Anda di halaman 1dari 1

Sejarah Singkat Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore

a. Letak Kerajaan
Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia
perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.

Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga
dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia
pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke
daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah
hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.

Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

b. Kehidupan Politik
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Ternate sebagai
pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-
pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli
Siwa, yang berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau
Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian
Barat.

Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate
pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa
Spanyol yang ketika datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara
kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan kedua
bangsa itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian
Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di Maluku.

Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan benteng
yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin dibenci
oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan Hairun, penguasa Ternate,
semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh
karena itu. Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa
Portugis.

Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan
Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M, Portugis dapat
dikalahkan dan diberi kesempatan untuk meninggalkan benteng.

Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama
kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun
1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik
Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-
Timur memilih merdeka.

Anda mungkin juga menyukai