Sebelum bangsa Barat datang, kehidupan politik di Indonesia berupa kesukuan dan
beralih ke bentuk kerajaan.
Ada kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha yang dipimpin oleh raja. Ada juga
kerajaan Islam yang dipimpin sultan.
Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh perdana menteri, senopati, atau adipati untuk
mengelola daerah bawahan.
Dalam hubungan antara pusat dan daerah, bawahan punya kewajiban menghadiri
pertemuan sebagai tanda kesetiaan.
Selain itu, dilakukan juga pengiriman upeti, penyerahan hasil pajak, serta pengiriman
tenaga kerja dari daerah ke pusat.
Penyerahan tenaga kerja ini dilakukan untuk membantu pembangunan keraton maupun
untuk mobilisasi perang.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, bangsa Indonesia telah membina jaringan
perdagangan antarnegara, lo. Indonesia terlibat aktif dalam perdagangan karena ditunjang
oleh letak geografis yang menguntungkan. Selain diapit dua samudra dan dua benua,
Indonesia juga memiliki air laut yang tenang sehingga aman untuk pelayaran. Hal lain
yang mendorong perkembangan pelayaran di laut Nusantara adalah tanah Indonesia yang
termasuk subur.
Beberapa hasil bumi Indonesia yang terkenal adalah rempah-rempah, beras, emas, ternak,
sagu, hingga hasil hutan.Bangsa Indonesia juga diketahui aktif dalam pelayaran dan
perdagangan antarpulau di Kepulauan Nusantara, lo. Hubungan ini dilakukan oleh
kerajaan di daerah pantai. Contohnya Kerajaan Sriwijaya yang berhasil menguasai
Malaka.
3. Kehidupan di Bidang Sosial
Golongan elite terdiri dari bangsawan, seperti ahli keagamaan, tentara, pedagang, dan
juga pengusaha. Golongan nonelite terdiri dari perajin, tukang, dan pegawai rendahan.
Sementara budak terdiri dari pembantu istana.Saat Islam masuk ke Indonesia, sistem
kasta ini dihapuskan sehingga masyarakat memiliki kedudukan yang sama.
Bidang Politik
Berhasil membuat penguasa daerah tunduk, berarti juga dapat “mengatur” beberapa
kebijakan baru, seperti:
Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di samping
penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia.
Fransiskus Xaverius, yang ditetapkan menjadi orang suci oleh gereja Katolik
Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur
Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling
Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan
berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah
Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.
Niat jahat Portugis untuk menguasai perdagagan dengan siasat monopoli sangat
merugikan kerajaan Malaka , Aceh, Maluku, dan Demak sehingga mereka mendapat
perlawanan fisik dari rakyat setempat.
1. Perlawanan Rakyat Malaka Terhadap Portugis
Setelah Portugis berhasil mendirikan kantor dagang di Goa , Alfonso Albuquerque
mendengar kabar tentang Malaka yang menjadi pelabuhan transit yang ramai. Dan
Albuquerque bermaksud membuat hubungan dengan Malaka .Maka pada tahun 1509 Lopez
Squeria tiba dan awalnya disambut baik oleh Sultan Mahmud Syah(1488-1528), tetapi
kemudian para pedagang muslim dari India meyakinkan Sultan bahwa Portugis merupakan
suatu ancaman bagi Malaka .
Dan juga Lopez memberi surat perjanjian untuk memperoleh izin perdagangan yang
saling menguntungkan keduanya tapi sultan tidak ingin berhubungan dengan Portugis karena
mengetahui Portugis ingin memonopoli perdagangan . Sehingga peperangan pun terhadi antara
Malaka dengan Portugis
Perlawanan Rakyat
Pada tahun 1511 Albuquerque berangkat dari Goa menuju Malaka untuk memerangi Sultan
Mahmud Syah. Pertempuran yang terjadi sangat dahsyat .Senjata seperti pedang, tombak,
panah, dan perisai dapat dirampas oleh Portugis. Bola-bola besi juga digunakan sebagai
senjata dan juga menggunakan meriam .
Sultan sadar bahwa Malaka tidak mampu mengimbangi senjata orang portugis dan kemudian
sultan pun mencari perlindungan di Bintan.
Gowa menjadi masalah yang cukup serius bagi VOC, karena merupakan kesultanan yang
kuat, hal ini ditambah dengan terjadinya aliansi politik Gowa-Tallo. Awalnya VOC
mengetahui bahwa letak Goa begitu starategis dan sebagai tempat transit kapal yang ramai.
Awalnya hubungan antara VOC dengan Goa sangat baik.Tapi VOC mulai meminta agar tidak
lagi menjual beras dan menyerang kapal Makassar yang berlayar ke Maluku dan VOC pun
berkeinginan menguasai Makassar.
Perlawanan
Pada tahun 1666 pecahlah perang antara Gowa melawan VOC yang didukung oleh Arung
Palakka dan Raja Buton. Perang ini sukses dimenangkan oleh pihak VOC, dan Sultan
Hasanuddin sebagai sultan Gowa terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya (18 November
1667), namun perjanjian ini sangat merugikan Goa.Pada 2 April 1668 melakukan penyerangan
terhadap Belanda dipimpin oleh Sultan Hasanudin . Dan pada 5 Agustus melakukan serangan
berikutnya sampai Speelman (Gubernur Jendral saat itu) memuji Sultan Hasanuddin atas
keberaniannya, tapi itulah kemenangan terakhir Gowa karena setelahnya VOC mengerahkan
perang Total terhadap Gowa.
3. Perlawanan Banten
Perlawanan terhadap VOC juga terjadi di Banten yang terjadi dari tahun 1655-1660. Di
masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai kejayaan ia menerapkan sistem perdagangan
bebas sehingga banyak bangsa berdagang dengan kerajaan Banten. Namun VOC berusaha
mendapat hak monopoli perdagangan di Banten dan VOC memblokade jalur perdagangan di
Banten.
Perlawanan
Banten pun melakukan perlawanan dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa. Tahun 1650 pasukan Banten yang dipimpin oleh Raden Senopati Ingalaga
dan Haji Wangsaraja menyerang Batavia. Namun serangan ini telah diantisipasi VOC,
sehingga pasukan Banten dipukul mundur, Serangan Banten ini dan sangat menguras tenaga
dan dana VOC, yang mana saat itu harus memadamkan pemberontakan di daerah lain.
VOC tidak kurang akal dengan siasat De Vide Et Impera Sultan Haji anak Sultan Ageng
Tirtayasa berhasil dibujuk Belanda untuk merebut tahta ayahnya.Tahun 1681pasukan VOC
yang di bantu Sultan Haji berhasil mendesak pasukan Sultan Ageng. Sultan Ageng tertangkap
dan di tawan hingga wafat pada tahun 1692. Sebagai imbalan Sultan Haji harus memberikan
hak monopoli dagang lada di Banten dan Lampung kepada VOC, dan Banten harus mengakui
kekuasaan VOC.
Perang Tondano terjadi lagi pada abad ke-19.Hal ini karena kebijakan Gubernur Jenderal
Daendels, dimana Minahasa harus mengumpulkan pasukan sejumlah 2000 orang yang akan
dikirim ke Jawa. Rakyat Minahasa pun tak setuju dan akhirnya melakukan perlawanan
terhadap Belanda.
Perlawanan
Belanda pun mengirimkan pasukannya ke Minahasa dan kembali membendung Sungai
Temberan. Belanda pun juga membagi 2 pasukan. Pasukan pertama menyerang dari Danau
Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat. Pasukan Hindia Belanda
yang berpusat di Danau Tondano berhasil menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di
Minawanua. Karena waktu malam maka para pejuang dengan semangat yang tinggi terus
bertahan dan melakukan perlawanan
Pagi pada tanggal 24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir pertahanan dan
menyerang kampung Minawanua. Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang Tondano
muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga korbanpun berjatuhan dari pihak Belanda
Perang Tondano II ini berlangsung cukup lama, sampai bulan Agustus 1809. Akhirnya pada
tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama
rakyat yang berusaha mempertahankan dirinya. Mayat mereka telah lenyap di dasar danau
bersama lenyapnya kemerdekaan dan kedaulatan tanah Minahasa.
Perang ini merupaken peperangan yg pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah
agama. Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yg dijuluki
sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yg marak dilakukan oleh kalangan
masyarakat yg disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung & sekitarnya. Kebiasaan
yg dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam,meminum khamr dan lain sebagainya.
Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang sebenarnya telah memeluk Islam untuk
meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah
peperangan pada tahun 1803.
Perlawanan
Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan
Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin
Muningsyah. Puncaknya pada tahun 1815,S erangan ini menyebabkan Sultan Arifin
Muningsyah terpaksa menyingkir & melarikan diri dari ibu kota kerajaan. Kaum Adat pun
mulai terdesak dan akhirnya meminta bantuan kepada Belanda pada tanggal 21 Februari 1821
atas perintah Residen James du Puy di Padang dan berhasil memukul mundur Kaum Padri
keluar dari Pagaruyung dan Belanda membangun benteng pertahanan di Batusangkar. Tetapi
kemudian kaum adat sadar bahwa Belanda ingin menguasai Sumatera Barat, kemudian kaum
adat bersatu dengan kaum Paderi untuk menghadapi Belanda, karena terdesak Belanda
mengirim bantuan dari Pulau Jawa yang diperkuat oleh Pasukan Sentot Ali Basa Prawirodirjo,
tapi kemudian Sentot Ali Basa Prawirodirjo berpihak kepada kaum Paderi sehingga Sentot Ali
Basa Prawirodirjo ditangkap dan dibuang ke Cianjur.
Dengan siasat Benteng Stelsel pada tahun 1837 Belanda mengepung Bonjol, sehingga
Imam Bonjol ditangkap dan dibuang ke Cianjur kemudian dipindahkan ke Manado hingga
wafat tahun 1864.