
ditaklukkan, baik di Asia maupun di Amerika, untuk ditanam di negeri lainnya yang belum
memiliki komoditas itu. Kedatangan orang Portugis yang dipimpin Antonio Galvao juga
membawa sejumlah tanaman, seperti anggur, tomat, avokad, dan ketela untuk ditanam di Maluku
(1536-1539). Sumber pangan ini disebutkan meningkatkan kualitas diet orang Maluku yang
sebelumnya dinilai buruk. Selain hal tersebut, peninggalan Portugis yang masih dapat kita
jumpai dalam bidang pangan dan pertanian di Indonesia adalah cara berkebun (menanam bunga
di pekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan makanan (acar), dan
alat-alat rumah tangga, seperti garpu. Sementara itu, kedatangan Bangsa Portugis diberbagai
tempat membuat mereka mengenal berbagai sumber makanan yang selama ini tidak mereka
kenal sebelumnya, salah satunya adalah durian. Pasukan Portugis juga mencatat sumber pangan,
cara memasak, dan juga mendeskripsikan rasanya. Berbagai sumber pangan tersebut terutama
rempah-rempah memengaruhi kuliner Bangsa Portugis hingga sekarang. Dari penjelasan di atas
apabila kita kaji, Portugis dalam penjelajahannya tidak hanya ingin mengeruk hasil rempah-
rempah saja, tetapi juga menyebarkan komoditas-komoditas baru di daerah jajahan serta
membawa komoditas-komoditas baru bagi bangsanya. Hal tersebut merupakan penyebaran
budaya yang dilakukan oleh Bangsa Portugis.