Anda di halaman 1dari 29

SELAMAT DATANG DALAM PEMBELAJARAN KELAS X

SEJARAH INDONESIA

SMK NEGERI 1 REJOTANGAN


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SEJARAH INDONESIA untuk Kelas X | SMK Negeri 1 Rejotangan


KOMPETENSI DASAR

3.5 Menganalisis proses masuk dan perkembangan


penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda,
Inggris) ke Indonesia.

4.5 Mengolah informasi tentang proses masuk dan


perkembangan penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol,
Belanda, Inggris) ke Indonesia dan menyajikannya dalam
bentuk cerita sejarah.
MATERI POKOK

Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme


Eropa:
1. Proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Eropa.
2. Perebutan politik hegemoni bangsa Eropa.
3. Strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan
bangsa Eropa sampai awal abad ke-20.
PETA
PENJELAJAHAN
SAMUDRA
PROSES MASUK DAN PERKEMBANGAN
PENJAJAHAN BANGSA EROPA
Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme
Kolonialisme adalah perluasan wilayah dengan membentuk negara - negara koloni di
seberang lautan dan tunduk pada negara induk, sedangkan imperialism adalah perluasan
wilayah sampai di luar batas wilayah negara aslinya.

Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa dimulai saat Eropa ingin berusaha
mengembalikan masa kejayaannya saat perang salib dengan imperium Islam.
Pengembalian masa kejayaan tersebut terjadi pada masa pasca renaissance. Akibat Perang
Salib tersebut membuat bangsa Eropa harus melakukan penjelajahan antar samudera
karena pelabuhan Konstantinopel mereka gagal direbut.
Pada akhirnya bangsa Eropa sampai di Indonesia. Terdapat beberapa bangsa Eropa
seperti Spanyol, Belanda, Inggris maupun Portugis yang berusaha untuk menguasai
Indonesia.

Proses penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Tenciptanya kebijakan Gold, Glory serta Gospel.
2. Adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam hal navigasi dan
geografi.
3. Politik Merkantilisme.
4. Penghentian perdagangan Asia dengan Eropa pada tahun 1453 karena hancurnya
kota Konstantinopel.
5. Sebuah perjalanan Marcopolo yang ditulis dalam sebuah buku berjudul Imago
Mundi atau citra dunia serta II Milione atau sejuta keajaiban.
Proses Masuknya Penjajahan
Bangsa Portugis
Bangsa Portugis merupakan awal mula penjajahan bangsa
Eropa ke o. Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa ini
dimulai pada tahun 1498. Pada tahun tesebut bangsa Portugis
sampai di India khususnya dikota Calcuta, kemudian Portugis
mendirikan sebuah kantor dagang dikota Goa pada tahun
1551.

Setelah pendirian kantor tersebut kemudian Portugis menjajah


malaka agar dapat dikuasai. Penjajahan bangsa Eropa tersebut
tidak berhenti begitu saja melainkan mereka melakukan
hubungan dagang dengan wilayah Maluku yang merupakan
penghasil rempah rempah di Indonesia. Pada tahun 1512 pihak
Portugis mendarat dikota Maluku dengan jalur laut. Diwilayah
tersebut terdapat beberapa kapal yang berlabuh dengan
pimpinan Alfonso de Albuquerque.
Pihak Maluku menyambut Portugis dengan baik karena mereka tidak mengetahui bahwa saat itulah
proses masuknya penjajahan bangsa Eropa akan dimulai. Akibat ketidaktahuan tersebut pihak Maluku
berlomba lomba untuk menawarkan hasil rempah rempah mereka agar kehidupan masyarakat dapat
terbantu untuk menghadapi para musuh. Saat itu Ternate masih dipimpin oleh Kaicil Darus.
Sultan Ternate bahkan meminta bantuan kepada Portugis agar dapat membantu mereka membuat
sebuah benteng agar musuh tidak dapat menyerang. Pada tahun 1552 permintaan mereka dikabulkan
oleh Portugis dan dibuatkan sebuah beteng Saint Jhon. Niat penjajahan bangsa Eropa tersebut masih
belum dilaksanakan karena menunggu waktu yang tepat.

Ternyata pembuatan benteng Saint Jhon oleh Portugis harus dibayar mahal oleh Sultan Ternate. Beliau
harus membayarnya dengan acara menandatangani sebuah perjanjian monopoli perdagangan dengan
Portugis. Proses penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia pun dimulai. Akibat penandatanganan tersebut
membuat kesengsaraan dalam hal perdagangan rempah rempah.
Bahkan rempah rempah tersebut harus diperjual belikan dengan pihak Portugis saja, karena pihak
Maluku dilarang memperdagangkan rempah rempah tersebut secara bebas. Hal tersebut
mengakibatkan rakyat menjadi rugi dan muncullah permusuhan antara Ternate dengan pihak Portugis.
Penjajahan bangsa Eropa (Portugis) tidak hanya menguasai dalam hal rempah rempah saja melainkan
Portugis juga menyebarkan agama Khatolik secara aktif. Penyebaran tersebut dilakukan oleh
Franciscus Xaverius.
• Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa ke
Proses Masuknya Indonesia selanjutnya dilakukan oleh bangsa
Spanyol. Bangsa Spanyol mulai tidak di Maluku
Penjajahan Bangsa Spanyol khususnya di kota Todore pada tahun 1521.
Mereka kemudian bersinggah di wilayah Bacan
maupun Jailolo.

• Pihak Spanyol tergolong kedalam ekspedisi yang


bernama megelhaens del cano. Pihak Maluku
tersebut juga menyambut baik kedatangan bangsa
Spanyol karena saat itu Maluku sedang
bermusuhan dengan bangsa Portugis. Sama
seperti Portugis yang merencanakan untuk
melakukan penjajahan di Indonesia.

• Penjajajahan bangsa Spanyol ditutupi dengan


sikapnya yang berpura pura baik dan mendukung
Maluku dalam permusuhannya dengan Portugis.
Kedatangan bangsa Spanyol dianggap melanggar perjanjian monopoli antara Portugis
dengan Maluku. Pelanggaran tersebut membuat bangsa Portugis dan bangsa Spanyol
bersaing untuk mendapatkan rempah rempah dari Maluku. Kota Maluku dibagi atas Ternate
dan Tidore. Kedua kota tersebut melakukan persekutuan yang berbeda.

Pada akhirnya Sultan Ternate memihak kepada bangsa Portugis, sedangkan Sultan Tidore
memihak kepada bangsa Spanyol. Proses penjajahan bangsa Eropa ke indonesia yaitu antar
bangsa Spanyol dan Portugis diselesaikan dengan cara perundingan Saragosa pada tahun
1529. Perundingan tersebut menghasilkan Perjanjian Saragosa yang berisi kesepakatan
Spanyol dan Portugis.

Perjanjian tersebut berisi bangsa Portugis harus tetap melakukan aktivitas perdagangan di
Maluku dan bangsa Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Maluku dan menjalin
hubungan dagang dengan pihak Filipina. Dengan perjanjian tersebut akhirnya Portugis
berhasil menguasai perdagangan monopoli di Maluku dan Spanyol kemudian meninggalkan
kota Maluku.
Proses Masuknya Penjajahan Proses masuknya penjajahan bangsa Eropa ke
Indonesia dimulai sejak Belanda membeli hasil
Bangsa Belanda rempah rempah dari kota Lisabon Portugis.
Bangsa Belanda pada masa tersebut masih
dijajah oleh Spanyol. Namun karena Portugis
telah dikuasai Spanyol kemudian pada tahun
1585 pihak Belanda tidak lagi mengambil
rempah rempah ke Portugis lagi.

Bangsa Belanda kemudian melalukan pelayaran


ke Indonesia pada April 1595 dengan empat buah
kapal. Kapal tersebut dipimpin oleh Cornelis de
Houtman maupun De Keyzer. Pelayaran yang
dipimpin oleh de houtman memasuki Indonesia
dengan melewati selat Sunda. Sedangkan bangsa
Belanda lainnya menuju Indonesia melalu jalur
pelayaran Portugis. Penjajahan Bangsa Eropa
tidak berhenti seiring berkembangnya jaman.
Kedatangan bangsa Eropa untuk menjajah Belanda dipengaruhi beberapa faktor
seperti :
1. Para pihak eropa memiliki jiwa petualang sehingga menyukai penjelajahan antar
samudera.
2. Orang orang Timur Tengah menguasai jalur pelayaran maupun pusat perdagangan.
3. Menginginkan rempah rempah yang bersasal dari tanah aslinya serta ingin
mendapatkannya dengan harga yang murah kemudian dijual dengan harga yang
mahal.
4. Mulai berkembangnya teknologi pengetahuan seperti alat peta maupun kompas
yang dapat memudahkan bangsa Eropa untuk menemukan sesuatu yang baru.
5. Bangsa Eropa ingin menyebarkan kembali agama agama Nasrani ke Indonesia
demi melanjutkan  perang Salib yang pernah terjadi dimasa lampau.
PEREBUTAN POLITIK HEGEMONI BANGSA EROPA
Masa Pemerintah Republik Bataaf (1800-1811)

A. Pemerintahan Daendels (1808-1811)


Herman Willem Daendels merupakan gubernur jendral pertama Belanda di Hindia Belanda. Daendels di tunjuk oleh Louis
Napoleon sebagai gubernur jendral pada tahun 1808. Ia bertugas menjalankan kekuasaan dan pemerintahan Kerajaan Belanda di
Hindia Belanda. Herman Willem Daendels merupakan salah satu patriot Belanda yang sangat terpengaruh semangat Revolusi
Prancis.

Kebijakan-kebijakan Daendels selama di Hindia Belanda mencakup bidang-bidang berikut:

1. Bidang Pertahanan dan Keamanan


a) Membangun benteng-benteng pertahanan baru.
b) Membangun pelabuhan militer (pangkalan Angkatan Laut) di Ujung Kulon, Merak, dan Surabaya.
c) Memperbanyak jumlah pasukan perang.
d) Membangun jalan raya dari Anyer-Panarukan sepanjang 1.100 km yang di kenal dengan nama Groote Post-weg atau jalan raya
Pos Daendels.
e) Membangun kembali armada pertahanan di Surabaya dan Batavia.
Herman Willem Daendels, 2. Bidang Politik dan Pemerintahan
Gubernur Jenderal Hindia a) Membentuk secretariat Negara untuk membereskan masalah administrasi.
b) Membentuk kantor pengadilan di Batavia dan Surabaya.
Belanda 1808-1810 c) Memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke Weltevreden.
d) Mengganti raja-raja yang di anggap menghalangi kepentingan Belanda dan
mengangkat raja-raja baru yang sesuai dengan keinginan Belanda, misalnya
di Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
e) Merombak sistem feudal dan menggantinya dengan sistem pemerintahan
Barat modern.
f) Mengangkat penguasa daerah sebagai pegawai pemerintahan colonial.

3. Bidang Peradilan
a) Membagi tiga jenis peradilan, yaitu peradilan untuk orang-orang
Belanda dan Eropa; peradilan untuk orang-orang Timur Asing;
serta peradilan untuk orang-orang pribumi.
b) Membuat peraturan untuk pemberantasan korupsi.
c) Bidang Ekonomi.
d) Mengeluarkan uang kertas.
e) Membentuk Dewan Pengawas Keuangan.
f) Menjual tanah-tanah kepda pihak swasta atau partikelir
(Tionghoa/Arab).
g) Melakukan pemungutan pajak-pajak swasta.
h) Menerapkan penyerahan wajib berupa hasil bumi.
B. Pemerintahan Janssens Setelah Daendels ditarik dari jabatannya, Louis Napoleon menunjuk
(1811) Jan Willem Janssens. Jassens pernah menjabat sebagai gubernur
jendral di wilayah Tanjung Harapan pada tahun 1802-1806. Pada 28
Agustus 1811 Inggris berhasil menduduki Batavia. Janssens
melarikan diri ke Semarang tetapi akhirnya menyerah pada Inggris.
Pengakuan kekalahan Belanda kepada Inggris ini terjadi di Tuntang,
Salatiga, pada tanggal 18 September 1811 yang ditandai dengan
penanda tanganan Kapitulasi Tuntang.

  Isi Kapitulasi Tuntang sebagai berikut:


1.      Pulau Jawa dan sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan
kepada Inggris.
2.      Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
3.      Orang-orang Belanda dapat di pekerjakan dalam pemerintahan
Inggris.
 Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia (1811-1816)
Inggris mulai menduduki Indonesia sejak keberhasilannya mengalahkan pasukan Gubernur Jendral Jassens
pada 1811. Setelah berhasil mengalahkan Belanda, Gubernur Jendral EIC wilayah Asia yang berkedudukan
di Kalkuta, India, Lord Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur untuk
menjalankan pemerintah di Indonesia.

Sebagai tokoh dari golongan liberal Raffles


Sir Thomas menginginkan adanya perubahan dalam berbagai
bidang. Perubahan tersebut diwujudkan Raffles melalui
Stamford kebijakan berikut.
Bingley Raffles
1.Bidang Pemerintahan
a) Menjalin hubungan baik dengan penguasa-
penguasa local yang anti terhadap Belanda.
b) Membagi Pulau Jawa menjadi delapan belas
keresidenan.
c) Mengangkat para Bupati sebagai pegawai
pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dalam
bentuk uang.
2. Bidang Ekonomi
a. Memberlakukan sistem sewa tanah (landrente).
b. Menghapus segala bentuk penyerahan wajib hasil bumi.
c. Menghapus sistem kerja rodi dan perbudakan.
d. Melaksanakan monopoli.
e. Menetapkan desa sebagai unit administrasi pemerintahan.
f. Menjual tanah kepada pihak swasta dan melanjutkan usaha penanaman kopi.
g. Memberi kebebasan dalam usaha perdagangan dengan member kesempatan rakyat untuk menanam
tanaman-tanaman yang laku dipasar internasional.

Saat menduduki Indonesia pemerintahan Raffles mampu melakukan hal-hal positif bagi bangsa Indonesia.
Hal-hal yang dilakukan Raffles di Indonesia sebagai berikut.
a.      Menulis buku sejarah Pulau Jawa berjudul The History of Java.
b.      Istri Raffles yang bernama Olivia Marianne merintis Kebun Raya Bogor.
c.       Berperan dalam perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d.      Menemukan tanaman endemic Indonesia, Rafflesia Arnoldi (bunga bangkai).
e.      Mengangkat kembali Sultan Sepuh sebagai Sultan Yogyakarta.
Masa Pemerintahan Kolonial Belanda (1816-1942)
Kekuasaan Komisaris Jendral
Kekuasaan Belanda di Indonesia pada periode tersebut dijalankan oleh Komisaris Jendral. Pembentukan Komisaris Jendral
dilakukan atas saran dari Pangeran Willem VI. Komisaris Jendral terdiri atas tiga orang, yaitu Cornelis Theodorus Elout,
Alexander Gerard Philip Baron van der Capellen, dan Arnold Ardiaan Buyskes. 

Pada masa pemerintahan komisaris jendral ini nama Nederlandsch Oost Indie menjadi Nederlandsch Indie atau Hindia
Belanda. Tugas pokok komisaris jendral adalah membangun daerah koloni untuk memberikan keuntungan bagi negri
Belanda. Ketiga pemimpin komisaris jendral mulai menjalankan tugasnya pada tanggal 27 April 1816.

Sistem Tanam Paksa


1. Latar Belakang Kebijakan Tanam Paksa
Penerapan kebijakan tanam paksa tidak terlepas dari kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah pada masa
pemerintahan komisaris jendral. Kegagalan tersebut mendorong Johannes van den Bosch mencetuskan ide
tanam paksa untuk menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan. Gubernur Jendral Johannes van den Bosch
memusatkan kebijakan tanam paksa pada peningkatan produksi tanaman yang laku dipasar internasional. Tujuan
sistem tanam paksa adalah mendapatkan komoditas-komoditas ekspor yang laku dipasaran dunia.
2. Ketentuan Tanam Paksa
Gubernur Jendral Tanam paksa dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
Staatsblad Nomor 22 Tahun 1834. Ketentuan tanam paksa sebagai berikut:
Johannes van den Bosch a. Tanah yang di serahkan kepada pemerintah bebas pajak.
b. Pekerjaan menanam tidak boleh melebihi waktu menanam padi.
c. Hasil tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah Belanda.
d. Kegagalan panen karenabencana alam ditanggung pemerintah Belanda.
e. Penggarapan tanah untuk tanaman wajib diawasi oleh kepala pribumi atau
pegawai Belanda.

3.      Pelaksanaan Tanam Paksa


Dalam pelaksaaan tanam paksa pemerintah colonial Belanda juga memberikan
persenan bagi penguasa pribumi yang mampu menyetorkan hasil lebih banyak dari
ketentuan. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya sistem tanam paksa mengalami
banyak penyimpangan.

Sistem tanam paksa menyebabkan terjadinya penderitaan rakyat. Para petani hidup
dalam kemiskinan dan kelaparan. Sistem tanam paksa memberikan keuntungan
melimpah bagi pemerintah Kolonial Belanda. Keadaan ini terbukti ketika pada
tahun 1832-1867 jumlah keuntungan yang di peroleh pemerintah Belanda
mencapai angka sekira 967 juta gulden, jumlah yang cukup besar pada masa itu.
Komoditi
Tanam Paksa

4.      Kritik terhadap Pelaksanaan Tanam Paksa


Pelaksanaan tanam paksa tidak dapat dilepaskan dari berbagai
kritikan. Beberapa tokoh seperti Douwes Dekker, Baron van Hoevel,
dan Fransen van der Putte mengutarakan kritik kepada pemerintah
Belanda. Douwes Dekker menyampaikan kritik melalui bukunya yang
berjudul Max Havelaar, Fransen van der Putte mengkritik melalui
buku Suiker Contracten, dan Baron van Hoevel menyampaikan
langsung melalui pidato-pidatonya di depan parlemen Belanda.
Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan
Penjajahan Barat sebelum dan sesudah abad ke-20

Sebelum tahun 1908, banyak bangsa lain yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia.
Banyak yang memeras, menyiksa dan merebut hak-hak rakyat Nusantara. Perjuangan
bangsa Indonesia terhadap penjajah hampir dilakukan diseluruh wilayah, terutama di
daerah yang menjadi pusat kekuasaan penjajah.

Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah VOC menggunakan senjata dimulai


pada abad ke-17, dimana perlawanan tersebut dilakukan oleh Sultan Agung dari
Mataram, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan, Sultan Ageng
Tirtayasa, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Untung Surapati, Trunajaya, dan Ibnu
Iskandar dari Minangkabau.
1. PERANG PADRI
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan
Kaum Adat terkait pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum
Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan
Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri
dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan
kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang
yang berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan
kekalahan Kaum Adat

Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama


dengan Kaum Adat guna melawan Kaum Padri. Belanda memang
bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Salah satu
tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase
perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam Bonjol
lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan
akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan
kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang
cukup kuat.
Tuanku Imam Bonjol
2. Perang Pattimura

Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku


dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku yang
dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya
dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede,
Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-
besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat
Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan
Martha Christina Tiahahu.

Kapten Pattimura
3. Perang Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda.
Perlawanan ini dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak

Diponegoro
istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena
Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur
Pangeran Diponegoro.

Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827 Belanda memakai
siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu, setiap daerah yang dikuasai
didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu
benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga
ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.

Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan


Diponegoro. Belanda akhirnya menggunakan tipu muslihat dengan cara
mengajak berunding Pangeran Diponegoro, padahal sebenarnya itu
berupa penangkapan.

Setelah penangkapan, gerak pasukan Diponegoro mulai melemah.


Belanda dapat memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian
yang besar karena perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang
banyak.
Pangeran Diponegoro
4. Perang Jagaraga
Bali
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak
Tawan Karang, yaitu aturan yang memberik hak
kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal
asing beserta muatannya yang terdampar di Bali.

Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak


Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-
habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin
I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda
berhasil menguasai Bali karena kekuatan militer yang
lebih unggul.
5. Perang Banjar Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai
kekayaan alam Banjar, serta keikut-campuran Belanda dalam
urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran
Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan
terhadap Belanda sekitar tahun 1859.

Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda


menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran
Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih unggul dari
segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan
peralatan perangnya.

Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran


Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu
Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya
hingga ia wafat.

Pangeran Antasari
6. Perang Aceh Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang
menyebutkan bahwa Belanda bebas meluaskan wilayah di
Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro,
Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim.
Belanda mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh.
Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga semangatnya
untuk melawan Belanda sangat kuat.

Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje


untuk meneliti budaya dan karakter rakyat Aceh. Ia
menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur
pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin
terkikis, dan memecahbelah rakyat Aceh menjadi beberapa
kelompok.

Cut Nyak Dien


7. Perlawanan Rakyat Batak
Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar
belakang perlawanan ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai
seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen.
Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-
19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin
menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak
serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.

Sisingamangaraja XII
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai