Anda di halaman 1dari 8

Volume 3 No.

1
Mei 2018
p-ISSN : 2502-9398
e-ISSN : 2503-5126
Email: tahdzibi@umj.ac.id
Website : http://jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi

PENGEMBANGAN KARAKTER SPIRITUAL KEAGAMAAN SISWA DALAM


PERSPEKTIF ISLAM

Saiful Ibad1*, Margono Mitrohardjono2


1,2
Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta
*Email: saifulibadkusaeri@gmail.com

Diterima: 13 Februari 2018 Direvisi: 15 Maret 2018 Disetujui: 17 April 2018

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan mendiskripsikan konsep Islam tentang karakter-karakter spiritual keagamaan apa saja yang
seharusnya dimiliki dan dipraktekkan siswa di dalan dan di luar kelas agar terjadi hubungan baik antara siswa
dengan siswa didik lainnya, dan antara siswa didik sebagai perseorangan dan sebagai kelompok dengan gurunya.
Norma-norma keislaman yang bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits dan pandagan para ulama akan
dikemukakan untuk memberikan solusi (syifa`) terhadap problem krisis moral siswa yang saat ini marak terjadi
belakangan ini. Problem krisis moral siswa ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan tematik-normatif
(thematic-normatif approach). Norma-norma keislaman yang bersumber pada al-Qur`an dan al-Hadits, dan
pandangan para ulama (`aqwaal al-‘ulamaa) akan dijadikan alat untuk mengukur benar-tidak, baikburuk, dan
patut-tidak patutnya sebuah problem secara tematik. Ditemukan, ada enam karakter spiritual keagamaan yang
harus dimiliki dan dipraktekkan siswa di dalam dan di luar kelas yaitu pertama: ikhlas. kedua: menerapkan
karakter profetik (shidiq, amanah, tablig, dan fathanah). Ketiga: fokus belajar dan haus ilmu pengetahuan.
keempat; makan makanan halal secukupnya, tidak maksiat, dan banyak zikir. Kelima: sedikit tidur dan berbicara.
dan keenam: menjaga rasa hormat terhadap guru.

Kata kunci: Karakter, Spiritual, Keagamaan, Siswa, Islam

ABSTRACT

This paper aims to describe the Islamic concept of religious spiritual characteristics that should be owned and
practiced by students inside and outside the classroom so that there is a good relationship between students and
other students, and between students as individuals and as a group with the teacher. Islamic norms originating
from al-Qur'an and al-Hadith and the views of the scholars (ulama) will be put forward to provide a solution
(shifaa) to the moral crisis problem of students which is currently rife lately. This student's moral crisis problem
will be analyzed using a thematic-normative approach. Islamic norms that originate from al-Qur`an and al-
Hadith, and the views of the scholars (`aqwaal al-'ulamaa) will be used as a tool to measure the right-no, good-
bad, and deserving of a problem in a manner thematic. Found, there are six religious spiritual characters that
must be owned and practiced by students inside and outside the class, namely first: sincere. second: applying
prophetic characters (shiddiq, amanah, tabliq, and fathanah). Third: focus on learning and thirst for knowledge.
fourth; eat halal food to taste, not immoral, and a lot of remembrance. Fifth: a little sleep and talk. and sixth:
maintaining respect for the teacher.

Keywords: Character, Spiritual, Religious, Students, Islam

PENDAHULUAN dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


Dasar Hukum Pendidikan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
Pendidikan Nasional dalam ketentuan umum yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha dan negara. Selanjunya pasal ini menyatakan
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana bahwa Pendidikan nasional adalah pendidikan
belajar dan proses pembelajaran agar peserta yang berdasarkan Pancasila dan
didik secara aktif mengembangkan potensi UndangUndang Dasar Negara Republik

DOI: 10.24853/tahdzibi.3.1.19-26
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 3 No. 1 Mei 2018 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai- Karakter Siswa Didik
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia Karakter spiritual keagamaan semestinya bukan
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan hanya menjadi target pencapaian di akhir
zaman. Selanjutnya pasal ini juga menyatakan kelulusan peserta didik, melainkan harus
bahwa sistem pendidikan nasional adalah tertanam sejak peserta didik duduk di bangku
keseluruhan komponen pendidikan yang saling sekolah. Hubungan murid dan guru harus
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan dilandasi karakter spiritual keagamaan baik di
pendidikan nasional (UUSPN: Pasal 1). kelas maupun di luar kelas. Terdapat banyak
Pendidikan nasional berdasarkan fakta guru hanya dianggap sebagai guru yang
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara dihormati hanya di kelas, tidak di luar kelas. Di
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUSPN: luar kelas guru dipandang sosok orang biasa
Pasal 2). Pendidikan nasional berfungsi yang tidak harus dihormati karena tidak dalam
mengembangkan kemampuan dan membentuk kontrak belajar. Bahkan ada banyak kasus
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat larangan guru di luar sekolah diabaikan.
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Tindakan guru dalam konteks pendidikan pun
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta sering disalahartikan oleh siswa dan dilaporkan
didik agar menjadi manusia yang beriman dan pada orang tua siswa, dan kemudian masuk
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ranah hukum dengan pelaporan orang tua siswa
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, pada pihak yang berwajib bahwa anaknya di
mandiri, dan menjadi warga negara yang sekolah dilaporkan mengalami penganiayaan
demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN: oleh seorang guru. Padahal perlakuan guru itu
Pasal 3). merupakan ijtihad guru sebagai treatmen
Ketiga pasal UUSPN di atas memberikan terhadap para siswa yang berlaku tak beradab
pemahaman bahwa sisi-sisi spiritualitas dalam pembelajaran di kelas.
keagamaan siswa harus mendapatkan perhatian
karena ia merupakan bagian tujuan pendidikan Kajian Pustaka
nasional. Pendidikan nasionanl yang 1.Jurnal: Edukasia, Vol 8, 2013: Model
mendasarkan pada Pancasila dan Undang- Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Islam
Undang Dasar 1945 memberi arti bahwa spririt untuk membentuk Karakter Siswa yang
dan nilai-nilai keagamaan yang melandasi Toleran; (Oleh Muhsinin ISNU -Ikatan Sarjana
keduanya juga melandasi sistem pendidikan Nahdlatul Ulama, Jawa Tengah, Indonesia);
nasional. Disamping bertujuan untuk Pendidikan karakter berdasarkan Islam artinya
berkembangnya potensi peserta didik agar pendidikan karakter yang mana komponennya
menjadi manusia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mencakup pengetahuan moral, perasaan tentang
mandiri, dan menjadi warga negara yang moral, dan perbuatan moral. Moral-moral
demokratis serta bertanggung jawab, tersebut dijajaki dan dikembangkan
pendidikan nasional mengutamakan tujuan berdasarkan nilai-nilai Islam. Penerapan
berkembangnya potensi peserta didik agar pendidikan karakter ini bertujuan untuk
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa membentuk karakter siswa yang islami dan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak toleran. Penelitian ini menggunakan studi
mulia. Hal ini sejalan dengan penempatan nilai- kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah
nilai ketuhanan pada sila pertama dalam penerapan pendidikan karakter membutuhkan
Pancasila, dan penyebutan “berkat rakhmat keseriusan, pembiasaan, dan pembudayaan
Allah Yang Maha Kuasa” serta penyebutan tentang nilai-nilai.
“bentuk Negara Republik Indonesia yang 2.Jurnal: Jurnal Al-Ulum Volume. 13 Nomor
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan 1, Juni 2013
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam Hal 25-38 PEMBENTUKAN KARAKTER
Preambule UUD 1945. Spirit dan nilai-nilai MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ketuhanan harus hadir dalam pendidikan (Oleh: Nur Ainiyah Universitas Negeri
nasional dari visi, misi, dasar, fungsi, tujuan, Semarang Jawa Tengah): Pendidikan Agama
prinsip penyelenggaran, kurikulum, sarana dan Islam (PAI) merupakan salah satu pilar
prasarana, pendanaan, pengelolaan pendidikan karakter yang paling utama.
(manajemen), evaluasi, akreditasi, sertifikasi Pendidikan karakter akan tumbuh dengan baik
dan pengawasan di setiap jalur dan jenjangnya. jika dimulai dari tertanamnya jiwa

20
Saiful Ibad, Margono Mitrohardjono: Pengembangan Karakter Spiritual Keagamaan Siswa Dalam Perspektif Islam

Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam 3 (1) pp 19-26 © 2018

keberagamaan pada anak, oleh karena itu materi METODE PENELITIAN


PAI disekolah menjadi salah satu penunjang
pendidikan karakter. Melalui pembelajaaran Metode yang digunakan dalam penulisan ini
PAI siswa diajarkan aqidah sebagai dasar adalah studi kepustakaan dengan pendekatan
keagamaannya, diajarkan al-Quran dan hadis diskriftif kualitatif, yang bersifat objektif,
sebagai pedoman hidupnya, diajarkan fiqih sistematis, analitis dan deskriptif, yang bersifat
sebagai rambu-rambu hukum dalam beribadah, normatif filosofis yang disesuaikan dengan
mengajarkan sejarah Islam sebagai sebuah sumber-sumber kepustakaan. Tulisan ini
keteladan hidup, dan mengajarkan akhlak bertujuan mendiskripsikan konsep-konsep
sebagai pedoman prilaku manusia apakah Islam tentang karakterkarakter spiritual
dalam kategori baik ataupun buruk. Oleh sebab keagamaan apa saja yang seharusnya dimiliki
itu, tujuan utama dari Pembelajaran PAI adalah dan dipraktekkan siswa di kelas agar terjadi
pembentukan kepribadian pada diri siswa yang hubungan baik antara siswa dengan siswa didik
tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya lainnya, dan antara siswa didik sebagai
dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, perseorangan dan sebagai kelompok dengan
keberhasilan pembelajaran PAI disekolah salah gurunya. Norma-norma keislaman yang
satunya juga ditentukan oleh penerapan metode bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits dan
pembelajaran yang tepat. pandagan para ulama akan dikemukakan untuk
3. Jurnal: Kabilah, Vol1, 2016, PENDIDIKAN memberikan solusi (syifa`) terhadap problem
KARAKTER DALAM PRESPEKTIF ISLAM krisis moral siswa yang marak terjadi
, Siti Farida, STAI Nazhatut Thullab Sampang, belakangan ini.
Jatim Dalam pendidikan karakter harus
melibatkan aspek seperti: kognitif, afektif, HASIL DAN PEMBAHASAN
konatif, dan psikomotorik yang harus Problem krisis moral siswa ini akan dianalisis
dikembangkan sebagai suatu keutuhan dengan menggunakan pendekatan tematik-
(holistik) dalam konteks kultural. Dalam normatif (thematic-normatif approach). Norma-
pendidikan Islam, pendidikan karakter norma keislaman yang bersumber pada al-
merupakan pendidikan yang telah diajarkan Al Qur`an dan al-Hadits, dan pandangan para
qur’an, yaitu pendidikan yang mengedepankan ulama (`aqwaal al‘ulamaa) akan dijadikan alat
Akhlak. Al-Qur’an dengan sangat tegas untuk mengukur benar-tidak, baik-buruk, dan
memberikan solusi yang nyata kepada kita
patut-tidak patutnya sebuah problem secara
untuk mengembangkan kesadaran spiritual,
tematik. Agama Islam sebagai agama yang
emosional, dan intelektual yang tidak hanya
menjadi teori, tetapi Al qur’an memerintahkan rahmatan lil alamin tentunya mempunyai
untuk menerjemahkannya dalam kehidupan konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi dan
sehari-hari. universal yang dapat memberikan alternatif
pemecahan terhadap problem ummat manusia
Novelty Riset yang hidup di dunia modern dan era global ini
Norma-norma keislaman yang bersumber pada (Rosihon Anwar: 2004: 31). Pandangan Islam
al-Qur`an dan al-Hadits, dan pandangan para sebagai agama yang sempurna dan Islam dapat
ulama (`aqwaal al-‘ulamaa) akan dijadikan alat dipastikan menjawab semua persoalan
untuk mengukur benar-tidak, baikburuk, dan kehidupan ini dilandaskan pada pernyataan al-
patut-tidak patutnya sebuah problem secara Qur`an tentang kesempurnaannya (alMaidah:
tematik. Ditemukan, ada enam karakter 3), dan pernyataan al-Qur`an bahwa ia
spiritual keagamaan yang harus dimiliki dan
diturunkan sebagai “obat”-syifaa` (alIsra: 82).
dipraktekkan siswa di dalam dan di luar kelas
Pendekatan, metode dan analisis model ini
yaitu pertama: ikhlas. kedua: menerapkan
karakter profetik (shidiq, amanah, tablig, dan disebut sebagai pendekatan normatif. Meskipun
fathanah), ketiga: fokus belajar dan haus ilmu model analisis ini sering mendapat kritikan
pengetahuan. keempat; makan makanan halal dalam studi Islam di Barat. Mereka
secukupnya, tidak maksiat, dan banyak zikir, menganggap model studi ini dipertanyakan
kelima: sedikit tidur dan berbicara. dan keilmiahannya karena dipandang bersifat
keenam: menjaga rasa hormat terhadap guru. apologis-normatif. Kritik yang mendekati Barat
juga dilontarkan Amin Abdullah. Baginya,

21
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 3 No. 1 Mei 2018 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

pendekatan normatif yang berangkat dari teks yaitu karena dorongan perintah Allah SWT.
kitab suci pada akhirnya membuat corak Kehadiran unsur ilahiah dalam belajar ini dapat
pemahaman yang tekstualis dan skripturalis dan disebut sebagai unsur spiritual keagamaan.
dianggap cenderung bersifat absolutis karena Menurut al-Gazali, niat (al-niyah), kehendak
mengabsolutkan teks tertulis tanpa mau (al-`iraadah), dan kesengajaan (al-qasd) adalah
memahami lebih dahulu mengapa dan apa yang tiga kata yang mengarah pada makna yang
melatarbelakangi munculnya teks keagamaan sama, yaitu suasana hati yang mampu
tersebut (Amin Abdullah: 2007: v). Sebagai melahirkan pengetahuan dan tindakan.
model studi, analisis normatif sudah banyak Pengetahuan lahir terlebih dahulu baru
digunakan oleh para ilmuan dan peneliti kemudian lahir tindakan karena tindakan itu
terutama di kawasan Timur Tengah, dan di buah dari pengetahuan (Harun: T.Th: 253).
banyak UIN, IAIN dan STAIN di Indonesia. Dengan demikian para siswa didik harus
Penulis memadukan analisis normatif ini mendapat pengetahuan tentang ikhlas dalam
dengan model pendekatan tematik, sehingga belajar, dan kemudian dirangsang agar nilai-
model ini menjadi analisis tematik-normatif. nilai yang terkandung dalam ikhlas itu masuk ke
dalam penjiwaan. Penjiwaan nilai-nilai ikhlas
akan melahirkan sikap belajar yang positif
berupa motivasi dan karakter spiritual
keagamaan yang mampu meletupkan suasana
belajar yang baik, dan melejitkan hasil belajar.
Dorongan untuk mengembangkan dan
menerapkan karakter spiritual keagamaan
Gambar 1. Model analisis tematik-normatif ikhlas ini minimal dapat dikonstruk normanya
dari al-Qur`an surat al Bayyinah ayat 5, al-
Karakter Spiritual Keberagamaan Qur`an surat al-Kahfi ayat 110, dan Hadis Nabi
Ada banyak karakter spitual keagamaan yang riwayat Bukhari dan Muslim dari Amirul
dapat dideskripsikan dari ayat-ayat al-Qur`an, mukminin, Umar bin Khattab tentang niat. QS:
Hadis-Hadis Rasulullah SAW, dan dari al Bayyinah/98;5
pandangan para ulama. Minimal dapat diangkat ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا‬ ٰ ‫َو َمآ اُ ِمر ُْٓوا اِ اَّل لِيَ ْعبُدُوا ه‬
ِ ِ‫ّللاَ ُم ْخل‬
enam karakter. Keenam karakter ini dalam ‫ك ِديْنُ ْالقَيِّ َم ِة‬ َ ِ‫الص هالوةَ َوي ُْؤتُوا ال از هكوةَ َو هذل‬
dapat ditelusuri dalam praktik pendidikan dari Padahal mereka hanya diperintah menyembah
zaman Rasulullah hingga tradisi ulama salaf Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
saleh sebagai berikut: karena (menjalankan) agama, dan juga agar
Tulus (Ikhlas) melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan
Ikhlas dalam Islam menjadi ruh setiap tindakan. yang demikian itulah agama yang lurus
Setiap perbuatan yang tidak didasari (benar).
keikhlasan, perbuatan itu menjadi sia-sia QS: al-Kahfi /18:110
laksana fisik tanpa nyawa. Prinsip ikhlas ini َ‫ي اَنا َمآ اِ هلهُ ُك ْم اِ هلهٌ واا ِح ٌۚ ٌد فَ َم ْن َكان‬‫قُلْ اِنا َمآ اَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُوْ ه ٓحى اِلَ ا‬
sesungguhnya menjadi kekuatan yang ‫صالِحاا و َاَّل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحداا‬ َ ‫يَرْ جُوْ ا لِقَ ۤا َء َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َم اًل‬
menggerakkan setiap amal muslim. Dengan ࣖKatakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya
ikhlas, muslim dapat mempfokuskan diri aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,
terhadap apa yang sedang dikerjakannya. yang telah menerima wahyu, bahwa
Perinsip ikhlas ini harus dikembangakan pada sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang
diri siswa didik agar mereka menjadi pribadi Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap
yang menerapkan prinsip ini dalam kegiatan pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah
pembelajaran. Ikhlas akan membatasi siswa dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
didik dari motif-motif dunia dalam belajar, mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam
meskipun sesungguhnya hal ini wajar, tetapi beribadah kepada Tuhannya.”
Islam mengajarkan prinsip ikhlas agar dalam
menuntut ilmu hanya memiliki satu motivasi Menerapkan Karakter Profetik

22
Saiful Ibad, Margono Mitrohardjono: Pengembangan Karakter Spiritual Keagamaan Siswa Dalam Perspektif Islam

Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam 3 (1) pp 19-26 © 2018

Jujur (shidq), dapat dipercaya (`amaanah), menjadi perhatian semua karena membawa
menyampaikan pesan atau titipan (tabliigh), dan dampak buruk bagi mental anak.
cerdas (fathaanah) adalah empat karakter dasar Fokus Belajar dan Haus Ilmu Pengetahuan
Rasulullah SAW yang membuat sukses misi Masa remaja adalah masa emas buat belajar.
dakwahnya. Empat karakter dasar ini Panca indera yang masih kuat, semangat yang
merupakan satu kesatuan yang terkait erat, tak masih menggelora, dan ditopang oleh fisik yang
terpisahkan. Empat karakter profetik ini harus prima membuat masa remaja menjadi penentu
ditanamkan dan dipraktekkan oleh siswa didik. nasibnya di masa mendatang. Keberhasilan
Karakter jujur harus dipraktekkan dalam proses belajar di masa muda menentukan keberhasilan
pembelajaran di kelas misalnya tidak hidup di masa mendatang. Menurut Ibnul
menyontek dalam ujian dan tugas-tugas Qoyyim al-Jawjiyyah, fokus belajar itu dapat
mandiri. Karakter amanah misalnya dapat dicapai dengan cara menyingkirkan segala
diterapkan dalam mengerjakan tugas-tugas hambatan-hambatannya. Hambatan-hambatan
kelompok. Karakter tabligh dapat dipraktekkan bagi tercapainya fokus belajar itu biasa berupa
dalam pendistribusian tugas-tugas kelas tanpa kelezatan dunia seperti syahwat duniawi. Cara
melakukan sabotase dalam persingan. Karakter terbaik untuk melepaskan diri dari kelezatan
fathanah dapat dipraktekkan dengan duniawi adalah dengan cara memalingkannya
memberikan tugas-tugas yang dapat melejitkan pada Allah sang pencipta kelezatan duniawi itu
kecerdasan. sendiri (Ruslan: 1993: 48). Kelezatan dan
Karakter Rasulullah yang lain, selain empat syahwat duniawi ini seperti gadget, kendaraan,
karakter dasar di atas, adalah bahwa Rasulullah rumah mewah, dan fasilitas-fasilitas mewah
SAW bebas dari trend karakter negatif (al- lainnya. Begitu juga pertemanan yang
bid`ah). Karakter negatif saat ini sering menjauhkan dari suasana belajar.
menggejala di kalangan siswa didik, seperti Makan Makanan Halal Secukupnya, Tidak
karakter bully dan karakter berkelompok untuk Maksiat, dan Banyak Zikir
menindas siswa di luar kelompoknya. Karakter Makan makanan yang halal adalah perintah
Rasulullah yang lain yang dapat diteladani Allah SWT pada setiap hambanya. Mencari
siswa didik adalah Rasulullah berpakaian rapi rizki yang halal, memakan makanan yang halal,
dan bersih. Diriwayatkan dari Abdullah Abi dan mendistribusikan rizki hanya untuk belanja
Umamah al-Harisi Rasulullah SAW yang halal. Bagi orang yang sedang menuntut
mengatakan bahwa bersih-rapi dalam ilmu tidak direkomendasikan banyak makan
berpakaian itu sebagian dari iman (al-Albany: karena banyak makan mengakibatkan banyak
T.Th:341). Berdasarkan karakter ini berarti minum, dan banyak makan dan minum
tidak dibenarkan mencoret pakaian saat mengakibatkan banyak ke kamar kecil dan
kelulusan dan mengotori pakaian dengan telor banyak tidur, akibatnya sedikit belajar dan
saat pesta ulang tahun. Karakter Rasulullah kehilangan banyak kesempatan belajar. Tidak
SAW adalah tidak glamor dalam berpakaian ada dalam sejarahnya para wali dan ulama
(al-Jazari: T.Th.: 110). Rasulullah SAW tidak terkemuka yang makan banyak. Mereka justru
memakai pakaian yang mahal harganya, hanya makan sedikit hanya untuk memenuhi standar
pakaian biasa dan bahkan berpakaian standar minimal bisa beribadah kepada Allah SWT.
orang-orang zuhud. Siswa didik harus Imam Syafi`i berkata “saya merasa makan tidak
menghindari segala jenis permainan yang tidak kenyang selama 16 tahun” (al-Kanani:T.Th:74).
bermanfaat dan bersifat hura-hura. (al- Konsep ini mungkin bertentangan dengan
Baghdadi: 1403 H:154). Belajar dari karakter konsep belajar Barat yang menjadikan nutrisi
ini, permaian atau game yang berbasis internet cukup bahkan harus lebih untuk menunjang
yang saat ini sedang menguasai permainan anak kerja otak.
harus menjadi perhatian orang tua, guru dan Dalam konsep pendidikan Islam, segala bentuk
segenap dunia pendidikan. Kebiasaan anak- maksiat dapat menjadi kendala belajar seperti
anak sekolah nongkrong di mall juga harus lemahnya hapalan siswa didik. Ibrahim bin
Adham menyatakan bahwa di antara menjaga

23
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 3 No. 1 Mei 2018 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

dosa itu memakan makanan yang subhat. Dan mengurangi waktu tidur karena alasan belajar.
meninggalkan sesuatu yang tidak berguna itu Konsep Islam tidak boleh melakukan sesuatu
adalah meninggalkan yang berlebihan (Ibnul yang membahayakan diri sendiri dan orang lain
Qayyim: T.Th : 21). Siswa didik seharusnya (laa dharara wa laa dhiraar). Kalau mengurangi
mendapatkan asupan makanan dan minuman tidur membahayakan bagi kesehatannya maka
yang halal, pakaian yang dikenakan juga dibeli meskipun demi belajar, tidak boleh mengurangi
dengan uang yang halal, rumah yang ditinggali waktu tidur. Standar umum untuk kesehatan,
juga dibangun, disewa atau dibeli dari sumber waktu tidur itu minimal 8 jam (al-Kanani:
dana yang halal. Hal dimaksudkan agar ilmu T.Th.: 77). Syeikh Zarnuji dalam kitab Ta’lim
yang disampaikan seorang guru dalam al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum,
pembelajaran dapat meresap ke dalam dirinya menceritakan bahwa al-Hasan bin Ziyad tidak
dengan baik. Karena dalam pendidikan Islam keluar kamar selama 40 tahun karena alasan
ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah SWT belajar. Muhammad bin Hasan al-Syaibani
tidak dianugrahkan pada orang yang sering tidak tidur semalam suntuk demi menulis
mendapatkan asupan, pakaian dan tempat kitab. Dalam menulis kitab Muhammad bin
tinggal yang halal. Demikian juga dengan Hasan al-Syaibani sering menyiapkan segelas
segala alat pendukung pembelajaran seperti air untuk menghilangkan kantuknya.
buku, ballpoin, laptop dan lain-lainnya juga Menurutnya rasa kantuk itu ibarat panas, maka
harus dibeli dengan sumber dana yang halal airlah yang bisa memadamkannya (Zarnuji:
(Ruslan: 1993: 69). T.Th.: 23).
Yang tak kalah penting bagi penuntut ilmu Menjaga Rasa Hormat terhadap Guru
adalah zikrullah di setiap keadaan dan Tradisi menjaga rasa hormat terhadap guru
kesempatan. Zikir dapat membantu pintu ilmu yang mengajar itu telah terjaga dalam tradisi
pengetahuan. Zikir dapat memberi ketenangan pendidikan Islam. Tradisi para ulama salaf telah
pada hati dan pikiran. Karena dengan zikir menunjukkan bahwa sang guru mendapatkan
dapat membantu melahirkan ide dan gagasan posisi yang sangat penting dalam
dalam belajar. Kelemahan hati itu dua, pertama penghormatan. Dikisahkan bahwa Zaid bin
lupa dan kedua, potensial berdosa. Zikir dapat Tsabit setelah selesai mensalatkan zanajah, lalu
mengikis keduanya. Hal ini seperti tertuang telah disiapkan untuknya seekor untuk
dalam al-Qur`an surat al-Kahfi ayat 28 (Ibnul tunggangannya, maka ketika datang Ibnu
Qayyim: T.Th: 37). Abbas, seseorang yang dipandangnya sebagai
QS: al-Kahfi /18:28 ulama sekaligus seorang guru, maka Zaid bin
َ‫ك َم َع الا ِذ ْينَ يَ ْد ُعوْ نَ َرباهُ ْم بِ ْالغ هَدو ِة َو ْال َع ِش ِّي ي ُِر ْي ُدوْ ن‬ َ ‫َواصْ بِرْ نَ ْف َس‬ Tsabit mempersilahkan Ibnu Abbas untuk
ٌۚ ْ ٌۚ
‫ك َع ْنهُ ْم تُ ِر ْي ُد ِز ْينَةَ ال َح هيو ِة ال ُّد ْنيَا َو ََّل تُ ِط ْع َم ْن‬ ‫ه‬
َ ‫َوجْ هَ ٗه َو ََّل تَ ْع ُد َع ْين‬ menaiki unta tunggangan yang sudah
‫اَ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَهٗ ع َْن ِذ ْك ِرنَا َواتابَ َع ه هَوىهُ َو َكانَ اَ ْمر ُٗه فُ ُرطاا‬ dipersiapkan untuknya. Demikian para sahabat
Dan bersabarlah engkau (Muhammad) dan kaum salaf salih memuliakan seorang guru
bersama orang yang menyeru Tuhannya pada (Ibnul Qoyyim: 1396 H: 5). Dikisahkan juga
pagi dan senja hari dengan mengharap bahwa seseorang berguru dan belajar kepada al-
keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu Hasan selama tiga tahun, selama itu pula ia
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan hanya menyimak dan tidak pernah bertanya
perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah apapun karena hormat sama sang guru al-
engkau mengikuti orang yang hatinya telah Hasan, dan karena takut sang guru terganggu
Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta perasaanya (al-Baghdadi: 1403 H:184).
menuruti keinginannya dan keadaannya sudah
melewati batas.
KESIMPULAN
Sedikit Tidur dan Sedikit Berbicara
Ada enam karakter spiritual keagamaan yang
Tidur bagi siswa didik harus cukup tadi tidak
dapat ditelusuri dari ayat-ayat alQur`an, Hadits-
berlebihan. Ketentuan sedikit tidur itu terkait Hadits Rasulullah SAW, dan dari pandangan
dengan ketentuan sehat. Tapi kalau dikurangi para ulama salaf saleh. Keenam karakter ini
waktu tidur menjadi sakit maka tidak boleh telah dijalankan dalam tradisi kilmuan dan

24
Saiful Ibad, Margono Mitrohardjono: Pengembangan Karakter Spiritual Keagamaan Siswa Dalam Perspektif Islam

Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam 3 (1) pp 19-26 © 2018

pembelajaran yang terjadi antara murid dan Interkoneksi (Sebuah Antologi). Yogyakarta:
guru. Keenam itu adalah pertama, dalam belajar SUKA Press
harus dilandasi niat tulus hanya karena Allah, Harun, Abd al-Salam Muhammad (T.Th.).
bukan karena faktor-faktor lain seperti gelar
Tahdzib `Ihyaa` ‘Uluum al-Diin. Kairo:
akademik, kehormatan, dan lain-lain; kedua,
menerapkan karakter profetik (sidq, amaanah, Nasyr Daar Sa’d Mishr li al-Thibaa’ah wa al-
tabliigh, fathaanah); ketiga, fokus belajar dan Nasyr.
haus ilmu pengetahuan; keempat, makan al-`Albany, Muhammad Nashiruddin (T,Th.).
makanan halal secukupnya, tidak maksiat, dan Silsilah al-`Ahaadits al-Shahiihah. TT.,
banyak zikir; kelima, sedikit tidur dan al-Maktabah al-Islami.
berbicara; dan keenam, menjaga rasa hormat Al-Baghdadi, Abu Bakr Ahmad ibn Ali ibn
terhadap guru. Dengan menjaga dan
Tsabit al-Khathib (1403 H). Al-Jaami’ li
menerapkan enam karakter ini akan sangat
membantu peningkatan prestasi dan mutu `Akhlaaq al-Raawi wa `Aadaab al-
pendidikan. Saami. Riyad: Dar al-Maarif, cet. 1.
Keenam karakter spiritual keagamaan ini tidak Rusaln, Abi Abdillah Muhammad ibn Said
menjadi fokus kajian dalam teoriteori (1993), `Aadab Thaalib al-‘Ilm. Beirut:
pendidikan Barat. Barat lebih memperhatikan Daar ibn Hazm, cet. 1
pada metode dan strategi pembelajaran, Al-Kanani, ibn jamaah (T.Th.). Tadzkiir al-
profesionalitas guru, ketepatan sumber belajar,
Saami wa al-Mutakallim fii `Aadab
dan yang paling menonjol adalah tuntutan
kepemimpinan dalam memenej lembaga al‘Aalim wa al-Muta’allim. TT: Dar al-
pendidikan. Barat tidak menitikberatkan pada Kutub al-Ilmiah.
faktor-faktor etik agar terjadi keharmonisan Ibnul Qayyim, al-Imam (T.Th.). Madaarik al-
dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor Salikin. TT: Dar al-Sunnah
ketersinggungan guru belum dipandang dalam alMuhammadiyyah.
teori Barat sebagai penghambat proses
Ibnul Qayyim. (T.Th.). Al-Waabil al-Shayyib.
pembelajaran di kelas, sementara konsep Islam
melihat itu sebagai penghambat, karena Islam Mesir: al-Maktabah al-Salafiyyah.
menganggap penghormatan terhadap guru Zarnuji, Burhanul Islam (T.Th.). Ta’lim al-
sangat penting dalam konsep pembelajaran, Muta’allim Thuruq al-Ta’allum. Mesir:
sementara Barat hanya berdasar pada komitmen Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, cet. 1.
kontrak belajar yang disepakati bersama. Ibnul Qayyim, al-Imam (1396 H). al-Fawaa`id.
TT: Maktabah al-Jaamiah, cet. 3.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Okenews (2019) “Viral Murid Tantang Guru
karena HP-nya Disita, Teman Sekelas
Malah Tepuk Tangan” edisi Jumat 22
Februari.
Pos-Kupang.Com. (2019) “Inilah sosok HH,
Siswa SMA yang Pukul Gurunya hingga
Tewas dan Kronologi Kejadian” edisi
Kamis 25 Juli 2019.
Anwar, Rosihon, dkk (2004). Pengantar Studi
Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2004.
M. Amin Abdullah, dkk. (2007). Islamic
Studies dalam Paradigma Integrasi-

25
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 3 No. 1 Mei 2018 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

26

Anda mungkin juga menyukai