Anda di halaman 1dari 17

KERAJAAN KERAJAAN ISLAM INDONESIA

 1. MALUKU
Terdapat beberapa kerajaan di Maluku , yang paling terkenal adalah Kerajaan Ternate dan
Tidore
 TERNATE

 Latar Belakang

Sejarah berdirinya Kerajaan Ternate bermula dari keberadaan empat kampung yang masing-
masing dikepalai oleh seorang kepala marga atau disebut Momole. Empat kampung tersebut
kemudian sepakat membentuk kerajaan, tetapi kala itu raja dan rakyatnya belum diketahui
agamanya. Sejak zaman dahulu, Ternate dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga
penduduknya telah berhubungan dengan para pedagang dari Arab, Melayu, ataupun China.
Seiring ramainya aktivitas perdagangan, ancaman dari para perompak pun semakin
meresahkan. Setelah dilakukan musyawarah, para Momole sepakat menunjuk Momole Ciko
sebagai kolano atau raja mereka. Sejak 1257 M, Momole Ciko resmi menjadi raja pertama
Kerajaan Ternate dengan gelar Baab Mashur Malamo. Kerajaan ini terletak di Pulau Ternate,
Provinsi Maluku Utara.

 Perkembangan dan Masa Kejayaan


Pada abad ke-15, Kerajaan Ternate mengalami perkembangan pesat, terutama di bidang
perdagangan dan pelayaran, berkat kekayaan rempah-rempahnya.
Akan tetapi, kestabilan kerajaan sempat terancam ketika bangsa Portugis mulai menginjak
tanah Ternate. Bangsa Portugis tiba di Ternate ( Maluku ) pada tahun 1521 Ketika saat itu
kerajaan Ternate sedang berperang melawan Tidore. Kedatangan bangsa Portugis di Ternate
mendapat sambutan hangat dari raja Ternate. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar bangsa
Portugis dapat dijadikan sekutu dalam menghadapi kerajaan Tidore yang dibantu oleh Spanyol.

Namun sejak awal abad ke-16, sultan Ternate yaitu Sultan Khairun mulai melakukan
perlawanan terhadap bangsa Portugis yang dirasa akan memonopoli perdagangan di
wilayahnya. Terlebih lagi, Portugis telah mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Sao
Paulo di Ternate. Namun dengan adanya perlawanan dari Aceh dan Demak yang terus
mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat bala
bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur
Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja perundingan dan akhirnya
dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.

Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk mengusir Portugal,
bahkan seluruh Maluku kini mendukung kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah
(1570-1583). Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan Maluku
untuk selamanya pada tahun 1577 M
Kemenangan Ternate atas Portugis ini tercatat sebagai kemenangan pertama putra nusantara
melawan kekuatan barat. Selain itu, Sultan Baabullah (1570–1583 M) juga mengantarkan
Kerajaan Ternate menuju puncak kejayaan. Di bawah pemerintahan Sultan Baabullah, wilayah
kekuasaan Kerajaan Ternate membentang dari Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur,
Sulawesi Tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina, dan Kepulauan Marshall di Pasifik.
Pencapaian tersebut membuat Sultan Baabullah dijuluki sebagai Penguasa 72 Pulau yang
semuanya berpenghuni.
Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil
menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.

 Faktor Faktor yang mendorong perkembangan


1. Kaya akan rempah rempah
2. Memiliki armada militer yang kuat
3. Memiliki wilayah kekuasaan yang luas membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi
bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh
Kepulauan Marshall di Pasifik.

 Faktor factor yang mengakibatkan kemunduran

Kemunduran Kerajaan Ternate Kerajaan Ternate mulai mengalami kemunduran setelah Sultan
Baabullah wafat pada 1583 M. Tidak lama kemudian, Spanyol berani melakukan serangan dan
berhasil merebut Benteng Gamulamu pada 1606 M. Kekalahan demi kekalahan yang diderita
memaksa Ternate meminta bantuan Belanda pada tahun 1603. Ternate akhirnya berhasil
menahan Spanyol namun dengan imbalan yang amat mahal. Belanda akhirnya secara
perlahan-lahan menguasai Ternate. Pada tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate
menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan bantuan Belanda melawan
Spanyol. Pada tahun 1607 pula Belanda membangun benteng Oranje di Ternate yang
merupakan benteng pertama mereka di nusantara. Kehidupan politik Kerajaan Ternate pun
semakin kacau saat VOC datang dan memenangkan persaingan melawan bangsa barat
lainnya. Sejak saat itu, VOC memegang hak atas monopoli perdagangan dan mulai mendirikan
benteng di Ternate. Menjelang akhir abad ke-17, Kerajaan Ternate sepenuhnya berada di
bawah kendali VOC.

 Kesultanan Tidore

 Latar Belakang

Menurut tradisi sejarah, Kerajaan Tidore ini disebut memiliki akar sejarah yang sama dengan
berdirinya Kerajaan Ternate. Sebab, Syahjati atau Muhammad Naqil, yang mendirikan Kerajaan
Tidore adalah saudara Mashur Malamo, pendiri Kerajaan Ternate. 

Kerajaan Tidore pertama kali didirikan pada tahun 1081. Saat itu, agama dan letak pusat
kekuasaan Kerajaan Tidore belum bisa dipastikan. Baru pada periode pemerintahan Kolano
Balibunga, sumber sejarah Tidore mulai sedikit ditemukan, teman-teman. Pada 1495, diketahui
bahwa kerajaan ini berpusat di Gam Tina dengan Sultan Cirilati atau Sultan Djamaluddin
sebagai rajanya. 

Sultan Djamaluddin masuk Islam karena dakwah seorang ulama dari Arab. Sultan ini pun
diketahui merupakan raja pertama yang memakai gelar Sultan.Dengan masuknya Islam ke
Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat pun ikut terpengaruh. Sepeninggal
Sultan Djamaluddin, Kesultanan Tidore dipimpin oleh Sultan Al Mansur. Ia memindahkan ibu
kota dekat Kerajaan Ternate. 

Pada masa kepemimmpinan Sultan Al Mansur, pengaruh asing pun mulai masuk ke Maluku
Utara. Pada 1521, Sultan Mansur menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi
kekuatan Kesultanan Ternate. 

 Masa Kejayaan

Masa Kejayaan Kerajaan Tidore ini diketahui berada pada kepemimpinan Sultan Nuku pada
1897-1805. Saat ia berkuasa, wilayah kekuasaannya telah berkembang ke sebagian besar
Pulau Halmahera, Pulau Buru, Pulau Seram, dan Papua bagian barat. Dengan struktur
pemerintahan yang sudah teratur, kehidupan politik Kerajaan Tidore pun bisa berjalan dengan
lancar dan baik.Tak hanya itu saja, Sultan Nuku juga dianggap paling gigih dan sukses dalam
melawan dan mengusir Belanda. 

Bahkan, Sultan Nuku bisa menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan
penjajahan Belanda. Serangkaian perjuangan rakyat Maluku pun membuahkan hasil, ditandai
dengan menyerahnya Belanda apda 21 Juni 1801 Dengan begitu, wilayah Ternate, Tidore,
Bacan, dan Jailolo pun kembali merdeka dari kekuasaan asing. Di bawah kekuasaan Sultan
Nuku, Kerajaan Tidore menjadi sangat besar dan disegani di seluruh kawasan itu, teramsuk
oleh Bangsa Eropa.

 Kemunduran Kerajaan Tidore

Awal penyebab kemunduran Kerajaan Tidore adalah adu domba dengan Kerajaan Ternate
yang dilakukan oleh Portugis dan Spanyol. Ketika sadar diadu domba, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan itu tidak bertahan lama, karena pihak Belanda atau VOC berupaya untuk
menguasai perdagangan rempah di Maluku.Setelah Sultan Nuku meninggal pada tahun 1805,
Belanda pun kembali mengincar Tidore karena kekayaannya. Keadaan itu didukung dengan
kondisi di Kerajaan Tidore yang terus mengalami konflik internal, akhirnya Belanda berhasil
menaklukkan Tidore 

 Hubungan Ternate dan Tidore

Kesultanan Terante dan Tidore adalah dua kerajaan yang memilki peran besar dalam
menghadapi kekuatan kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam
perkembangan selanjutnya kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni kekuasaan
politik di Kawasan Maluku.

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah rempah sehingga kedua
daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah rempah di Asia Tenggara.

Adapun wilayah kekuasaan ke dua kerajaan meliputi, wilayah Maluku bagian timur dan pantai
pantai Irian ( Papua ) dikuasai oleh kesultanan Tidore. Sedangkan sebagian besar wilayah
Maluku, Gorontalo dan Binggai di Sulawesi sampai Flores dan Minadanau dikuasai oleh
kesultanan Ternate.

Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaanpada masa pemerintahan Sultan Baabullah,


sedangkan kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan
Nuku.

Persaingan antara Ternate dan Tidore dalam bidang perdagangan menimbulkan dua
persekutuan dagang :

1. Uli Lima ( Persekutuan Lima ), dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram , Obi, Ambon
dan Ternate sendiri

2. Uli Siwa ( Persekutuan Sembilan ), dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, jailolo
sampai ke Papua

 2. KERAJAAN MALAKA

 Latar belakang

Pada awal abad ke-15 M,terjadi perang saudara di kerajaan majapahit.Dalam peperangan
tersebut,seorang pangeran kerajaan majapahit yang bernama Paramisora diiringi para
pengikutnya malarikan diri dari daerah Blambangan ke Turmasik (Singapura).

Daerah Turmasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan.Karena
itu,Paramisora beserta pengikutya melanjutkan perjalanan ke arah utara sampai di Semanjung
Malaya.

Di daerah itu,Paramisora membangun sebuah kampung bersama para pengikutnya dengan di


bantu oleh para petani dan nelayan setempat.Perkampungan itu di beri nama Malaka.daerah
perkampungan yang baru dibangun itu mengalami perkembangan yang cukup pesat karena
letaknya yang strategis,yaitu di tepi jalur pelayaran dan perdagangan selat malaka.
Dalam dunia perdagangan,Malaka berkembang sebagai penghubung antara dunia barat
dengan dunia timur .perkembangan yang sangat pesat itu mendorong Paramisora untuk
membangun sebuah kerajaan yang bernama malaka dan ia pun langsung menjadi rajanya.

Aktivitas perdagangan di selat malaka pada waktu itu di dominasi oleh pedagang islam.Untuk
itu, paramisora memutuskan untuk menganut agama islam.ia pun mengganti namanya menjadi
Iskandar syah dan menjadikan kerajaan malak sebagai kerajaan islam.

 Faktor - faktor yang mempengaruhi Kejayaan Kesultanan Malaka :


1. Letaknya yang strategis (berada di sekitar selat Malaka).
2. melemahnya kekuatan Majapahit dan Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak memiliki
persaingan dalam perdagangan.
3. Tidak adanya saingan di wilayah tersebut, mendorong kerajaan Malaka membuat
aturan-aturan bagi kapal yang sedang melintasi dan berlabuh di Semenanjung Malaka.
Aturan tersebut adalah diberlakukan pajak bea cukai untuk setiap barang yang datang
dari wilayah barat (luar negeri) sebesar 6% dan upeti untuk pedagang yang berasal dari
wilayah Timur (dalam negeri). Sehingga menjadi sumber pemasukan bagi kerajaan.

4. Memiliki armada laut yang sangat kuat untuk melindungi kawasan perdagangannya.

5. Adanya hubungan yang cukup baik dengan kerajaan-kerajaan lain.

6. Menjadi pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam di Asia Tenggara.

7. Banyak ditemukan biji – biji timah di daratan Malaka.

 Perkembangan pemerintahan

1. Iskandar Syah .Iskandar Syah merupakan raja pertama Kerajaan Malaka. Kerajaan


Malaka merupakan kerajaan Islam kedua setelah kerajaan Samudra Pasai .
Berkembangnya kegiatan perdagangan dan pelayaran di kerajaan Malaka banyak
didukung para pedagang Islam dari Arab dan India. Kerajaan Malaka pun banyak
mendapatkan pengaruh budaya Islam  dari kedua daerah ini. Namun Iskandar Syah
sendiri merupakan nama Islam, yang diperoleh setelah ia memeluk agama islam. Pada
periode kekuasaan Raja Iskandar Syah (1396-1414) , Kerajaan Malaka berkembang
sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar yang disegani kerajaan lainya disekitarnya.
2. Muhammad Iskandar Syah ( 1414- 1424 M ).  Ia Putra Iskandar Syah, Selama
memerintah Malaka,Muhammad Iskandar Syah berhasil memajukan bidang perdagangan
dan pelayaran . Ia juga berhasil menguasai jalur perdagangan di Kawasan Selat Malaka
dengan taktik perkawinan putri raja Kerajaan Samudra Pasai dengan tujuan
menundukkan Kerajaan Samudra Pasai secara Politis. Setelah mendapatkan kekuasaan
politik Kerajaan Samudra Pasai . Ia menguasai wilayah perdagangan di sekitarnya.
3. Sultan Muzafar Syah. (1424-1458) . Ia menggantikan Muhammad Iskandar Syah
setelah menyingkirkan  dari tahta Kerajaan Malaka melalui sebuah kemelut politik .
Setelah menguasai tahta kerajaan ,Muzafar Syah mempergunakan gelar Sultan yang
merupakan gelar raja-raja dalam kerajaan Islam.    Sumber sejarah tentang Muzafar syah
menyebutkan bahwa pada masa kekuasaannya, Kerajaan Malaka mendapatkan
serangan dari Kerajaan Siam. namun ,serangan ini berhasil digagalkan oleh Kerajaan
Malaka. Keberhasilan menghadapi serangan Kerajaan Malaka sebagai penguasa jalur
pelayaran Selat Malaka. pada kurun pemerintahannya, Sultan Muzafar Syahjuga berhasil
memperluas daerah Kekuasaannya hinggga ke Pahang ,Indragiri dan Kampar.
4. Sultan Mansyur Syah. (1458-1477). Setelah Sultan Muzafar Syah wafat, ia digantikan
oleh putrannya  Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka
berhasil menguasai kerjaaan Siam sebagai bagian taktik memperluas wilayah kekuasaan
dan mengukuhkan kebesarannya diantara kerajaan -kerajaan lain di sekitarnya.   Namun
demikian, Sultan Mansyur Syah tidak menyerang Kerajaan Samudra Pasai yang
merupakan kerajaan Islam. Hal ini  merupakan salah satu kebijakan politik Sultan
Mansyur Syah untuk menjalin hubungan dengan kerjaan-kerajaan Islam yang ada
disekitarnya. 
5. Sultan Alaudin Syah( 1477-1488 M ).  Setelah Sultan Mansyur Syah wafat, ia
digantikan oleh putranya bernama Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya
perekonomian Kerajaan Malaka dalam kondisi cukup stabil. Arus perdagangan dan
pelayaran di sekitar Pelabuhan Malaka masih cukup ramai. Sebagai pusat perdagangan
di wilayah Asia tenggara, Kerajaan Malaka masih menduduki peran yang strategis.
Namun secara politis, selama masa pemerintahannya Sultan Alaudin Syah , Kerajaan
malaka bisa dikatakan mengalami kemunduran. Banyak daerah taklukan Kerajaan Malaka
yang melepaskan diri. Perang dan pembrontakan terjadi di banyak kerajaan dibawah
kekuasaan Kerajaan Malaka
6. Sultan Mahmud Syah .  Masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah,Kerajaan Malaka
mengalami kemunduran baik secara Politik maupun Ekonomi. Secara Politik
kekuasaan Kerajaan Malaka hanya tinggal mencakup wilayah utama Semenanjung
Malaka. daerah daerah lain telah memisahkan diri dan menjadi kerajaan-kerajaan yang
berdiri sendiri. Dalam kondisi yang makin lemah. Pada tahun 1511 M, armada perang
Bangsa Portugis yang dipimpin oleh Afonso d'Albuquerque akhirnya berhasil menguasai
dan menaklukkan Kerajaan Malaka. Secara Ekonomi , peranan Malaka selanjutnya
diambil alih oleh kerajaan Banten yang memiliki pelabuhan di tepi selat Sunda. Aktivitas
perdagangan dan pelayaran berpindah ke Banten  karena Armada Portugis telah
menguasai wilayah Kerajaan Malaka dan mengenakan pajak yang tinggi bagi setiap kapal
yang melalui selat Malaka.  

 Masa Keruntuhan

Pada tahun 1511, Malaka diserang pasukan Portugal di bawah pimpinan Alfonso de


Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan pada 24 Agustus 1511 Malaka jatuh
ditangan Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan dan menjadikan
kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru. 

Perlawanan terhadap penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 Patih


Yunus dengan pasukan dari Demak berkekuatan 100 kapal 5000 tentara mencoba menyerang
Malaka, namun serangan ini berhasil dikalahkan oleh Portugal. Lalu, pada tahun 1518 hingga
1520 pasukan dibawah pimpinan Sultan Mahmud Syah berusaha menyerang Portugis, namun
serangan ini berhasil dipatahkan oleh Portugis.

Portugis kembali menyerang wilayah Bintan pada 23 Oktober 1526 dan berhasil menguasai
Bintan. Sultan Mahmud Syah berhasil lolos dari penangkapan Portugis dan pergi ke Kampar,
Sultan wafat dua tahun kemudian.
 3. KERAJAAN MATARAM

 Latar Belakang

Sultan Hadiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada
orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng
Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya
diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.

Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam
menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.

Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat
menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan
Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan
oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.

Pengeran Benawa menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu mengendalikan


pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri
dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu
itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke
Mataram. Maka berdirilah Kerajaan Mataram.

 Perkembangan Pemerintahan

1. Sutawijaya. Mengangkat dirinya sebagai Raja Mataram dengan gelar Panembahan


Senopati ( 1586 – 1601 ) dengan Kota Gede sebagai ibu kota. Tindakan tindakannya
yang penting antar lain :

 Meletakan dasar dasar Kerajaan Mataram


 Memperluas wilayah kekuasaan dengan menundukan Surabaya, madiun, dan
Ponorogo ke Timur , dank e barat berhasil menundukan Cirebon dan Galuh.

2. Mas Jolang . gugur didaerah Krapyak sehingga bergelar Pangeran Seda In Krapyak
3. Raden Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyokrokusumo ( 1613 – 1645 ).
Merupakan Raja Terbesar Kerajaam Mataram, Sultan Agung bercita cita mempersatukan
seluruh Jawa dibawah kekuasaan Mataram dan mengusir VOC dari Batavia. Sehingga
pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan meliputi hampir seluruh Pulau Jawa
kecuali Banten ( dibawah kekuasaan Sultan Haji Putera Sultan Ageng Titayasa, dilindungi
VOC ) dan Batavia ( ada dibawah kekuasaan VOC ). Pada masa kekuasaannya juga
Mataram pernah dua kali berusaha menyerang VOC di Batavia namun kedua
penyerangan tersebut gagal .
4. Sultan Amangkurat I ( 1645 – 1677 )

Berbeda dengan ayahnya Sultan Amangurat I cenderung kejam dan tidak memperhatikan
kepentingan rakyat, bahkan Sultan Amangkurat I mengadakan hubungan persahabatan
dengan VOC, hal ini mendorong munculnya pemberontakan, diantaranya Pemberontakan
Trunojoyo.

5. Sultan Amangurat II ( 1677 – 1703 )

Untuk menghadapi pemberontakan Trunojoyo, Sultan Amangkurat II meminta bantuan


VOC. Pimpinan VOC yaitu Speelman menyetujui permintaan Amangkurat II dengan suatu
perjanjian ( 1670 ) yang isinya sebagai berikut :

 VOC mengakui Sultan Amangurat II sebagai Raja Mataram


 VOC mendapatkan hak monopoli di Kerajaan Mataram
 Seluruh biaya kerugian perang akan ditanggung oleh Amangkurat II
 Sebelum hutangnya lunas, seluruh daerah pantai utara pulau Jawa digadaikan kepada
VOC
 Mataram harus menyerahkan daerah Karawang , Priangan, Semarang dan sekitarnya
kepada VOC

Pemberontakan Trunojoyo berhasil dipatahkan oleh pesekutuan tentara VOC dibantu


pasukan Aru Palaka dari Makasar, Kapten Jongker dari Ambon bersama pasukan
Mataram, Trunojoyo menyerah dan akhirnya wafat dalam pertempuran di gunung Wilis.

Pada masa pemerintahannya muncul lagi pemberontakan yaitu Pemberontakan Untung


Surapati
6. Sultan Amangkurat III ( Sunan Mas ) tahun 1703

Bersifat anti kepada VOC. Sebaliknya Pamannya yaitu Pangeran Puger ( adik Sultan
Amangkurat II ) sangat berambisi menjadi Raja di Mataram sehingga meminta bantuan
VOC , atas bantuan VOC Pangeran Puger berhasil menduduki Keraton Mataram. Sultan
Amangkurat III melarikan diri dan bergabung dengan Untung Surapati. Pada tahun 1704
Pangeran Puger diangkat menjadi Raja Mataram dengan gelar Sunan Pakubuwono I

7. Sunan Pakubuwono I ( Pangeran Puger )


8. Amangkurat IV ( Sunan Prabu ) / Pakubuwono II ,tahun 1719 dibawah mandat VOC,
pusat pemerintahan dipindahkan dari Kartasura ke Surakarta. Semakin kuatnya peran
VOC didalam kerajaan Mataram mendorong muncul lagi pemberontakan , dibawah
pimpinan Raden Mas Said ( cucu Pakubuwono II/ Putera pangeran Mangkunegoro ) yang
bersekutu dengan Pangeran Mangkubumi ( adik Pakubuwono II ). Tahun 1749
Pakubuwono II wafat.
9. Pakubuwono III . Awalnya VOC mengakuinya sebagai penguasa Mataram yang baru.

Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said yang diuluki Pangeran Samber
Nyawa sangat tangguh. Namun Belakangan diantara keduanya muncul perselisihan yang
kemudian diamnfaatkan oleh VOC untuk memecah belah Mataram dengan cara :

 Perseteruan antara Pakubuwono III yang dibantu Kompeni dengan Pangeran


Mangkubumi diakhiri dengan Perjanjian Gianti ( 13 pebruari 1755 ), dengan
kesepakatan

 Mataram Barat yakni kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Pangeran


Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I
 Mataram Timur yakni kasunanan Surakarta diberikan kepada Pakubuwono III

 Untuk memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakan Perjanjian Salatiga ( 17


Maret 1755 ), dengan kesepakatan :

 Surakarta Utara diberikan kepada Raden Mas Said dengan gelar Mangkunegoro I,
kerajaannya dinamakan Mangkunegaran
 Surakarta Selatan diberikan kepada Pakubuwono III, kerajaannya dinamakan
Kasunanan Surakarta
 Pada tahun 1813 sebagian daerah Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku
Alam selaku Bupati.

Dengan demikian Kerajaan Mataram yang pada masa kejayaan Sultan Agung wilayahnya
meliputi hampir seluruh Pulau Jawa kecuali Banten dan Batavia, akhirnya terpecah pecah
menjadi kerajaan kerajaan kecil berikut ini :

1. Kesultanan Yogyakarta, Dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi ( Sultan


Hamengkubuwono )
2. Kasunanan Surakarta, Dipimpin oleh Pakubowono III
3. Kasunanan Pakualaman, Dipimpin oleh Paku Alam
4. Kasunanan Mangkunegaran, Dipimpin oleh Raden Mas Said ( Mangunegoro I )

 Faktor factor yang mendorong kemunduran kerajaan Mataram :


 Sepeninggal Sultan Agung, tidak ada penggantinya yang cakap memerintah
 Terjadi saling perebutan kekuasaan antara keluarga keluarga kerajaan Mataram
 Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh VOC untuk melemahkan dan menguasai Mataram

 4. KERAJAAN BANTEN

 Latar Belakang

Kerajaan atau Kesultanan Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan
Gunung Jati pada 1525 M. Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari misi
Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari Nusantara. Setelah
berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera mengambil alih pemerintahan, tetapi
tidak mengangkat dirinya sebagai raja. Pada 1552 M, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon
dan menyerahkan Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Sejak saat itu,
Sultan Maulana Hasanuddin ini resmi diangkat sebagai raja pertama Kerajaan Banten.

 Perkembangan Pemerintahan

 Pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin dilakukan pembangunan benteng


pertahanan di Banten dan melanjutkan perluasan kekuasaan ke Kawasan penghasil
lada di Lampung serta melaksanakan kontak dagang dengan raja di Minangkabau yaitu
Kerajaan Indrapura.
Seiring dengan kemunduran Demak setelah wafatnya Sultan Trenggono, Banten yang
sebelumnya merupakan kerajaan bawahan Demak mulai melepaskan diri dan menjadi
kerajaan yang mandiri.

 Pada tahun 1570 Maulana Yusuf putera dari Maulana Hasanuddin naik tahta dan
melanjutkan ekspansi ke Kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukan Pakuan
Pajajaran pada tahun 1579. Tahta pemerintahan kemuadian dilanjutkan oleh puteranya
yaitu Maulana Muhammad yang mencoba melanjutkan perluasan wilayah ke Palembang
pada tahun 1596, hal ini adalah sebagai bagian dari upaya Banten dalam mepersempit
gerak Portugis di nusantara.
 Pada masa pemerintahan Pangeran Ratu yang merupakan putera dari Maulana
Muhammad sultan Banten mulai melaksanakan hubungan diplomasi dengan kekuatan
lain yang ada pada masa itu seperti dengan raja James I dari kerajaan Inggris pada
tahun 1605

 Puncak Kejayaan

Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintah Sultan Ageng Tirtayasa (1651 ).
Dibawah pemerintahannya Banten memiliki armada militer yang kuat dengan mencontoh militer
Eropa. Serta juga telah mempekerjakan orang Eropa. Untuk mengamankan jalur pelayaran ,
pada tahun 1661 Banten juga mengirim armada lautnya ke kerajaan Tanjungpura di Kalimantan
Barat dan menaklukannya pada tahun

Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai
berikut.

1. Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan
Kalimantan
2. Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal
dengan pedagang Eropa

3. Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam

4. Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel

5. Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan
pasukan Eropa

Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang pendudukan
VOC di Indonesia. Pada masa ini Banten juga melepaskan diri dari pengaruh VOC yang telah
memblokade kapal kapal yang menuju Pelabuhan Sunda Kelapa.

 Faktor factor yang mendorong keruntuhan

Kegigihan Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan VOC kemudian mendorong Belanda
melakukan politik adu domba.  Politik adu domba ditujukan kepada Sultan Ageng Tirtayasa
dengan putranya, Sultan Haji, yang kala itu sedang terlibat konflik. 
Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan
dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan  Sultan Haji puteranya sendiri . Perpecahan ini
dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan
kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara tidak dapat dielakkan.

Siasat VOC pun berhasil sehingga Sultan Haji mau bekerjasama dengan Belanda demi
meruntuhkan kekuasaan ayahnya.

Tujuan VOC lebih memihak Sultan Haji adalah VOC menginginkan hak monopoli perdagangan
di Banten, yang tidak akan tercapai apabila Sultan Ageng Tirtayasa masih berkuasa. VOC
berhasil mendekati sekaligus menghasut Sultan Haji agar mau bekerja sama dan
menggulingkan ayahnya dari singgasana Kerajaan Banten. Sultan Haji terpaksa
menandatangani perjanjian dengan VOC karena dirinya takut bahwa takhta kerajaan akan
dilimpahkan kepada saudara laki-lakinya, Pangeran Purbaya. Syarat yang diberikan VOC
kepada Sultan Haji dalam perjanjian mereka sebenarnya sangat merugikan Banten. Namun,
karena ketakutannya akan tersingkir dari takhta kesultanan, Sultan Haji tetap menerima
persyaratan VOC.

Berikut ini syarat yang diberikan VOC kepada Sultan Haji yang dirumuskan dalam Perjajnian
Banten tahun 1682

1. Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC


2. VOC memonopoli perdagangan di Banten dan menyingkirkan para pedagang Persia,
India, dan China

3. Banten harus membayar 600.000 ringgit jika ingkar janji

4. Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan ditarik
kembali

Dengan strategi licik VOC, pengkhianatan Sultan Haji berhasil menggulingkan Sultan Ageng
Tirtayasa dari Kerajaan Banten pada 1682. Setelah Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan
diasingkan, Sultan Haji dinobatkan oleh VOC menjadi penguasa Kerajaan Banten.

Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus menyerahkan
kekuasaannya kepada putranya. Penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa ini menjadi tanda
berkibarnya kekuasaan VOC di Banten.

Meski Sultan Haji menjadi raja, namun pengangkatan itu disertai beberapa persyaratan yang
tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat itu, Kesultanan Banten tidak lagi memiliki
kedaulatan

 5. MAKASAR

Kerajaan Makassar adalah kerajaan yang berdiri pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan.
Kerajaan Makassar dikenal juga dengan nama Kerajaan Gowa Tallo.
Awalnya, Kerajaan Makassar adalah dua kerajaan yang berbeda yaitu Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Tallo. Dua kerajaan yang bersaudara ini berseteru selama bertahun-tahun.
Perselisihan itu perlahan membaik berkat masuknya agama Islam ke tanah Sulawesi. Islam
menyebar dengan pesat berkat kedatangan sejumlah tokoh agama dari Minangkabau bernama
Datuk Ri Bandang

Nilai-nilai agama Islam mulai diperkenalkan kepada masyarakat hingga petinggi kerajaan. Pada
1650, penguasa Gowa dan Tallo pun memeluk Islam dan bersatu.

Dua kerajaan ini bersatu di bawah kepemimpinan Raja Gowa, Daeng Manrabba yang bergelar
Sultan Alauddin dan Raja Tallo Sultan Abdullah. Bersatunya Gowa dan Tallo membuat pusat
pemerintahan Kerajaan Makassar berpindah ke Somba Opu. Letak Kerajaan Makassar ini
sangat strategis karena berada di jalur lalu lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku.
Lokasi ini menarik para pedagang singgah ke Pelabuhan Somba Opu. Dalam waktu singkat,
Makassar menjadi kawasan penting di timur Indonesia.

Kerajaan Makassar juga terkenal berkat salah satu rajanya yakni Sultan Hasanuddin. Sultan
Hasanuddin memimpin perang melawan VOC yang dikenal juga dengan Perang Makassar
pada 1669-1669.

 Perkembangan Pemerintahan dan Masa Kejayaan

Lokasi yang tepat membuat kerajaan menjadi jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan.
Di bawah pimpinan Sultan Said, kerajaan berada dalam kondisi kejayaan karena dikenal baik
hingga ke luar negeri mulai Asia sampai Eropa atas kepiawaiannya dalam bidang diplomasi.

Kemudian di masa pemerintahan putranya, Sultan Hasanuddin, kerajaan Makassar semakin


berkembang pesat mulai dari bidang pendidikan, ekonomi hingga agama. Tidak hanya itu,
perluasan wilayah pun berhasil dilakukan seperti kerajaan kecil seperti Bone, Luwu, Soppeng
Wajo, serta berhasil menyerang dan berkuasa di Nusa Tenggara.
 Faktor Faktor yang mendorong Keruntuhan

1. Adanya konfrontasi dengan pihak Belanda

Dalam upayanya untuk mengambil alih kekuasaan atas wilayah Sulawesi Selatan yang hampir
seluruhnya dikuasai oleh kerajaan, Belanda mengadu domba antara kerajaan Bone dan
Makassar. Belanda mencoba mempengaruhi Raja Bone bernama Aru Palaka sehingga ia
merasa bahwa merasa dijajah oleh pihak Makassar.

Oleh karena itu, kerajaan Bone bersekutu dengan Belanda dan sepakat untuk menyerang
kesultanan Makassar. Raja Aru meminta pertolongan ke Belanda menghancurkan wilayah
kekuasaan kerajaan dan dengan senang hati Belanda menyambutnya.

2. Perjanjian yang merugikan kerajaan

Serangan dari Belanda dan kerajaan Bone membuat kerajaan Makassar luluh lantak. Serangan
laut dari Belanda dan Bone dari darat membuat wilayah kekuasaan Makassar kacau. Keadaan
yang menguntungkan ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk memaksa Sultan Hasanuddin yang
saat itu menjadi raja menyetujui perjanjian Bongaya.

Isi perjanjian tersebut dianggap merugikan pihak kerajaan karena sejak awal Belanda dan
kerajaan Bone berniat untuk mengambil alih kekuasaan Makassar. Isi dari perjanjian tersebut
antara lain:

1. Belanda diperbolehkan memonopoli perdagangan di wilayah kerajaan


2. Belanda diijinkan untuk mendirikan sebuah benteng yaitu Benteng Rotterdam
3. Diakuinya Aru Palaka sebagai Raja dari kerajaan Bone
4. Kerajaan harus bersedia melepaskan wilayah kekuasaan di luar Sulawesi Selatan

Setelah kalah dari Belanda dan Bone, tahta kerajaan diberikan kepada Sultan Amir Hamzah
putra Sultan Hasanuddin. Watak dan ambisinya yang tinggi justru membuat Belanda
mengerahkan pasukan untuk menyerangnya hingga kerajaan berhasil diambil alih.
 FAKTOR FAKTOR YANG SECARA UMUM MENYEBABKAN RUNTUHNYA
PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

1. Masuknya bangsa Eropa pada abad 16 . Kerajaan Islam pertama yang jatuh dalam
kubangan kolonialisme adalah Kerajaan Malaka pada tahun 1511 oleh Portugis, diikuti
oleh Maluku dikuasai oleh Spanyol tahun 1521 menguasai Tidore, menyusul Portugis
pada tahun yang sama menanamkan kekuasaan atas Tidore

2. Kurangnya semangat nasionalisme sehingga mudah di adu domba ketika masuknya


kekuatan asing terutama oleh Belanda yang menerapkan politik devide et impera seperti
yang dilakukannya terhadap Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji, Sultan
hasanuddin dengan Arung Palaka, Ternate dengan Tidore dll

3. Perang Saudara sehingga dimanfaatkan oleh para penjajah untuk memecahbelah


mereka

4. Sesudah mencapai masa kejayaannya , umumnya kerajaan kerajaan Islam mengalami


keruntuhan karena tidak ada pengganti yang cakap memerintah untuk melanjutkan
kejayaan kerajaan seperti yang terjadi di Mataram sepeninggal Sultan Agung.

Anda mungkin juga menyukai