Anda di halaman 1dari 14

GEREJA PADA JAMAN

BELANDA
PENGANTAR

• Pada abad ke 18 terjadi perubahan mendasar di bidang politik dan ekonomi di


Nusantara (karena kedatangan Belanda)
• Kedatangan Belanda telah mengakibatkan Gereja di Nusantara di masukkan dalam
alam reformasi Protestan (terutama calvinis)
• Tujuan utama ekspansi dan ekspedisi mereka adalah mencari rempah-rempah.
• Niat untuk mewartakan Sabda Tuhan di antara orang-orang belum beriman Kristen
bukan merupakan dorongan utama mereka.
ALASAN ORANG BELANDA KE ASIA

• Belanda pada dunia perdagangan awalnya hanya sebagai pencatut (retailer, pengecer)
barang-barang Asia di Eropa Barat.
• Orang Belanda bekerja sama dengan Portugis dalam hal perdagangan (Kerjasama
mereka terputus Ketika Portugis dan Spanyo dipersatukan. Spayol adalah musuh lama
Belanda).
• Karena alasan itulah Belanda mencari jalan keluar dengan berlayar sendiri demi
memperoleh barang-barang yang mereka perlukan.
• Usaha yang di dorong pemerintah Belanda ini kemudia terwujud dengan didirikannya
VOC, sebuah maskapai perkapalan raksasa pada 1602.
• VOC sendiri menerapkan politik
Divide et Impera. Metode politis
ini nantinya disempurnakan
pasca VOC dinyatakan pailit dan
bubar oleh pemerintah Belanda
Berikut beberapa contoh keberhasilan VOC dalam melaksanakan devide et impera di
nusantara:
• Perang Makassar, VOC berhasil menaklukkan kesultanan Gowa dan kota
Makassar pada 1669 karena dibantu oleh raja Bone dan Arung Palakka yang
tengah berseteru dengan Sultan Hasanudin.
• Konflik kerajaan Mataram membuat posisi VOC sangat diuntungkan, sedangkan
posisi kerajaan Mataram semakin melemah karena terbagi menjadi empat
kerajaan. Selain itu, Belanda juga berupaya melakukan siasat devide et impera
pada perang Saparua, perang Padri, perang Diponegoro atau perang jawa, perang
Aceh, perang Banjar, dan perang Jagaraga.
• Penggunaan politik adu domba sukses membuat bangsa Indonesia berkonflik dan
berebut kekuasaan.
MASA VOC MASA GELAP (ABAD 17 & 18)
• Pada abad pertengahan bahkan sampai sekarang masalah agama dan politik
sulit dipisahkan
• VOC (Vereenigde Oos Indishe Compagnie) memonopoli dagang di kawasan
asia.
• Tidak hanya masalah ekonomi/dagang, tetapi jg mencampuri/menentukan
hukum, politik, dan agama.
• VOC/Belanda yg mayoritas kristen melarang penyebaran agama katolik
(portugis dan spanyol, musuh mereka mayoritas katolik)
• Misi dilarang, gereja katolik ditutup, para imam diusir/dipulangkan. Umat
gelisah (ibarat domba yg tidak punya gembala lagi)
LANJUTAN….

• VOC berhasil merebut wilayah kekuasaan Portugis. Ambon (1605), Malaka


(1641), Solor (1646), Makasar (1667), Ternate (1683).
• Kekalah Portugis terhadap Belanda menyebabkan orang katolik pribumi
menjadi takut, sebab VOC mematikan karya-karya misi dan banyak orang
katolik pribumi yang dibunuh juga.
• Walaupun diancam oleh VOC, masih terdapat iman-imam yang berani
menyelundup ke dalam wilayah mereka dan secara rahasia tetap menjaga
umat.
LANJUTAN….
• Th. 1622, rm. Aegidius d’arbeu, SJ ditangkap di selat Singapura, dibawa ke
Batavia dan dipenjarakan. Di sana ia berjumpa dgn para imam dan barawan yg
jg dipenjara dan disiksa. Diperkirakan sdh ada 3000 jemaat katolik di Batavia.
• Gubernur jendral JP. Coen, mengancam dgn hukuman berat bg para imam yg
melayani jemaat. Tapi Rm. Aegidius tetap melayani mereka. Akibatnya pd
bulan maret 1624 rm. Aegidius di bunuh dgn kejam. Sayang makamnya tidak
diketahui berada di mana.
• 20 th kemudian rm. Alexander de Rhodes, SJ mengunjungi Batavia. Ia melayani
misa bg orang2 Portugis. Tapi juni 1646, ia ditangkap, semua barangnya
dibakar dan diancam hukuman gantung. Tetapi gubernur jenderal yg baru
membebaskannya. Lalu ia berangkat ke Vietnam, dan menjadi rasul di Vietnam,
(menciptakan huruf abjad vietnam yang dipakai secara resmi hingga sekarang)
PERJUANGAN DEMI KEBEBASAN BERAGAMA

• Awal abad 19 VOC dibubarkan. 9 februari 1807, raja Louis (belanda)


mengeluarkan UU kebebasan umat beragama (dampak dari revolusi Perancis).
Harapan baik untuk gereja katolik di indonesia.
• Masalahnya adalah; kurangnya tenaga imam (hanya ada 7 imam di seluruh
indonesia). Ketergantungan pada pemerintah Belanda masih sangat kuat dan
ketat.
• Konflik/perang melawan Belanda semakin banyak terjadi.
LANJUTAN….

• 4 april 1808, 2 imam projo (nelissen dan prizen) tiba di Jakarta dan diijinkan
melayani orang2 katolik. 10 april dirayakan misa pertama tanpa rasa takut, di
sebuah kapel dekat lapangan benteng.
• Akhir th 1808 rm. Prizen membuka paroki di Semarang, dan 1810 di Surabaya. Ia
mengajar, membabtis, melayani sakramen dan pelayanan sosial. 1821 wabah
kolera terjadi, rm. Wedding yg datang membantu terjangkit korela dan meninggal
setahun kemudian. Tapi sebelumnya ia sempat menterjemahkan KS dalam bahasa
jawa bersama para pendeta Protestan.
• Jumlah imam-imam yang kecil itu belum sempat untuk menyebarkan agama
Katolik memelihara dan menyegarkan iman umat yang ada sudah sangat susah.
• Pada tahun 1830 kebebasan beragama dan beribadat dijamin sepenuhnya oleh
pemerintah “asal pelaksanaannya tidak mengancam ketertiban umum”.
LANJUTAN….

• Konflik dg pemerintah sering terjadi. Rm. Jh.


Scholten berselisih dg pejabat gubernur IC. Baud
soal freemasonry (persaudaraan internasional tanpa
agama). Rm. Scholten melarang orang katolik ikut
aliran freemasonry ini. Akibatnya rm. Scholten
dicap anti kolonial dan diancam mau dipulangkan.
Lalu ia pergi ke roma (menemui Paus) dan ke
Belanda (menemui raja belanda) yg hasilnya adalah
kesepakatan antara Paus dan raja Belanda bahwa
gereja di Indonesia lepas dari gereja di Belanda.
Maka tanggal 19 april 1845. Rm. J. Grooff yg ada di
Jakarta diangkat mjd vikaris apostolik (uskup)
pertama di indonesia.
LANJUTAN….
• Konflik berikutnya terjadi ketika mgr. Grooff memulangkan 3 romo yg
kelakuannya kurang baik, lebih suka mencari kenikmatan duniawi dari
pada menyelamatkan jiwa-jiwa. Tindakan mgr. Grooff ini dianggap
menentang kebijakan pemerintah Belanda, dan situasinya hubungan
gereja dan pemerintah semakin memanas. Akibatnya mgr. Grooff
diperintahkan untuk meninggalkan Hindia Belanda bersama 4 orang
imam yang baik. Akibatnya, tdk ada seorang imam pun yg melayani umat
di Jawa. Hanya tinggal 1 romo, rm. Staal yang tinggal di Padang. Setahun
kemudian ia dibunuh oleh pelayannya. Jadi pd th. 1847, tidak ada seorang
imam pun yg tinggal di Indonesia.
LANJUTAN….
• Usaha mgr. Grooff tidaklah sia-sia, th 1847 atas kesepakatan
Paus dan pemerintah Belanda, gereja di Indonesia bebas dari
campur tangan pemerintah (otonom), bahkan imam akan
mendapatkan gaji dari pemerintah asal dia dipandang baik
(tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban).
• Th. 1830, seorang dokter tionghoa atas inisiatif sendiri
mengajar dan membabtis banyak orang di pulau Bangka. Th.
1853, seorang imam pengunjungi dan melayani mereka,
sampai ke belitung, riau dan palembang. Inilah “paroki kaum
pribumi” pertama pd abad 19.
LANJUTAN….
• Th. 1853, seorang imam mengunjungi flores/larantuka dan
berjumpa dgn kira-kira 3000 org katolik di sana, yg hanya
dikunjungi sekali dalam enam tahun oleh imam dari Dili.
• Sedikitnya jumlah imam membuat misi sulit berkembang.
Maka, mgr. Vrancken berangkat ke roma dan belanda untuk
meminta tambahan tenaga imam.
• Th. 1856, 7 suster Ursulin datang ke Jakarta. 4 tahun kemudian
2 romo Yesuit datang membantu di wilayah Surabaya.
• Th. 1862 datang 4 bruder Aloysian ke Surabaya, membangun
rumah sakit dan sekolah.
• Th. 1887, ada 15 imam di Indonesia dan 9 gereja.

Anda mungkin juga menyukai