TAHUN 2023
Pernyataan 1
Jawaban:
Penjelasan:
● Agama Katolik masuk ke Maluku bersama dengan kedatangan orang-orang
Portugis pada tahun 1522. Portugis menduduki Maluku tahun 1522 dan langsung
mewartakan Injil. Namun, kepentingan politik-perdagangan adalah yang utama,
sehingga aktivitas penginjilan praktis selalu dinomorduakan. Para imam yang
menyertai rombongan, praktis hampir tak berperan sedikitpun. Ketika itu para sultan
sudah memeluk agama Islam. Di Ambon, misalnya armada Portugis pernah
mendapat undangan oleh pimpinan suku setempat untuk melindungi diri. Kekuatan
mereka mengesankan para penduduk setempat: ada yang menginginkan kehadiran
Portugis, ada yang menentang. Khususnya mereka yang sudah memeluk agama
Islam menolak kehadiran mereka. Akibatnya, ada perbedaan sikap antara yang
sudah Islam dan yang masih menganut agama asli. Portugis pun memutuskan
untuk mendirikan benteng di Ambon, dan masuk pulalah agama Katolik di antara
mereka. Siapa para misionaris yang mewartakan injil kepada mereka tidak jelas.
Yang pasti bahwa di setiap benteng selalu tersedia seorang pastor atau Vicarius
untuk melayani kebutuhan rohani orang-orang Portugis.
● · Tahun 1580-1640 Portugis dan Spanyol berada di bawah satu raja. Aktivitas
Gereja Katolik banyak dibatasi dan juga didukung dengan kebijaksanaan politis
Portugal (1580) dan Spanyol (1663). Kehadiran Portugal dan Spanyol (dan kemudian
Belanda) tidak bisa dilepaskan dari situasi sosial-politik di Eropa dan kondisi
keagamaan pada khususnya.
Pernyataan 2
Jawaban:
1. Pengertian Istilah
Clandestine, apa artinya? Secara harafiah merupakan sebuah gerakan bawah tanah atau
gerakan tersembunyi, atau kegiatan gelap. Gereja Katolik Clandestine berarti Gereja yang
melakukan aktivitasnya secara sembunyi-sembunyi, tertutup, tidak terang-terangan. Dalam
misi Jesuit di Maluku, khususnya di Siau, Gereja Katolik mendapatkan tekanan oleh VOC.
VOC melarang segala sesuatu yang berbau Katolik, sehingga aktivitas Kekatolikan
dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi.
2. Penjelasan
● 1605: VOC merebut benteng Portugis di Tidore dan Ambon. [Ternate dan Tidore
adalah dua kerajaan yang bermusuhan. Pada awalnya, Portugis memilih tawaran
Ternate untuk bersekutu lalu mendirikan benteng di sana. Setelah peristiwa
pembunuhan Raja Ternate: Sultan Hairun, balas dendam anaknya membuat Portugis
terusir dan kemudian ditampung oleh Tidore. Di Tidore ini, Portugis kembali
mendirikan benteng yang pada 1605 ini direbut VOC.]
● Dampak perebutan benteng: Semua misionaris ditahan atau diusir. Pribumi yang sudah
jadi Katolik diberi pilihan: jika ingin tinggal, harus melepaskan iman Katolik. Jika ingin
tetap Katolik, harus pergi ke Filipina.
● Ada daerah kecil bernama Siau yang rajanya (bernama Francisco Xavier Batahi) telah
menjadi Katolik, sejumlah orang Katolik bertahan dan berlindung bersama dengan dua
misionaris Jesuit.
● Setelah banyak kali gagal, armada Spanyol dari Manila berhasil menduduki Ternate
pada 1606, sehingga berkuasa secara politis-militer. Namun, secara Gerejani, masih di
bawah Portugis (diosis Malaka). Portugis di Asia mundur pada 1652, barulah kuasa
gerejani Maluku diserahkan ke Spanyol.
● Pada 1652 bersama Spanyol ini, Jesuit yang dibuang, datang kembali ke Maluku,
bersama Dominikan, Fransiskan, dan Agustinian. Jesuit adalah Portugis, sedangkan
tarekat-tarekat lain adalah Spanyol – muncul sentiment nasionalisme untuk kerja sama
sesama bangsa, Jesuit sendirian. Di sisi lain, raja-raja Ternate dan Tidore melarang
kegiatan misi, terlebih ada ancaman dari VOC. VOC memblokade lalu lintas laut,
sehingga armada Spanyol beserta misionaris terisolir.
● Spanyol mundur karena benteng Manila terancam oleh armada Cina pada tahun 1662-
1663 (bagi mereka, Maluku tidak menguntungkan dibanding Filipina, sehingga semua
pasukan Spanyol di Maluku ditarik). Kesetiaan Raja Siau yang Katolik kepada
Sapanyol membuat Spanyol meninggalkan beberapa orang, termasuk Yesuit untuk tetap
bermisi.
● Pada tahun 1677, VOC menyerang benteng Makassar sebagai pusat penyeludupan ke
Wilayah Maluku dan mengusir semua pedagang asing. Dari benteng Makasar, VOC
bergerak dan menyerang Kerajaan Siau, dan menjadi akhir misi Katolik dan Jesuit di
Maluku. VOC melarang total adanya kehadiran asing betapapun kecilnya. Rombongan
misionaris Katolik terakhir meninggalkan pulau Siau, menjadi tanda berakhirnya
kehadiran Gereja Katolik di kawasan Maluku dan Nusantara. Mulailah masa
clandestine.
● Point 4 dan 5 dokumen yang dipaksakan untuk ditandatangani Raja Siau pada 9
November 1677:
4. Tidak mentolelir agama selain Kristen Calvinis, dan semua benda-benda rohani
Katolik yang dipandang sebagai berhala harus disingkirkan/dibuang/dibakar.
5. Semua pengikut Paus (orang Katolik) tidak diizinkan tinggal di wilayah kerajaan
Siau, atau menghukum mereka sebagai pengacau keamanan.
Selama periode VOC, Belanda, yang mayoritas beragama Protestan, memiliki kebijakan yang
tidak mendukung Gereja Katolik. Karena itu, Gereja Katolik di Indonesia harus beroperasi
secara rahasia. Meski demikian, ada beberapa alasan mengapa periode ini sangat penting bagi
kelanjutan Gereja Katolik:
Pernyataan 3
Jawaban:
Pernyataan 4
(1) Mgr. Nelissen, 1807-1817; (2) Mgr. Lijnen, 1817-1830; (3) Mgr.
Scholten, 1830-1842
1. Wilayah.
2. Policy.
4. Masalah internal.
Pernyataan 5
Pernyataan 6
Dengan adanya nota der punten, Mgr. Vrancken dan para misionaris
Jesuit dapat membuka stasi-stasi baru di antara pribumi tanpa
mengabaikan pelayanan di antara komunitas-komunitas Eropa dengan
mulai melibatkan pelayanan kongregasi religius lain.
Jawaban:
Pengertian istilah:
Nota der punten adalah kesepakatan yang dibuat oleh pemerintah dan
gereja pada tahun 1547 dalam menanggapi konflik otoritas yang
disebabkan oleh Mgr. Grooff yang itu menjadi vikaris apostolik di
Suriname (KHK, ultramontanis) dan Rochussen penguasa tertinggi
(febronianits). Di dalam nota der punten termuat beberapa hal berikut ini:
Nota der punten: blessing in disguise;
-Tetap butuh het radicaal, tetapi jumlah misionaris itu urusan gereja,
Penjelasan:
a. Re-organisasi
b. Pendidikan anak
Pernyataan 7
Jawaban:
Pengertian istilah:
Duble zending adalah hadirnya dua misi yang berbeda yakni misi dari
gereja katolik dan protestan dalam satu daerah yang sama, misalnya
misi di Bangka (1853) dan Flores (1859)
b. Gereja di Flores
c. Gereja di Minahasa
Pernyataan 8
Jawaban:
Pernyataan 9
Jawaban:
Untuk memfokuskan upaya mereka pada karya misi di antara
orang Jawa, misionaris Jesuit memutuskan untuk menyerahkan
tanggung jawab pelayanan di wilayah-wilayah gerejani di luar Jawa
kepada kongregasi-kongregasi lain. Ini berarti bahwa Serikat Yesus
akan berkonsentrasi pada evangelisasi dan pembangunan komunitas
Katolik di pulau Jawa, sementara kongregasi lain akan mengambil alih
tugas serupa di wilayah lain di Indonesia. Berikut adalah penjelasan rinci
mengenai pernyataan tersebut:
Pernyataan 10
Jawaban:
Membuka karya misi di antara Orang Jawa; Romo van Lith dan
Muntilan
Pernyataan 11
Demi kemuliaan Allah yang lebih besar –AMDG- di Indonesia telah hadir
banyak kongregasi baik Imam, Bruder, maupun Suster untuk melayani
baik di keuskupan-keuskupan maupun di pelbagai jenis karya sehingga
pada tanggal 3 Januari 1961 misi Indonesia dinyatakan sebagai hierarki
mandiri dengan dekrit Quod Christus Adorandus dari Paus Johannes
XXIII.
Jawaban:
Pengertian istilah;
AMDG:
AMDG: "Ad maiorem Dei gloriam" adalah frasa Latin yang dapat diterjemahkan
sebagai "Untuk kemuliaan Allah yang lebih besar." Frasa ini adalah moto atau
semboyan dari Ordo Yesuit (Society of Jesus), sebuah ordo keagamaan dalam
Gereja Katolik yang didirikan oleh Santo Ignatius Loyola pada tahun 1540. Makna
dari moto ini mencerminkan komitmen Yesuit untuk bertindak dan bekerja untuk
kepentingan dan kemuliaan Allah yang lebih besar daripada kepentingan pribadi
atau kelompok. Ide ini mencerminkan semangat pengabdian dan pelayanan bagi
orang lain yang menjadi landasan spiritualitas Yesuit.
Quod Christus Adorandus: Pada 3 Januari 1961 Paus Yohanes XXIII mengeluarkan
Konstitusi Apostolik Quod Christus untuk mendirikan hirarki Katolik di Indonesia.
Enam Provinsi Gereja diadakan (Jakarta, Semarang, Ende, Medan, Pontianak dan
Makassar); vikariat-vikariat apostolik menjadi keuskupan atau keuskupan agung.
Pelaksanaan Konstitusi Apostolik tersebut dipercayakan kepada Internunsius
Apostolik pada waktu itu, Uskup Agung Gaetano Alibrandi.
penjelasan:
Hierarki Mandiri
Dengan berlanjutnya pembagian wilayah ini, maka para misionaris Jesuit tinggal
mempunyai wilayah pelayanan di Jakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah. Pada
tahun 1940 sebagian wilayah Jawa Tengah itu akan menjadi Vikariat Semarang.
Propaganda Fide mempercayakan kegembalaan vikariat baru Semarang itu ke
tangan seorang imam pribumi Jesuit, Romo Albertus Soegijapranata, yang berarti
juga Uskup pribumi Indonesia pertama. Beberapa tahun sebelum ini, Mgr. Willekens
sudah memulai pembinaan imam diosesan untuk Vikariat Batavia (dan Semarang).
Waktu itu pendidikan imam pribumi untuk anggota religius memang sudah dimulai di
Kolese Santo Ignatius. Para calon imam diosesan ini pun bergabung di sana
(Seminari ‘Code’) sampai nantinya berpindah ke tempat yang baru di Kentungan.
Dengan semakin banyaknya tenaga misionaris dan tenaga-tenaga pribumi,
Gereja Katolik juga semakin berkembang baik di dalam jumlah maupun kegiatan.
Masih ada beberapa Kongregasi/Ordo lain lagi yang menawarkan diri untuk turut
ambil bagian bagi perkembangan Gereja. Di Sumatra (SCJ, SSCC, SX), Kalimantan
(MSF, CP, OMI, SMM), Sunda Kecil (CSsR, OCD, CMF) dan wilayah-wilayah misi
lain juga mulai dibagi. Kehadiran dan peranan para Bruder (CSA, CMM, FIC, MTB,
dll) dan Suster (OSU, OSF, SCMM, SSpS, CB, JMJ, SPM, ADM, PI, FMM, KFS,
FSGM, FCh, dll.) tidak bisa dilupakan di dalam perkembangan ini. Kehadiran para
religius ini memperindah pelayanan Gereja dalam bidang kesehatan, pendidikan,
dan sosial. Wajah Kristus hadir dalam bentuk Rumah Sakit, Sekolah-sekolah dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahkan pelayanan pendidikan ini, di
Semarang khususnya, menjangkau pelosok-pelosok wilayah yang bahakn Sekolah
Negri pun belum hadir. Juga dalam pelayanan sosial, Gereja hadir dalam bentuk
Panti Asuhan, kursus-kursus ketrampilan dan lainnya.
Akhirnya, pada tanggal 3 Januari 1961, dengan Surat Apostolik-nya Quod Christus
Adorandus Bapa Suci Paus Yohanes XXIII menyatakan daerah misi Indonesia
sebagai Hierarki Gerejani yang mandiri. Status mandiri ini memungkinkan Gereja
Indonesia bisa terlibat aktif di dalam Konsili Vatikan II, sejajar dengan Gereja-Gereja
lain. Dan kiranya memang inilah salah satu yang melatarbelakangi keinginan Paus
Yohanes XXIII meningkatkan status Gereja Indonesia sebagai Hierarki Mandiri.
Tidak boleh dilupakan bahwa sewaktu Surat Apostolik itu dideklarasikan Indonesia
juga sudah memiliki beberapa Kongregasi Suster Pribumi: TMM (Tarekat Maria
Mediatrix - Amboina), CIJ (Congregatio Imitationis Jesu - Ende), KKS (Kongregasi
Keluarga Suci -Pangkal Pinang), ADSK (Abdi Dalem Sang Kristus – Ungaran), PRR
(Puteri Reinha Rosari - Larantuka). Seminari Menengah dan Seminari Agung, juga
tempat pendidikan-pendidikan imam religius pun sudah muncul di pelbagai tempat.