Anda di halaman 1dari 8

Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Nusantara tidak sedikit meninggalkan berbagai peninggalan yang

sampai sekarang masih dapat kita temui dan dapat kita rasakan, baik berupa pengaruh kebudayaan,
bangunan, maupun berbagai bahan makanan ataupun teknik pengolahannya. Tetapi, lebih banyak
peninggalan dari Bangsa Portugis dari pada peninggalan Bangsa Spanyol, karena perjanjian Saragosa
yang membagi daerah kekuasaan menjadi utara dan selatan yang mengakibatkan Bangsa Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan lebih memusatkan pada Filipina.

A. Portugis

1.Agama

Menurut Richard Z. Leirissa (1975: 7-14) Penginjilan yang pertama kali dilakukan oleh padri-padri[3]
Portugis adalah pada tahun 1523. Pada waktu itu Antoni de Brino, Kepala orang-orang Portugis yang
kedua di Ternate, membawa pula padri-padri Franciscaan ke sana ketika ia berangkat ke Ternate untuk
menjabat kedudukan itu. Kemudian pada tahun 1534 Tristao de Atayade, yang menjadi Kepala orang-
orang Portugis sejak tahun itu, membawa pula sejumlah padri. Mereka berhasil menjadikan seorang raja
di Mindanao menjadi Kristen. Ini sangat penting karena sampai saat itu belum ada seorang raja yang
dapat di-Kristenkan di Maluku Utara. Tetapi usaha ini kandas pada tahun 1536 karena terjadi suatu
pemberontakan sehingga raja tersebut meninggal. Perkembangan agama Katolik baru menjadi pesat
sejak Antoni Galvao menjadi Kepala (1536-40). Ia terkenal dalam sejarah Maluku oleh karena ia dapat
mendamaikan Sultan Ternate dengan pihak-pihak padri Katolik. Tetapi sebenarnya perluasan agama
Katolik itu terjadi di kepulauan Ambon-Lease, bukan di Maluku Utara sendiri. Di Ternate, Golvao berhasil
membangun suatu Seminari untuk putra-putri daerah itu. Dari antara merekalah muncul pemuka-
pemuka agama Katolik. Ketika Franciscus Xavier[4] tiba di Maluku, ia pertama-tama mengunjungi
kepulauan Ambon-Lease yang pada waktu itu ada tujuh tempat[5] di pulau Ambon yang penduduknya
memeluk agama Katolik berkat usaha padri-padri sebelumnya. Kemudian ia mengadakan perjalanan
pula ke pantai selatan pulau Seram dan ke Nusalaut, serta Ternate. Kunjungan Xavier sangat
berpengaruh terhadap politik kerajaan Ternate. Terjadi kemelut politik yang mengakibatkan Sultan
Hairun harus mengakui kedudukannya sebagai vasal Portugis. Sultan Hairun kemudian mengutus Kaicili
Letiato dengan suatu armada kora-kora untuk menggempur desa-desa Kristen di Maluku Tengah. Sejak
tahun 1555 memang agama Katolik sangat maju di berbagai tempat di sini. Ini karena Xavier berhasil
mengerahkan sejumlah padri ke daerah itu. Dan sejak saat itu agama Katolik berkembang pesat di
Ambon dan kepulauan lainnya.

2.Kesenian
Balada-balada Keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan
Portugis (M.C. Ricklefs, 2008: 48). Keroncong pertama kali dikenalkan oleh para pelaut asal Portugis di
abad ke-16. Keroncong itu merupakan sejenis musik yang dikenal dengan sebutan fado oleh bangsa
Portugis (Andrie Yudhistira, 2010). Di Jakarta ada musik Keroncong yang dikenal dengan Keroncong
Tugu. Jacobus Quicko, adalah seorang tokoh yang semasa hidupnya berperan memimpin rombongan
Keroncong Tugu.Banyak hal yang masih dipertahankan dalam tradisi Keroncong Tugu, yaitu alat musik,
perbendaharaan lagu (repertoar) dan kostum pemainnya. Alat musik yang digunakan saat ini masih
seperti yang digunakan tiga abad yang lalu, yaitu keroncong, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kempul
dan cello.

Tanjidor adalah permainan musik pukul yang populer di kalangan masyarakat Betawi. Bahasa aslinya
adalah tangedor, dibaca tanjedor, merupakan bahasa Portugis. Tangedor berarti seseorang yang
memainkan alat musik senar. Tanger berarti memainkan alat musik. Tradisi tanjidor berawal dari
kebiasaan bangsa Portugis memerintahkan para budaknya menghibur mereka dengan permainan musik.
Kejemuan dan kebosanan mereka menghadapi musim tropis tersembuhkan olah para budak yang
memainkan musik dari daerah asal para budak itu dengan isntrumen musik Eropa. Mereka rata-rata
menggunakan alat tiup, seperti klarinet, terompet, terompet Prancis, kornet. Ada juga tambur Turki.
Pada awalnya dimainkan lagu-lagu Eropa karena mereka main pada waktu pesta dansa, polka, mars,
lancier, dan lagu-lagu parade, tetapi lambat laun dimainkan juga lagu-lagu dan irama-irama yang khas
Betawi, tulis Paramita R Abdurahman. Ketika para budak itu dimerdekakan, mereka menjadi
kelomnpok-kelompok musik amatir yang menamakan diri tanjidor. Dalam perkembangannya, tanjidor
juga memainkan keroncong, salah satu musik hasil pengaruh Portugis (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, 2008).
3.Bangunan

Benteng Victoria yang merupakan benteng peninggalan Portugis yang dibangun di pusat kota Ambon
pada tahun 1775 M.

Benteng Victoria.

Ada juga benteng peninggalan Portugis yang bentuknya unik, Benteng Belgica, yaitu benteng yang
dibangun oleh Portugis tapi kemudian diduduki Belanda pada abad ke 17. Benteng ini berada di atas
perbukitan Tabaleku di sebelah barat daya Pulau Naira dan terletak pada ketinggian 30,01 meter dari
permukaan laut. Benteng yang dibangun pada tahun 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter
Both ini memiliki suatu keunikan. Dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas
bukit, namun apabila dilihat dari semua penjuru niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi, tetapi kalau
dilihat dari udara nampak seperti bintang persegi atau mirip dengan Gedung Pentagon di Amerika
Serikat. Bahkan benteng ini dijuluki The Indonesian Pentagon. Benteng ini sebenarnya merupakan salah
satu benteng peninggalan Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan, namun pada masa
penjajahan Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang (Wta,
2008).

Benteng Belgica.
Ada juga yaitu Benteng Otanaha. Benteng yang terletak di Kelurahan Dembe, Kota Gorontalo memiliki
tiga bangunan yakni Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu yang dibangun sekitar 1522 atas prakarsa
Raja Ilato dan para nakhoda Portugal yang singgah di wilayah tersebut. Benteng Otanaha terletak di atas
sebuah bukit, dan memiliki empat tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak hingga
sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan, dimana dari dasar
ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke
persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara
ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.

Benteng Otanaha.

Selain itu, di Lahayong, Solor, Flores Timur juga terdapat peninggalan Portugis berupa reruntuhan
benteng, yang karena terletak di Lahayong kemudian diberi nama Benteng Lahayong.

Reruntuhan benteng Portugis di Lohayong, Solor, Flores Timur.

Di Malaka terdapat Kota AFamosa merupakan pintu gerbang kubu di Malaka. Pintu gerbang ini
merupakan peninggalan portugis dan sebuah kubu. Kubu ini dahulu mempunyai tembok yang panjang
dan empat menara utama. Salah satunya ialah menara utama empat tingkat, manakala yang lain
merupakan bilik simpanan senjata, kediaman kapten dan juga kuarters pegawai (Lia, 2010).
Ada juga peninggalan berupa gereja, yaitu Gereja St. Paul merupakan sebuah gereja yang terletaknya di
Bandar Hilir, Melaka. Ia dibina oleh Kapten Portugis yang bernama Duarte Coelho pada tahun 1521 dan
dinamakan Our Lady of The Hill.Gereja ini kemudiannya ditukar oleh pihak Belanda kepada tempat
persemadian bangsawan dan di namakan gereja St. Paul. St. Francis Xavier telah dipelihara di dalam
perkuburan terbuka pada tahun 1553 sebelum dibawa dengan kapal ke Goa, India (Lia, 2010).

Dan masih banyak lagi bangunan-bangunan peninggalan Portugis yang sebagian besar terdapat di
Maluku, antara lain adalah Benteng Tolucco yang dibangun oleh Francisco Serao (Portugis) pada tahun
1540, Benteng Kalamata atau Benteng Santa Lucia atau Benteng Kayu Merah yang dibangun oleh
Pigafetta (Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kastela yang dibangun oleh Antonio de Brito pada tahun
1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario (Matahati, 2009).

Benteng Tolucco.

Benteng Kalamata.

Benteng Kastela.

4.Nama dan Perkampungan


Di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis, seperti da Costa,
Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, da Silva, dan lain-lain (M.C. Ricklefs, 2008: 48).

Menurut Abang & None Jakarta Utara (2010), di Jakarta Utara tepatnya di kecamatan Koja, di sana
terdapat sekumpulan masyarakat yang memiliki nilai-nilai kebudayaan tinggi mengenai Jakarta. Sebuah
kampung yang dulu dianggap sebagai daerah terluar dari kota Batavia ini diperuntukkan bagi para
Mardijkers oleh pemerintah Hindia Belanda yang telah dibebaskan dari tawanan peran. Mardijkers itu
sendiri adalah sebutan bagi para portugis hitam yang dibebaskan dan dikumpulkan dalam satu kampung
yaitu kampung tugu. Kampung ini dijadikan sebuah kampung kristen tertua di Indonesia bagian Barat,
sebab masyarakat yang ada di daerah ini menganut Kristen protestan dan harus meninggalkan
kepercayaan sebelumnya sebagai syarat supaya dapat di bebaskan dari tawanan perang. Untuk sebuah
komunitas kristen masyarakat kampung tugu merupakan komunitas Kristen pertama di antara yang
lainnya, hal ini menyebabkan komunitas Islam yang ada menyebut mereka sebagai komunitas Serani
yang diambil dari kata Nasrani sehingga disana dibangunlah sebuah Gereja yang disebut Gereja Tugu
sampai saat ini. Budaya Portugis masih sangat kental di kampung Tugu, hal ini dibuktikan dengan masih
fasihnya masyrakat Kampung Tugu dalam mempergunakan bahasa Portugis dan keberadaan makam-
makam Portugis di tempat itu.

5.Bahasa/Kosakata

Sangat banyak kata-kata Indonesia yang berasal dari bahasa portugis, seperti pesta, sabun, sepatu,
bendera, meja, Minggu, dan lain-lain (M.C. Ricklefs, 2008: 48). Menurut Aries (2010), kata gereja di
Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis igreja. Puluhan gereja di Lisabonorang Portugis
menyebutnya Lisboasekarang juga disebut igreja. Misalnya sejumlah gereja terkenal di Lisabon, yaitu
Igreja de Santa Engracia, Igreja de Sao Roque, atau Igreja de Santo Antonio de Lisboa. Menurut Gunung
Agung (1970) dalam Aries (2010), bekas diplomat Portugal di Indonesia, Antonio Pinto da Franca, dalam
bukunya Portuguese Influence in Indonesia, menginventarisasi paling tidak ada 75 kata Indonesia
berasal dari Portugis. Beberapa kata mungkin terasa asli Indonesia. Sebut misalnya, sisa dari sisa, terigu
dari terigo, tempo dari tempo. Kata lain, misalnya, bangku dari banco, beranda dari varanda, boneka
dari boneca, kaldu dari caldo, meja dari mesa, pesta dari festa. Ada juga sekolah dari escola, pigura dari
figura, dan sepatu dari sapato. Selain itu beberapa kata Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis
cukup banyak. Seperti bangku (dari kata benco), jendela (janela), meja (mesa), sepatu (sapatu), gardu
(garda), keju (aquijo), bendera (bandaera), dan topi (capyo) (Alwi Shahab, 2006). Dari berbagai sumber
di atas tentang beberapa bahasa Portugis yang masih digunakan dalam bahasa Indonesia adalah pesta
(festa), sabun (sabao), sepatu (sapato), bendera (bandaera), meja (mesa), Minggu (Domingo[6]), gereja
(igreja), sisa (sisa), terigu (terigo), tempo (tempo), bangku (banco), beranda (varanda), boneka (boneca),
kaldu (caldo), sekolah (escola), pigura (figura), jendela (janela), gardu (garda), keju (aquijo), topi (capyo),
tanjidor (tangedor).

Dalam Wapedia (2010) daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia adalah algojo
(algoz). arena (arena), armada (armada), aula (aula), akta (acta), bangku (banco), banjo (banjo), Belanda
(holanda), beranda (varanda), bendera (bandeira), biola (viola), bola (bola), bolu (bolo), boneka
(boneca), botol (botelha), dadu (dado), dansa (dana), dua (dua), flores (flores: bebungaan): nama pulau
Flores, gancu (gancho), garpu (garfo), gereja (igreja), gudang (gudo), harpa (harpa), Inggris (Ingles),
jendela (janela), kaldu (caldo), kampung (campo), kanon (kanon), karambol (carambola), kartu (carto),
kasur (colcho), kutang (alcoto), keju (queijo), kemeja (camisa), kereta (carreta), kursus (cursos),
kontan (contas), kamar (camara), laguna (laguna), lambada (lambada) : sejenis tarian, legenda (legenda),
lentera (lanterna), limau (limo), lemari (almario), lampion (lampio), mandor (mandador), marakas
(maraca) (alat musik perkusi), marmot (marmota), martir (mrtir), meja (mesa), mentega (manteiga),
meski (mas que), Minggu (domingo): nama hari, juga dikenal sebagai Ahad, misa (missa) ibadat Katolik,
Natal ( Natal), nina (spt. dalam nina bobo) (menina): anak perempuan kecil, nona (dona), nyonya
(donha), ombak (onda), palsu (falso), paderi (padre): pendeta, peluru (pellouro, boleiro), pena (pena),
peniti (alfinete), Perancis (francesa), pesiar (passear), pesero (parceiro), pesta (festa), pigura (figura),
pita (fita), puisi (poesia), renda (renda), roda (roda), ronda (ronda), rosario (rosario), Sabtu (sbado),
sabun (sabo), saku (saco), sekolah (escola), salto (salto), sepatu (sapato), silet (gilete), serdadu
(soldado), sinyo (sinh), tanjidor (tangedor), tapioka (tapioca), teledor, tembakau (tabaco), tenda
(tenda), tempo (tempo), terigu (trigo), tinta (tinta), tolol (tolo), tukar (trocar)

6.Pangan dan Pertanian

Dari penjelajahan Bangsa Portugis, tidak hanya meninggalkan dampak negatif berupa monopoli dan
kolonialisme, tetapi juga dampak positif yang salah satunya adalah dalam bidang pangan dan pertanian
untuk daerah jajahannya.

Untuk memperkaya jenis-jenis pangan di daerah jajahannya, orang-orang Portugis juga membawa
berbagai bibit dan tanaman yang didapat dari sebuah negeri yang berhasih ditaklukkan, baik di Asia
maupun di Amerika, untuk ditanam di negeri lainnya yang belum memiliki komoditas itu. Kedatangan
orang Portugis yang dipimpin Antonio Galvao juga membawa sejumlah tanaman, seperti anggur, tomat,
avokad, dan ketela untuk ditanam di Maluku (1536-1539). Sumber pangan ini disebutkan meningkatkan
kualitas diet orang Maluku yang sebelumnya dinilai buruk. Selain hal tersebut, peninggalan Portugis
yang masih dapat kita jumpai dalam bidang pangan dan pertanian di Indonesia adalah cara berkebun
(menanam bunga di pekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan makanan
(acar), dan alat-alat rumah tangga, seperti garpu. Sementara itu, kedatangan Bangsa Portugis diberbagai
tempat membuat mereka mengenal berbagai sumber makanan yang selama ini tidak mereka kenal
sebelumnya, salah satunya adalah durian. Pasukan Portugis juga mencatat sumber pangan, cara
memasak, dan juga mendeskripsikan rasanya. Berbagai sumber pangan tersebut terutama rempah-
rempah memengaruhi kuliner Bangsa Portugis hingga sekarang. Hal tersebut dilakukan karena Kerajaan
Portugis memang meminta agar berbagai jenis tanaman dan hewan dikumpulkan dan dikirim ke
negerinya ketika pasukan kembali ke Lisabon[7] (Agung Setyahadi, 2008).

Dari penjelasan di atas apabila kita kaji, Portugis dalam penjelajahannya tidak hanya ingin mengeruk
hasil rempah-rempah saja, tetapi juga menyebarkan komoditas-komoditas baru di daerah jajahan serta
membawa komoditas-komoditas baru bagi bangsanya. Hal tersebut merupakan penyebaran budaya
yang dilakukan oleh Bangsa Portugis.

Anda mungkin juga menyukai