Anda di halaman 1dari 12

KERAJAAN

TERNATE-TIDORE
Kelompok 5:
1. Evita Anastasya S (15)
2. Fatikha Yusti K (18)
3. Gisella Agatha (20)
4. Wijdan Miftahul Huda (32)
5. Zaenal Akbar A (34)
Latar Belakang
Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan
perdagangan. Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan
Jawa menyebarkan Islam ke Maluku dan muncul kerajaan-kerajaan Islam
seperti Kerajaan Ternate dan Tidore. Kerajaan Ternate dan Tidore yang
terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara).
Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Ternate-
Tidore adalah catatan perjalana
Tome Pires yang berjudul Suma
Oriental pada tahun 1512-1515
Kehidupan Politik Kerajaan Ternate
Menurut catatan Tome Pires, raja di Maluku yang pertama memeluk agama Islam adalah Gapi
Baguna (Sultan Marhum) karena pengaruh dakwah dari Datuk Maulana Husin. Setelah Sultan
Marhum wafat, ia digantikan oleh Zainal Abidin. Zainal memerintah sampai tahun 1500 dan
yang kemudian memerintah Ternate secara berturut-turut adalah Sultan Sirullah, Sultan
Khairun, dan Sultan Baabulah. Sejak pemerintahan Sultan Khairun, Portugis dan Ternate
bekerja sama dan membangun benteng Sao Paulo untuk melindungi Ternate dari serangan
Tidore dan Spanyol. Lambat laun, Ternate mulai benci terhadap Portugis karena telah
memonopoli perdagangan, sombong dan angkuh, serta mencampuri urusan internal Kerajaan
Ternate.
Pada tahun 1570, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis. Ternate
berada di bawah pimpinan anak Sultan Khairun, yaitu Sultan Baabullah.
Pada tahun 1575, Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate.
Di bawah pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mencapai masa
kejayaannya. Sultan Baabullah mendapat gelar “ Yang Dipertuan”.
Kerajaan Tidore
Menurut catatan Tome Pires, Agama Islam masuk ke Tidore pada tahun 1471.
Pada tahun 1521, raja Jailolo (Sultan Hasanuddin) juga sudah masuk Islam.
Kerajaan Tidore mengikuti jejak Kerajaan Ternate yang membentuk Uli Lima
dengan membentuk Uli Siwa karena Tidore berhasil memperluas daerah
kekuasaan ke Halmahera, Raja Ampat, dan Papua.
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1789-1805). Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba
dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba
oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Setelah Sultan Nuku wafat, ia
digantikan oleh adiknya yaitu Sultan Abiddin (1805-1810).
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di
kepulauan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, banyak memberikan hasil berupa
cengkih dan pala. Cengkih dan pala merupakan rempah-rempah yang sangat diperlukan untuk
ramuan obat-obatan dan bumbu masak, karena mengandung bahan pemanas. Oleh karena itu,
rem-pah-rempah banyak diperlukan di daerah dingin seperti di Eropa. Dengan hasil
rempahrempah maka aktivitas pertanian dan perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat.
Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat di sepanjang Kepulauan Maluku terhadap para
pedagang dan penduduk adalah menganut agama Islam, sedangkan di daerah
pedalaman masih banyak yang menganut kepercayaan animism dan dinamisme.
Kedatangan bangsa asing di Maluku juga menyebabkan masuknya agama
Kristen sehingga rakyat Maluku terdiri dari beragam agama.
Peninggalan Kerajaan Ternate-Tidore
1. Istana Sultan Ternate

2. Benteng Sao Paulo


3. Makam Sultan Baabullah

4. Benteng Tore
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai