Anda di halaman 1dari 2

NAMA : FILIA DELVIANA LILOI

NIM : 20221236

KELAS : TEOL B

MATA KULIAH : SEJARAH KEKRISTENAN DALAM BINGKAI GLOBAL

DOSEN PENGAMPU: Pdt. Dr. ASYER TANDAPAI

PERJUMPAAN PADA MASA PORTUGIS DAN VOC (1511-1799)

A. Awal Perjumpaan Pada Zaman Portugis dan Spanyol (± 1511-1700)


1. Selayang pandang masyarakat Islam di kawasan Timur Nusantara pada abad ke-15 s/d ke-16

Pada abad ke-15 agama Islam sudah tersebar di banyak penjuru Nusantara, termasuk
di bagian Timur, khususnya Maluku. Agama Islam masuk dan dibawa oleh para pedagang
Islam dari Timur Tengah dan India. Setelah Islam memasuki kalangan istana dari kerajaan-
kerajaan lokal, Islam menjelma menjadi agama kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut tidak
selalu membentuk jaringan kerjasama atau persekutuan yang menyebabkan diantara mereka
jarang terjadi persaingan bahkan pertikaian berdarah. Sebagian besar kerajaan-kerajaan Islam
tersebut sering kali bertindih tepat dengan kesatuan atau komunitas suku. Dari berbagai
peristiwa yang terjadi dimasa itu, dapat dikatakan bahwa agama Islam telah berhasil menjadi
pemberi identitas bersama dan penggalang solidaritas meskipun hanya pada kalangan
peganutnya.

2. Selayang pandang Portugis dan Spanyol


Portugis dan Spanyol merupakan dua Negara yang dikenal sebagai penganut agama
Kristen Katolik. Keduanya pernah menjadi Negara yang ditaklukan oleh Islam dari Arab
dalam waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan adanya dendam mendalam terhadap
Islam dalam diri kedua negara tersebut. Dendam dan permusuhan yang ada kemudian
diperkuat dengan adanya perang salib. Pada tahun 1453 Konstantinopel jatuh ke tangan Turki
dan menjadi pemegang perdagangan masa itu. Namun, tentu saja bangsa-bangsa Eropa tidak
membiarkan hal tersebut bertahan lama. Mereka berusaha untuk menyaingi bahkan
mematahkan jaringan perdagangan Islam tersebut. hal ini membuat mereka mencari jalan
menuju tempat dimana sumber rempah-rempah berada, yaitu di Maluku. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kedatangan Portugis ke Asia terutama di Nusantara adalah dengan
tujuan untuk berdagang, dan menemukan sumber rempah-rempah agar memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Selain itu, mereka juga mendapat mandat dari Paus Gereja
Katolik Roma untuk memelihara Gereja dan mendukung usaha mengabarkan Injil dan Iman
Kristen. Karena itulah, kedua Negara tersebut mengemban tiga misi : berdagang, menaklukan
wilayah, dan menyiarkan Injil (Gospel, Gold, and Glory). Kombinasi antara para misionaris
yang penuh dedikasi dan pejabat yang bersemangat menyebarkan agama Kristen membuat
perkembangan agama Kristen pada awal dan pertengahan periode kehadiran kedua negara
tersebut cukup mengesankan. Kehadiran Portugis di Nusantara berakhir ketika armaada VOC
masuk ke Nusantara dan mengalahkan Portugis.
3. Seluk-beluk Perjumpaan di Maluku
Pada tahun 1510 Portugis berhasil menguasai Goa serta mendirikan pangkalan dagang
dan militer maupun pusat misinya disana. Begitupun pada tahun berikutnya di Malaka. Pada
tahun 1512 Portugis tiba di Maluku di Pulau Banda yang sebagian penduduknya beragama
Islam. Pada awal masuknya Portugis, para penguasa Islam pribumi, terutama Sultan Ternate,
dan Tidore, tidak mau menjalin hubungan dagang dengan Portugis. Namun, akhirnya
keduanya menjalin hubungan meskipun akhirnya menimbulkan kesulitan bagi keduanya.
Setelah terjadi cekcok yang cukup panjang, akhirnya beberapa orang dari dalam benteng Sao
Paulo dibaptis. Sejak peristiwa baptisan bagi orang moro, diperlihatkan bahwa keputusan
untuk menganut agama Kristen sering kali didasarkan pada pertimbangan politis dari pada
pemahaman atas ajaran dari agama itu.
Pada awal masa pemerintahan Sultan Hairun, hubungan Portugis dengan Ternate cukup
baik. Secara khusus terhadap agama Kristen, Sultan Hairun memperlihatkan sikap antipati. Ia
bahkan memperlihatkan penghargaannya dengan tidak menghalangi anggota keluarga istana
untuk menerima baptisan dan masuk Kristen meskipun ia sendiri menolak untuk masuk
Kristen. Setelah cukup lama, Portugis mencurangi dan memperlakukan Sultan Hairun secara
tidak patut. Bahkan, Portugis menahan Hairun bersama adik dan ibunya tanpa alasan yang
jelas.
4. Kasus pembunuhan Sultan Hairun dan akibat-akibatnya.
Dalam perkembangan selanjutnya tidak semua pejabat Portugis mendukung Sultan Hairun.
Pada bulan Februari 1570, de Mesquita mengundang Sultan Hairun ke benteng Sao Paul di
Ternate untuk mengikat perjanjian damai sehubungan dengan pertikaian yang terjadi.
Tanggal 27 Februari 1570 perjanjian ditandatagani dan diikrarkan. Keesokan harinya ketika
hendak meninjau benteng, Sultan Hairun dibunuh atas perintah panglima. Hal ini
menyebabkan de Mesquita dihukum raja Spanyol atas tindakan kejinya itu.
B. Perjumpaan pada Masa VOC (± 1600-1799)
Perjumpaan kalangan Kristen dengan kalangan Islam pada masa VOC ini tidak hanya
bersifat fisik dan secara langsung, melainkan juga pada tataran pamahaman. Mulai tahun 1800
Indonesia secara politis memasuki perubahan situasi yang berdampak pada perjumpaan Islam
dan Kristen. Pada masa ini, perjumpaan Islam dan Kristen adalah tidak hanya semata-mata
karena jalur perdagangan melainkan juga karena politik dan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai