Rizky Riansyah
Maryam Agatha
Tsanshiya
Kesultanan Ternate : -
I. PENDAHULUAN
Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Maluku Utara yang
berdiri sejak abad ke-13 Masehi. Silsilah raja atau sultan pemimpin Kerajaan Ternate melewati
sejarah panjang dari generasi ke generasi hingga kesultanan ini menuai keruntuhan. Semula,
Kerajaan Ternate bukanlah kerajaan bercorak Islam saat didirikan oleh Momole Ciko bergelar
Baab Mashur Malamo pada 1257.
Menurut Restu Gunawan dalam Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra (1999), agama Islam
masuk ke Maluku pada abad ke-15 Masehi. Raja Ternate pertama yang memeluk Agama Islam
adalah Kolano Marhum (1466-1468). Dalam perjalanan sejarahnya, Kesultanan Ternate pernah
berulangkali menghadapi bangsa penjajah, termasuk Portugis yang datang pada 1512 hingga
Belanda pada abad-abad selanjutnya. Di tangan Belanda pula Kesultanan Ternate harus
mengakui kekalahan dan takluk di bawah kuasa penjajah sebelum akhirnya Indonesa merdeka
tahun 1945.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di samping Pulau Halmahera “Maluku Utara”
adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan
asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini
bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore
merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini
menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai
Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku,
Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku. Persaingan di antara
kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan.
2. Lokasi dan Sumber Sejarah
Secara geografis, Kerajaan Ternate terletak di Kepulauan Maluku. Lebih tepatnya berada
di antara Pulau Irian Jaya dan Sulawesi. Di masa lalu, Kepulauan Maluku terkenal sebagai “The
Spicy Island”. Julukan ini diberikan lantaran predikat Kepulauan Maluku sebagai penghasil
terbesar; rempah di Indonesia.
2. Benteng Tolukko
Benteng Tolukko juga dikenal dengan sebutan Benteng Hollandia. Benteng ini didirikan
oleh seorang kebangsaan Portugis bernama Fransisco Serrao pada tahun 1540. Tujuan awal
pembentukan benteng ini tidak lain adalah sebagai markas pertahanan.
Markas pertahanan di Benteng Tolukko ini juga merupakan tempat berlindung dari serangan
Spanyol yang pada waktu itu sama-sama berada di Maluku. Letak benteng ini pun bisa dibilang
sangat strategis lantaran berada di perbukitan tinggi dan dekat dengan perairan. Sehingga sangat
cocok dijadikan sebagai tempat pengintaian.
2. Sultan Baabullah
Puncak keemasan Ternate terjadi menjelang akhir abad ke-16, ketika di bawah kekuasaan
Sultan Baabullah (1570-1583 M).
Kejayaannya ditandai dengan wilayah kekuasaannya yang luas, keberhasilan perdagangan
rempah-rempah dan kekuatan militernya.
III. KESIMPULAN