Anda di halaman 1dari 15

A.

KONDISI INDONESIA SEBELUM BANGSA EROPA DATANG

1. Kehidupan di Bidang Politik

Sebelum bangsa Barat datang, kehidupan politik di Indonesia berupa kesukuan dan
beralih ke bentuk kerajaan.

Ada kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha yang dipimpin oleh raja. Ada juga
kerajaan Islam yang dipimpin sultan.

Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh perdana menteri, senopati, atau adipati untuk
mengelola daerah bawahan.

Dalam hubungan antara pusat dan daerah, bawahan punya kewajiban menghadiri
pertemuan sebagai tanda kesetiaan.

Selain itu, dilakukan juga pengiriman upeti, penyerahan hasil pajak, serta pengiriman
tenaga kerja dari daerah ke pusat.

Penyerahan tenaga kerja ini dilakukan untuk membantu pembangunan keraton maupun
untuk mobilisasi perang.

2. Kehidupan di Bidang Ekonomi

Pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, bangsa Indonesia telah membina jaringan
perdagangan antarnegara, lo. Indonesia terlibat aktif dalam perdagangan karena ditunjang
oleh letak geografis yang menguntungkan. Selain diapit dua samudra dan dua benua,
Indonesia juga memiliki air laut yang tenang sehingga aman untuk pelayaran. Hal lain
yang mendorong perkembangan pelayaran di laut Nusantara adalah tanah Indonesia yang
termasuk subur.

Beberapa hasil bumi Indonesia yang terkenal adalah rempah-rempah, beras, emas, ternak,
sagu, hingga hasil hutan.Bangsa Indonesia juga diketahui aktif dalam pelayaran dan
perdagangan antarpulau di Kepulauan Nusantara, lo. Hubungan ini dilakukan oleh
kerajaan di daerah pantai. Contohnya Kerajaan Sriwijaya yang berhasil menguasai
Malaka.
3. Kehidupan di Bidang Sosial

Sebelum bangsa barat datang ke Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia masih


mengenal sistem kasta. Sistem kasta itu diberlakukan pada zaman kerajaan Hindu-
Buddha dan tidak lagi digunakan saat pengaruh Islam masuk.Saat masih ada sistem kasta,
ada pembagian golongan raja, golongan elite, golongan nonelite, dan golongan
budak.Raja dan keluarganya menempati kedudukan yang paling tinggi. Ini ditandai
dengan kepemilikan berbagai pusaka.

Golongan elite terdiri dari bangsawan, seperti ahli keagamaan, tentara, pedagang, dan
juga pengusaha. Golongan nonelite terdiri dari perajin, tukang, dan pegawai rendahan.
Sementara budak terdiri dari pembantu istana.Saat Islam masuk ke Indonesia, sistem
kasta ini dihapuskan sehingga masyarakat memiliki kedudukan yang sama.
Bidang Politik

Pada masa pemerintahan kolonial, kekuasaan-kekuasaan kerajaan di Nusantara menurun


karena adanya intervensi dari pemerintah kolonial, lewat devide et impera (politik adu
domba). Melalui devide et impera, pemerintah kolonial Belanda berhasil memengaruhi
penguasa-penguasa di daerah untuk tunduk terhadap kekuasaannya.

Berhasil membuat penguasa daerah tunduk, berarti juga dapat “mengatur” beberapa
kebijakan baru, seperti:

1. membagi wilayah Hindia Belanda khususnya Jawa menjadi 9 prefektur dan


30 regentschap.
2. Tiap prefektur dipimpin oleh prefek yang merupakan orang Eropa sedangkan
tiap regentschap (kabupaten) dipimpin bupati yang berasal dari orang pribumi
bangsawan.
3. Prefektur dan regent berada di bawah Gubernur Jenderal yang berkedudukan
sebagai pemimpin tertinggi pemerintah kolonial Belanda.
4. Gubernur Jenderal dibantu oleh enam departemen yaitu kehakiman, keuangan,
dalam negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi serta kesejahteraan rakyat.
5. Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax
Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20.

Pax Nederlanica adalah perubahan sistem pemerintahan dari administrasi tradisional ke


sistem administrasi modern. Sistem ini diterapkan untuk menggantikan posisi penting
pemerintah daerah ke tangan pemerintah Belanda dengan cara mengangkat dan
menggaji pegawai yang menduduki jabatan struktur birokrasi. Dalam sistem
tersebut jabatan tertinggi yang bisa dipegang oleh masyarakat pribumi adalah
bupati dan di bawahnya terdapat wedana dan patih.
Bidang Sosial
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial ataupun
ekonomi. Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang
menganut agama Katolik dan Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa
semangat 3G memengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia.

Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di samping
penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia.

Fransiskus Xaverius, yang ditetapkan menjadi orang suci oleh gereja Katolik

Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur
Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling
Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan
berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah
Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.

B.Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat


Indonesia terkenal dengan hasil rempah-rempahnya yang melimpah seperti cengkih, lada, buah
pala dan lain sebagainya. Kekayaan alam Indonesia itulah yang membuat bangsa barat tertarik
untuk dan menjadi alasan untuk mengusai daerah Indonesia sekaligus menguasai pasar eropa.
Banyak bangsa Barat yang ingin menguasai Indonesia.

A. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Portugis

Niat jahat Portugis untuk menguasai perdagagan dengan siasat monopoli sangat
merugikan kerajaan Malaka , Aceh, Maluku, dan Demak sehingga mereka mendapat
perlawanan fisik dari rakyat setempat.
1. Perlawanan Rakyat Malaka Terhadap Portugis
Setelah Portugis berhasil mendirikan kantor dagang di Goa , Alfonso Albuquerque
mendengar kabar tentang Malaka yang menjadi pelabuhan transit yang ramai. Dan
Albuquerque bermaksud membuat hubungan dengan Malaka .Maka pada tahun 1509 Lopez
Squeria tiba dan awalnya disambut baik oleh Sultan Mahmud Syah(1488-1528), tetapi
kemudian para pedagang muslim dari India meyakinkan Sultan bahwa Portugis merupakan
suatu ancaman bagi Malaka .
Dan juga Lopez memberi surat perjanjian untuk memperoleh izin perdagangan yang
saling menguntungkan keduanya tapi sultan tidak ingin berhubungan dengan Portugis karena
mengetahui Portugis ingin memonopoli perdagangan . Sehingga peperangan pun terhadi antara
Malaka dengan Portugis

Perlawanan Rakyat
Pada tahun 1511 Albuquerque berangkat dari Goa menuju Malaka untuk memerangi Sultan
Mahmud Syah. Pertempuran yang terjadi sangat dahsyat .Senjata seperti pedang, tombak,
panah, dan perisai dapat dirampas oleh Portugis. Bola-bola besi juga digunakan sebagai
senjata dan juga menggunakan meriam .
Sultan sadar bahwa Malaka tidak mampu mengimbangi senjata orang portugis dan kemudian
sultan pun mencari perlindungan di Bintan.

Berakhirnya Kekuasaan Portugis di Malaka


Pada tahun 1599, Belanda melakukan kerja sama dengan Aceh untuk mengusir Portugis
dari Malaka . Dan pada 1641 Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis sehingga
berakhirlah kekuasaan Portugis.

2. Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap Portugis


Portugis mulai melanjutkan misi dagangnya ke Maluku pada tahun 1515 bertujuan menjalin
kerja sama di bidang perdagangan terutama rempah-rempah, dengan Kerajaan Ternate, Tidore,
dan kerajaan lainnya.Portugis pun membangun banteng sebagai kantor dagang, namun benteng
tersebut bukan sebagai kantor dagang melainkan basis pertahanan untuk menguasai dan
menjajah daerah Ternate
Perlawanan Rakyat
Perlawanan terjadi sejak 1533 yang dipimpin oleh Sultan Dajalo. Ia menyatukan rakyat
Ternate, Tidore, dan Irian untuk melawan Portugis.Rakyat Ternate berhasil membakar benteng
dan mendesak pasukan Portugis. Tapi berkat bantuan Portugis dari Malaka yang dipimpin
Antonio Galvono perlawanan dapat dipadamkan.
Pada tahun 1565 perlawanan pun bangkit lagi dipimpin oleh Sultan Hairun Portugis pun
terdesak dan minta diadakan perjanjian damai di benteng Victoria. Namun secara licik Sultan
Hairun dibunuh oleh portugis di dalam benteng tersebut dan membuat rakyat Ternate marah
dan melakukan perlawanan, yang dipimpin oleh Sultan Baabulah putra Sultan Hairun
Pada tahun 1574 benteng Portugis berhasil direbut dan pada 28 Desember 1577 Portugis terusir
dari Maluku dan melarikan di ke Timor-timur

B.. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap VOC


Penjajahan Portugis akhirnya berakhir pada tanggal 23 Februari 1605 dan digantikan oleh
Belanda . Dan Belanda berhasil menggantikan posisi Portugis mendapatkan sumber hasil
bumi dari kepulauan Nusantara dan mereka pun mendirikan VOC. Selama 2 abad menjajah,
VOC telah bertindak dan memerintah dengan menggunakan kekuasaan militer menekan dan
mengadu-domba kerajaan-kerajaan setempat, memberlakukan hukumnya sendiri di seluruh
Indonesia, memiliki pengadilan sendiri dan melakukan perdagangan monopoli yang sangat
merugikan rakyat.

1. Perlawanan kerajaan Mataram


Sultan Agung
Kerajaan Mataram adalah kerajaan terbesar di Jawadan juga kerajaan penghasil beras
terbesar (sebagai bahan pangan) dan kayu (sebagai bahan pembuatan kapal atau gedung).
Mataram pun menjadi daya tarik VOC untuk menaklukan kerajaan tersebut. Dan juga bagi
VOC adalah ancaman VOC di Batavia.
Awal hubungan antara Mataram dan VOC yaitu berdagang, namun VOC lama-lama
menuntut hak yang lebih luas, berkali-kali merampok kapal-kapal Mataram, pemimpin kantor
VOC, yang menghina agama Islam dan Raja Mataram serta sering memerkosa wanita.
Perlawanan
Atas dasar hal tersebut sultan mengadakan persiapan untuk menyerbu Batavia. Jalur yang
harus ditempuh cukup sulit.Mereka dipimpin Tumenggung Bahurekso, Suro Agul-Agul,
Dipati Uposonto, Dipati Mandurejo,dan Dipati Ukur. Pada 22 September 1628 Tumenggung
Baureksa malancarkan serangan,tapi serangan ini gagal, penyebab utamanya adalah banyak
tentara Mataram yang kelaparan karena persedian makanan dibakar oleh VOC.
Tahun 1629 Mataram kembali berencana menyerang Batavia, namun kali ini dengan
persiapan yang lebih matang, dengan mengirim padi ke Tegal serta ditumbuk disana untuk
‘diperdagangkan’ ke Batavia. Namun diketahui oleh pihak VOC, dan mereka pun
menghancurkan lumbung-lumbung padi di Tegal. Selain itu, Cirebon yang juga menjadi
lumbung padi bagi Mataram dibakar juga. Kegagalan pun kembali terulang.
Pada tahun 1645 Sultan Agung meninggal dan digantikan oleh Sunan Amungkarat I
(1646-1677). Tapi Raja Amungkarat I merupakan raja yang lemah dan bersahabat dengan
VOC dan bersikap sewenang – wenang dan kejam kepada rakyat dan ulama . Dan timbulah
perlawanan rakyat dipimpin Trunojoyo dan berhasil menguasai ibukota kerajaan Mataram.
Pengganti Amangkurat Mas I adalah Amangkurat Mas II. Ibukota Mataram dipindah ke
Surakarta dan ia berhasil menyingkirkan Trunojoyo berkat bantuan Belanda. Tetapi
Amangkurat Mas II sadar, kerjasama dengan Belanda lebih banyak ruginya maka ketika
Untung Suropati melawan Belanda ia justru mendukung

2. Perlawanan Sulawesi Selatan

Gowa menjadi masalah yang cukup serius bagi VOC, karena merupakan kesultanan yang
kuat, hal ini ditambah dengan terjadinya aliansi politik Gowa-Tallo. Awalnya VOC
mengetahui bahwa letak Goa begitu starategis dan sebagai tempat transit kapal yang ramai.
Awalnya hubungan antara VOC dengan Goa sangat baik.Tapi VOC mulai meminta agar tidak
lagi menjual beras dan menyerang kapal Makassar yang berlayar ke Maluku dan VOC pun
berkeinginan menguasai Makassar.
Perlawanan
Pada tahun 1666 pecahlah perang antara Gowa melawan VOC yang didukung oleh Arung
Palakka dan Raja Buton. Perang ini sukses dimenangkan oleh pihak VOC, dan Sultan
Hasanuddin sebagai sultan Gowa terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya (18 November
1667), namun perjanjian ini sangat merugikan Goa.Pada 2 April 1668 melakukan penyerangan
terhadap Belanda dipimpin oleh Sultan Hasanudin . Dan pada 5 Agustus melakukan serangan
berikutnya sampai Speelman (Gubernur Jendral saat itu) memuji Sultan Hasanuddin atas
keberaniannya, tapi itulah kemenangan terakhir Gowa karena setelahnya VOC mengerahkan
perang Total terhadap Gowa.

3. Perlawanan Banten

Perlawanan terhadap VOC juga terjadi di Banten yang terjadi dari tahun 1655-1660. Di
masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai kejayaan ia menerapkan sistem perdagangan
bebas sehingga banyak bangsa berdagang dengan kerajaan Banten. Namun VOC berusaha
mendapat hak monopoli perdagangan di Banten dan VOC memblokade jalur perdagangan di
Banten.
Perlawanan
Banten pun melakukan perlawanan dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa. Tahun 1650 pasukan Banten yang dipimpin oleh Raden Senopati Ingalaga
dan Haji Wangsaraja menyerang Batavia. Namun serangan ini telah diantisipasi VOC,
sehingga pasukan Banten dipukul mundur, Serangan Banten ini dan sangat menguras tenaga
dan dana VOC, yang mana saat itu harus memadamkan pemberontakan di daerah lain.
VOC tidak kurang akal dengan siasat De Vide Et Impera Sultan Haji anak Sultan Ageng
Tirtayasa berhasil dibujuk Belanda untuk merebut tahta ayahnya.Tahun 1681pasukan VOC
yang di bantu Sultan Haji berhasil mendesak pasukan Sultan Ageng. Sultan Ageng tertangkap
dan di tawan hingga wafat pada tahun 1692. Sebagai imbalan Sultan Haji harus memberikan
hak monopoli dagang lada di Banten dan Lampung kepada VOC, dan Banten harus mengakui
kekuasaan VOC.

C. Perlawanan Terhadap Kolonial Hindia-Belanda

Sewenang-wenang yang dilakukan VOC ternyata kembali dilanjutkan oleh pemerintah


Kolonial Hindia Belanda. Hal ini menyebabkan kemarahan rakyat hingga akhirnya terjadilah
pemberontakan yang dilakukan beberapa daerah berikut.
1.Perlawanan Rakyat Minahasa ( Perang Tondano)
Perang Tondano terjadi pada masa VOC maupun pada masa Pemerintah Hindia Belanda.
Orang-orang Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa (Tondano) sebelum kedatangan bangsa
Belanda. Hubungan dagang orang Minahasa dengan Spanyol terus berkembang. Tetapi mulai
abad 18 hubungan dagang antara mereka terganggu dengan kehadiran para pedagang dari
Belanda. VOC berusaha memaksa rakyat Minahasa menjual hasil berasnya kepada VOC.
Rakyat Minahasa menentang usaha monopoli dari VOC. VOC akhirnya memerangi orang-
orang Minahasa. VOC pun membendung Sungai Temberan. Akibatnya aliran sungai tersebut
meluap ke tempat tinggal rakyat.

Perang Tondano terjadi lagi pada abad ke-19.Hal ini karena kebijakan Gubernur Jenderal
Daendels, dimana Minahasa harus mengumpulkan pasukan sejumlah 2000 orang yang akan
dikirim ke Jawa. Rakyat Minahasa pun tak setuju dan akhirnya melakukan perlawanan
terhadap Belanda.
Perlawanan
Belanda pun mengirimkan pasukannya ke Minahasa dan kembali membendung Sungai
Temberan. Belanda pun juga membagi 2 pasukan. Pasukan pertama menyerang dari Danau
Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat. Pasukan Hindia Belanda
yang berpusat di Danau Tondano berhasil menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di
Minawanua. Karena waktu malam maka para pejuang dengan semangat yang tinggi terus
bertahan dan melakukan perlawanan
Pagi pada tanggal 24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir pertahanan dan
menyerang kampung Minawanua. Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang Tondano
muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga korbanpun berjatuhan dari pihak Belanda
Perang Tondano II ini berlangsung cukup lama, sampai bulan Agustus 1809. Akhirnya pada
tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama
rakyat yang berusaha mempertahankan dirinya. Mayat mereka telah lenyap di dasar danau
bersama lenyapnya kemerdekaan dan kedaulatan tanah Minahasa.

3. Perang Padri ( 1821 – 1838)

Perang ini merupaken peperangan yg pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah
agama. Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yg dijuluki
sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yg marak dilakukan oleh kalangan
masyarakat yg disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung & sekitarnya. Kebiasaan
yg dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam,meminum khamr dan lain sebagainya.
Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang sebenarnya telah memeluk Islam untuk
meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah
peperangan pada tahun 1803.
Perlawanan
Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan
Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin
Muningsyah. Puncaknya pada tahun 1815,S erangan ini menyebabkan Sultan Arifin
Muningsyah terpaksa menyingkir & melarikan diri dari ibu kota kerajaan. Kaum Adat pun
mulai terdesak dan akhirnya meminta bantuan kepada Belanda pada tanggal 21 Februari 1821
atas perintah Residen James du Puy di Padang dan berhasil memukul mundur Kaum Padri
keluar dari Pagaruyung dan Belanda membangun benteng pertahanan di Batusangkar. Tetapi
kemudian kaum adat sadar bahwa Belanda ingin menguasai Sumatera Barat, kemudian kaum
adat bersatu dengan kaum Paderi untuk menghadapi Belanda, karena terdesak Belanda
mengirim bantuan dari Pulau Jawa yang diperkuat oleh Pasukan Sentot Ali Basa Prawirodirjo,
tapi kemudian Sentot Ali Basa Prawirodirjo berpihak kepada kaum Paderi sehingga Sentot Ali
Basa Prawirodirjo ditangkap dan dibuang ke Cianjur.
Dengan siasat Benteng Stelsel pada tahun 1837 Belanda mengepung Bonjol, sehingga
Imam Bonjol ditangkap dan dibuang ke Cianjur kemudian dipindahkan ke Manado hingga
wafat tahun 1864.

4. Perang Diponegoro (1825-1830)


Pangeran Diponegoro adalah putra Sultan Hamengkubuwono III. Semenjak kecil, diasuh
oleh neneknya, Konflik Pangeran Diponegoro dengan Belanda bermula pada Mei 1825, saat
pemerintah kolonial berencana membangun jalan dari Yogyakarta ke Magelang. Pembangunan
tersebut akan menggusur banyak lahan termasuk tanah makam nenek moyang Pangeran
Diponegoro. Sbenarnya Belanda telah mengundang Pangeran Diponegoro untuk menemuinya
dalam memecahkan masalah ini . Namun undangan itu ditolak mentah-mentah olehnya.
Belanda kemudian melakukan pematokan di daerah yang dibuat jalan.Hal ini membuat
Pangeran Diponegoro geram, lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mencabuti patok-
patok itu. Melihat hal tersebut, Belanda mempunyai alasan untuk menangkap Diponegoro dan
melakukan tindakan
Perlawanan
Tentara meriam pun didatangkan ke kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20
Juli 1825 perang Tegalrejo dikepung oleh serdadu Belanda.Akibatnya Pangeran Diponegoro
besrta keluarganya terpaksa mengungsi menuju ke Goa Selarong. Kemudian, Pangeran
Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia mendapat banyak dukugan dari beberapa bangsawan
Yogyakarta dan Jawa Tengah.Salah satunya Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang
tangguh di medan tempur..Dan akhirnya berlangsunglah pertempuran sengit antara kedua
belah pihak.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan strategi gerilya,. Setrategi ini
sangat merepotkan tentara Belanda. Awalnya sendiri peperangan banyak terjadi di daerah
barat kraton Yogyakarta berlanjut kedaerah lain Gunung kidul, Madiun, Magetan, Kediri, dan
sekitar Semarang. Belanda kewalahan dan menerapakan setrategi Benteng Stelsel. Akibat nya
Pasukan Diponegoro semakin terjepit. Akhirnya pada 1829, Kiai Maja, Dan panglima perang
satu-persatu menyerahkan diri termasuk Sentot Prawirodirjo.
Diponegoro akhirnya tertangkap di Magelang pada 25 Maret 1830. Ini terjadi saat ia
menerima tawaran perundingan dari Jendral De Kock .Dan diponegoro pun langsung diculik
dan dibuang ke Sulawesi

Anda mungkin juga menyukai