Ternate
Kelompok : 9 (sembilan)
Anggota : Nabhan fadil fauzan
Ridwan wahyudi
Rama taufiq
Semula di Maluku terdapat 4 buah kerajaan. yaitu Ternate. Tidore.
Bacan dan Jailolo. Antara ke 4 kerajaan itu selalu terjadi perselisian
untuk memperebutkan daerah penghasil rempah-rempah (=
cengkeh, paladan fuli). Akhirnya kerajaan Ternatelah yang
memegang kedudukan penting. Bandar Ternate menjadi pusat
perdagangan rempah- rempah di Maluku Utara.
Agama Islam tersiar masuk abad 15. Sejak dulu pedagang-
pedagang dari Indonesia Barat khususnya dan Jawa banyak yang
datang berdagang di Maluku. Mereka membawa barang-barang
kebutuhan rakyat, seperti: beras.gula merah, garam, dan textil.
Sebaliknya pedagang-pedagang itu membeli rempah-rempah untuk
diperdagangkan ke bandar- bandar di sekitar Selat Malaka. Sambil
berdagang mereka juga menyebar atau mengsiarkan agama Islam di
Maluku. Setelah disana banyak penganut agama Islam, banyak
pemuda yang dikirimkan ke Jawa Timur untuk memperdalam
menyempurnakan ilmu agamanya.
Adapun raja Ternate yang pertama-tama menganut agama Islam
ialah Sultan Marhum (1465 - 1486). Sejak itu Ternate menjadi pusat
Islam di Maluku. Pada akhir abad-16 agama Islam tersiar hingga
Mindanao (Philipina Selatan), karena Mindanao menjadi daerah
kekuasaan Ternate.
Persaingan Ternate — Tidore. Telah berabad-abad lamanya antara
Ternate dan Tidore terjadi persaingan—pertentangan. Baik Ternate
maupun Tidore selalu berusaha untuk menguasai sendiri seluruh
hasil rempah- rempah. Hal itu menyebabkan timbulnya 2
persekutuan yang memecah persatuan rakyat Maluku.
Kedua persekutuan tadi ialah: 1. Persekutuan 5 (=uli— lima)
dipimpin oleh Ternate.
2. Persekutuan 9 (= uli— siwa) dipimpin oleh Tidore.
Hubungan Ternate dengan orang Portugis. Orang Portugis
pertama kali datang di Maluku pada tanun 1512. Mereka disambut
dengan baik oleh Ternate maupun Tidore. Selanjutnya baik Ternate
maupun Tidore, saling berusaha untuk menarik orang Portugis ke
pihaknya. Keduanya menawarkan kepada Portugis untuk mendirikan
pangkalan tetap di sana serta menjadi pembeli tunggal cengkeh ;
Tawaran Ternate dan Tidore itu mernpunyai 2 tujuan: 1. Agar
Portugis menjadi langganan tetap hingga méndatangkan keuntungan
yang besar.
2. Agar Portugis menjadi sekutu yang setia guna menghadapi lawan
atau saingannya.
Portugis akhirnya memilih bersekutu atau bersahabat dengan
Ternate. Sebagai realisasi dan persekutuan itu, pada tahun 1 521
Portugis mendirikan benteng Santo Paolo di Ternate. Dengan
benteng Santo Paolo sebagai basis kekuatannya, setapak demi
setapak Portugis hendak menguasai seluruh Maluku. Sultan
Ternate, yaitu Hairun dengan putranya Baabullah dipaksa untuk
mengakui kekuasaan raja Portugal (1564).
Persaingan Portugis — Spanyol di Maluku. Sultan Tidore yang
merasã diabaikan oleh Portugis kemudian bersahabat dengan
Spanyol (tahun 1526). Persaingan dan pertentangan antara Ternate-
Portugis di satu pihak dengan Tidore Spanyol di lain pihak
mengeruhkan suasana Maluku. Masing-masing pihak selalu mencari
keuntungan sendiri-sendiri. Berhubung dengan kehadiran Spanyol di
Maluku, raja Portugal mengajukan protes keras. karena dianggap
melanggar perjanjian Tordesillas tahun 1494. Untuk melerai
persengketaan antara Portugal — Spanyol mengenai soal Maluku
lalu diadakan perjanjian di Saragosa pada tahun 1 529. Perjanjian
tersebut antara lain :
menentukan: Maluku diserahkan kepada Portugal. sedang Spanyol
memperoleh Pilipina.
Süngguh suatu perbuatan yang sombong, mereka menganggap dunia
ini seluruhnya sebagal milik mereka sendiri.