Anda di halaman 1dari 21

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 1

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................. 2

A. Latar Belakang ....................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ................................................................ 3

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................... 6

1. Kekuatan hukum Firma 6

2. Sekutu dalam pembentukan Firma .................................. 16

BAB III

PENUTUP ........................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ................................................................................. 19

B. Saran ............................................................................................ 18

DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................. 20

LAMPIRAN
2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi dan

berkumpulnya semua faktor produksi untuk digunakan dan dikoordinir demi

memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi diatas

maka dapat dilihat adanya lima unsur penting dalam sebuah perusahaan,yaitu

organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan dan cara yang menguntungkan.

Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi

perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk

perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di

pemerintah secara resmi.

Adapun perusahaan itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

A. Perusahaan Perseorangan atau disebut juga Perusahaan Individu adalah

badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat

membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tertentu. Semua

orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk

mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil,

terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang

sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Perusahaan

Perseorangan dapat berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa (Toko Swalayan,

Biro Konsultan) dan Perusahaan Industri. Contoh perusahaan perseorangan


3

seperti toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain

sebagainya.

B. Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan

Terbatas (PT), Koperasi, dan BUMN. Perseroan terbatas adalah organisasi

bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua

orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa

melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya. Di dalam

PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat

menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk

mendirikan PT / persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal

dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.

C. Perusahaan Persekutuan bukan Badan Hukum atau disebut juga Perusahaan

persekutuan yang artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau

lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis.

Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah Perusahaan

Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah (home industri), dan Perseroan

(Firma dan CV). Untuk mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan

izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.

Banyak sekali bentuk-bentuk perusahaan yang dapat kita lihat dari penjelasan

diatas. Tapi yang akan kita bahas sekarang yaitu mengenai Firma yang merupakan

salah satu contoh dari Badan Persekutuan bukan Berbadan Hukum. Kita tahu sekarang

ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang menggunakan bentuk Firma ini. Bahkan
4

Firma bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk kita dengar dan akan terus

berkembang di masa sekarang ini. Firma itu sendiri telah dibuat hukum nya

(peraturannya) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) oleh

pemerintah. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu

Firma sehingga kita dapat mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita

gunakan jika kita ingin membuka suatu usaha.

Firma dijelaskan dalam pasal 16 KUHD, Persekutuan Firma ialah tiap-tiap

persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama

bersama. Dari ketentuan pasal diatas dapat disimpulkan bahwa Persekutuan Firma

merupakan persekutuan khusus. Kekhususan itu terletak pada tiga unsur mutlak sebagai

tambahan pada Persekutuan Perdata (Maatschap), yaitu:

a. Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD)

b. Dengan nama bersama atau Firma (Pasal 16 KUHD); dan

c. Pertanggungjawaban sekutu yang bersifat pribadi untuk keseluruhan

(Pasal 18 KUHD)

Dengan demikian, Persekutuan Perdata yang unsur tambahannya kurang dari

apa yang disebutkan diatas, maka Persekutuan Perdata itu belum menjadi Persekutuan

Firma.

Molengraaff memberikan pengertian Firma dengan menggabungkan Pasal 16 dan Pasal

18 WvK, yaitu suatu perkumpulan (vereniging) yang didirikan untuk menjalankan

perusahaan di bawah nama bersama dan yang mana anggota-anggotanya tidak terbatas

tanggung jawabnya terhadap perikatan Firma dengan pihak ketiga.


5

Schilfgaarde mengatakan Persekutuan Firma sebagai persekutuan terbuka

terang-terangan (openbare vennootschap) yang menjalankan perusahaan dan tidak

mempunyai pesero komanditer.

Menurut Slagter, Firma adalah suatu perjanjian (een overeenkomst) yang

ditujukan kearah kerja sama di antara dua orang atau lebih secara terus menerus untuk

menjalankan suatu perusahaan di bawah suatu nama bersama, agar supaya memperoleh

keuntungan atas hak kebendaan bersama (gemeenschappleijk vermogensrechtelijk

voordeel) guna mencapai

2. RUMUSAN MASALAH

A. Baiagaimana kekuatan hukum dari firma?

B. Siapa saja yang menjadi sekutu dalam pembentukan firma


6

BAB II

PEMBAHASAN

1. Kekuatan Hukum Firma

Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah:

perserikatan dagang antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah

sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih

(disebut Firmant) dengan memakai nama bersama atau satu nama yang digunakan

bersama untuk memperluas usahanya. Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan

firma adalah persekutuan untuk menjalankan perusahaan dengan memakai nama

bersama. Jadi ada beberapa orang yang bersekutu untuk menjalankan suatu perusahaan.

Nama perusahaan seperti umumnya adalah nama dari salah seorang sekutu.

Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri

maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila perusahaan

mengalami kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan

pribadi mereka. Firma dapat dibentuk oleh 2 orang atau lebih yang semuanya belum

memiliki usaha. Pemiliki firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-

masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum

dalam akta pendirian perusahaan.

Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena : Tidak ada

pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutusekutu, setiap sekutu

bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Tidak ada keharusan pengesahan
7

akta pendirian oleh Menteri Kehakiman dan HAM Firma berakhir apabila jangka waktu

yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir.

Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar

lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga biasa disebut

Persekutuan ( Partnership ), sebab perusahaan yang berbentuk firma memang didirikan

oleh orang-orang atau sekutu-sekutu sebagai pemilik dari firma. Dengan demikian

pemilik firma biasa disebut anggota atau sekutu atau partner.

Perusahaan dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis

perusahaan. Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa,

juga kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntansi politik.

Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:

a. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.

b. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.

c. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.

d. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.

e. Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi

dengan harta pribadi.

f. Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.

g. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota

yang lainnya.

h. keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.

i. seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.


8

j. pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.

k. mudah memperoleh kredit usaha.

Jelas berdasarkan ciri-ciri diatas, di dalam firma semua anggota adalah pemilik

yang sekaligus merangkap pengelola yang secara langsung aktif melaksanakan usaha

perusahaan. Karena hal tersebut, maka firma memiliki beberapa karakteristik yang

berbeda dengan bentuk organisasi perusahaan yang lain. Maka dari itu, Drebin (1982)

membagi karakteristik Firma itu menjadi 5 yaitu:

1. Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan

usaha firma merupakan wakil dari anggota firma yang lain. Apabila ada

salah seorang anggota beroperasi dalam bidang usaha firma, maka secara

tidak langsung anggota tersebut mewakili anggota firma yang lain.

2. Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa anggota

memiliki umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar

berarti firma tersebut dinyatakan bubar secara hukum, demikian juga

apabila ada anggota baru yang bergabung. Firma dinyatakan masih

beroperasi atau bubar jika tidak ada perubahan dalam komposisi

keanggotaannya.

3. Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap kewajiban firma tiak

terbatas), tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan yang

dimiliki firma saja, tapi juga sampai harta milik pribadi para anggota

firma. Jadi jika dalam keadaan tertentu firma memiliki hutang pada

kreditur dan firma tersebut tidak mampu membayar karena jumlah


9

kekayaan tidak mencukupi maka kreditur berhak menagih kepada para

anggota firma sampai harta milik pribadi.

4. Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap

anggota yang sudah ditanamkan dalam firma merupakan kekayaan

bersama dan tidak dapat dipisahkan secara jelas. Masing-masing anggota

adalah sebagai pemilik bersama atas kekayaan Firma. Tanpa seijin

naggota lain, anggota lain tidak boleh menggunakan kekayaan firma. Hak

anggota terhadap kekayaan firma akan terlihat dalam saldo modal akhir

para anggota firma yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :

penanaman modal awal, penanaman modal tambahan, pengambilan prive,

penambahan dari pembagian laba, dan pengurangan dari pembagian rugi.

5. Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi

Firma akan dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi

para anggota didalam firma. Jika ada seorang anggota yang aktif

menjalankan usaha firma, maka anggota tersebut berhak atas bagian laba

yang lebih besar daripada anggota yang lain meskipun modal yang

ditanamkan lebih kecil daripada modal yangditanam oleh anggota yang

tidak aktif atau dapat ditentukan secara lain atas persetujuan anggota

lainnya. Ketentuan mengenai besarnya pembagian laba rugi ini harus

dicantumkan secara rinci dan jelas dalam akte pendirian firma tersebut.

Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta

Pendirian Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah


10

hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta

pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara. Tetapi

karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak

memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.

Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab

UndangUndang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie)

S.1847-23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan

judul Perseroan Firma Dan Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut

Perseroan Komanditer yang dimulai dari pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum

tersebut adalah sebagai berikut:

Pasal 16

(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk

melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11,

29; Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)

Pasal 17

Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk

bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat

perseroan kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan

yang tidak bersangkutan dengan perseroan, atau yang bagi para persero menurut

perjanjian tidakberwenang untuk mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan

ini. (KUHPerd.1632, 1636, 1639, 1642; KUHD 20, 26, 29, 32.)
11

Pasal 18

Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng

untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642, 1811.)

Pasal 19

Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga

perseroankomanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero

yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu

orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus

berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma di dalamnya dan perseroan

komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)

Pasal 20

Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua,

maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.)

Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan

perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.) Ia

tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya

dalam perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk

mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)

Pasal 21

Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea

kedua dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk

seluruhnya terhadap semua utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)
12

Pasal 22

Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya

kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada.

(KUHPerd. 1868, 1874, 1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)

Pasal 23

Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang

disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah

hukum tempat kedudukan perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30

dst., 38 dst.; S. 1946-135 pasal 5.)

Pasal 24

Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya

saja dari akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)

Pasal 25

Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat

memperoleh salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)

Pasal 26

(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat: nama,

nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma; pernyataan firmanya

dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah terbatas pada suatu cabang

khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir, dengan menunjukkan cabang

khusus itu; (KUHD 17.)


13

1. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama

firma;

2. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;

3. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus

dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD

27 dst.)

Pasal 27

Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu

dibawa kepada panitera. (KUHD 23.)

Pasal 28

Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat

kabar resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036; KUHD

29, 38.)

Pasal 29

(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka

perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk

segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap

tiada seorang persero pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan bertanda

tangan untuk firma itu. Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang

diumumkan, maka terhadap pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan

dengan pasal yang lalu yang dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916;

KUHD 30 dst., 39.)


14

Pasal 30

Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau

lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas

oleh bekas persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian,

para ahli warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus

dibuat akta, dan mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas

dasar dan dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan

ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal 20 alinea pertama

tidak berlaku, jikalau persero yang mengundurkan diri sebagai persero firma menjadi

persero komanditer. (KUHPerd. 1651, KUHD 26.)

Pasal 31

Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian,

atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah habis

waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam

perjanjian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta

otentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman

dalam surat kabar resmi seperti telah disebut.

Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri,

penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian

mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku

ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)
15

Pasal 32

Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai hak mengurus

harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga, kecuali

bila dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh persero (tidak termasuk para

persero komanditer) mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan suara

seorang demi seorang dengan suara terbanyak. Jika pemungutan suara macet, raad van

justitie mengambil keputusan sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak

untuk kepentingan perseroan yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22,

31, 56; Rv. 6-50, 99.)

Pasal 33

Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utang-

utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan

keperluan itu dapat menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan

oleh tiap-tiap persero menurut bagiannya masing-masing. (KUHD 18, 22.)

Pasal 34

Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan

sementara. (KUHD 33.)

Pasal 35

Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang menentukan lain,

maka buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik perseroan yang dibubarkan

itu tetap ada pada persero yang terpilih dengan suara terbanyak atau yang ditunjuk oleh

raad van justitie karena macetnya pemungutan suara, dengan tidak mengurangi
16

kebebasan para persero atau para penerima hak untuk melihatnya. (KUHPerd. 1801

dst., 1652, 1885; KUHD 12, 56.)

2. Sekutu didalam Pembentukan Firma

Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu

komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan

mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab

pribadi untuk keseluruhan. Hubungan antara sekutu baik secara intern maupun ekstern

setidaknya telah diatur dalam Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang

menjelaskan, tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak

untuk bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, pula

untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala

tindakan yang tidak bersangkut-pautan dengan perseroan tersebut, atau yang para

persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam ketentuan diatas. Meskipun

sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk

mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan

sifat tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18

KUHD.

Sekutu Firma sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CF, yaitu:

1. Para sekutu bertugas untuk mengurus perusahaan.

2. Para sekutu berhubungan dengan pihak ketiga.

3. Memiliki tanggung jawab tidak terbatas.


17

Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu aktif, yaitu

sekutu yang bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab tidak terbatas atau

pribadi. Tugas dari sekutu ini sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi berbeda

dalam hal tanggung jawabnya. Pada Firma tanggung jawab tidak terbatas pada tiap-tiap

anggota secara tanggung-menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atas

perikatan Firma yang disebut dengan tanggung jawab solider.

Cara menggunakan nama bersama:

a. Nama seorang sekutu (Mis: Firma H. Mulyadi)

b. Nama seorang sekutu dengan tambahan (Mis:Firma H. Mulyadi & Brothers

(disingkat Fa. H. Mulyadi & Bros), artinya perusahaan persekutuan ini

beranggotakan Hasan serta saudara-saudaranya).

c. Kumpulan nama semua sekutu (Mis: Firma Mulyadi/Hasan, Mira, Ana dan

Rusli).

d. Nama lain berupa tujuan perusahaan. (Mis: Firma Butik Chloe) berusaha di

bidang butik.

Hubungan hukum antara sekutu Firma :

Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang ditunjuk

sebagai pengurus Firma.

Semua sekutu berhak melihat dan mengontrol pembukuan Firma (pasal 12

KUHD).

Semua sekutu memberikan persetujuan, jika Firma menambah sekutu baru (ps.

1641 BW).
18

Penggantian kedudukan sekutu diperkenankan, jika diatur dalam akta pendirian.

Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur

Firma dan pemenuhannya disediakan dari kas Firma.

Hubungan Hukum antara sekutu Firma dengan Pihak Ketiga:

Sekutu yang telah keluar secara sah, masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas

dasar perjanjian yang belum diselesaikan pembayarannya.

Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi

kepentingan persekutuan, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari

kewenangannya (pasal 17 KUHD).

Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan Firma,

meskipun dibuat oleh sekutu lain, termasuk karena perbuatan melawan hukum

(ps.18 KUHD)

Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan Firma tidak ada

(karena tidak ada akta pendirian), maka pihak ketiga itu dapat membuktikan

adanya Firma dengan segala macam alat pembuktian (pasal 22 KUHD).

Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur

Firma dan pemenuhannya disediakan dari kas Firma.

Pada firma, kepribadian para sekutu yang bersifat kekeluargaan sangat

diutamakan. Hal ini dapat dimaklumi karena sekutu dalam persekutuan firma adalah

anggota keluarga ataupun teman sejawat, yang bekerja sama secara aktif menjalankan

perusahaan mencari keuntungan bersama dengan tanggung jawab bersama secara

pribadi.
19

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab

UndangUndang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor

Indonesie) S.1847-23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2

dalam KUHD dengan judul Perseroan Firma Dan Perseroan Dengan Cara

meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer yang dimulai dari

pasal 16 sampai 35.

2. Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu

komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan

dan mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga

bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan. Adapun yang dimaksud

dengan sekutu komplementer adalah sekutu aktif, yaitu sekutu yang

bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab tidak terbatas atau

pribadi. Tugas dari sekutu ini sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi

berbeda dalam hal tanggung jawabnya.

B. Saran

Dalam persekutuan firma terkait kepastian hukum yang diberikan sudah

jelas terkait dengan proses pembentukannya maupun legalitas dalam pembuatan

akta yang dibuat dihadapan notary yang disebut akta otentik.


20

Tanggung jawab para sekutu firma haruslah lebih melihat pada peraturan

yang ada guna lebih memberikan kenyamanan dalam membuat satuan usaha

yang saling menguntungkan semua pihak.


21

DAFTAR PUSTAKA

Rudhi Prasetya, 2002, Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Johanes Ibrahim,2006, Hukum Organisasi Perusahaan, Pola Kemitraan dan Badan

Hukum, Reflika Aditama, Bandung.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Anda mungkin juga menyukai