KELOMPOK III
PUTRI RAHAYU
NITA PUTRI NANDA
PUTRI DWI SATRIA
RAHMADANI
ABDUL RAUF
SEJARAH KERAJAAN
TERNATE
Semula di Maluku terdapat 4 buah
kerajaan.Yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan
Jailolo. Antara ke 4 kerajaan itu selalu terjadi
perselisian untuk memperebutkan daerah
penghasil rempah-rempah ( cengkeh, paladan
fuli). Akhirnya kerajaan Ternate lah yang
memegang kedudukan penting. Bandar Ternate
menjadi pusat perdagangan rempah- rempah di
Maluku Utara.
Agama Islam tersiar masuk abad 15. Sejak dulu pedagang-
pedagang dari Indonesia Barat khususnya dari Jawa banyak
yang datang berdagang di Maluku. Mereka membawa barang-
barang kebutuhan rakyat, seperti: beras,gula merah, garam, dan
textil. Sebaliknya pedagang-pedagang itu membeli rempah-
rempah untuk diperdagangkan ke bandar- bandar di sekitar Selat
Malaka. Sambil berdagang mereka juga menyebar atau
mengsiarkan agama Islam di Maluku. Setelah disana banyak
penganut agama Islam, banyak pemuda yang dikirimkan ke
Jawa Timur untuk memperdalam menyempurnakan ilmu
agamanya.
Adapun raja Ternate yang pertama-tama menganut agama
Islam ialah Sultan Marhum (1465 - 1486). Sejak itu Ternate
menjadi pusat Islam di Maluku. Pada akhir abad-16 agama
Islam tersiar hingga Mindanao (Philipina Selatan), karena
Mindanao menjadi daerah kekuasaan Ternate.
Persaingan Ternate — Tidore. Telah berabad-abad lamanya
antara Ternate dan Tidore terjadi persaingan—pertentangan. Baik
Ternate maupun Tidore selalu berusaha untuk menguasai sendiri
seluruh hasil rempah- rempah. Hal itu menyebabkan timbulnya 2
persekutuan yang memecah persatuan rakyat Maluku.
Kedua persekutuan tadi ialah:
1. Persekutuan 5 (=uli— lima) dipimpin oleh Ternate.
2. Persekutuan 9 (= uli— siwa) dipimpin oleh Tidore.
Hubungan Ternate dengan orang Portugis. Orang Portugis
pertama kali datang di Maluku pada tanun 1512. Mereka
disambut dengan baik oleh Ternate maupun Tidore. Selanjutnya
baik Ternate maupun Tidore, saling berusaha untuk menarik
orang Portugis ke pihaknya. Keduanya menawarkan kepada
Portugis untuk mendirikan pangkalan tetap di sana serta menjadi
pembeli tunggal cengkeh ;
Tawaran Ternate dan Tidore itu mernpunyai 2 tujuan:
1. Agar Portugis menjadi langganan tetap hingga méndatangkan
keuntungan yang besar.
2. Agar Portugis menjadi sekutu yang setia guna menghadapi lawan
atau saingannya.
Portugis akhirnya memilih bersekutu atau bersahabat dengan
Ternate. Sebagai realisasi dan persekutuan itu, pada tahun 1521
Portugis mendirikan benteng Santo Paolo di Ternate. Dengan benteng
Santo Paolo sebagai basis kekuatannya, setapak demi setapak
Portugis hendak menguasai seluruh Maluku. Sultan Ternate,
yaitu Hairun dengan putranya Baabullah dipaksa untuk mengakui
kekuasaan raja Portugal (1564).
Persaingan Portugis — Spanyol di Maluku. Sultan Ternate yang
merasã diabaikan oleh Portugis kemudian bersahabat dengan Spanyol
(tahun 1526). Persaingan dan pertentangan antara Ternate- Portugis
di satu pihak dengan Tidore Spanyol di lain pihak mengeruhkan
suasana Maluku. Masing-masing pihak selalu mencari keuntungan
Berhubung dengan kehadiran Spanyol di Maluku, raja Portugal
mengajukan protes keras. karena dianggap melanggar
perjanjian Tordesillas tahun 1494. Untuk melerai persengketaan
antara Portugal — Spanyol mengenai soal Maluku lalu diadakan
perjanjian di Saragosa pada tahun 1 529.Sungguh suatu perbuatan
yang sombong, mereka menganggap dunia ini seluruhnya sebagal
milik mereka sendiri.
Rakyat Ternate mengusir orang Portugis. Sultan Hairun yang
dengari paksa disuruh mengakui kekuasaan raja Portugal tidak pernah
menghiraukan soal itu. Beliau tetap menjalankan politik pemerintahan
atas kemauannya sendiri. Oleh sebab itulah kerjasama Ternate —
Portugis makin lama makin memburuk. Hubungan yang tidak serasi
lebih dirusakkan oleh sikap atau perbuatan gubernur dan orang-orang
Portugis yang loba-tamak karena ingin lekas kaya. Ketika gubernur
De Mesquita hendak merampas hak Sultan atas keuntungan dalam
perdagangan cengkeh, Sultan mempertahankannya mati-matian.
Pertempuran yang hampir pecah dapat dielakkan. Persahabatan akan
diadakan kembali.
Kemudian upacara perdamaian diadakan. Hairun
bersumpah atas Al Qur’an Sedang De Mesquita bersumpah
atas kitab Injil. Akan tetapi ketika Hairun berkunjung ke
benteng Portugis, dengan tiba-tiba ía dibunuh
(1570).Peristiwa pembunuhan Hairun menggemparkan
seluruh Ternate. Dibawah pimpinan Sultannya yang baru,
yaitu Baabullah (1 570—1 583) rakyat Ternate bangkit
melawan orang Portugis. Bahkan Sultan Tidore juga
membantu Baabullah. Akhirnya orang-orang Portugis dapat
ditundukkàn. Orang Portugis yang menyerah diperlakukan
dengan baik oleh rakyat Ternate. Setelah tahun 1575
kekuasaan Portugis di Ternate dan Maluku Utara berakhir.
Selanjutnya Portugis memindahkan pusat kegiatannya ke
Ambon hingga tahun 1605. Pada tahun 1605 itu Portugis
diusir dari Ambon oleh VOC.
Masa kebesaran dan keruntuhan Ternate. Di bawah
pemerintah Sultan Baabullah, Ternate mengalami kebesarannya.
Selain Baabullah berhasil mengenyahkan kekuasaan orang Portugis
dan Maluku Utara, Baabullah berhasil pula meluaskan
kekuasaannya hingga Mindanao di sebelah Utara dan Hitu (Ambon)
di sebelah selatan. Kekuasaan Ternate meliputi 72 pulau besar dan
kecil. Sedangkan usaha Ternate untuk menguasai Tidore mengalami
kegagalan. Demikian pula usahanya untuk mengusir Portugis dari
Ambon.
Sepeninggal Baabullah pada tahun 1583, takhta jatuh ketangan
putranya: Sahid Barkat. Lambat laun kebesaran Ternate mulai
suram, karena menghadapi tekanan yang berat dari Spanyol di
sebelah utara dan VOC di sebelah selatan. Kemudian setelah
Spanyol memusatkan seluruh perhatiannya ke Pilipina, VOC dengan
leluasa menanamkan pengaruhnya di Maluku. Sultan Ternate dan
Tidore mengakui kekuasaan VOC hingga bukan lagi sebagai suatu
negara yang bebas dan merdeka (pertengahan abad 17).
SEJARAH KERAJAAN TIDORE
Tidore merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di
gugusan kepulauan Maluku Utara, tepatnya di sebelah barat
pantai pulau Halmahera. Sebelum Islam datang ke bumi
Nusantara, pulau Tidore dikenal dengan nama; “Limau
Duko” atau “Kie Duko”, yang berarti pulau yang bergunung
api. Penamaan ini sesuai dengan kondisi topografi Tidore
yang memiliki gunung api –bahkan tertinggi di gugusan
kepulauan Maluku– yang mereka namakan gunung “Kie
Marijang”. Saat ini, gunung Marijang sudah tidak aktif lagi.
Nama Tidore berasal dari gabungan tiga rangkaian kata
bahasa Tidore, yaitu : To ado re, artinya, ‘aku telah
sampai’.
Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad
ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau
Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak
pulau-pulau di pesisir Papua barat. Pada tahun 1521, Sultan
Mansur dari Tidore menerima Spanyolsebagai sekutu untuk
mengimbangi kekuatan Kesultanana Ternate saingannya
yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya
Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes
dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian
Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling
merdeka di wilayah Maluku. Terutama di bawah
kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689),
Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap
wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir
abad ke-18.
Awal Perkembangan Kerajaan Tidore