Anda di halaman 1dari 11

TUGAS : LAPORAN BACA 7

NAMA : ESRY MAYAH BENU


NIM : 1.01.2021.0151
SEMESTER/KELAS : 2/F
MATA KULIAH : SGI/DAN SGL

PROGRAM STUDI PENDIIDIKAN AGAMA KRISTEN


FAKULTAS KEGIRUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI KUPANG
TA/2022
 Pekabaran Injil dan Gereja-Gereja di Sulawesi Tengah

Daerah Sulawesi Tengah sampai akhir abad ke-19 belum tersentuh oleh pengaruh pemerintah
Belanda dan zending. Penduduk daerah pantai beragama Islam; orang pedalaman menganut
agama asli. Mereka ini terbagi atas banyak suku besar kecil. Pada zaman itu orang Belanda biasa
menyebut suku-suku itu "Toraja", sebagai ganti istilah " Alfur" yang dipakai sebelumnya.
Sebagian besar daerah Sulawesi Tengah takluk pada kerajaan Luwu di Selatan; ada pula
beberapa kerajaan lain yang lebih kecil. Pada tahun 1894 orang Belanda menempatkan
Controleur pertama di pantai selatan Teluk Tomini, dan pada tahun 1905-1906 mereka
menaklukkan Luwu serta suku-suku di Sulawesi Tengah. Datu Luwu dipaksa melepaskan
kekuasaannya atas suku-suku di sebelah utara pegunungan Takolekaju.
Setelah menyerahkan sebagian besar pekerjaan di Minahasa kepada GPI, bagi NZG hanya
tinggal lapangan kerja di Jawa Timur. Maka NZG sempat memberi tanggapan positif atas saran
pendeta GPI di Manado agar memulai pekerjaan di daerah Gorontalo dan Poso.Yang diutus
menjadi zendeling pertama di daerah itu ialah A.C. Kruyt (1869-1949, di Indonesia 1891-1932),
seorang anak lelaki J. Kruyt di Mojowarno. Beberapa tahun kemudian Lembaga Alkitab Belanda
mengutus seorang ahli bahasa bernama N. Adriani (di Indonesia 18951926). Kedua tokoh inilah
yang banyak mempengaruhi metode pekabaran Injil di Indonesia selama dasawarsa-dasawarsa
pertama abad ke-20. Kruyt tidak tahan lama di Gorontalo, sebab ia tidak punya banyak
kesempatan untuk bergaul dengan penduduk yang bukan Kristen. Pada tanggal 20 Juni 1891
pertama kali diinjaknya bumi Poso, dan ia menetap di sana 18 Februari 1892.
 Pekabaran Injil dan Gereja-gereja di Sulawesi Selatan dan Tenggara
Di wilayah Sulselra terdapat empat gereja-suku, yang berakar pada usaha pl yang dilakukan oleh
berbagai badan. Dalam pasal ini akan dibicarakan lebih dulu usaha di bagian utara daerah Sulsel
oleh GPI, GZB, dan CGK, yang di kemudian hari melahirkan Gereja Toraja (Rantepao) dan
Gereja Toraja Mamasa. Menyusullah riwayat zending UZV, kemudian ZGK dan GPI, di daerah
Bugis-Makassar. Akhirnya akan digambarkan pekerjaan NZV di daerah Kendari-Kolaka,
propinsi Sulawesi Tenggara sekarang, yang membawa ke berdirinya Gepsultra. Daerah Sulsel
sebagian besar sudah diislamkan dalam abad ke-17. Hanya di bagian utara, di situ pun hanya di
pedalaman, agama suku dapat bertahan. Yang dalam abad ke-20 masih tetap menganut agama
nenek moyang ialah orang Toraja-Sa'dan di Timur dan orang Toraja-Mamasa di Barat, berikut
beberapa suku lain yang lebih kecil. Di Sulawesi Tenggara, keadaan kira-kira sama: Islam sudah
terdapat di pesisir, tetapi sampai abad ke-20 belum sempat memasuki pedalaman. Pada tahun
1905, perluasan kekuasaan Belanda melanda juga daerah daerah itu. Kerajaan-kerajaan Islam,
seperti Luwu, dikalahkan. Tetapi perubahan itu justru memberi kesempatan menyebarkan agama
Islam di pedalaman, sebab kini pemerintah Belanda menjamin keamanan di seluruh wilayah itu.
Maka penganut-penganut agama Islam, baik orang swasta maupun pejabat-pejabat pemerintah
Hindia Belanda, sempat membawa agamanya sampai ke pelosok secara damai. Pemerintah
Hindia Belanda tidak senang melihat perkembangan itu, sehingga ia (paling tidak sampai tahun
1917) cenderung untuk memberi dukungan sebanyakbanyaknya kepada zending. Hanya saja,
kebijakan itu berkali-kali ditiadakan oleh sikap pribadi tokoh-tokoh pejabat tertentu .Jemaat
Protestan di kota Maka ujung pandang) sekitar tahun 1910 dilayani seorang pendeta GPI
bernama R. W.F.Kijftenbelt. Sesungguhnya,tugas pendeta ini hanya meliputi pemeliharaan
rohani orang Eropa dan Indonesia yang beragama Kristen, sebab ia pejabat gereja-negara, yang
secara resmi tidak melakukan kegiatan .
Pekabaran Injil dan Gereja-gereja di Kalimantan sejak 1860-an Tujuh tahun sesudah perang
Hidayat, barulah pemerintah mengizinkan para pekabar Injil RMG bekerja kembali di luar kota
Banjarmasin. Untuk sementara waktu mereka masih diharuskan menetap dekat dengan benteng-
benteng Belanda. Makamulai tahun 1866 berangsur angsur didirikan sejumlah pos pekabaran
Injil. Yang pertama ialah Kuala Kapuas, yang letaknya strategis sebagai pintu masuk ke daerah
sungai Kapuas.Begitupula zending mendirikan pos-pos di daerah Barito di sebelahtimurdandi
sepanjang sungai Kahayan, Katingan, dan Mentaya disebelah barat.
Pada tahun 1889 diperoleh tempat berpijak di Kuala Kuron,jauhdi pedalaman. Dengan demikian
Injil dapat dikabarkan di kalangan berbagai suku Dayak: Ngaju, Maanyan, Ot Danum, dan lain-
lain Walaupun selama 75 tahun sesudah tahun 1866 karya pl meluas ke seluruh wilayah
Kalimantan Selatan, namun jumlah orang masuk Kristen tidak sebanding dengan tenaga dan
dana yang dikerahkan oleh RMG, khususnya selama masa 1866-1904. Pada tahun 1885 terdapat
1.000 orang Kristen, tahun 1901 ada 2.000. Kemudian kemajuan semakin pesat: 1911: 3.000,
1920: 5.000, 1935: 10.000, 1939: 15.000. Padahal, lenaga zending dari Eropa yang bekerja di
Kalimantan selama masa 1866 1939 berjumlah 78 orang (tenaga RMG saja), sedangkan pengerja
pri(Indonesia), termasuk para guru, pada tahun 1939 sebanyak 235 Kurangnyakemajuandari segi
statistik itu terutama menonjol dibandingkandengankeadaan di lapangan RMG yang lain, vaitu
Utara. Disitupada tahun 1911 sudah tercatat 100.000 orang Batak.
 Usaha gereja-gereja pekabaran yang Injil dihasilkan oleh RMG olehnya di
Sumatera
Di pulau Sumatera, agama Islam sudah tersebar sejak abad ke-13. Dari Aceh, agama itu meluas
ke seluruh pantai Timur (abad ke-15), ke pantaiBarat (abad ke-16) dan ke pedalaman
Minangkabau serta Bangkahulu (abad ke-17). Hanya daerah orang Batak di sebelah Utara dan
beberapa daerah terpencil lainnya yang tetap berpegang pada agama nenekmoyang. Orang
Portugis, lalu VOC, tidak berani menyerang kesultanan Aceh yang kuat dan kerajaan-kerajaan
Sumatera yang lain. Tetapi terdapat beberapa tempat yang oleh orang Barat dijadikan sebagai
pangkalan untuk usaha dagang, seperti Padang (sejak 1684) dan Bangkahulu (1711-1824 di
tangan Inggris, lalu Belanda), sedangkan pengaruh Kompeni bertumbuh terus di kesultanan-
kesultanan di Sumatera Timur sejakabadke-18.Pada tahun 1824, Inggris menyerahkan
jajahannya di Sumaterakepadaorang Belanda. Sesudah itu, kekuasaan Belanda meluas terus.
Melalui Perang Paderi(1821-1838), mereka menjajah Minangkabau danMandailing-Angkola.
Yang paling lama bertahan ialah orang Batak loba(tewasnya SiSingamangaraja XII, 1907) dan
Aceh (1906).
Sementara itu, beberapa orang pekabar Injil dari Belanda sudah menetap di Tapanuli Selatan.
Mereka itu diutus oleh suatu jemaat kecil di Ermelo, kemudian beralih menjadi pengerja Panitia
Jawa ($ 30). Para perintis itu bermaksud hendak mengikuti nasihat Van der Tuuk mengenai
tempat kerja mereka, tetapi pemerintah Belanda tidak membiarkan mereka masuk ke Tapanuli
Utara dengan alasan tak dapat menjamin keselamatan mereka di daerah yang belum ditaklukkan
itu. Maka mereka menetap di Sipirok dan di tempat-tempat lain di Angkola. Meski sebagian
penduduk masih berpegang pada agama nenek moyang, hasil yang diperolehnya sangat terbatas.
G. van Asselt, yang masuk paling pertama (1857), menebus beberapa orang pemuda lalu
memberi mereka pendidikan Kristen. Pada tanggal 31 Maret 1861 dua orang di antara mereka
dibaptisnya, Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar. Dalam tahun-tahun berikutnya, Panitia
Jawa melanjutkan karyanya di Angkola. Tetapi jumlah orang Kristen tetap agak kecil: setelah
berupaya selama 60 tahun jumlahnya baru 5.000 lebih. Jumlah yang kecil ini dianggap tidak
sanggup hidup sebagai gereja mandiri, maka pada pada tahun 1931 Panitia Jawamenyerahkan
mereka kepada RMG, sehingga menjadi sebagian dari HKBP.
 Pekabaran Injil non RMG dan gereja-gereja yang tumbuh darinya di Sumatera
Utara
Selain oleh RMG, Injil dibawa ke Sumatera oleh NZG danoleh Gereja Methodis dari Amerika.
Kegiatan mereka terutama berlangsung di bagian timur Sumatera Utara. Mulai tahun 1860-an,
daerah itu (Deli) dimasuki oleh perusahaan-perusahaan perkebunan (tembakau) dan sejak tahun
1890 oleh perusahaan minyak. Maka sejak zaman itu di samping orang Melayu yang merupakan
penduduk asli pesisir itu terdapat banyak orang Jawa dan Tionghoa. Muncullah kota-kota besar;
di sana kehidupan sosialtidak lagi semata-mata ditentukan oleh hubungan darah seperti halnya
didaerahsuku yang masih murni. Daerah pedalaman di sebelah utara Danau Toba didiami oleh
suku Batak Karo, yang serumpun dengan suku Batak Toba, walaupun dalam hal bahasa dan adat
mereka berbeda. Orang Karo sudah lama menjadi tetangga sultan-sultan Islam di pesisir.
Tetapi disebabkan Islam dibawa ke daerah itu dari Aceh dan termasuk aliran Sufi, maka orang
Karo dalam abad ke-19 tidak mengalami usaha membuat mereka bertobat dengan kekerasan
seperti yang terjadi di daerah Toba Sebaliknya, mereka bentrok dengan orang Belanda yang
makin jauh masuk ke daerah "Dusun", yang terletak antara dataran tinggi "Gunung" dan pesisir.
Orang Karo mencoba mencegah penyerobotan tanah mereka dengan jalan membakar gedung-
gedung perusahaan. Akibat gangguan yang dialami oleh para pemilik perkebunan, maka
berlangsunglah peristiwa yang unik dalam sejarah pekabaran Injil di Indonesia: direksi salah satu
PT perkebunan yang besar meminta NZ agar mengutus seorang pekabar Injil kepada orang Karo
supaya mereka ini dijinakkan. PT itu akan menanggung seluruh biayanya. NZU enggan
menerima tawaran itu, karena sadar bahwa karya pl dan kepentingan kaum pemodal seharusnya
tidak dicampurkan. Tetapi karenamerasa kesempatanmembawa Injil ke Tanah Karo ini tak boleh
tidak diman faatkan, dan karena NZG sendiri sama sekali tidak mampu menanggungnya,
bangannya, olenmakaresesilawaran sehingga ekonomi, itu NZG diterima. perusahaan-perusahaan
hanya, membiayai dikemudian sendiri membatalkan hari, karya ketikapl di Dikul terpaksa Karo.
 Pekabaran Injil dan Gereja di Jakarta dan di Jawa Barat sejak tahun 1870-an
Sejak abad ke-17, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang paling mengalami pengaruh
Belanda di bidang politik dan ekonomi. Namun, di bidang agama, pengaruh orang Belanda
hampir tidak terasa. sebab sampai sekitar tahun 1850 tidak pernah ada usaha yang luas dan
berkelanjutan untuk mengabarkan Injil kepada orang yang bukan bangsa Eropa. Maka sepanjang
masa itu hampir seluruh penduduk Jawa Barat, yang pada tahun 1905 berjumlah 7,5 juta,
beragama Islam. Di samping itu, terdapat kelompok kecil yang berpegang pada agama Sunda asli
(orang Badui) dan para pendatang dari Eropa atau dari pulaupulau Nusantara lainnya yang
beragama Kristen (tahun 1905 pendatang yang dari Jemaat disana merupakan Indonesia; GPI
instansi kemudian gerejawi fungsi yang tertinggi itu diambil (untuk alih kaum oleh Kristen
Pengurus Protestan) (Kerkbestuur)di kegiatan merupakan, pl terlepas. pangkalan Mulai dari
tahun GPI, penting. tetapi 1830-an, Semua bagi zending-zending tenaga mulai mengembangkan
nunBatavia/Jakarta tetap zending mendarat disitu dan tinggal di situ selama menantikan izin
khusus pemerintah untuk bekerja di daerah yang mereka tuju.
Di Batavia, pekabaran Injil dijalankan oleh beberapa pekabar Injil bangsa Inggris, oleh Pendeta
E. King, dan oleh beberapa utusan lembaga zendeling-tukang. Dari kota itu bertolak pula karya
Mr. Anthing dan Gan Kwee. Pekerjaan rohani yang dilakukan oleh GPI terbatas pada orang yang
sudah beragama Kristen, orang Eropa, dan orang Indo-Eropa. Akan tetapi, sejumlah anggota GPI
yang tidak puas dengan pembatasan itu mendirikan Lembaga pekabaran Injil ke dalam dan ke
luar (GIUZ), yang memprakarsai atau mendukung usaha pl di kalangan penduduk Betawi yang
bukan Kristen. Namun, berkali-kali ternyata tenaga yang disediakan tertelan oleh kebutuhan
yang mendesak akan penggembalaan orang Indo-Eropa. Ken dati secara resmi mereka ini
anggota GPI, namun banyak orang Indo, yang miskin dan kurang cocok dengan para pendeta
gereja-negara yang biasanya adalah orang Belanda totok itu, tidak terjangkau oleh
penggembalaan yang disediakan oleh aparat resmi gereja mereka. Banyak di antara mereka yang
masuk Gereja Katolik. Maka tenaga zendeling atau zendeling tukang yang datang ke Batavia
sering mendapat lapangan pekerjaan di kalangan orang Indoitu. Dikemudian hari (sesudah tahun
1924), banyak orang Indonesia tertarik oleh aliran Pentakosta.
 Pekabaran Injil dan gereja-gereja di Jawa Tengah sejak tahun 1870-an
Daerah Jawa Tengah menjadi lapangan kerja tiga lembaga pl, tetapi dari segi bahasa dan
kebudayaan, daerah itu merupakan suatu kesatuan Dilihat dari sudut agama, terdapat segolongan
penduduk yang menjadi penganut Islam yang sadar; golongan itu paling kuat di bagian utara. Di
pihak lain, tradisi kejawen masih kokoh pula; tradisi itu paling berakar di bagian selatan,
khususnya di daerah Solo-Yogya. Dalam abad ke-20, di daerah Jawa Tengah, sama seperti di
seluruh pulau Jawa, terdapat fasilitas pendidikan dan seterusnya yang maju; daerah itu juga
menjadi tanah subur untuk gerakan nasional dan sesudah proklamasi paling lama bertahan
terhadap upaya Belanda untuk menegakkan kembali penjajahannya.
Sama seperti di Jawa Barat dan Timur, begitu pula di Jawa Tengah, Injil paling pertama dibawa
kepada penduduk pribumi oleh orang Eropa, lalu oleh orang Jawa sendiri diteruskan kepada
teman-teman sebangsanya, tanpa campur tangan lembaga-lembaga pI. Tak ubahnya pula, di Jawa
Tengah usaha mula-mula itu kemudian diambil alih oleh lembaga dari Eropa. Sebabnya ialah
keyakinan umum orang Eropa pada masa penjajahan bahwa usaha di bidang apa pun hanya bisa
berhasil kalau merekalah yang menjadi pemimpin. Di samping itu, para utusan lembagalembaga
tersebut yakin bahwa agama Kristen orang Jawa bersifat sinkretistis sehingga memerlukan
bimbingan dari pihak orang Kristen yang sudah lebih banyak berpengalaman, yaitu mereka
sendiri. Hanya, berbeda dengan Jawa Barat dan Jawa Timur, Jawa Tengah ditempati oleh tiga
memiliki lembaga satu sendiri denominasi di zending. bidang Lagi teologi, (jenis/kelompokpula,
tata ketiga gereja, lembaga gereja-gerejadan lain-lain) itu masing-masing yang tersendiri.
Mewakili Dengan corak.
 Pekabaran tahun 1870-an Injil dan Gereja di Jawa Timur dan Bali sejak tahun
1878-an
Pada masa ini, keadaan umum di Jawa Timur tidak menunjukkan
perbedaanbesardenganyangberlaku di Jawa Tengah. Di Jawa Timur pun,tradisi kejawen bertahan
di samping pengaruh Islam yang kuat; di sinipungerakan nasional lebih kuat daripada di mana
pun di luar Jawa (kecualidiTapanuliUtara). Berbeda dengan Jawa Tengah, di Jawa Timur
padatahun1870-an proses penampungan kekristenan Jawa oleh lembaga-lembaga zending Eropa
sudah selesai.
Pada masa 1870-1910 berlangsung perkembangan yang berangsur-angsur menurut garis-garis
yang telah di tetapkan oleh Zending garis itu adalah:a.Zendingtetap lebih banyak memperhatikan
desa daripada kota.Parazendeling mendirikan desa-desa Kristen yang baru dengan jalan
membuka tanah. Salah satu contoh ialah keputusan utusan zending di resort Malang untuk
menetap di Swaru, lima jam jalan kaki dari Malang. Barulah pada tahun 1923 seorang zendeling
menetap di kota Malang. Surabaya ditinggalkan Jellesma pada tahun 1851; baru padatahun1930
seorang utusan zending kembali bekerja di situ. Kebijakan itu berakar dalam sejarah: sebelum
zending datang ke Jawa Timur, gerakan Kristen di sana sudah terlanjur merupakan gerakan
petani yang meluas melalui pembukaan tanah. Tetapi, zending memilih desa di atas kota
disebabkan pula oleh faktor sosial: pada zaman itu di Jawa Timur kota-kota terutama merupakan
tempat pemukiman orang Eropa danTionghoa, dan para zendeling tidak suka berada di tengah
masyarakat Eropa yang sikap dan kelakuannya merupakan rintangan bagi pekabaran Injil. b.
Garis kedua yang merupakan benang merah dalam sejarah zending Jawa Timur ialah
penyelenggaraan ialah untuk, dengankarya pl memakal sebagal karya pendich lama-kelamaan
tersedia lainnya (pelayanan zendeling menjadi meningkatkan masyarakat mutu teladan jemaat
pendidikan di Mojowarnotengan sarana-sarana lingkungan sekolah danjenJemeaat Tujuan para
Firman,disiplin gereja,
 Pekabaran Injil dan Gereja Di Sumbah
Berbeda dengan kepulauan Timor, puau Sumba sampai pertengahan abad ke-19 belum
mengalami pengaruh belanda daerahnya terbagi atas sejumlah besar kerajaan susunan
masyarakat ditandai oleh perbedaan yang tajam antara tiga tingka masyarakat para pembesar,
orang merdeka, dan kaum budak. Diantara orang asli tidak ada yang menganut agama Islam,
agama suku mereka din Juga "agama Marapu" (Marapu = dewa, roh). Dalam paroan kedua abad
ke-19, keadaan di Sumba Timur kacau dan kurangan sedangkan daerah Sumba Barat agak
tenang. Kedua daerah itu betty pula dalam hal bahasa dan kebudayaan. Di samping orang Sumba
di daerah pantai terdapat transmigran dari Flores (orang Ende), Sula (Bugis), dan sejak tahun
1862 juga orang Sawu. Pada tahun1866 penmerintah menempatkan seorang Controleur diSumba
Timur, tetapi ia dilarang mencampuri urusan intern penduduk pulau itu, sehingga peperade an
dan perdagangan budak berjalan terus. Barulah pada tahun 19 pemerintah mengirim tentara ke
Sumba, yang menaklukkan para m dan menegakkan "Pax Neerlandica", perdamaian yang
dipaksakan de orang Belanda. Pada waktu itu jumlah penduduk berkisar sekin 100.000 orang,
yang 50 tahun kemudian sudah berlipat dua.
Pada tahun 1953 berlangsunglah perpecahan dalam lingkungan gereja itu, sehingga berdirilah
dua gereja "Bebas". Di samping itu, Gereja Kristen Sumba menghadapi pula tantangan dari pihak
misi, yang pada tahun 1931 kembali ke Sumba dan menangani pekerjaan secara besar-besaran.
Kini (1997) anggota GKS berjumlah + 180.000 (hampir 40% dari seluruh penduduk Sumba),
sedangkan kedua Gereja Bebas (yang satu kini bernama Gereja-Gereja Reformasi Indonesia-
NTT) beranggotakan beberapa ribu orang. Orang Katolik Roma di Sumba berjumlah 65.000
(1990). Sumba merupakan daerah Di dan yang Sumba, karena sulit keadaan bagi pI zending
datang tidak lebih aman, disebabkan lambat yang faktor kesukuan (Sawu-Sumba) baru hanya
berakhir di Sumba pada perbedaan tahun 1912.

KESIMPULAN

Pada tahun 1894 orang Belanda menempatkan Controleur pertama di pantai selatan Teluk
Tomini, dan pada tahun 1905-1906 mereka menaklukkan Luwu serta suku-suku di Sulawesi
Tengah.Maka NZG sempat memberi tanggapan positif atas saran pendeta GPI di Manado agar
memulai pekerjaan di daerah Gorontalo dan Poso.Yang diutus menjadi zendeling pertama di
daerah itu ialah A.C. Kruyt (1869-1949, di Indonesia 1891-1932), seorang anak lelaki J. Kruyt di
Mojowarno.
Pekabaran Injil dan Gereja-gereja di Sulawesi Selatan dan Tenggara Di wilayah Sulselra terdapat
empat gereja-suku, yang berakar pada usaha pl yang dilakukan oleh berbagai badan.Dalam pasal
ini akan dibicarakan lebih dulu usaha di bagian utara daerah Sulsel oleh GPI, GZB, dan CGK,
yang di kemudian hari melahirkan Gereja Toraja (Rantepao) dan Gereja Toraja Mamasa.Yang
dalam abad ke-20 masih tetap menganut agama nenek moyang ialah orang Toraja-Sa'dan di
Timur dan orang Toraja-Mamasa di Barat, berikut beberapa suku lain yang lebih kecil. Dengan
demikian Injil dapat dikabarkan di kalangan berbagai suku Dayak: Ngaju, Maanyan, Ot Danum,
dan lain-lain Walaupun selama 75 tahun sesudah tahun 1866 karya pl meluas ke seluruh wilayah
Kalimantan Selatan, namun jumlah orang masuk Kristen tidak sebanding dengan tenaga dan
dana yang dikerahkan oleh RMG, khususnya selama masa 1866-1904. Padahal, lenaga zending
dari Eropa yang bekerja di Kalimantan selama masa 1866 1939 berjumlah 78 orang (tenaga
RMG saja), sedangkan pengerja pri(Indonesia), termasuk para guru, pada tahun 1939 sebanyak
235 Kurangnyakemajuandari segi statistik itu terutama menonjol dibandingkandengankeadaan di
lapangan RMG yang lain, vaitu Utara. Tetapi terdapat beberapa tempat yang oleh orang Barat
dijadikan sebagai pangkalan untuk usaha dagang, seperti Padang (sejak 1684) dan Bangkahulu
(1711-1824 di tangan Inggris, lalu Belanda), sedangkan pengaruh Kompeni bertumbuh terus di
kesultanan-kesultanan di Sumatera Timur sejakabadke-18.Pada tahun 1824, Inggris
menyerahkan jajahannya di Sumaterakepadaorang Belanda.Tetapi disebabkan Islam dibawa ke
daerah itu dari Aceh dan termasuk aliran Sufi, maka orang Karo dalam abad ke-19 tidak
mengalami usaha membuat mereka bertobat dengan kekerasan seperti yang terjadi di daerah
Toba Sebaliknya, mereka bentrok dengan orang Belanda yang makin jauh masuk ke daerah
"Dusun", yang terletak antara dataran tinggi "Gunung" dan pesisir. Akibat gangguan yang
dialami oleh para pemilik perkebunan, maka berlangsunglah peristiwa yang unik dalam sejarah
pekabaran Injil di Indonesia: direksi salah satu PT perkebunan yang besar meminta NZ agar
mengutus seorang pekabar Injil kepada orang Karo supaya mereka ini dijinakkan.
Pekabaran Injil dan Gereja di Jakarta dan di Jawa Barat sejak tahun 1870-an Sejak abad ke-17,
Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang paling mengalami pengaruh Belanda di bidang
politik dan ekonomi. Di samping itu, terdapat kelompok kecil yang berpegang pada agama
Sunda asli (orang Badui) dan para pendatang dari Eropa atau dari pulaupulau Nusantara lainnya
yang beragama Kristen (tahun 1905 pendatang yang dari Jemaat disana merupakan Indonesia;
GPI instansi kemudian gerejawi fungsi yang tertinggi itu diambil (untuk alih kaum oleh Kristen
Pengurus Protestan) (Kerkbestuur)di kegiatan merupakan, pl terlepas. Akan tetapi, sejumlah
anggota GPI yang tidak puas dengan pembatasan itu mendirikan Lembaga pekabaran Injil ke
dalam dan ke luar (GIUZ), yang memprakarsai atau mendukung usaha pl di kalangan penduduk
Betawi yang bukan Kristen.
Kendati secara resmi mereka ini anggota GPI, namun banyak orang Indo, yang miskin dan
kurang cocok dengan para pendeta gereja-negara yang biasanya adalah orang Belanda totok itu,
tidak terjangkau oleh penggembalaan yang disediakan oleh aparat resmi gereja mereka.

Pekabaran Injil dan gereja-gereja di Jawa Tengah sejak tahun 1870-an Daerah Jawa Tengah
menjadi lapangan kerja tiga lembaga pl, tetapi dari segi bahasa dan kebudayaan, daerah itu
merupakan suatu kesatuan Dilihat dari sudut agama, terdapat segolongan penduduk yang
menjadi penganut Islam yang sadar; golongan itu paling kuat di bagian utara. Dalam abad ke-20,
di daerah Jawa Tengah, sama seperti di seluruh pulau Jawa, terdapat fasilitas pendidikan dan
seterusnya yang maju; daerah itu juga menjadi tanah subur untuk gerakan nasional dan sesudah
proklamasi paling lama bertahan terhadap upaya Belanda untuk menegakkan kembali
penjajahannya. seperti di Jawa Barat dan Timur, begitu pula di Jawa Tengah, Injil paling pertama
dibawa kepada penduduk Sama pribumi oleh orang Eropa, lalu oleh orang Jawa sendiri
diteruskan kepada teman-teman sebangsanya, tanpa campur tangan lembaga-lembaga pI.
Pekabaran tahun 1870-an Injil dan Gereja di Jawa Timur dan Bali sejak tahun 1878-an Pada
masa ini, keadaan umum di Jawa Timur tidak menunjukkan perbedaan besar dengan yang
berlaku di Jawa Tengah. Di Jawa Timur pun,tradisi kejawen bertahan di samping pengaruh Islam
yang kuat; di sinipungerakan nasional lebih kuat daripada di mana pun di luar Jawa
(kecualidiTapanuliUtara).
Tetapi, zending memilih desa di atas kota disebabkan pula oleh faktor sosial: pada zaman itu di
Jawa Timur kota-kota terutama merupakan tempat pemukiman orang Eropa danTionghoa, dan
para zendeling tidak suka berada di tengah masyarakat Eropa yang sikap dan kelakuannya
merupakan rintangan bagi pekabaran Injil.
b. Garis kedua yang merupakan benang merah dalam sejarah zending Jawa Timur ialah
penyelenggaraan ialah untuk, dengankarya pl memakal sebagal karya pendich lama-kelamaan
tersedia lainnya (pelayanan zendeling menjadi meningkatkan masyarakat mutu teladan jemaat
pendidikan di Mojowarnotengan sarana-sarana lingkungan sekolah danjenJemeaat Tujuan para
Firman,disiplin gereja, Pekabaran Injil dan Gereja Di Sumbah Berbeda dengan kepulauan Timor,
puau Sumba sampai pertengahan abad ke-19 belum mengalami pengaruh belanda daerahnya
terbagi atas sejumlah besar kerajaan susunan masyarakat ditandai oleh perbedaan yang tajam
antara tiga tingka masyarakat para pembesar, orang merdeka, dan kaum budak.
Di samping orang Sumba di daerah pantai terdapat transmigran dari Flores (orang Ende), Sula
(Bugis), dan sejak tahun 1862 juga orang Sawu.
Sumba merupakan daerah Di dan yang Sumba, karena sulit keadaan bagi pI zending datang tidak
lebih aman, disebabkan lambat yang faktor kesukuan (Sawu-Sumba) baru hanya berakhir di
Sumba pada perbedaan tahun 1912.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU CERITA RAGI 2 (153-268)
 

Anda mungkin juga menyukai