Anda di halaman 1dari 21

KERAJAAN

TERNATE DAN
TIDORE
Ellena Aquista Margaretha / 13
Kezia Immanuelita Malau /20
Luna Ardhagia /21
Muhamad Alfa Rifky /25
Rasyadha Justitianisa / 37
Tria Nurkhosyiya / 44
Zidny Maulida N. / 46
Letak Ternate dan
Tidore
Secara geografis, letak Kerajaan Ternate dan Tidore berada di
daerah yang penting dalam dunia perdagangan pada waktu itu.
Yaitu di Kepuluan Maluku. Sebab di masa itu Maluku merupakan
daerah penghasil rempah-rempah terbesar, hingga dijuluki sebagai
“the Spice Island”.

Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran


perdagangan pada masa itu. Sehingga, banyak pedagang dari negara
yang berbeda datang dengan tujuan untuk menemukan sumber
rempah-rempah yang melimpah. Sehingga, munculan keinginan
untuk menguasai wilayah penghasil rempah-rempah tersebut.
KERAJAAN TERNATE DAN
Pada saat itu, berdirilah empat kerajaan islam di Maluku
SEJARAH BERDIRINYA

yang dulunya disebut Maluku Kie Raha atau Maluku


Empat Raja. Maluku Kie Raha memiliki arti kesultanan
Ternate yang diperintah Sultan Abidin sejak tahun 1486
TIDORE

hingga 1500, kesultanan Tidore yang diperintah oleh


Sultan Mansur, kesultanan Jailolo yang diperintah oleh
Sultan Sarajati, serta kesultanan Bacan yang diperintah
oleh Sultan Kaicil Buko. Di masa Kesultanan masih
berkuasa, keberadaan masyarakat muslim di Maluku sudah
menyebar hingga ke Banda, Hitu, Maknyan, Haruku, dan
juga Halmahera.
KERAJAAN TERNATE DAN

Pada waktu itu, kedudukan Kerajaan Ternate dan


SEJARAH BERDIRINYA

Tidore berada di Maluku Utara tepatnya di sebelah


Pulau Halmahera. Di sana juga terdapat dua kerajaan
lain yang mempunyai peran penting dalam melawan
TIDORE

kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku.


Seiring bertambahnya waktu, kedua kerajaan tersebut
bersaing dalam memperebutkan hegemoni politik
yang ada di daerah Maluku. Di samping itu, Kerajaan
Ternate juga dikenal sebagai Kerajaan Gapi, yang
sudah berdiri sejak tahun 1257.
SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN
TERNATE TIDORE
Di wilayah Maluku bagian timur serta pantai yang berada di Irian Jaya
atau Papua telah dikuasai oleh Kerajaan Tidore. Sementara itu, Kerajaan
Ternate juga telah menguasai sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo,
dan Banggai di Sulawesi, hingga Flores dan Mindanao. Puncak kejayaan
Kerajaan Ternate ada di masa kepemimpinan Sultan Baabullah. Sementara
puncak kejayaan Kerajaan Tidore ada pada masa kepemimpinan Sultan
Nuku.
Kedua kerajaan tersebut bersaing dalam bidang perdagangan, sehingga
memunculkan dua persekutuan dagang. Dalam dua persekutuan tersebut
terdapat pemimpin di dalamnya, diantaranya:
Uli-Lima (Persekutuan Lima Bersaudara) yang diketuai oleh Ternate.
Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan Bersaudara) yang diketuai oleh Tidore.
Pendiri Kesultanan Ternate adalah Baab Mashur
Malamo, yang berkuasa antara tahun 1257-1272
masehi. Pada awalnya, kerajaan ini belum bercorak
Islam. Keluarga kerajaan baru memeluk Islam pada
masa pemerintahan Raja Marhum (1465-1486 M).
Setelah berubah menjadi kerajaan Islam, gelar raja
PENDIRI KERAJAAN kemudian diganti dengan sultan.
TERNATE
Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan
Tidore yang bernama Syahjati atau
Muhammad Naqil adalah saudara Mashur
Malamo, raja pertama Kerajaan Ternate.
Sejak didirikan pada 1081 M, letak
Kerajaan Tidore tercatat beberapa kali
mengalami pemindahan ibu kota.
PENDIRI KERAJAAN
TIDORE
Sultan Nuku (1780–1805)

j a
Raja yang membawa kerajaan Tidore ke

R a Puncak Kejayaan

e rk e n a l
T
Sultan Baabullah adalah Sultan Ternate
terbesar. Ia bertahta pada tahun 1570
sampai 1583. Ia menggantikan ayahnya,
Sultan Khairun
Pada saat Portugis memasuki wilayah Maluku, pihak portugis langsung

KERAJAAN TERNATE
KEHIDUPAN POLITIK memihak sekaligus membantu Ternate di tahun 1521. Sebab, Portugis
mengira bahwa Kerajaan Ternate memiliki kekuatan yang lebih besar.
Bangsa Spanyol juga datang ke Maluku. Namun pihak Spanyol langsung
membantu pihak Kerajaan Tidore, sehingga munculah perselisihan diatara
kaum putih di daerah Maluku. Untuk menghindari peperangan, Paus yang
TIDORE
ada kala itu turun tangan dengan cara menentukan garis batas antara
kedua kerajaan wilayah timur dengan melalui
Perjanjian Saragosa.

Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Hairun memerintah Portugis


untuk mendirikan benteng dan kemudian dinamakan Benteng Santo Paulo.
Namun tingkah dari Portugis tidak disukai oleh masyarakat bahkan dan
pejabat dalam Kerajaan Ternate.
Setelah kematian Sultan Hairun, tahta kerajaan beralih ke Sultan
Baabullah putra dari Sultan Hairun, dan Kerajaan Ternate bangkit dalam
melawan pihak Portugis. Sehingga di tahun 1575 M, Portugis dapat
dilumpuhkan serta diberikan kesempatan untuk meninggalkan benteng.
Kehidupan ekonomi di dalam Kerajaan Ternate dan
Tidore bisa dibilang cukup sukses. Karena

TERNATE DAN
Kepulauan Maluku merupakan tempat yang subur
serta ditumbuhi hutan rimba yang banyak
EKONOMI
KONDISI

TIDORE
menghasilkan cengkeh dan juga pala.
Di abad ke 12 M, permintaaan rempah-rempah
semakin meningkat, sehingga menyebabkan rempah-
rempah menjadi komoditi yang penting bagi
Kerajaan Ternate. Pesatnya perkembangan
perdagangan yang terjadi hingga keluar Maluku
menimbulkan terbentuknya persekutuan yang
positif. Mata pencaharian perikanan juga turut
mendukung dalam perekonomian masyarakat.
Kedatangan Portugis ke wilayah Maluku bukan tanpa sebab, mereka ingin menjalin
kerjasama dalam hal perdagangan dan juga mendapatkan hasil dari rempah-rempahnya.
Pihak Portugis juga memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katholik.

Dan pada tahun 1534 M, agama Katholik memang sudah memiliki kedudukan yang kuat di
wilayah Halmahera, Ternate, serta Ambon, berkat kegiatan yang dilakukan oleh Fransiskus
Xaverius.
Namun, memang agama Islam menjadi agama dari sebagian besar masyarakat Maluku. Oleh
sebab itu, perbedaan agama ini tidak dimanfaatkan oleh Kerajaan Portugis untuk
memancing perselisihan diantara rakyat kerajaan.
Setelah masuknya pihak Belanda ke tanah Maluku, rakyat yang tadinya memeluk agama
Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal tersebut memicu permasalahan serius
dalam kehidupan rakyat kerajaan. Sebab rakyat kala itu merasakan tekanan

KEHIDUPAN SOSIAL KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE


Rakyat Kepualaun Maluku pada waktu itu
KERAJAAN TERNATE
KEHIDUPAN BUDAYA

didominasi oleh aktivitas perekonomian


nampaknya, tidak begitu banyak memiliki
kesempatan dalam hal menghasilkan karya-
TIDORE

karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis


kebudayaan yang ada pada rakyat Maluku
tidak begitu banyak, yang dapat diketahui
hanya sejak dari zaman berkembangnya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan
Tidore.
Masa Kejayaan Kerajaan Ternate dan Tidore
Agama Islam mulai masuk ke dalam Kerajaan Ternate yang dibawa
oleh Ciriliyah yang merupakan raja dari Kerajaan Tidore yang ke-9.
Ciriliyah juga dikenal sebagai Sultan Jamaluddin yang masuk ke
dalam Islam berkat dakwah yang disampaikan oleh Syekh Mansur
dari Arab. Kerajaan Tidore memasuki puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku yang memerintah
sejak tahun 1780 hingga 1805 M.

Sultan Nuku pada waktu itu berhasil menyatukan Ternate dan Tidore
berkat bantuan dari Inggris. Sementara itu, pihak Belanda kalah dan
kemudian diusir dari Tidore dan Ternate.
KERAJAAN TERNATE DAN
Kerjaan Ternate mulai mengalami kemunduran sejak adanya
peristiwa adu domba yang dilakukan oleh pihak asing yakni

KERUNTUHAN
Portugis dan Spanyol yang tak lain ingin memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah terbesar itu.

TIDORE
Kemudian, adu domba tersebut diketahui oleh Sultan Ternate dan
Sultan Tidore, sehingga mereka bergegas untuk bersatu dan
kemudian mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan
Maluku. Namun sayang, kemenangan tersebut tidak berlangsung
lama, sebab pihak VOC telah berhasil menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku
Peninggalan Kerajaan Ternate
Bangunan bersejarah ini berada di
tengah Kota Ternate. Saat ini,
KERATON KESULTANAN bangunan bersejarah ini dikelola
menjadi cagar budaya untuk
melestarikan sejarah yang ada. Bukti
TERNATE
kejayaan Kerajaan Ternate bisa dilihat
dari interior bangunan yang dipenuhi
dengan emas. Didalamnya terdapat
sejumlah peninggalan perhiasan emas
yang biasa dipakai oleh sultan dan
permaisurinya pada zaman dahulu.
Selain itu, Pusaka milik sang sultan
juga masih terpajang rapi, seperti
senjata yang meliputi senapan,
meriam kecil, tombak, perisai, baju
besi, dan topi perang.
Masjid Sultan Ternate terletak di
MASJID SULTAN kawasan Jalan Sultan Khairun,
Kelurahan SoaSio, Kecamatan
Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi
Maluku Utara. Masjid ini menjadi
bukti keberadaan Kesultanan Islam
pertama di kawasan timur Nusantara.
TERNATE

Masjid ini pembangunannya telah


dirintis sejak Kerajaan Ternate
dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin.
Di masa kini, Masjid Sultan Ternate
masih difungsikan sebagai tempat
ibadah bagi masyarakat muslim di
Maluku Utara.
Sultan Babullah adalah raja
Ternate ke-24 yang
berkuasa pada tahun 1570–
MAKAM SULTAN

1583. Beliau dimakamkan


di Puncak Bukit
Foramadiahi, kampung
BABULLAH

tertinggi dan tertua yang


ada di Ternate. Namun,
untuk sampai di makam
sang sultan harus mendaki
Gunung Gamalama sejauh
1km.
Peninggalan Kerajaan Tidore
Kadato Kie juga disebut
Kadaton Tidore, adalah
istana tempat bersemayamnya

KADATO KIE
sultan dari Kesultanan
Tidore. Istana ini terletak di
Kelurahan Soasio, Kecamatan
Tidore, Kota Tidore
Kepulauan. Istana ini pernah
hancur di awal abad ke-20.
Baru pada tahun 1997
dimulai pembangunan
kembali atas dorongan dari
Sultan Djafar Syah, dan
selesai pada Maret 2010
BENTENG TORRE DAN
Benteng Torre dibangun pada
tahun 1578 yang juga
memperoleh izin dari Sultan
Gapi Baguna. Nama benteng

TAHULA
ini diambil dari Kapten
Portugis saat itu, yakni De La
Torre. Tak jauh dari Benteng
Torre, ada Benteng Tahula
yang dibangun oleh bangsa
Spanyol pada tahun 1610.
Benteng ini berdiri gagah di
tengah Desa Soasio, Pulau
Tidore, Provinsi Maluku Utara.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai