Anda di halaman 1dari 20

TUGAS RUTIN

SEJARAH INDONESIA MASA KOLONIAL


DOSEN PENGAMPU: : Dr. Rosmaida Sinaga, M.Hum

DISUSUN OLEH:
SELVI AGUSNIA WARUWU
NIM: 3211121007
KELAS: REGULER D

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL

RESUME KELOMPOK 1 JUDUL: KOLONIALISME PORTUGIS DAN PELAWANAN


RAKYAT INDONESIA TERHADAP PORTUGIS
Sejak tahun 1522 terjalin suatu hubungan dagang (cengkih) antara Portugis dan
Ternate.HubunganTernate dan Portugis berubah menjadi tegang karena upaya Portugis
melakukan kristenisasi dan juga karena perilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan.Pada
tahun 1535, orang-orang Portugis di Ternate menurunkan Raja Tabariji (1523-1535) dari
singgasananya dan mengirimnya ke Goa yang dikuasai Portugis.

Portugis lalu pindah ke Tidore dan membangun kembali benteng baru pada tahun 1578.Akan
tetapi yang kemudian menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku sesudah itu
adalah Ambon.Ternate sementara itu menjadi sebuah negara yang gigih menganut Islam dan anti
Portugis dibawah pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya Sultan Said ad-Din
Berkat Syah (1584-1606).

Putra (2020) menjelaskan bahwa selama berada di Maluku, orang-orang Portugis ternyata
meninggalkan beberapa pengaruh kebudayaan mereka seperti balada-balada keroncong romantis
yang dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis.Beberapa kosa kata
Bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa Portugis yaitu seperti pesta, sabun, bendera,
meja, Minggu, dan lainnya.Bahkan di Ambon sendiri masih banyak ditemukan nama-nama
keluarga yang berasal dari Portugis seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza,
Rodriguez, dan da Silva, serta lainnya.

C. Perlawanan Rakyat Ternate Perlawanan yang dilakukan rakyat ternate ini disebabkan
oleh beberapa hal berikut: a. Portugis melakukan monopoli perdagangan b. Portugis ikut
campur tangan dalam pemerintahan c. Portugis membenci pemeluk agama Islam karena
tidak sepaham dengan mereka d. Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat e.
Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis Dengan didasari oleh faktor tersebut,
maka Portugis ditolak oleh raja Ternate.

Dampak Penjajahan Portugis  Dampak Penjajahan bangsa portugis di Indonesia • Dalam


bidang sosial budaya yaitu: a. Berkembangnya agama Kristen/katolikdi Maluku yang disebarkan
oleh Fransiscus Xaverius b. Berkembangnya music keroncong berasal dari portugis c.
Peninggalan bangunan yang berupa banteng-banteng portugis d. Nama orang
Indonesia menggunakan nama portugis e. Benda-benda peninggalan portugis berupa meriam
yang ditempatkan di Museum.

RESUME KELOMPOK 2 JUDUL: KOLONIALISME SPANYOL DI INDONESIA DAN


PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP SPANYOL
Kedatangan bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa Spanyol.
Kedatangan bangsa Spanyol ini diterima baik oleh Sultan Tidore, yang saat itu sedang
bermusuhan dengan kerajaan Ternate yang dibantu oleh Portugis.
Bangsa Spanyol datang ke Indonesia tepatnya di Maluku pada 8 November 1521 dipimpin oleh
Kapten yang bernaman Joan Sbastian El Cano.
Namun kedatangan bangsa Spanyol saat itu tidak di senangi oleh Portugis yang saat itu sedang
mengatasi perlawanan rakyat pribumi dikarenakan dianggap Spanyol menggangu Portugis untuk
memonopoli perdagangan di wilayah Eropa yang dilakukan oleh Portugis walaupun usahannya
belum sesuai harapan karena perlawanan dari penduduk yang ada di Maluku.

Kedatangan bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa Spanyol.

Kedatangan bangsa Spanyol ini diterima baik oleh Sultan Tidore, yang saat itu sedang
bermusuhan dengan kerajaan Ternate yang dibantu oleh Portugis.
Namun kedatangan bangsa Spanyol saat itu tidak di senangi oleh Portugis yang saat itu sedang
mengatasi perlawanan rakyat pribumi dikarenakan dianggap Spanyol menggangu Portugis untuk
memonopoli perdagangan di wilayah Eropa yang dilakukan oleh Portugis walaupun usahannya
belum sesuai harapan karena perlawanan dari penduduk yang ada di Maluku.

RESUME KELOMPOK 3 JUDUL: STRATEGI VOC MENGUASAI REMPAH-REMPAH DI


INDONESIA,MENGUASAI PERDAGANGAN DAN POLITIK DI INDONESIA

Jan Huyghen Van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan “jalur rahasia” dari
pelayaran Portugis yang akhirnya dapat membawa mereka menuju Banten, yang menjadi
pelabuhan utama di pulau Jawa pada tahun 1595-1597.

Lalu, pada 1602, Belanda kembali ke Nusantara dan mendirikan kongsi dagang bernama VOC
tersebut dan bersaing sengit dengan beberapa negara seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan
Perancis.

Hingga pada 1603, VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilannya,
lalu pada 1610, Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC yang pertama.

Kata “musuh” dalam perundingan tersebut mengacu pada bangsa Portugis dan Spanyol karena
dua negara tersebut saling bergabung menjadi satu kekuasaan dan hendak merebut dominasi
perdagangan di Asia (sebelumnya dikuasai oleh Belanda).
Mengurangi persaingan antar sesama pedagang Belanda Tujuan pertama dari pembentukan
kongsi dagang VOC ini adalah untuk menggabungkan usaha dan menghindari persaingan tidak
sehat antar sesama pedagang Belanda.

Menandingi persaingan dengan pedagang bangsa Eropa lain Supaya dapat memperkuat posisi
Belanda dalam perdagangan Asia, dibentuknya VOC adalah untuk menghadapi persaingan
dengan bangsa Eropa lain seperti Portugal dan Spanyol.

Memonopoli rempah-rempah di Asia Tujuan pembentukan VOC jika dilihat lebih jelas adalah
untuk menguasai dan memonopoli sistem perdagangan rempah-rempah di Asia, terutama di
Indonesia.

Memegang kekuasaan atas kerajaan-kerajaan di Indonesia Setelah berusaha ingin menguasai


sumber daya rempah-rempahnya, Belanda memiliki tujuan lain dari pembentukan kongsi dagang
ini, yakni menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Menyokong anggaran dana kepada pemerintah Belanda Dari keuntungan yang didapatkan oleh
kongsi dagang tersebut, pihak VOC juga turut membantu dana pemerintah Belanda yang tengah
krisis akibat diduduki oleh pihak Spanyol.

Menduduki tempat-tempat strategis di Indonesia Tujuan selanjutnya adalah dengan menguasai


tempat-tempat strategis yang ada di Indonesia, terutama pelabuhan.

Strategi VOC dalam Menguasai Kekuasaan di Indonesia 9 Strategi VOC untuk menguasai
wilayah Indonesia adalah menggunakan devide et impera atau politik adu domba.

Politik devide et impera atau politik adu domba adalah siasat atau kombinasi strategi politik,
militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara
memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan.

Hal ini terjadi setelah dengan tipu muslihat VOC, Raja Pakubuwana II yang sedang dalam
keadaan sakit keras dipaksa untuk menandatangani naskah penyerahan kekuasaan Kerajaan
Mataram kepada VOC pada tahun 1749.
Untuk memperkokoh kedudukannya di Indonesia bagian barat dan memperluas pengaruhnya di
Sumatera, VOC berhasil menguasai Malaka setelah mengalahkan saingannya, Portugis pada
tahun 1641.

Latar Belakang VOC dapat memonopoli perdagangan dan Politik di Indonesia Kantor pusat
VOC di Amsterdam.

(Amsterdam Monumenten - Oost-Indisch Huis (1606)) VOC akan berupaya memperuncing


persoalan atau melakukan politik pecah belah (divide et impera) dengan memihak salah satu
kubu yang bersedia bekerja sama dengan VOC, baik berupa mengakui kebijakan monopoli VOC,
mengizinkan VOC menguasai sebagian wilayah kerajaan, maupun dalam kasus yang ekstrem
menyerahkan kedaularan kepada VOC sebagaimana pernah terjadi di Surakarta pada tahun 1749.

Dari penjealasan tersebut dapat disimpulkan bahwa latar belakang VOC akhirnya dapat
memonopoli perdagangan dan menguasai kerajaankerajaan di Indonesia karena masuk dan
menguasai istana dengan menggunakan politik devide et ampere.

Dalam hal itu, VOC akan berupaya memperuncing persoalan atau melakukan politik pecah belah
devide et impera dengan memihak salah satu kubu yang bersedia bekerja sama dengan VOC,
baik berupa mengakui kebijakan monopoli VOC, mengizinkan VOC menguasai sebagian
wilayah kerajaan, maupun dalam kasus yang ekstrem menyerahkan kedaularan kepada VOC
sebagaimana pernah terjadi di Surakarta pada tahun 1749.

Dari penjealasan tersebut dapat disimpulkan bahwa latar belakang VOC akhirnya dapat
memonopoli perdagangan dan menguasai kerajaankerajaan di Indonesia karena masuk dan
menguasai istana dengan menggunakan politik devide et ampere.

11  VOC dapat Memonopoli Perdagangan rempah Verenigde Oostindische Compagenie


(VOC) atau kongsi dagang merupakan gabungan perusahaan-perusahaan dagang Belanda untuk
perdagangan di Hindia Timur.

Apa yang melatarbelakangi VOC akhirnya dapat memonopoli perdagangan dan menguasai
kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Dalam buku Nusantara: Sejarah Indonesia (2008) karya Bernard Hubertus Maria Vlekke, VOC
dibentuk dan diserahi monopoli atas segala di Asia dan Parlemen Belanda (State Generaal).
Sebanyak 13 kapal yang berangkat dari Belanda dan dilengkapi persenjataan yang kuat
menyerang Portugis di semua benteng pertahanan mereka di Mozambik, Goa, dan Malaka serta
Ambon.

Berlimpahnya Modal Pada 1800, VOC tetap merupakan yang terbesar di antara perusahaan-
perusahaan dagang yang beroperasi di Asia.
Sejak 1619, VOC mendirikan tiga buah pangkalan di Indonesia, yakni di Jayakarta (Jakarta),
Ambon, dan Banda.
Kebijakan VOC di bidang Politik Berikut merupakan kebijakan-kebijakan VOC di bidang
politik: (a).
Pejabat yang diangkat oleh VOC atau Belanda ini sangatlah kaya sementara rakyat pribumi tetap
menderita.. Biasanya pemilihan pejabat pribumi ini didasarkan pada sistem keturunan serta
patron-klien atau upaya baik yang dilakukan bawahan untuk menarik hati atasannya.

RESUME KELOMPOK 4 JUDUL: KOLONIALISME PERANCIS DI INDONESIA DAN


PERLAWANAN RAKYAT
Pada tahun 1792-1802, di Eropa terjadi perang revolusioner Perancis yang melibatkan Austria,
Rusia, Inggris, Belanda, dan Spanyol.

Persaingan tersebut bukan saja terjadi di daratan Eropa, melainkan juga di daerah koloni, seperti
Afrika, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia.

Perancis mulai masuk ke Indonesia ketika Belanda masih menjajah Indonesiadan VOC yang saat
itu didirikan dan kemudian di bubarkan secara resmi pada tanggal 1 januari.

Belanda yang pada saat itu wilayah jajahan Perancis, sehingga segala bentuk kekuasaan
pemerintahan dan kebijakan-kebijakan diatur dan ditinjau langsung oleh Prancis.

Belanda dikuasai oleh Prancis karena ketika itu di Negara Belanda terjadi kekacauan yang
disebabkan oleh Napoleon Bonaparte yang telah berhasil menyingkirkan Raja Willem van
Oranje.

Perancis mulai masuk ke Indonesia ketika Belanda masih menjajah Indonesiadan VOC yang saat
itu didirikan dan kemudian di bubarkan secara resmi pada tanggal 1 januari.
Belanda yang pada saat itu wilayah jajahan Perancis, sehingga segala bentuk kekuasaan
pemerintahan dan kebijakan-kebijakan diatur dan ditinjau langsung oleh Prancis.

Belanda dikuasai oleh Prancis karena ketika itu di Negara Belanda terjadi kekacauan yang
disebabkan oleh Napoleon Bonaparte yang telah berhasil menyingkirkan Raja Willem van
Oranje.

Dan Sebagian Hindia Timur (wilayah Nusantara), Raja Napoleon Bonaparte tidak menyerah
begitu saja, dan segera memilih orang yang di anggap sebagai Perwira yang mumpuni untuk
segera memobilisasi pasukan di Pulau Jawa.

Herman Willem Daendels yang telah membantu bebarapa penyerangan dalam perang yang
berkecamuk di rusia, segera di panggil.

dan Herman Willem Daendels adalah seorang perwira belanda yang sampai sekarang namanya
hanya dipakai untuk penyebutan jalan di kota kota tertentu saja, dan kota kelahiranya saja, beliau
tidak di terima di kerajaan belanda.

Bendera perancis segera di kibarkan di beberapa loji dagang milik VOC, Hal ini mengawali
sejarah kolonialisme Prancis di tanah Jawa yang hanya berlangsung selama tujuh bulan saja.

Salah satut untutan Prancis terhadap raja-raja Jawa ketika itu adalah tuntutan agar parapenguasa
di Surakarta dan Yogyakarta memperlakukan utusan-utusan dari Pemerintah Hindia Belanda
sebagai wakil Pemerintah Eropa sehingga mereka harus diperlakukan sederajat dengan raja-raja
itu sendiri.

Untuk menjalankan tugas utamanya untuk menjaga pertahanan di pulau Jawa,dia membangun
jalan di sepanjang pantai Utara Jawa yang dimulai dari Anyer sampai Panarukan, yang dikenal
sebagai jalan pos besar.

Pembangunan jalan Daendels dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur) sejauh 1000
km pada tahun 1809 – 1810 yang pada awalnya bertujuan untuk mempercepat tibanya surat-
surat yang dikirim antar Anyer hingga Panarukan atau sebagai jalan pos, akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya dibangunnya juga karena manfaat militernya, yaitu untuk
mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan cepat dan semenjak saat itu, jaringan
transportasi darat dipulau Jawa mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Langkah-langkah kebijaksanaan Daendels untuk mempertahankan P. Jawa Dalam bidang sosial
ekonomi : 1) Contingenten yaitu kewajiban rakyat menyerahkan hasil bumi sebagai pajak
kepada pemerintah 2) Verplichte Leverantie yaitu kewajiban rakyat menjual hasil panen hanya
kepada pemerintah Belanda dengan harga yang telah ditentukan.

3) Prianger Stelsel yaitu kewajiban penduduk Priangan untuk menanam kopi 4) Kerja rodi
yaitu kerja paksa bagi penduduk untuk membuat jalan raya Anyer Panarukan 5) Menjual tanah-
tanah Negara kepada pihak swasta atau partikelir (landelijk Stelsel) Dalam bidang pemerintahan
: 1) Pulau jawa di bagi menjadi Sembilan karisedenan 2) Para bupati dijadikan pegawai
pemerintah Belanda 3) Perbaikan gaji pegawai dan memberantas korupsi 4) Pendirian
badan-badan pengadilan Berakhir pemerintahan deandles, Daendels sebenarnya seorang liberal,
tetapi setelah tiba di Indonesia berubah menjadi seorang diktator yang bertindak kejam dan
sewenang-wenang.

Dengan kerja rodi itu maka rakyat yang sudah jatuh miskin menjadi semakin menderita, sampai
banyak rakyat Hindia yang jatuh sakit bahkan tidak sedikit yang meninggal.

Akibatnya, timbul perlawanan-perlawanan di berbagai daerah baik yang dilakukan oleh rakyat
ataupun para raja-raja yang terkena dampak dari kebijakan Daendels salah satunya adalah
perlawanan yang dilakukan Raden Rangga di Jawa Tengah.

Dengan demikian,kondisi pada masa pemerintahan Daendels memicu terjadinya perlawanan-


perlawanan di berbagai daerah yang menentang kebijakan-kebijakan Daendels.

Willem V dari Belanda berhasil lolos dari serangan Perancis dan melarikan diri ke Inggris pada
1795.Ia tinggal di Kew dan memerintah dari sana.

Lewat surat-surat Kew terungkap, para pejabat jajahan Belanda diperintah untuk menyerahkan
wilayah mereka ke orang-orang Inggris sipaya tidak jatuh ke tangan Perancis.Maka sejak 1795,
Inggris pun berusaha merebut Nusantara dari Perancis.Dengan jatuhnya pangkalan utama
Perancis di Mauritius pada akhir 1810, posisi Inggris semakin kuat untuk merebut Indonesia.

Namun Janssens tak bertahan lama karena terus diserang Inggris.Hingga pada 4 Agustus 1811,
60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia, pusat kekuatan Belanda.Batavia dan daerah di
sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811.Janssens mundur ke Jawa Tengah dan
menyerah di dekat Salatiga.
Dampak Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia  Dampak Bidang Politik Bangsa Eropa
membuat sistem pemerintahan di Indonesia berubah.

Pada saat penjajahan bangsa-bangsa Eropa, banyak kerajaan di Indonesia yang kehilangan
wilayahnya yang dikarenakan oleh semakin kuatnya pengaruh bangsa Eropa di Indonesia.

Dari adanya dampak tersebut, khususnya setelah perjuangan 1908 muncul kaum terpelajar di
Indonesia yang bersatu melawan bangsa Eropa, khususnya Belanda sehingga Bangsa Indonesia
dapat meraih kemerdekaannya dan membuat sistem pemerintahan presidensial, karena
dikhawatirkan jika pemerintahan tetap menjadikan raja sebagai pemimpin akan terjadi
pemusatan kekuasaan dan jika raja kembali dipengaruhi oleh politik bangsa Eropa, maka
Indonesia akan kembali jatuh.

Prefektur dan regent berada di bawah Gubernur Jenderal yang berkedudukan sebagai pemimpin
tertinggi pemerintah kolonial Belanda.

Sistem ini diterapkan untuk menggantikan posisi penting pemerintah daerah ke tangan
pemerintah Belanda dengan cara mengangkat dan menggaji pegawai yang menduduki jabatan
struktur birokrasi.

Dalam sistem tersebut jabatan tertinggi yang bisa dipegang oleh masyarakat pribumi adalah
bupati dan di bawahnya terdapat wedana dan patih.

Dampak Bidang Sosial Budaya • Di bidang sosial Bangsa Eropa membuat sistem sosial di
Indonesia berubah.

Namun, setelah adanya politik etis, maka semakin banyak muncul kaum pelajar yang kemudian
menggantikan peran para Bangsawan untuk menggerakkan Indonesia ke yang lebih baik.

Selain itu, sistem pemerintahan di Indonesia sekarang merupakan warisan dari penerapan ajaran
Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Dalam badan yudikatif di struktur tersebut, pemerintahan kolonial Belanda membagi badan
peradilan menjadi tiga macam berdasarkan golongan masyarakat di Hindia-Belanda.
Namun, di kehidupan yang sekarang masyarakat seharusnya sudah dapat menyaring mana model
yang sesuai dengan kepribadian Indonesia dan mana yang tidak sesuai.

Kamu bisa lihat benteng Fort de Kock di Bukittinggi, di Sumatera Barat, Benteng Marlborough
di Bengkulu, Benteng Spellwijk di Banten, Benteng Vredeburg di Yogyakarta, dan lain-lain.

 Dampak Bidang Ekonomi • Di bidang Pengusaha Pribumi Pemerintah kolonial yang


berkuasa berkuasa membuat para pengusaha pribumi menjadi aparatur pemerintah kolonial dan
tidak lagi mendapatkan penghasilan dan upeti seperti sebelumnya.

Nasib di Bidang Pertanian Pada zaman itu, petani memang disuruh untuk menanam komoditas
Belanda yang diupah dengan harga yang sangat murah sehingga petani semakin miskin.

Salah satunya adalah de Javasche Bank, bank modern di Hindia-Belanda yang muncul pertama
kali dan didirikan di Batavia pada tahun 1828.

Jaringan kereta api muncul dan berkembang di Hindia-Belanda sebagai sarana pengantaran hasil
perkebunan yang ada di Hindia Belanda serta transportasi masyarakat.

Pada saat penjajahan bangsa-bangsa Eropa, banyak kerajaan di Indonesia yang kehilangan
wilayahnya yang dikarenakan oleh semakin kuatnya pengaruh bangsa Eropa di Indonesia.

Namun, setelah adanya politik etis, maka semakin banyak muncul kaum pelajar yang kemudian
menggantikan peran para Bangsawan untuk menggerakkan Indonesia ke yang lebih baik.

Namun, di kehidupan yang sekarang masyarakat seharusnya sudah dapat menyaring mana model
yang sesuai dengan kepribadian Indonesia dan mana yang tidak sesuai.

Pemerintah kolonial yang berkuasa berkuasa membuat para pengusaha pribumi menjadi aparatur
pemerintah kolonial dan tidak lagi mendapatkan penghasilan dan upeti seperti sebelumnya.

RESUME KELOMPOK 5 JUDUL: KOLONIALISME PORTUGIS DAN PELAWANAN


RAKYAT INDONESIA TERHADAP PORTUGIS
Sejak abad ke-17 para pedagang Inggris telah berdagang sampai ke daerah India, dan mendirikan
kongsi dagang yang bemama East india company (EIC) dengan daerah operasinya adalah India.

Pada abad ke-18 para pedagang Inggris sudah banyak yang berdagang di Indonesia, sehingga
sekaligus menjadi pesaing VOC (Belanda).

Dan pada tahun 1811 Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah
kekuasaan Belanda di Indonesia.

Akhir dari penjajahan Belanda-Prancis itu ditandai dengan Kapitulasi Tuntang yang
ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris dan
Jansens dari pihak Belanda.

Oleh karena itu, sejak tahun 1811 wilayah Indonesia menjadi jajahan East Indian Company
(EIC), badan perdagangan Inggris yang berpusat di Calcuta (India), yang dipimpin oleh
Gubernur Jenderal Lord Minto.

 Latar Belakang Penjajahan Inggris di Indonesia Sebuah pendudukan atau penjajahan yang
dilakukan oleh sebuah kekuatan besar suatu negara terhadap negara atau daerah lain tentu
memiliki sebab atau latar belakangnya.

beberapa hal yang menyebabkan Inggris menduduki Indonesia (Nusantara), meliputi ; a)


Contingental Stelsel Contngental Stelsel merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Perancis
pada masa Napoleon, kebijakan tersebut dikeluarkan untuk memblokade perdagangan Inggris di
Eropa.

5 b) Penyerbuan Inggris di Pulau Jawa Pada saat Belanda menguasai Nusantara, tepatnya pada
masa pemerintahan Daendels, Inggris menyerbu Pulau Jawa.

Isi dari perjanjian tersebut meliputi :  Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada pihak
Inggris  Semua tentara Belanda menjadi tawanan pihak Inggris  Semua hutang pemerintah
Belanda bukan tanggung jawab pihak Inggris  Seluruh pegawai Belanda yang mau
bekerjasama dengan Inggris dapat memegang kembali Jabatannya.
 Awal Mula Inggris di Indonesia Setelah perjanjian ditandatangani, maka pada tanggal 18
September 1811 merupakan tanggal dimulainya penjajahan atau kekuasaan Inggris di Indonesia
(Nusantara).

Jalur pelayaran Bangsa Eropa yang ditempuh oleh Inggris dengan jalur Spanyol yang dikenal
dengan jalur Maghellans.

Kondisi ini dikarenakan Bangsa Inggris yang terdesak oleh Belanda yang berhasil mencapai
Nusantara di Banten.

Tempat di Indonesia yang pertama kali dimasuki oleh Inggris adalah Maluku, sama seperti
Spanyol karena melalui jalur yang hampir sama.

7 Jalur Pelayaran Bangsa Inggris Ringkasan: Jalur Pelayaran Inggris ke Indonesia: Inggris →
Samudera Atlantik → Selat Maghellans → Samudera Pasifik → Filipina → Maluku (Ternate)
2.3 Kebijakan Pemerintahan Thomas Stamford Raffles di Indonesia.

Peristiwa Belanda menyerah kepada Inggris melalui Kapitulasi Tuntang (1811), menjadi awal
pendudukan kolonial Inggris di Indonesia.

Raffles bermaksud menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan oleh Inggris di India.

Ia juga menemukaan bunga bangkai yang diberi nama Rafflesia arnoldii yang berada di Kebun
Raya Bogor tersebut.

Beberapa kebijakan Raffles yang dilakukan di Indonesia antara lain: A. Jenis penyerahan wajib
pajak dan wajib kerja harus dihapuskan.

Hal itu disebabkan daerahdaerah Batavia pada umumnya telah menjadi milik swasta dan daerah-
daerah sekitar Parahyangan merupakan daerah wajib tanam kopi yang memberikan keuntungan
yang besar kepada pemerintah.

Dalam pelaksanaannya Sistem landrent/Sistem sewa tanah di Indonesia mengalami kegagalan


karena: a. Sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang luas nya berbeda b.
sulit menentukan Luas sempit dan tingkat kesuburan tanah c. Terbatasnya jumlah pegawai d.
masyarakat belum terbiasa Dengan sistem uang.

Di bidang pemerintahan Raffles membagi pulau Jawa dan Madura menjadi 6 karesidenan yang
dikepalai oleh seorang presiden dibantu asisten residen dari Eropa.

Kekalahan Prancis itu membawa dampak pada pemerintahan di negeri Belanda yaitu dengan
berakhirnya pemerintahan Louis Napoleon di negeri Belanda.

Perundingan itu menghasilkan Konvensi London atau Perjanjian London (1814), yang isinya
antara lain menyepakati bahwa semua daerah di Indonesia yang pernah dikuasai Belanda harus
dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah Bangka, Belitung dan Bengkulu
yang diterima Inggris dari Sultan Najamuddin.

11 Dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia, Raffles didampingi oleh suatu Badan


Penasihat (Advisory Council) yang terdiri atas Gillespie, Cranssen, dan Muntinghe.

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai
berikut: 1.

Akan tetapi, Raffles cukup senang karena bukan ia yang harus menyerahkan kekuasaan kepada
Belanda, melainkan penggantinya yaitu John Fendall, yang berkuasa hanya lima hari.

Karena pemerintahan Raffles berada di antara dua masa penjajahan Belanda, pemerintahan
Inggris itu disebut sebagai masa interregnum (masa sisipan).

Pemberontakan Sepoy tahun 1815 Pemberontakan ini disebabkan oleh kekhawatiran pasukan
sepoy yang kemungkinan ditinggalkan Inggris sehingga tidak dapat pulang ke negaranya yaitu
India setelah kembalinya kekuasaan Belanda di Eropa dari Perancis.

Pasukan Sepoy adalah pasukan sukarela dari India yang di bawa Inggris ke Indonesia untuk
membersihkan tanah Jawa dari orang-orang Belanda.Agar mereka selamat dari orangorang
Indonesia dan pasukan Belanda maka mereka menjalin dukungan terhadap para pangeran dan
dukungan kraton guna melawan Inggris.
usaha kaum sepoy yang dipimpin Dhaugkul Syihk berhasil mendekati para pangeran khususnya
Pakubuwono VI yang ingin meningkatkan hegemoni atas Jawa dengan harapan anaknya dapat 14
menjadi Sultan di Yogyakarta dan P. Mangkubumi menjadi penguasa Surakarta.

Perlawanan rakyat Palembang tahun 1812 Perang ini disebabkan adanya ditolaknya utusan
Raffles ke Palembang dipimpin Richard Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor dan
benteng Belanda sekaligus hak kuasa Sultan atas tambang timah di pulau Bangka oleh Sultan
Mahmud Baharuddin.

ekspedisi ini dihadapi Palembang dengan cara membuat rakit yang dilengkapi minyak yang
mudah terbakar untuk ditabrakkan ke rakit-rakit dan perahu pasukan Inggris.

Hasilnya Palembang jatuh ke tangan Inggris setelah pertahanan di pulau Borang dikuasai Inggris
dan pengkhianatan yang dilakukan adik Sultan bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin.

Sejak 26 April 1812 Palembang di bawah Inggris, Najamudin diangkat sebagai Sultan
Palembang, Tambang timah di pulau Bangka dan Belitung diserahkan kepada Inggris.

Penggantinya Mayor William Robinson yang tidak cocok dengan Sultan Najamudin yang
dianggap terlalu lemah mencoba bernegosiasi dan bertemu langsung dengan Sultan Badarudin di
Muara Rawas tanggal 19 Juni 1813 setelah seorang perwira dan penterjemah yang diutus gagal
bernegosiasi.

Tetapi pada tanggal 4 Agustus 1813 kesepakatan Robinson dengan Sultan Badaruddin dibatalkan
secara sepihak oleh Inggris dan kekuasaan Najamudin dikembalikan sebagai Sultan Palembang
dan Inggris mengembalikan uang suap kepada Sultan Badarudin beserta bunganya, sedangkan
Robinson dipecat dengan alasan menerima suap.
RESUME KELOMPOK 6 JUDUL: KOLONIALISME BELANDA DI INDONESIA DAN
PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP BELANDA
Sejak dahulu, dapat diketahui secara umum bahwa belanda pernah memasuki Indonesia
hingga sempat membentuk sebuah pemerintahan kolonial. Hal itu disebabkan oleh letak
Indonesia yang sangat strategis dan kekayaan alamnya berlimpah-limpah. Dikatakan strategis
karena Indonesia berada di persimpangan dua samudera dan dua benua. Selain itu Indonesia juga
terletak di jalur perdagangan dunia. Di samping tanahnya sangat subur. Indonesia juga
mempunyai kandungan alam yang banyak, seperti minyak. Emas, dan tembaga. Di antara
bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia, Belandalah yang paling bernafsu menguasai
Indonesia.
Setelah I abad menguasai Indonesia bahwa tahun 1799 VOC bubar karena berbagai sebab.
Adapun sebabnya adalah seperti korupsi yang sangat besar di deretan para pegawai dan banyak
pegawai yang tidak baik mengerjakan tugasnya sehingga menyebabkan monopoli perdagangan
tidak berjalan semestinya,

Setelah VOC bubar, dari sinilah mula terbentuknya pemerintahan Belanda yang dimana VOC
menyerahkan Indonesia ke tangan Belanda (Republik Bataaf) yang berdiri pada tahun 1798 dan
pendirian Republik Bataaf dilatarbelakangi oleh munculnya kelompok yang anti dinasti Oranye.
Dinasti Oranye merupakan sebuah dinasti yang pada saat itu memerintah Belanda. Hal ini
berkaitan dengan diadakan perdamaian antara Belanda dan Inggris pada tahun 1794 hingga
membuat Prancis beranggapan bahwa Belanda merupakan musuhnya. Akibat dari hal inilah yang
membuat banyak orang belanda yang anti oleh dinasti oranye melarikan diri ke Prancis dan pada
saat melakukan pelarian, mereka melakukan keurusuhan di Belanda.

Struktur Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia

● Sistem Pemerintahan Desentralisasi

Pemerintahan Hindia-Belanda berupaya menggunakan sistem pemerintahan desentralisasi


untuk mengatur kekuasaan di wilayah jajahannya. Pada dasarnya pemerintahan desentralisasi
Hindia-Belanda bertujuan untuk membuka kemungkinan diadakannya daerah-daerah yang
memiliki pemerintahan sendiri namun tetap memiliki tanggungjawab dan berada di bawah
pengawasan pemerintah pusat.

Pada awalnya gubernur jenderal yang merupakan wakil ratu Belanda memiliki kekuasaan
yang sangat luas, sehingga untuk melaksanakan tugasnya dibantu oleh organisasi organisasi
pemerintah yang diisi oleh pejabat-pejabat baik pusat maupun daerah. Namun kekuasaan yang
tak terbatas menuai protes dari komunitas-komunitas pengusaha Belanda, karena mereka juga
ingin menyuarakan pendapatnya dalam menentukan kebijakan.

Untuk mengatasi hal itu diusulkan untuk membentuk gewestelijk raden, yaitu suatu dewan
dimana warga eropa dapat berbicara untuk menyuarakan isi hatinya. Inilah yang mengawali
terbentukan ya decentralisatie wet, kurang lebih pasalnya berisi tentang pemerintah di daerah-
daerah jajahan kerajaan Belanda.

● Birokrasi Pada Masa Pemerintah Hindia-Belanda

Sebagai bangsa pendatang yang ingin menguasai wilayah nusantara, baik secara politik
maupun ekonomi, pemerintah kolonial menyadari bahwa keberadaannya tidak selalu aman.
Untuk itu pemerintah kolonial menjalin hubungan politik dengan pemerintah kerajaan yang
masih disegani, hal ini bertujuan untuk menanamkan pengaruh politiknya terhadap elite politik
kerajaan.

Terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan pada saat pemerintahan kolonial berlangsung,
yaitu mulai diperkenalkannya sistem administrasi kolonial (Binnenlandsche Bestuur) yang
memperkenalkan sistem administrasi dan birokrasi modern yang puncaknya pada ratu Belanda
dan sistem administrasi tradisional (inheemche Bestuur) masih dipertahankan oleh pemerintah
kolonial.

Dalam struktur pemerintahan di nusantara, Belanda menempatkan Gubernur Jenderal yang


dibantu oleh gubernur dan residen. Gubernur merupakan wakil pemerintah pusat yang
berkedudukan di Batavia, setingkat wilayah Propinsi. Sedangkan untuk tingkat Kabupaten
terdapat asisen residen dan pengawas (Controleur). Keberadaan asisten residen diangkat oleh
gubernur jenderal untuk mengawasi bupati dan wedana dalam menjalankan pemerintahan sehari-
hari. Pengawasan dari raa hanya ditunjukkan pada saat-saat tertentu, seperti pengiriman upeti
kepada raja. Bupati tidak memiliki kekuasaan yang otonom lagi, akan tetapi selalu mendapat
kontrol dari pengawas yang ditunjuk pemerintah pusat. Perubahan birokrasi pemerintahan
tersebut mendorong Belanda untuk mengadakan perubahan hak pemakaian tanah.

Struktur administrasi pemerintah kolonial Belanda di Indonesia sebagai berikut. Gubernur


Jenderal memegang kekuasaan tertinggi sebagai wakil dari Ratu Belanda yang berkedudukan di
propinsi, Dikabupaten diperintah oleh gubernur, sub kabupaten oleh residen, dibawahnya ada
asisten residen yang mengawasi para patih dan bupati, dibawahnya ada pengawas yang bertugas
mengawasi wedana dan asisten wedana.

Perlawanan Indonesia melawan Belanda


● Secara Tradisional
1) Perang Padri (1803-1821) Berawal permasalahan konflik antara Kaum Adat dengan Kaum
Padri mengenai pemurnian agama Islam di Sumatra Barat. Kaum Adat masih sering melakukan
kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri
yang terdiri dari para ulama menasehati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut,
Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803-1821. Perang
diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat. Kemudian darj hal tersebut, dimanfaatkan dari pihak
Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat untuk melawan Kaum Padri. Belanda memang
bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatra Barat. Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri
adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821-1838. Sekitar tahun 1833
atau menjelang tahun-tahun terakhir perang, Tuanku Imam Bonjol mengajak Kaum Adat agar
menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan
kekalahan di pihak Kaum Padri dan Kaum Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.

2) Perang Pattimura (Mei 1817-Desember 1817)


Pada 1817, Belanda berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku
yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Pertempuran sengit terjadi di Benteng Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan
pasukan secara besar-besaran, sehingga rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku
melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan Martha Christina Tinhahu.

3) Perang Diponegoro (1825-1830)

Perang Diponegoro merupakan perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin
Pangeran Diponegoro didukung kaum ulama, pihak istana, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini
terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran
Diponegoro, Perang ini terjadi tahun 1825-1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat
perang bernama Benteng Stelsel, yaitu mendirikan benteng di setiap daerah yang dikuasai untuk
mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan
gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit. Benteng Stelsel belum
mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro, Belanda akhirnya menggunakan tipu
muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro, padahal sebenarnya itu berupa
penangkapan. Setelah penangkapan, perlawanan pasukan Diponegoro mulai melemah. Pada
akhirnya, Belanda dapat memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar
karena perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang banya.

4) Perang Jagaraga Bali (1848-1850)

Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang
memberikan hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta muatannya
yang terdampar di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan Karang,
sehingga Belanda melakukan serangan dan terjadilah perang puputan (habis-habisan).antara
kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda. Belanda berhasil
memenangkan peperangan tersebut dan menguasai Bali karena kekuatan militernya yang lebih
unggul.

5) Perang Banjar (1859-1963)

Dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta sikap ikut
campur pihak Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran
Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun
1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya.
Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah
pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar
mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara
itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.
6) Perang Aceh (1873-1904)

Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda bebas
meluaskan wilayah di Sumatra termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia,
Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan perlawanan sengit dari
rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga semangatnya untuk melawan
Belanda sangat kuat Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti
budaya dan karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur
pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, memecah belah rakyat Aceh
menjadi beberapa kelompok, dan melemahkan perlawanan rakyat Aceh. Pada tahun 1903,
Perang Aceh pun berakhir dan sejumlah tokohnya ditangkap.

7) Perlawanan Rakyat Batak (1878-1907)

Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini adalah
bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama
Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19, Namun, gerak
pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat
ditembak serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak. (Ruanguruditangka

Berakhirnya Pemerintahaan Hindia-Belanda

Sejarah panjang masa berakhirnya pemerintahan Hindia-Belanda sebenarnya telah


mulaimuncul karena diberlakukannya Politik Etis, Dengan dilakukannya Politik Etis tersebut
justrumengancam kedudukan pemerintahan Hindia-Belanda karena Politik Etis dapat
menghadirkanlahirnya golongan terpelajar. Golongan terpelajar inilah yang mempelopori
lahirnya PergerakanNasional, gerakan-gerakan anti penjajahan banyak bermunculan pada masa
ini. Dimulai dari masapembentukan (1908-1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat
Islam dan Indische Partij,masa radikal/non kooperasi (1920-1930) berdiri organisasi seperti
Partai Komunis Indonesia (PKI),Perhimpunan Indonesia (PI) dan Partai Nasional Indonesia
(PNI) serta pada masamoderat/kooperasi (1930-1942) berdiri organisasi seperti Parindra,
Partindo, dan GAPI. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan. Pihak Hindia-Belanda mulai menjalankan tingkat penindasan baru untuk
menanggapiperkembangan tersebut. Dalam masalah politik, gerakan anti penjajahan melanjutkan
langkah-langkah yang tidak menghasilkan apa-apa. Pemerintahan Hindia-Belanda memasuki
tahapan yangpaling menindas dan paling konservatif dalam sejarahnya pada abad XX.Tanda-
tanda runtuhnya pemerintahan Hindia-Belanda semakin menguat ketika berkobar Perang Dunia
II di Eropa yang ditandai dengan penyerbuan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September
1939, kemudian Jerman yang pada saat itu dipimpin oleh Hitler menyerbu negeri Belanda
padatanggal 10 Mei 1940 yang menyebabkan pemerintah.
Belanda lari ke pengasingan ke London. Padabulan September 1940, Pakta tiga pihak
mengesahkan persekutuan Jepang-Jerman Italia.Perancis dikalahkan oleh Jerman pada bulan Juni
1940. Pada bulan September. pemerintah Perancis di Vichyyang bekerja sama dengan pihak
Jerman memperbolehkan Jepang membangun pangkalan-pangkalan militer di Indo-Cina yang
merupakan jajahan Perancis. Pada saat itu pemimpin-pemimpinJepang mulai terang-Terangan
tentang "pembebasan Indonesia. Di Den Haag sebelum jatuhnyanegeri Belanda dan di Batavia
sesudah itu, Jepang mendesak agar Belanda memperbolehkanmemasuki Indonesia seperti
mereka diperbolehkan di Indo-Cina, tetapi perundingan-perundingan itu akhirnya mengalami
kegagalan pada bulan Juni 1941 dan pada bulan Juli balatentara Jepang diIndo-Cina diperkuat.
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagaiPerdana Menteri.
Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidakmenghendaki melawan
beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 merekamelihat, bahwa Amerika
Serikat. Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus. apabila mereka inginmenguasai sumber
daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargominyak bumi, yang
sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untukkeperluan perang Kini
peperangan di Asia sudah diambang pintu. Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan
Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani yaitu mengerahkan seluruh
kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup
6kapal induk (pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20
kapalpenjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam
serta 2,274pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal
perusak sertalebih dari 1.400 pesawat tempur dan pada akhirnya pada tanggal 8 Desember 1941
(7 Desember diHawaii). Jepang menyerang basis perang Amerika Serikat di Pearl Harbour,
mereka juga menyerangHongkong, Filipina dan Malaysia yang dilakukan oleh kekuatan kedua
yaitu sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki yang mendukung Angkatan Darat dalam
Operasi Selatan atau Filipina danMalaysia tersebut yang kemudian penyerangan itu akan
dilanjutkan ke Jawa.

Karena penyerangan itu pulalah negeri Belanda mengikuti jejak sekutu-sekutunya


menyatakanperang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942 penyerbuan Jepang ke
Indonesia dimulai. Pada tanggal 15 Februari, pangkalan Inggris di Singapura juga menyerah.
Pada akhir bulan Februaritepatnya tanggal 27 Februari 1942 balatentara Jepang berhasil
menghancurkan armada gabunganBelanda, Inggris, Australia dan Amerika dalam pertemparan di
laut Jawa. Tanggal 28 Februari 1942, Tentara ke 16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura mendarat di tiga tempat di JawaBanten, Eretan Wetan dan Kragan dan segera
menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelahmerebut Pangkalan Udara Kalijati, Letnan
Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Imamuramemberikan ultimatum kepada
Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara Jepang akanmenghancurkan tentara
Belanda. Kemudian pada 8 Maret 1942, pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur Jenderal
HindiaBelanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan oleh pihak Jepang. Dengan
demikian, bukansaja de facto, melainkan juga de jure, seluruh wilayah bekas Hindia Belanda
sejak itu berada dibawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Dann pada saat itulah kekuasaan
Hindia Belanda diIndonesia berakhir.

Anda mungkin juga menyukai