Anda di halaman 1dari 9

Kesultanan Ternate Dan Tidore

• Sumber Sejarah
• Jejak-jejak arkeologi atau bukti fisik pengaruh budaya Islam dapat dilihat dengan berbagai
bentuk tinggalan budaya Islam masa lampau baik peninggalan kerajaan maupun
peninggalan daerah negeri-negeri yang bercorak Islam. Daerah Pusat kekuasaan Islam di
wilayah Maluku Utara peninggalan arkeologi yang monumental misalnya istana atau
kedaton, masjid kuno, alqur'an kuno dan berbagai naskah kuno lainnya, selain tentu saja
berbagai benda pusaka peninggalan kerajaan. Sementara itu, di wilayah Maluku bagian
selatan, meskipun tidak berkembang menjadi sebuah kesultanan dengan wilayah
kekuasaan yang lebih luas, namun pengaruh Islam dapat dilihat dengan adanya negeri-
negeri bercorak keagaaam Islam. Diantara negeri mbergabung menjadi kesatuan adat
yang menunjukkan adanya ikatan integrasi sosial yang kuat..
Kemunculan Ternate :
Abad/tahun kemunculan
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan
Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara
abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati
kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-
rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya
membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur
dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh
Kepulauan Marshall di Pasifik.

Kemunculan Tidore:
Menurut tradisi sejarah, kerajaan ini memiliki akar yang sama dengan Kerajaan Ternate. Pasalnya,
Syahjati atau Muhammad Naqil, yang mendirikan Kerajaan Tidore adalah saudara Mashur
Malamo, pendiri Kerajaan Ternate.Ketika didirikan pada abad ke-11, kerajaan ini belum bercorak
Islam. Agama Islam baru masuk dan berkembang pada akhir abad ke-15. Kerajaan Tidore
kemudian mencapai masa keemasan pada sekitar abad ke-18, pada periode kekuasaan Sultan
Nuku.Di bawah kekuasaannya, Tidore berkembang pesat hingga disegani oleh bangsa Eropa.
• Letak Kesultanan
Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore
terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi
dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan
penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada
masa itu, kepulauan Maluku) merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar sehingga
dijuluki sebagai "The Spicy Island". Rempah-
rempah menjadi komoditas utama dalam dunia
perdagangan pada saat itu,
sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan
bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam
meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti
ini telah mempengaruhi aspek- aspek kehidupan masyarakatnya, baik
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
• Sultan yang memerintah
Kerajaan Ternate: 4. Sultan Hairun (1550-
1. Sultan Marhum 1570 M)
atau Gapi Baguna
(1465-1485 M)

2. Sultan Zainal Abidin 5. Sultan Baabullah


(1485-1500 M) (1570-1583 M)

Kerajaan Tidore:
Syahadati Raja Jarlolo
3. Sultan Bayansirullah Sultan Nuku (1789-1805
(1500-1522 M) M)
• Kehidupan Ekonomi
Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian
dan perdagangan. Tanah di kepulauan Maluku yang subur
dan diliputi oleh hutan rimba, banyak memberikan hasil
berupa cengkih dan pala. Cengkih dan pala merupakan
rempah-rempah yang sangat diperlukan untuk ramuan
obat-obatan dan bumbu masak, karena mengandung bahan
pemanas. Oleh karena itu, rem-pah-rempah banyak
diperlukan di daerah dingin seperti di Eropa. Dengan hasil
rempahrempah maka aktivitas pertanian dan perdagangan
rakyat Maluku maju dengan pesat.
Kehidupan Politik
Bangsa Barat yang pertama kali datang di Maluku ialah Portugis (1512)
yang kemudian bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Jejak ini diikuti oleh
bangsa Spanyol yang berhasil mendarat di Maluku 1521 dan mengadakan
persekutuan dengan Kerajaan Tidore. Dua kekuatan telah berhadapan,
namun belum terjadi pecah perang. Untuk menyelesaikan persaingan antara
Portugis dan Spanyol, maka pada tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa
yang isinya bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan
kekuasaannya di Filipina dan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku. Untuk
memperkuat kedudukannya di Maluku, maka Portugis mendirikan benteng
Sao Paulo. Menurut Portugis, benteng ini dibangun untuk melindungi
Ternate dari serangan Tidore. Tindakan Portugis di Maluku makin merajalela
yakni dengan cara memonopoli dalam perdagangan, terlalu ikut campur
tangan dalam urusan dalam negeri Ternate, sehingga menimbulkan
pertentangan.
Kehidupan Sosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai
pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus
Xaverius. Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama
Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka
pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis
dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
RUNTUHNYA KESULTANAN TERNATE DAN
Kerajaan Ternate diadu domba dengan Kerajaan Tidore TIDORE
yang dilakukan oleh bangsa asing (Portugis dan Spanyol)
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-
rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore
sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan
Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-
rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan dipulihkan dalam
bentuk organisasi yang kuat

Anda mungkin juga menyukai