Anda di halaman 1dari 205

SEJARAH PARIWISATA

1
KELOMPOK 1
LAMPIRAN KELOMPOK 1

Dokumentasi Kelompok 1

2
Dokumentasi Kelompok 1

3
Dokumentasi Kelompok 1

4
MINI RISET

MK. SEJARAH PARIWISATA

PRODI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

Skor Nilai:

KEBIJAKAN PARIWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

DI KABUPATEN SAMOSIR

Dosen Pengampu: Dra. Flores Tanjung & Pulung Sumantri M.Si

OLEH: KELOMPOK 1

Agnes Sentia Ginting (3213321006)

Salsa Bila Lubis (3213121001)

Sartika Sari Situmorang (3213121007)

Taufik Hidayat Sitorus (3212421002)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2022

5
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas
berkat Rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Tugas Mini
Riset dengan tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu tugas
KKNI dalam mata kuliah Sejarah Pariwisata yang dimana bapak Pulung
Sumantri M.Si selaku Dosen pengampu pada mata kuliah ini. Adapun judul
yang kami bahas adalah Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal Di
Kabupaten Samosir.

Dengan adanya Mini Riset ini, kami berharap dapat memberikan


manfaat serta edukasi kepada para pembaca.kami menyadari bahwa
Laporan Mini Riset ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan Mini
Riset ini agar nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian Laporan
Mini Riset ini kami buat, apabila terdapat banyak kesalahan penulismohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, 1 November 2022

(TIM PENULIS)

6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
D. Manfaat ..........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

A. Pengertian Pariwisata.....................................................................................
B. Pengertian Kearifan Lokal .............................................................................
C. Pengertian kebudayaan ..................................................................................
D. Budaya Batak Toba........................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................

A. Dasar Penelitian .............................................................................................


B. Sumber Data ..................................................................................................
C. Pengumpulan Data .........................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................

A. Kearifan Lokal Di Huta Siallagan Kabupaten Samosir .................................


B. Kearifan Lokal Di Kampung Ulos Huta Raja Kabupaten Samosir ...............
C. Kearifan Lokal Di Aek Sipitu Dai Kabupaten Samosir ................................
D. Kearifan Lokal Di Batu Hoda Kabupaten Samosir .......................................

BAB V PENUTUP ..................................................................................................

DAFAR PUSTAKA ................................................................................................

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di asia tenggara dengan


jumlah penduduk yang sangat banyak disertai dengan keragaman suku dan
budaya yang sampai saat ini masih sangat dilestarikan dengan keunikan dari
masing-masing daerah dalam 34 provinsi. Kearifan lokal yang dimiliki oleh
negara inimenjadi salah satu aset yang harus dilestarikan dan dijaga, karena
merupakan asetpenting sebagai penciri negara republik indonesia yang
memiliki beragam sukudan budaya. Selain itu kearifan lokal yang dimiliki
oleh negara ini menjadi dayatarik wisata unggulan yang sangat di senangi
oleh wisatawan nusantara maupunwisatawan mancanegara, karena
pariwisata tidak lepas dari kebudayaan. (Nova. L. Sipahutar)

Hal ini menjadi tolak ukur sebagaimana pemerintah telah


mencanangkan sector pariwisata sebagai salah satu sumber ekonomi
terkemuka di indonesia. Kearifan lokal merupakan kepribadian, identitas
kultural masyarakat yangberupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-
istiadat dan aturan khusus yang telah teruji kemampuannya sehingga dapat
berlangsung dan bertahan secara terus-menerus.

Kearifan lokal juga merupakan bagian penting dalam pengembangan


pariwisata karena kearifan lokal umumnya bernilai baik dan merupakan
keunggulan budaya masyarakat setempat dan berkaitan dengan kondisi
geografis secara luas. Oleh karena hakikat kearifan lokal yang demikian
maka akan merefleksikan kondisi budaya nusantara yang Bineka Tunggal
Ika. Sumatera utara merupakan provinsi yang terletak dipulau sumatera,
Indonesia. Provinsi ini banyak dihuni oleh banyak suku bangsa.

8
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1ᵒ-4ᵒ lintang utara dan 98ᵒ-100ᵒ
bujur timur, luas daratan sumatera utara 71,680 km. Sumatera utara terdiri
dari 25 kabupaten, yang salah satunya adalah kabupaten samosir.
Kabupaten samosir sangat identik dengan kekayaan daya tarik wisatanya
baik wisata alam maupun budaya. (Nova. L. Sipahutar)

Kabupaten Samosir merupakan kabupaten hasil pemekaran dari


kabupaten Toba Samosir yang dibetuk berdasarkan undang-undang nomor
36 Tahun 2003, tentang pembentukan kabupaten samosir dan serdang
bedagai di Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004
oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia sekaligus ditetapkan
menjadi hari jadi Kabupaten Samosir sesuai dengan peraturan daerah
Kabupaten Samosir nomor 28 Tahun 2005.

Kekayaan budaya yang ada di kawasan danau toba ini harus


dilestarikan, karena merupakan suku-sukuyang memiliki sejarah menarik.
Terlihat dibeberapa daerah sekitar Danau Toba banyak aktivitas budaya
yang semakin menurun, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti,
berkembangnya jaman dan teknolgi, kunjungan wisatawan yang membawa
pengaruh kebudayaan luar ke lokasi danau toba seperti sianjur mula-mula
dan banyaknya pemuda yang melanjutkan pendidikan di luarkota
mengakibatkan perubahan gaya hidup dan kebanyakan dari mereka tidak
ingin kembali ke tempat asalnya untuk mengembangkan daerahnya sendiri
seperti pada motto bangso batak adalah “Marsipature Hutana Be”.

Sianjur mula-mula menyimpan sejarah yang sangat penting bagi suku


batak toba, karena di daerah ini merupakan asal-muasal suku batak toba
tepatnya di Pusuk Buhit yang merupakan gunung berapi aktif. Selain itu
terdapat situs-situs budaya yang menunjukkan keberadaan dan keberadaban
“bangso batak” seperti batu hobon, dan tempat-tempat persembahan/ritual,

9
yang menggambarkan suku batak toba dijaman dahulu, mulai dari aktifitas,
pola pikir, cara berinteraksi dan sistemkekerabatan di sianjur mula-mula.
Dalam pelestarian kearifan lokal sianjur mula-mula ini dibutuhkan
partisipasi seluruh masyarakat dan pemerintah.

Dalam pelestarian ini tidak hanyadiukur dari kecintaan masyarakat


tentang kearifan lokal akan tetapi diukur dengantindakan masyarakat untuk
pelestarian budaya lokal. Melestarikan kearifan lokal berarti menjaga,
mempertahankan dan mewariskan kebudayaan yang dianut kepada generasi
selanjutnya. (Nova. L. Sipahutar)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka


permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam Mini Riset dan Rekayasa
Ide kami ini adalah sebagai berikut:

1. Apa Saja Kearifan Lokal Di Huta Siallagan Kabupaten Samosir?


2. Apa Saja Kearifan Lokal Di Kampung Ulos Huta Raja Kabupaten
Samosir?
3. Bagaimana Kearifan Lokal Di Aek Sipitu Dai Kabupaten Samosir?
4. Apa Saja Kearifan Lokal Di Batu Hoda Kabupaten Samosir?

C. Tujuan Peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui apa saja Kearifan Lokal Di Huta Siallagan


Kabupaten Samosir
2. Untuk Mengetahui Untuk mengetahui apa saja Kearifan Lokal Di
Kampung Ulos Huta Raja Kabupaten Samosir

10
3. Untuk Mengetahui Untuk mengetahui apa saja Kearifan Lokal Di
Aek Sipitu Dai Kabupaten Samosir
4. Untuk Mengetahui Untuk mengetahui apa saja Kearifan Lokal Di
Batu Hoda Kabupaten Samosir

D. Manfaat Peneliti

Penelitian ini bertujuan Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah


Pariwisata, Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yaitu tentang Kearifan Lokal di
Kabupaten Samosir, dan Bagi Peneliti merupakan kesempatan bagi peneliti
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKAN

A. Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal atau sering disebut “Local Wisdom” adalah semua


bentuk keyakinan, pengetahuan, pemahaman, atau wawasan serta adat
kebiasaan atau etika yang menuntut perilaku manusia dalam kehidupan
komunitas ekologis (Keraf, 2002).

Sedangkan Fitri (2012:2) mengatakan bahwa kearifan lokal merupakan


proses yang sangat lama dan menjadi acuan filosofis dan pegangan hidup
masyarakat. Namun bukan berarti itu sebuah dogma yang tidak dapat
berubah, karena tidak ada yang kekal didunia ini kecuali perubahan itu
sendiri. Kearifan lokal perlu dilihat sebagai sutu nilai luhur, tidak hanya
memandang benar atau salah, tetapi jauh lebih penting adalah kebaikannya.
Kearifan Lokal merupakan suatu kebiasaan baik yang dilakukan masyarakat
dalam kehidupannya. Kebiasaan baik tersebut tidak hanya perbuatan bisa
dalam bentuk sastra, tradisi, religious, kaum bijaksana dan masih banyak
lagi.

Kearifan lokal yang terdapat dilingkungan menurut Nuraeni dan Alfan


(2013:67), dalam bukunya yang berjudul studi budaya di Indonesia dapat
dilihat dari perlakuan manusia terhadap benda-benda, tumbuhan, hewan dan
apapun disekitarnya. Perlakuan ini melibatkan penggunaan akal budinya
sehingga dari perlakuan-perlakuan tersebut, tergambar hasil aktivitas budi
manusia. Akumulasi dari hasil aktivitas manusia dalam menyikapi serta
memperlalukan lingkungannya, yang disebut dengan pengetahuan lokal
atau biasa disebut kearifan lokal.

12
Kearifan lokal ini menggambarkan cara bersikap dan bertindak suatu
masyarakat untuk merespon perubahan-perubahan yang khas dalam lingkup
lingkungan fisik ataupun kultural. Jika disimpulkan dari beberapa
pengertian dari ahli diatas, lokal wisdom atau kearifan lokal dapat diartikan
sebagai nilai yang dianggap baik dan benar yang berlangsung secara turun-
temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan sebagai
akibat dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan.

Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah:

1. Mampu bertahan terhadap budaya luar


2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke
dalambudaya asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya
B. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan dalam bahasa Inggris adalah “Culture” dalam bahasa Latin


adalah “Colore” dan dalam bahasa Indonesia juga diistilahkan dengan
peradaban atau budi atau yang diladam bahasa Arab yaitu “Akhlak”. Di
indonesia kebudayaan secara etimologi berasal dari bahasa sanskerta yaitu
“Buddhayah”. Bentuk jamak dari kata budhi (akal) sehingga dikembangkan
menjadi budi-daya, yaitu kemampuan akal budi seseorang atau sekelompok
orang.

Menurut Syafiie (2009:34) Kebudayaan dekat kaitannya dengan disiplin


ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu sosial yang membicarakan tentang
fenomena masyarakat. Budaya dapat meliputi Sistem mata pencaharian,
Sistem pendidikan, Sistem persembahan, Sistem Seni, Sistem moral, Sistem
hukum dan Sistem olahraga.

13
C. Budaya Batak Toba

Menurut pandangan orang batak toba, kebudayaannya memiliki sistem


nilai budaya yang amat penting, yang menjadi tujuan dan pandangan hidup
mereka secara turun-temurun yakni Kekayaan (Hamoraon), Banyak
Keturunan (Hagabeon), Dan Kehormatan (Hasangapon). (Bugaran
Simanjuntak 2009:142).

Yang dimaksud kekayaan adalah harta milik berwujud materi maupun


nonmateri yang diperoleh dengan usaha ataupun melalui warisan.
Keturunan juga merupakan wujud kekayaan. Hubungan sosial antar marga
diatur menurut dasar struktur sosial tungku tiga kaki (dalihan na tolu).
Dalihan Na Tolu Berdiri Atas Tiga Unsur Sosial yakni, Pemberi Istri
(Hulahula) Penerima Istri (Boru) Dan Saudara Semarga (Dongan tubu Atau
Dongan Sabutuha).

Terminologi Dalihan Na Tolu menjadi sangat populer digunakan oleh


orang batak sejak 1960-an (siahaan, 1957), akan tetapi sebelum itu
diperkirakan sistem sosial Dalihan Na Tolu telah lama dikenal dan
digunakan orang batak. Setiap upacara adat, baik perkawinan maupun
kematian, hubungan adat dalihan na tolu disebut sebagai warisan nenek
moyang yang tidak boleh diubah.

Jadi sejak orang batak bermukim di kaki gunung pusuk buhit, Dalihan
Na Tolu telah dipargunakan sebagai pengatur hubungan sosial. Marga
adalah dasar terjadinya Dalihan Na Tolu. Marga adalah nama kolektif
sekelompok warga keturunan satu nenek moyang yang dihitung dari tingkat
atas atau yang lebih tinggi. Menurut sejarah batak, ada dua marga batak
yaitu sumba dan lontung (Hutagalung).

14
Kemudian keturunan kedua nenek moyang ini yang merupakan moiety,
menjadi marga utama bagi marga-marga dibawahnya. Misalnya, Moiety
Lontung melalui anaknya saribu raja dan lontung melahirkan marga-marga
Situmorang, Sinaga, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang Dan
Siregar. Demikian juga Moiety Sumba melalui putranya Tuan Soni
Mangaraja dan Nai Rasaon memunculkan marga-marga Manurung, Sitorus,
Purba, Dan Tanjung (Vergouwen).

Dalam buku Nuraeni, dan Alfan (2013:249) bagi masyarakat


batak,sistem kemasyarakatan terbentuk dalam beberapa marga. Pada
Prinsipnya, perkawinan dalam lingkungan atau suatu marga dilarang karena
orang semarga dianggap saudara sekandung. Anggapan tersebut merupakan
tali ikatan psikologis yang sangat kuat. Rasa solidaritas kelompok tersebut
merupakan kenyataan sehingga menjadikan anggota marga terkait oleh tali
ikatan batin yang erat.

Di dalam kelompok masyarakat itu selalu ditemukan satu marga yang


menjadi inti dari satu kampung, yaitu yang biasa disebut dengan marga
kampung. Dikalangan orang batak, ada beberapa pengertian yang dipaka
untuk menyatakan “kesatuan teritorial desa” yaitu, sebagai berikut:

a. Huta: kesatuan teritorial yang dihuni oleh keluarga yang asalnya dari
satu klan.
b. Kuta: biasanya lebih besar dari huta, yaitu teritorial yang terdiri atas
penduduk yang berasal atas beberapa klan yang berbeda.
c. Lumban: wilayah yang dihuni oleh keluarga yang merupakan warga
dari bagian klen. Istilah ini hanya ada dalam bahasa toba.
d. Sosor: perkampungan baru yang biasanya kecil, didirikan karena
kuta induk sudah terlalu penuh, baik untuk bertempat tinggal
maupun bercocok tanam.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Dasar Penelitian

Penelitian ini kami lakukan dengan cara turun Kelapangan yaitu ke Huta
Siallagan, Kampung Ulos Huta Raja, Aek Sipitu Dai, Batu Hoda tepatnya di
Kabupaten Samosir dan melengkapi data-data lain yaitu dengan menggalih
beberapa informasi baik dari buku, artikel, internet dan media sosial lainnya.
Adapun jenis dari Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi data
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Peneliti menganggap masalah yang dicari sebagai sumber yang cukup
kompleks dan dinamis sehingga data yang kami dapatkan dari berbagai sumber
yang ada contohnya seperti arikel, buku, media sosial dan mewawancarai orang-
orang yang bersangkutan sehingga data yang kami dapat semakin akurat.

B. Sumber Data

Adapun data yang kami peroleh yaitu data berupa informasi atau Data Primer.
Dimana kami langsung terjun kelepangan untuk mencari data-data mengenai
Kearifan Lokal Di Kabupaten Samosir dan kami juga mencari berbagai sumber
pelengkap seperti menurut beberapa para ahli di berbagai arikel-artikel, buku-
buku, dokumen-dokumen, gambar-gambar, media sosial, rekaman atau video.

C. Pengumpulan Data

Dalam penelitian Kualitatif, teknik pengumpulan data yang kami lakukan


adalah dengan mencari data-data yang akurat dari berbagai sumber seperti
mewawancarai orang-orang yang bersangkutan (Para Keturunan Yang Ada Di
Huta Siallagan (Kepala/Raja Siallagan), Kampong Ulos (Simarmata), Aek Sipitu
Dai (Limbong) Dan Batu Hoda.

16
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kearifan Lokal Di Huta Siallagan Kabupaten Samosir

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

Salah satu kampung adat yang dapat dikunjungi untuk mempelajari


kultur Batak adalah Huta Siallagan. Kampung adat ini terletak di Desa
Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Huta dalam bahasa
Batak Toba artinya adalah desa, sehingga Huta Siallagan berarti Desa
Siallagan. Siallagan merupakan salah satu marga suku Batak Toba, turunan
dari Raja Nai Ambaton dengan garis keturunan Raja Isumbaon yang adalah
putra kedua dari Si Raja Batak.

17
Huta Siallagan yang dikelilingi dengan tembok batu, kini tertata dengan
rapi. Tembok batu ini pada zaman dahulu digunakan sebagai benteng
pertahanan Saat memasuki kampung adat, tampak jejeran rumah tradisional
Batak Toba yaitu ruma bolon atau disebut juga jabu bolon. Rumah bolon
berkonsep seperti rumah panggung dengan tinggi sekitar 1,75 meter. Pada
bagian badan rumah, terdapat tangga yang digunakan penghuni rumah atau
tamu untuk masuk dan saat memasukinya harus menunduk. Atap ruma
bolon berbentuk seperti pelana kuda (Kompasiana.com)

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

18
Objek yang menjadi salah satu daya tarik utama dari Huta Siallagan
adalah batu persidangan yang merupakan peninggalan budaya persidangan
yang berlaku pada masyarakat Batak Toba. Batu persidangan pada zaman
dahulu menjadi tempat pengadilan bagi para pelaku kejahatan, terdapat
meja dan kursi yang terbuat dari batu dan disusun secara melingkar. Meja
dan kursi ini dipercaya telah berusia ratusan tahun. Di masa lampau yang
duduk di situ adalah raja, adik-adik raja, penasihat terdakwa, penasihat
korban, dan penasihat kerajaan.

Selain sebagai tempat persidangan, batu persidangan juga difungsikan


sebagai lokasi untuk melakukan rapat segala hal yang terjadi di kampung
seperti contohnya upacara kematian, pesta perkawinan, dan lain-lain. Pada
bagian tengah dari Huta Siallagan, terdapat pohon hariara. Pohon hariara
yang bentuknya seperti pohon beringin ini adalah pohon sakral bagi
masyarakat Batak. Pohon hariara digunakan sebagai penanda kelayakan
perkampungan, yang akan ditanam terlebih dahulu sebelum mendirikan
sebuah lokasi kampung baru (Kompasiana.com).

Terdapat juga replika patung Sigale-gale. Sigale-gale adalah patung


kayu dari masa silam yang konon dianggap berkekuatan mistis dan awalnya
digunakan dalam upacara kematian dan penguburan di daerah Samosir.
Patung ini dipercaya dapat mengeluarkan air mata dan menari sendiri dalam
ritual tertentu. Pengunjung yang datang dapat berfoto dengan patung
Sigale-gale sambil mengenakan ulos dan sortali (ikat kepala). Setelah
mengambil dokumentasi, pengunjung diperkenankan memberikan donasi
secara sukarela yang dimasukkan ke dalam kantung baju dari patung
Sigale-gale. Donasi ini nantinya digunakan untuk pemeliharaan kampung
adat. Sebelum meninggalkan Huta Siallagan, layaknya di berbagai destinasi
wisata lain, terdapat deretan kios yang menawarkan cinderamata khas Batak
yang dapat dibeli oleh pengunjung.

19
Huta Siallagan sebagai peninggalan budaya menggambarkan nuansa
budaya masyarakat Batak. Banyak dari masyarakat Batak yang pergi
merantau ke berbagai daerah, namun nilai-nilai tradisi dan adat istiadat
tetap dipegang teguh dimanapun mereka berada. Falsafah hidup
masyarakat Batak yang dipegang erat yaitu dalihan na tolu. Dalihan na tolu
merupakan pilar kehidupan yang terdiri dari tiga kaki tungku yaitu hula
hula, anak boru, dan dongan tubu, yang menggambarkan sikap kesatuan
hati, kebersamaan, dan saling menghargai. Hal inilah yang membentuk pola
hidup dan karakter masyarakat Batak (Kompasiana.com).

Foto (Dokumetasi Kelompok 1)

Huta Siallagan dulunya terkenal dengan Huta Kanibal. Mungkin jika


mendengar tentang cerita kanibal, terdengar sangat seram dan mengerikan.
Huta Siallagan merupakan perkampungan suku Batak yang memiliki tradisi
kanibal alias memakan daging manusia. Kebiasaan memakan daging
manusia dilakukan dengan alasan yang jelas pada masa itu. Cerita Huta
Siallagan yang disampaikan secara lisan memiliki keunikan dan nilai
sejarah yang dapat dimanfaatkan. Legenda Huta Siallagan belum ada dalam
bentuk naskah cerita (tertulis).

20
Berdasarkan temuan penelitian di lapangan, data berupa cerita rakyat
telah divalidasi oleh informan dari desa Siallagan. Pengalihan legenda
Parsidangan dari lisan ke tulisan, menentukan struktur cerita, dan nilai
kearifan lokal, persepsi masyarakat lokal dan wisatawan terhadap tingkat
daya tarik Huta Siallagan yang memiliki kearifan lokal sebagai peningkatan
pariwisata sebagai berikut. (Rabiatul Adawiyah Siregar, 2022)

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

a. Konversi Parsidangan dari lisan menjadi tulisan dan film animasi


Legenda Batu Parsidangan Huta Siallagan

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja Batak bernama Siallagan.


Raja Siallagan tinggal di sebuah desa bernama Huta Siallagan. Huta
Siallagan adalah sebuah desa tua yang telah ada selama ratusan tahun,
dibangun pada masa pemerintahan pemimpin pertama Huta Siallagan.
Siallagan adalah keturunan Raja Naimbaton yang mengikuti garis Raja
Isumbaon, putra kedua Raja Batak. Huta Siallagan dikelilingi oleh tembok
pelindung setinggi 1,5 meter dengan pintu masuk yang sangat kecil dan
berdiri tegak patung batu Pangulubalang (patung penjaga yang melindungi
penduduk dari serangan roh jahat yang ingin memasuki desa).

21
Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

Raja Siallagan terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Raja
Siallagan selalu memperhatikan rakyatnya dengan cara temu dan sapa.
Masyarakat Huta Siallagan hidup dengan bercocok tanam. Mereka
menanam padi, kopi, dan sayuran di ladang. Masyarakat Huta Siallagan
hidup dengan hukum yang adil, taat aturan dan taat pada perintah raja. Batu
Parsidangan dibuat ratusan tahun yang lalu oleh Raja Siallagan untuk
menampung rakyatnya yang ingin mengadakan diskusi atau pertemuan
karena tidak semua orang memiliki rumah atau pekarangan yang cukup luas
untuk tempat berdiskusi keluarga besar.

Parsidangan selalu digunakan sebagai tempat bermusyawarah,


mendengarkan pendapat dan saran serta pertimbangan dari para tetua adat
yang diundang hadir untuk kemudian mengambil keputusan, baik terkait
konflik, merencanakan pernikahan, hingga mempersiapkan acara kematian.
Batu Parsidangan di Huta Siallagan diletakkan di dua lokasi dengan aturan
dan fungsi yang berbeda.pertama Parsidangan di depan Rumah Bolon
merupakan tempat tinggal Raja bersama istri dan selirnya yang berfungsi
sebagai istana dan di bawah pohon Hariara (pohon keramat bagi orang
Batak). Dalam penyelesaian masalah hukum, Huta Siallagan memiliki tiga
jenis hukuman di persidangan.

22
Yang pertama adalah denda, yang diberikan kepada terdakwa yang
kedapatan mencuri. Raja Siallagan memberikan kebebasan dengan syarat.
Syarat yang diberikan adalah mengganti empat kali lipat dari apa yang
dicuri pencuri. Jika si pencuri tidak bisa menggantikannya maka si pencuri
harus menjadi budak.

Yang kedua adalah hukuman penjara, yang diberikan kepada pelaku


yang melakukan pembunuhan, pemerkosaan, perkelahian yang tidak ada
hubungannya dengan kerajaan. Lamanya hukuman penjara tergantung dari
hasil musyawarah antara penasehat raja, penasehat terdakwa dan penasehat
korban. Mereka akan melihat dan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada
dalam hukum Batak. Keputusan tersebut akan diberitahukan kepada raja
dan raja akan mengesahkan keputusan tersebut.

Ketiga, hukuman mati alias pancung adalah hukuman terakhir dan


hukuman yang paling berat. Hukuman mati diberikan kepada pengkhianat
kerajaan. Tidak peduli apakah orang tersebut adalah anak raja, adik raja,
atau memiliki hubungan khusus dengan raja. Kemudian panglima musuh
yang tertangkap saat perang dan laki-laki yang tertangkap basah
berselingkuh dengan salah satu istri raja, demi menjaga kewibawaan raja,
akan dihukum mati.

Saat itu, Parsidangan digunakan Raja untuk pertemuan dengan


tetua adat tentang masalah seorang laki-laki yang dihukum karena
mengganggu istri raja. Kemudian terpidana dibelenggu di depan rumah
raja. Paranormal menentukan tanggal pelaksanaannya melalui Parhalaan
(penanggalan Batak) dan Manitiari (primbon orang Batak). Setelah hari
eksekusi tiba, terpidana terlebih dahulu dibawa ke Parsidangan Batu untuk
diadili.

23
Raja berkumpul di Trial Stone, tempat duduk pertama adalah
tempat duduk Raja dan Permaisuri. Kursi kedua ditempati oleh Raja Huta
lainnya atau saudara-saudara Raja. Tempat duduk ketiga adalah tempat
duduk Datu/Pemilik Ilmu Kebatinan. Kursi keempat adalah kursi algojo
kerajaan. Kursi kelima disebut kursi tahanan (napi). Kursi keenam untuk
penasehat korban. Kursi ketujuh adalah Penasihat Hukum Terdakwa. Dan,
kursi kedelapan adalah penasihat Raja.

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

Sebelum dieksekusi, terpidana diberi makanan yang mengandung


ramuan paranormal untuk melemahkan ilmu hitam. Sebelum dieksekusi,
pakaian terpidana dibuka untuk memastikan tidak ada jimat yang
tertinggal. Matanya ditutup dengan ulos lalu dibaringkan di atas salah satu
batu terbesar di belakang tempat eksekusi. Terpidana dipukuli dengan
menggunakan tongkat raja yang disebut tongkat Tunggal Panaluan
(tongkat sakti yang dipahat pada kepala manusia dan hewan) hingga tubuh
terpidana lemas dan semua ilmu hitam yang ada di tubuh terpidana hilang.
Selanjutnya badan terpidana disayat dan disayat kemudian disiram dengan
ramuan dan cairan asam. Hingga terpidana tidak bisa lagi berteriak
kesakitan dan akhirnya lemas tak berdaya.

24
Kemudian, terpidana dipindahkan ke batu eksekusi untuk dipenggal
oleh algojo kerajaan. Algojo harus melakukan tugasnya dengan baik,
yakni memotong leher terpidana dalam sekali pancung. Jika dalam satu
kali pemenggalan leher terpidana tidak putus dan mati, maka algojo
kerajaan mendapat hukuman dari Raja Siallagan. Setelah pemenggalan
selesai, seorang ajudan raja mengambil piring Batak untuk dibubuhi darah
segar dan kepala narapidana di atas piring kemudian diletakkan di atas
meja. Tubuh terpidana diletakkan kembali di atas batu ketika dia dipukul
dengan satu tongkat.

Tubuh tak bernyawa terpidana kemudian dibelah menjadi dua.


Jantung dan hatinya dibuang, anggota tubuh terpidana diiris tipis-tipis dan
dicampur dengan darah yang ada di piring Batak. Lalu diberi bumbu,
jamu, campuran hati, hati untuk dipersembahkan kepada Raja. Raja
Siallagan tidak menikmati persembahan itu sendirian. Dalam pandangan
Raja dan rakyat, Huta Siallagan, yang dihukum mati bukan lagi manusia
melainkan hewan. Raja dan Datu/pemilik ilmu kebatinan, selain Raja
Huta, menasihati makan dan minum darah dengan tujuan meningkatkan
kekuatan ilmu hitam.

Raja Siallagan menyapa masyarakat dengan ramah, bertanya, dan


membagikan sesaji kepada masyarakat yang hadir pada proses
pemenggalan. Rakyat yang hadir bisa saja menolak permintaan raja dan
Raja Siallagan tidak pernah marah atas penolakan tersebut. Setelah proses
pemenggalan selesai, jenazah terpidana dibuang ke danau dan kepalanya
digantung di pintu masuk Huta Siallagan. Maksud dari menggantung
kepala adalah agar setiap orang yang melihat kepala dapat belajar dan
tidak melakukan perbuatan.

25
Raja Siallagan memiliki harapan agar keadilan dan kebijaksanaan
yang diterapkannya kepada rakyatnya dapat membuat kerajaan Huta
Siallagan semakin maju dan disegani oleh kerajaan lain. Pemenggalan dan
makan orang yang dihukum di Huta Siallagan berakhir pada awal abad ke-
19 ketika seorang pendeta Jerman bernama Ingwer Ludwig Nommensen
dari pulau Nordstrand di Schleswig, seorang penginjil Jerman terkemuka
memperkenalkan agama Kristen kepada masyarakat Huta Siallagan.
Setelah Raja memeluk agama Kristen, praktik hukum pemenggalan kepala
pelaku kejahatan dihentikan dan diganti dengan hukuman lain. Kini Huta
Siallagan telah dibuka sebagai tempat wisata agar kerajaan Siallagan dapat
diketahui semua orang.

b. Struktur Parsidangan Cerita Rakyat Huta Siallagan


1. Tema

Tema cerita rakyat adalah Parsidangan Huta Siallagan sebagai tempat


pertemuan dan persidangan Raja Siallagan. Parsidangan selalu digunakan
sebagai tempat bermusyawarah, mendengarkan pendapat dan saran serta
pertimbangan dari tetua adat yang diundang hadir untuk kemudian
mengambil keputusan.

2. Tokoh utama Tokoh

Dalam Parsidangan Huta Siallagan adalah Raja Siallagan yang


memimpin dengan adil, bijaksana, dan baik hati seperti tergambar pada
data di bawah ini. Raja Siallagan dikenal sebagai raja yang adil dan
bijaksana. Raja Siallagan selalu memperhatikan rakyatnya dengan cara
temu dan sapa. Masyarakat Huta Siallagan hidup dengan hukum yang adil,
taat aturan, dan taat pada perintah raja.

26
Raja Siallagan menyapa masyarakat dengan ramah, bertanya dan
membagikan sesaji kepada masyarakat yang hadir pada proses
pemenggalan kepala. Rakyat yang hadir bisa saja menolak permintaan raja
dan Raja Siallagan tidak pernah marah atas penolakan tersebut

3. Latar belakang

Setting atau tempat Parsidangan cerita rakyat Huta Siallagan adalah


ladang, Parsidangan , batu eksekusi, Danau Toba. Masyarakat Huta
Siallagan hidup dengan bercocok tanam. Mereka menanam padi, kopi, dan
sayuran di ladang. Raja berkumpul pada pertemuan batu, tempat duduk
pertama adalah tempat duduk Raja dan Permaisuri, tempat duduk kedua
untuk Raja Huta lainnya atau adik-adik Raja, tempat ketiga untuk
Datu/pemilik ilmu kebatinan, keempat untuk algojo kerajaan, kelima
untuk tawanan (narapidana), keenam penasihat korban, ketujuh penasihat
hukum Tergugat, dan kedelapan penasihat Raja. Kemudian terpidana
dipindahkan ke batu eksekusi untuk dipenggal kepalanya oleh eksekutor
kerajaan. Setelah proses pemenggalan selesai, jenazah terpidana dibuang
ke danau dan kepalanya digantung di pintu masuk Huta Siallagan.

4. Alur

Alur dalam Parsidangan Huta Siallagan merupakan perpaduan antara


alur cerita maju dan mundur seperti terlihat pada data di bawah ini.
Parsidangan dibuat ratusan tahun yang lalu oleh Raja Siallagan untuk
menampung rakyatnya yang ingin mengadakan diskusi atau pertemuan.
Pemenggalan dan makan orang terpidana di Huta Siallagan berakhir awal
tanggal 19 dihentikan karena Raja telah memeluk agama Kristen.

27
5. Hakikat Kearifan Lokal

Istilah kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Kata kearifan (wisdom) berarti
kebijaksanaan, sedangkan kata lokal berarti setempat. Dengan demikian,
kearifan lokal atau kearifan setempat (local wisdom) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan dan pengetahuan setempat yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, dan berbudi luhur yang dimiliki,
dipedomani, dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya (Sibarani, 2012:
112).

Basyari, (2014: 48), Peran dan fungsi kearifan lokal adalah: untuk
konservasi dan pelestarian sumber daya alam, pengembangan sumber daya
manusia, pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, sebagai
sumber petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan, sebagai sarana
membentuk membangun intregrasi komunal, sebagai landasan etika dan
moral, dan fungsi Politik Dalam menata kehidupan sosial komunitasnya
konsep dan substansi kearifan lokal sangat perlu agar bermanfaat dalam
menata kehidupan sosial bahkan secara lintas komunitas.

Sibarani, (2012: 175) Tujuan akhir kajian kearifan lokal adalah


penerapannya dalam pembentukan kepribadian generasi muda sebagai
modal sosiokultural khususnya untuk dua tujuan penting, yakni penciptaan
kedamaian dan peningkatan kesejahteraan generasi mendatang. Hilangnya
sebuah budaya akan berpengaruh juga terhadap hilangnya identitas
sebagai ciri-ciri khas maka akan hilang pula identitas yang menjadi
karakter etnik.

28
Oleh karena itu, kearifan lokal sebagai seperangkat system
pengetahuan tradisi juga nilai-nilai luhur budaya yang sangat berharga.
Amri (2020:125) Eksistensi folklore daerah harus dikelola dan
dikembangkan dengan baik agar tidak terjadi kepunahan. Pengembangan
folklore perlu dilakukan untuk mengimbangi derasnya arus folklore yang
masuk melalui anime, film kartun asing yang membawa karakteristik khas
budaya asing yang cenderung negative dengan membawa budaya asing
yang mengandung nilai-nilai budaya asing yang kurang sesuai dengan
budaya lokal dan budaya nasional.

6. Legenda Batu Parsidangan


a. Ir. Gading Jhanson Siallagan

Batu parsidangan atau juga disebut dengan batu kursi adalah sebuah
legenda yang terletak di Huta Siallagan Pindaraya, Kecamatan Simanindo,
Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Batu parsidangan
merupakan sebuah kursi yang terbuat dari batu pahatan mengelilingi
sebuah meja yang juga terbuat dari batu. Batu parsidangan ini dahulu
digunakan untuk merapatkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan di
Huta Siallagan dan mengadili para pelaku kejahatan atau pelanggar hukum
adat. Desa yang dikelilingi tembok bersusun rapi setinggi 1,5 hingga 2
meter ini dulunya adalah desa orang bermarga Siallagan dan dibangun
pada masa raja pertama Siallagan.

Pada zaman dahulu, tepatnya 700 tahun yang lalu Huta Siallagan
mempunyai raja yang adil dan bijaksana. Raja Siallagan tersebut
merupakan raja pertama yang memimpin Huta Siallagan. Raja Siallagan
yang dikenal adil kepada rakyatnya membuat peraturan hukuman atau
sanksi bagi pelanggar hukum yang berlaku di Huta Siallagan.

29
Hukuman yang diberikan pun sesuai dengan kesalahan yang dilakukan
dan tidak memandang apakah itu istri raja, keluarga raja, maupun rakyat
biasa. Selain adil dan bijaksana, Raja Siallagan juga dikenal Raja yang
ramah. Raja terlihat senyum dan menyapa kembali ketika ada rakyatnya
yang lewat dan menyapanya. Tidak hanya rakyat yang sopan kepada Raja,
tetapi Raja juga bersifat sopan kepada semua rakyatnya. Sifat ramah yang
dimili Raja mencerminkan bahwa ia adalah orang yang sopan dan santun.
Batu Parsidangan tidak hanya tempat untuk persidangan, namun apapun
yang akan dilakukan di Huta Siallagan wajib untuk dirapatkan terlebih
dahulu di Batu Parsidangan, misalnya seperti merapatkan pesta adat yang
akan dilakukan, merapatkan menguburan mayat, merapatkan pesta
perkawinan dan lain-lain.

Sumber huta siallagan - Mencari Gambar (bing.com)

Suatu hari panglima kerajaan melakukan kesalahan dengan


menghianati kerajaan, disitulah hak priogatif raja, dengan adanya
kesalahan tersebut raja memutuskan untuk melakukan rapat di Batu
Parsidangan yang dipimpin oleh Raja, yang diikuti oleh penasihat, istri
raja, dukun, algojo dan terdakwa serta disaksikan oleh semua rakyat.

30
Kesalahan yang dilakukan panglima termasuk kedalam tindak pidana
berat yang hukumannya berupa pemancungan. Untuk melakukan
pemancungan, raja menyerahkan kepada dukun untuk melakukan
penentuan hari baik yang disebut manitiari, dukun bersemedi dibawah
pohon ari-ara sampai ia menemukan kapan hari baik untuk pemancungan
tersebut. Pohon ari-ara adalah pohon suci yang terletak disebelah batu
kursi, konon masyarakat Huta Siallagan mempercayai bahwa arwah orang
batak yang sudah meninggal ada diatas pohon suci tersebut. Setelah
mendapatkan hari baik, maka pemancungan pun dilakukan di batu
eksekusi. Pemancungan hanya boleh dilakukan sekali saja, jika algojo
tidak berhasil melakukan dalam sekali pemancungan maka algojo yang
akan menggantikan terdakwa.

Ritual dimulai dengan musik-musik klasik gondang batak, sebelum


dilakukan pemancungan dukun akan menutup mata terdakwa dan
memberinya ramuan-ramuan serta membacakan mantra-mantra agar
kekuatan atau ilmu kebal yang dimiliki terdakwa hilang, ketika dukun
membacakan mantra-mantra algojo mulai memukuli badan terdakwa
menggunakan tongkat tunggal panaluan sampai terdakwa menjerit-jerit,
jika terdakwa sudah menjerit berarti kekuatan dan ilmu kebal yang
dimilikinya sudah hilang. Maka selanjutnya dilakukan eksekusi tersebut,
terdakwa ditelungkupkan dengan posisi leher diatas batu.

Jika pemancungan berhasil raja akan bertanya kepada semua yang


menyaksikan “siapa yang ingin memakannya?” hati dan jantung akan
dimakan oleh Raja yang dipercayai untuk menambah kekuatan Raja,
kemudian kepalanya akan digantung diatas pintu masuk Huta Siallagan
sebagai peringatan kepada semua masyarakat Huta Siallagan agar tidak
melakukan kesalahan yang sama.

31
Tindak pidana ringan dengan kesalahan seperti mencuri dan berbohong
hanya akan dijadikan budak raja, untuk tindak pidana sedang dengan
kesalahan membunuh, perkelahian antar kampung dan pemerkosaan akan
diserahkan kepada penasihat bukan raja, misalnya yang melakukan
kesalahan mempunyai tanah biasanya berdamai dengan cara menyerahkan
tanah tersebut kepada kerajaan. Raja berharap dengan keadilan dan sikap
bijaksana yang ia terapkan akan membuat kerajaan siallagan ini semakin
maju dan disegani oleh kerajaan-kerajaan lain. Karena, wibawa raja dan
kerajaan adalah yang paling utama. Rakyat-rakyat biasa yang ada di Huta
Siallagan bertahan hidup dengan cara bertani, mereka menanam padi,
kopi, alpukat dan sayur sayuran yang lain di Ladang Raja Siallagan.

Sumber meja persidangan huta siallagan - Mencari Gambar (bing.com)

Siapapun boleh bertani di Tanah Raja dengan syarat membagi hasil yaitu
30% hasilnya kepada kerajaan. . Setelah masuknya agama ke Huta
Siallagan, masyarakat sudah mulai memiliki agama dan menjalankan
kehidupannya sesuai ajaran agama yang mereka anut dan mereka percayai.
Hal tersebut berakhir sekitar abad ke-19. Huta Siallagan dibuka menjadi
destinasi wisata mulai dari tahun 1970, tujuannya agar kerajaan Siallagan
bisa dikenal semua orang.

32
b. Doricoholiday.com

Huta Siallagan merupakan sebuah desa kuno yang sudah ada sejak
ratusan tahun yang lalu, dengan dibangun pada masa pemerintahan
pemimpin huta pertama, yaitu Raja Laga Siallagan. Ketika memasuki
perkampungan ini akan menjumpai deretan rumah-rumah adat batak yang
tersusun rapi. Selain itu, terdapat pula kumpulan meja dan kursi yang
disebut dengan batu parsidangan.

Meja dan kursi yang terbuat dari batu ini diperkirakan telah berusia
sekitar 200 tahun. Dahulu kala, tempat ini dipergunakan untuk mengadili
para criminal. Tindak pidana tersebut bisa berupa criminal, mencuri,
membunuh, memperkosa, dan menjadi mata-mata musuh. Hukumannya
pun tidak main-main. Jika kejahatannya kecil, maka akan diberikan sanksi
berupa hukuman pasung. Namun jika kejahatannya tergolong besar maka
pelaku akan dijatuhi hukuman pancung alias potong kepala.

Tanggal eksekusi pun akan ditentukan dari hari paling lemah si


penjahat atau hari baiknya kapan. Pasalnya rata-rata orang yang berani
melakukan kejahatan diyakini mempunyai ilmu hitam. Untuk menentukan
hari baik dilakukan manitiari atau primbon suku Batak. Setelah tiba hari
pemancungan pelaku kejahatan akan ditempatkan disebuah meja batu
dengan mata tertutup kain ulos, hukum pancung dibuat sedemikian
dramatis, pertama-tama penjahat akan diberi makan yang berisi ramuan
dukun untuk melemahkan ilmu hitam. Kemudian akan dipukul
menggunakan tongkat tunggal panaluan, yaitu tongkat magis dari kayu
berukir gambar kepala manusia dan binatang dengan bagian atas berupa
rambut panjang. Sementara saat dieksekusi, pakaian terdakwa akan
terlebih dahulu disayat-sayat, jika sudah terluka dan berdarah bisa
dipastikan ilmu hitam telah hilang.

33
Tak sampai disitu, jika tubuh telah mengeluarkan darah akan disiram
dengan air asam sampai terdakwa semakin lemah, setelah itu baru hukum
pancung dilakukan. Jantung dan hati terdakwa tersebut biasanya akan
dimakan agar menambah kekuasan sang raja. Sementara kepala yang
sudah terpisah akan diletakkan di meja berbentuk bulat, sementara
badannya diletakkan di meja berbentuk persegi. Badan pelaku akan
dibuang ke Danau Toba selama tujuh hari tujuh malam. Selama itu pula
para penduduk dilarang melakukan aktivitas di Danau Toba.

Sedangkan kepalanya akan diletakkan didepan gerbang masuk Huta


Siallagan sebagai peringatan kepada raja 20 lain atau rakyat agar tidak
melakukan kesalahan yang sama. Setelah membusuk kepala akan dibuang
ke hutan dibalik kampong dan selanjutnya warga akan dilarang
beraktivitas di hutan selama 3 hari. Penghukuman sadis tersebut berakhir
sejak abad ke- 19, saat agama Kristen mulai masuk dan diperkenalkan
oleh misionaris asal Jerman yaitu Ludwig Ingwer Nommensen ke kawasan
Danau Toba.

34
Terdapat makna dan kearifan lokal legenda Batu Parsidangan Huta
Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Terdapat
makna dan kearifan lokal legenda Batu Parsidangan Huta Siallagan
Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

Sumber: (umsu.ac.id)

7. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Yang terdapat dalam Legenda Batu


Parsidangan

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang


tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal
(local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun melalui cerita
dari mulut kemulut dari generasi ke generasi. Kearifan lokal terdapat pada
cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat.

35
Bentuk-bentuk kearifan lokal terbagi menjadi dua yaitu kedamaian dan
kesejahteraan. Adapun nilai-nilai kedamaian terbagi menjadi tujuh yaitu
kesopansantunan, kejujuran, ketidaksetiakawanan sosial, kerukunan,
komitmen, pikiran positif, dan rasa syukur. Nilai-nilai kesejahteraan terbagi
menjadi delapan yaitu kerja keras, disiplin, pendidikan, kesehatan, gotong
royong, pengelolaan gender, pelestarian & kreativitas budaya, dan peduli
lingkungan. Dengan nilai-nilai kearifan lokal inilah legenda Batu
Parsidangan dapat di analisis sebagai berikut:

a. Kerja Keras

Kerja keras merupakan upaya yang dilakukan secara sungguhsungguh


tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu
mengutamakan atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan
yang dilakukan. Nilai kerja keras ditemukan dalam legenda Batu
Parsidangan terlihat dalam kutipan di bawah ini “Rakyat-rakyat biasa yang
ada di Huta Siallagan bertahan hidup dengan cara bertani, mereka menanam
padi, kopi, alpukat dan sayur sayuran yang lain di Ladang Raja Siallagan.
Siapapun oleh bertani di Tanah Raja dengan syarat membagi hasil yaitu
30% hasilnya kepada kerajaan.” Terlihat bahwa rakyat-rakyat di kerajaan
merupakan orang yang mau bekerja walaupun hasil ladangnya harus dibagi
kepada kerajaan.

36
b. Keadilan

Keadilan merupakan pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara


hak-hak dan kewajiban. Nilai keadilan ditemukan dalam legenda Batu
Parsidangan terlihat dalam kutipan di bawah ini “Pada zaman dahulu,
tepatnya 700 tahun yang lalu Huta Siallagan mempunyai raja yang adil dan
bijaksana. Raja Siallagan tersebut merupakan raja pertama yang memimpin
Huta Siallagan.

Raja Siallagan yang dikenal adil kepada rakyatnya membuat peraturan


hukuman atau sanksi bagi pelanggar hukum yang berlaku di Huta Siallagan.
Hukuman yang diberikan pun sesuai dengan kesalahan yang dilakukan dan
tidak memandang apakah itu istri raja, keluarga raja, maupun rakyat biasa.”

Sumber keadilan orang batak - Mencari Gambar (bing.com)

c. Kesopansantunan

Kesopansantunan merupakan suatu karakter yang membentuk sikap dan


cara berperilaku seseorang. Karakter jati dirilah yang membentuk
kepribadian yang baik dengan perilaku yang sopan. Di dalam legenda Batu

37
Parsidangan masyarakat terlihat sopan kepada Raja dan sebaliknya pula,
seperti kutipan di bawah ini “Selain adil dan bijaksana, Raja Siallagan juga
dikenal Raja yang ramah. Raja terlihat senyum dan menyapa kembali ketika
ada rakyatnya yang lewat dan menyapanya. Tidak hanya rakyat yang sopan
kepada Raja, tetapi Raja juga bersifat sopan kepada semua rakyatnya. Sifat
ramah yang dimili Raja mencerminkan bahwa ia adalah orang yang sopan
dan santun.

Sumber Kesopansantunan orang batak - Mencari Gambar (bing.com)

d. Komitmen

Komitmen merupakan sikap yang memiliki prinsip dan pendirian di


dalam diri seseorang. Dikatakan memiliki komitmen bila orang tersebut
mempunyai prinsip dan pendirian dalam hidupnmya. Dari komitmen
tersebut akan menghasilkan sesuatu yang baik pula, seperti dalam kutipan
berikut “Raja berharap dengan keadilan dan sikap bijaksana yang ia
terapkan akan membuat kerajaan Siallagan ini semakin maju dan disegani
oleh kerajaan-kerajaan lain”.

38
e. Disiplin

Disiplin merupakan kepatuhan terhadap peraturan dan tunduk kepada


pengawasan, bertujuan untuk mengembangkan diri agar dapat berperilaku
tertib. Dengan adanya kedisiplinan akan menghasilkan sesuatu yang ingin
dicapai, seperti pada kutipan dalam legenda Batu Parsidangan di bawah ini
“Apapun yang akan dilakukan di Huta Siallagan wajib untuk dirapatkan
terlebih dahulu di Batu Parsidangan, misalnya seperti merapatkan pesta adat
yang akan dilakukan, merapatkan menguburan mayat, merapatkan pesta
perkawinan dan lain-lain.”

f. Kerukunan dan Penyelesaian Konflik

Kerukunan merupakan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap


saling menerima saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai
serta sikap saling memaknai kebersamaan. Sedangkan penyelesaian konflik
merupakan usaha manusia untuk meredakan konflik dalam mencapai
kestabilan, seperti pada kutipan di bawah ini “Suatu hari panglima kerajaan
melakukan kesalahan dengan menghianati kerajaan, disitulah hak priogatif
raja, dengan adanya kesalahan tersebut raja memutuskan untuk melakukan
rapat di Batu Parsidangan yang dipimpin oleh Raja, yang diikuti oleh
penasihat, istri raja, dukun, algojo dan terdakwa serta disaksikan oleh
semua rakyat.

Kesalahan yang dilakukan panglima termasuk kedalam tindak pidana


berat yang hukumannya berupa pemancungan. Untuk melakukan
pemancungan, raja menyerahkan kepada dukun untuk melakukan
penentuan hari baik yang disebut manitiari, dukun bersemedi dibawah
pohon ari-ara sampai ia menemukan kapan hari baik untuk pemancungan
tersebut.”

39
Untuk tindak pidana ringan dengan kesalahan seperti mencuri dan
berbohong hanya akan dijadikan budak raja, untuk tindak pidana sedang
dengan kesalahan membunuh, perkelahian antar kampung dan pemerkosaan
akan diserahkan kepada penasihat bukan raja, misalnya yang melakukan
kesalahan mempunyai tanah biasanya berdamai dengan cara menyerahkan
tanah tersebut kepada kerajaan.

Sumber https://c1.staticflickr.com/9/8322/29784930395_e7efdb0750_k.jpg

40
g. Pelestarian

Pelestarian merupakan upaya untuk melindungi sesuatu terhadap


tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan.
Seperti dalam kutipan di bawah ini. Namun setelah masuknya agama ke
Huta Siallagan, masyarakat sudah mulai memiliki agama dan menjalankan
kehidupannya sesuai ajaran agama yang mereka anut dan mereka percayai.
Hal tersebut berakhir sekitar abad ke-19. Huta Siallagan dibuka menjadi
destinasi wisata mulai dari tahun 1970, tujuannya agar kerajaan Siallagan
bisa dikenal semua orang.

8. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Batu

Persidangan Siallagan Menurut Sumarto bahwa partisipasi masyarakat


adalah proses di mana masyarakat sebagai individu ataupun kelompok
sosial dan organisasi mengambil peran serta ikut bergabung dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang
langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat (Ratnaningsih &
Mahagangga, 2015).

Masyarakat di Desa Siallagan Pindaraya juga berpartisipasi dalam


pengembangan objek wisata sejarah batu kursi persidangan Siallagan.
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, salah satunya dalam
hal kebersihan, masyarakat bertanggungjawab menjaga dan merawat semua
fasilitas sarana dan prasarana objek wisata sejarah ini (Pitana & Diarta,
2009). Dalam hal kebersihan, masyarakat diwajibkan untuk gotong royong
setiap bulannya untuk membersihkan areal objek wisata sejarah batu kursi
persidangan Siallagan. Dengan demikian, perencanaan pembangunan
pariwisata harus mengakomodasikan keinginan dan tujuan masyarakat lokal
untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari pengembangan pariwisata
(Barnard, 2006).

41
Adapun bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat di sekitar objek
wisata batu kursi persidangan Siallagan yaitu partisipasi dalam bentuk
tenaga, partisipasi keterampilan, dan partisipasi harta benda (Umilia, 2017).
Dalam wawancara yang dilakukan terhadap Bapak Ojahan Tambunan, yang
merupakan Kepala Desa mengatakan bahwa, masyarakat sudah
berpartisipasi dengan baik dalam memajukan pariwisata dibuktikan dengan
masyarakat menerapkan sapta pesona pariwisata dalam menyambut
wisatawan yang berkunjung di objek wisata sejarah batu kursi persidangan
Siallagan.

Selain itu, masyarakat juga diberikan pelatihan untuk menghasilkan


produk khas daerah berupa ulos dan ukiran untuk dijual kepada wisatawan
yang berkunjung sebagai cenderamata khas dari Desa Siallagan Pindaraya.
Bapak Kornel Siallagan juga mengatakan bahwa partisipasi masyarakat
sudah baik, dibuktikan dengan terlibatnya masyarakat untuk membersihkan
sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Siallagan Pindaraya. Sarana dan
prasarana yang terdapat di Desa Siallagan Pindaraya tidak hanya disediakan
oleh pemerintah tetapi masyarakat juga ikut berpartisipasi untuk
mengembangkan pariwisata di desa ini.

Adapun partisipasi dan peran serta masyarakat ialah membangun


fasilitas pendukung kegiatan pariwisata di sekitaran objek wisata yang
meliputi restoran, akomodasi (hotel/penginapan), dan toko suvenir.
Biasanya hanya sebagian masyarakat yang memilki lahan dan harta benda
saja yang berpartisipasi dalam membangun fasilitas pendukung pariwisata
di Desa Siallagan Pindaraya, dan sebagian lagi menjadi pemandu wisata
dan pengrajin. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat,
kkeberadaan objek wisata sejarah batu kursi persidangan Siallagan
memberikan peluang kepada masyarakat untuk membuka usaha seperti:
kios, rumah makan, dan penginapan.

42
Hal ini sejalan dengan peraturan pemerintah No. 18 tahun 1994 tentang
kepariwisataan di mana selalu mengikutsertakan masyarakat sekitar di
dalam kegiatan kepariwisataan baik dalam bentuk cenderamata khas
masyarakat setempat maupun mempromosikan budayanya (Siallagan,
2011). Pemerintah dan masyarakat saling kerjasama untuk mengembangkan
objek wisata sejarah batu kursi persidangan Siallagan ke arah yang lebih
baik. Masyarakat di sini diberikan pelatihan untuk menghasilkan
cenderamata seperti suvenir, tas, dan pakaian dari ulos.

Dengan adanya sumbangan tenaga masyarakat, tentunya memberikan


manfaat untuk menghasilkan kerajinan-kerajinan yang ditawarkan kepada
wisatawan baik seni ukir maupun kerajinan ulosnya. Partisipasi Masyarakat
dalam kegiatan, untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke objek
wisata, tentunya harus didukung dengan berbagai kegiatan. Adapun
kegiatan berupa tarian tor–tor Batak untuk menyambut dan mengajak
wisatawan merasakan langsung tarian Batak.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan salah satu tarian budaya


Batak. Masyarakat juga berpartisipasi dengan baik dalam pengembangan
objek wisata sejarah ini dibuktikan dengan upaya yang dilakukan oleh
pemilik wisata dengan masyarakat desa yang tinggal di desa Siallagan
Pindaraya berkaitan dengan kegiatan promosi, pembentukan kelompok
kerajinan sebagai ekonomi kreatif, penyambutan wisatawan dengan tarian
adat Batak, pelatihan tour guide dan bahasa Inggris, penyedia jasa
akomodasi dan restoran.

43
9. Manfaat Dikembangkan Objek Wisata Sejarah Batu Persidangan
Siallagan

Bagi Masyarakat Adapun manfaat yang didapatkan masyarakat dengan


dikembangkannya objek wisata batu kursi persidangan Siallagan meliputi
pada bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Pada bidang ekonomi, dengan
dikembangkan objek wisata desa Siallagan Pindraya memberikan manfaat
yang sangat besar bagi masyarakat di Desa Siallagan Pindaraya, salah
satunya terciptanya lapangan pekerjaan di bidang pariwisata.

Pengembangan objek wisata batu kursi persidangan Siallagan akan


berimplikasi terhadap masyarakat lokal secara ekonomi. Masyarakat
banyak membangun fasilitas pendukung pariwisata di sekitaran objek
wisata sejarah Batu Kursi Persidangan Siallagan. Dalam wawancara yang
dilakukan terhadap Ibu Novida Siallagan, yang merupakan pemilik toko
suvenir, ia mengatakan bahwa, suvenirnya banyak terjual jika wisatawan
banyak berkunjung.

Selain itu, beberapa masyarakat yang membuka rumah makan dan


penginapan yang disediakan untuk wisatawan, secara tidak langsung
pendapatan masyarakat meningkat tergantung pada jumlah pengunjung
yang datang ke objek wisata sejarah batu kursi persidangan Siallagan. Pada
bidang sosial, sebelum dijadikan sebagai objek wisata sejarah, kehidupan
sosial masyarakat bergantung pada sektor pertanian. Adapun manfaat yang
didapat masyarakat di Desa Siallagan Pindaraya pada bidang sosial ialah
mendorong masyarakat untuk belajar bahasa asing dan keterampilan yang
baru (Surwiyanta, 2003).

Sebagai pelaku pemangku kepentingan pariwisata, pemerintah dan


masyarakat saling bekerjasama untuk membuat berbagai program pelatihan
untuk mengembangkan objek wisata sejarah ini ke arah yang lebih baik.

44
Masyarakat dilatih untuk menjadi pemandu wisata (tour guide) agar dapat
berinteraksi dengan setiap pengunjung yang datang baik lokal maupun
mancanegara. Pada bidang budaya, sejak dibukanya objek wisata batu kursi
persidangan Siallagan, seiring itu juga budaya Batak diperkenalkan kepada
setiap wisatawan.

Objek wisata sejarah ini, memberikan gambaran mengenai kehidupan


orang Batak yang masih mempertahankan kebudayaan megalitikum, yang
sekarang ini bisa dilihat wisatawan beserta bangunan-bangunan yang telah
ada 200 tahun yang lalu yang berfungsi sebagai tempat untuk mengadili
para kriminal kejahatan pada masa lampau. Kehidupan masyarakat Batak
bisa dihidupkan kembali melalui dikembangkan objek wisata ini. namun,
untuk sekarang ini masyarakat sebagai salah satu pelaku pariwisata untuk
menceritakan kehidupan orang Batak di Desa Siallagan Pindaraya.

Sumber https://2.bp.blogspot.com/--
CDA3C3S68U/W8N31S7xzTI/AAAAAAAAFBc/-gh5A0WjpuE-
JXeGnVeNyJzNxjuolz0AACLcBGAs/s400/huta%2Bsiallagan.JPG

45
Objek wisata sejarah ini juga bukan hanya dikunjungi wisatawan lokal,
namun wisatawan mancanegara banyak yang tertarik datang untuk
mengetahui kebudayaan batak pada masa lampau di Desa Siallagan
Pindaraya.

Sumber https://3.bp.blogspot.com/-
PXke58ksLyg/W8N28vrsWBI/AAAAAAAAFBM/fScYa7hmiosWXZZFeYxVW
ui9RZGH299ywCLcBGAs/s400/huta-siallagan-samosir.JPG

Siallagan bukan marga semata. Pasalnya, terdapat 2 huta (desa) di


Kabupaten Samosir yang menjadikan produk budaya sebagai atraksi wisata
yaitu Huta Bolon Simanindo dan Huta Siallagan. Kedua destinasi budaya
yang terpaut jarak sekitar 9,3 kilometer tersebut sangat identik dengan
kultur Batak. Luas komplek Huta Siallagan di Ambarita ini memang hanya
2.400 meter. Namun, di dalamnya tersimpan beragam obyek peninggalan
serta rumah adat berusia ratusan tahun. Selain itu, ada pula sederet kisah
menarik tentang hukum adat Batak yang hingga kini sering diceritakan
kepada pengunjung.

46
Sumber (Dokumentasi Kelompok 1)

Biaya masuk ke desa wisata budaya di Samosir hanya Rp5.000/orang.


Untuk mengobati rasa penasaran kamu, berikut sederet fakta menarik yang
akan ditemui bila berkunjung ke mari.

1. Kampung Spesial yang Diperuntukkan Bagi Raja

Sumber (Dokumentasi Kelompok 1)

47
Huta Siallagan merupakan perkampungan yang disengaja terpisah dari
pemukiman penduduk. Konon, khusus dibangun untuk raja-raja Batak
tempo dulu. Hal dibuktikan dari tingginya tembok batu sebagai penghalang
interaksi rakyat biasa dan harajaon.

Hal ini semakin diperkuat dengan akses keluar dan masuk yang hanya
ada 2 yaitu gerbang masuk bertuliskan aksara Batak dan latin serta dan
gerbang keluar di bagian belakang. Di sini, kamu dapat melihat sederet
peninggalan dari raja. Diantaranya batu kursi raja (stone chair of king),
tempat tinggal raja dan keluarganya, pohon jabijabi (beringin) berusia
ratusan tahun. Lain daripada yang sudah disebutkan itu, sobat traveller pun
bisa menonton langsung atraksi hukum adat dahulu.

2. Atraksi Langka, Hanya 1 di Dunia

Mengulik tentang sejarah desa ini rasanya sedikit bergidik. Lantaran


dahulu, peraturan adat sangat dipegang teguh. Jika abai sedikit saja, maka
siap-siap menerima tradisi horor. Nah, jika ingin tahu apa tradisi tersebut,
langsung deh liburan ke tempat ini.

Sumber kompas.ac.id

48
Uniknya, atraksi ini boleh dibilang langka, hanya ada 1 saja di dunia
dan tergolong mistis. Dan itu, cuma ada di Huta Siallagan saja. Tetapi
tenang, atraksi tersebut kini diadakan sebatas pertunjukan dan tidak sehoror
Desa Penari.

1. Rumah Adat Kuno

Memasuki desa ini, kamu akan seperti terbawa ke masa-masa ratusan


tahun silam. Dari rumah adat Batak berjejer yang memberikan kuno hingga
pohon beringin dimana di bawahnya tersusun beberapa kursi batu dan meja.

Sumber (Dokumentasi kelompok 1)

Keseluruhan benda-benda yang sudah disebutkan diatas merupakan


peninggalan kerajaan. Sampai sekarang, kondisinya masih dijaga. Sebagai
kenang-kenangan, berfoto di depan bangunan rumah adat tradisional Batak
berumur ratusan tahun tentu sangat menyenangkan. Bagi anda penyuka
wisata belanja jangan lewatkan membeli cinderamata khas dari pulau
Samosir, tepat di pintu keluar dari kawasan kampung kecil tersebut terdapat
berbagai macam souvenir yang menarik.

49
Di pusat kerajinan tangan itu, kamu bisa membeli oleh-oleh sebagai
buah tangan. Seperti gorga, pustaha laklak, ulos dan baju bertulisan
mengenai keindahan budaya Samosir.

Sumber (Dokumentasi kelompok 1)

2. Lokasi dan Tiket Masuk

Travelers, desa ini berada Pindaraya, Kecamatan Ambarita, Kabupaten


Samosir, Sumatera Utara. Titik koordinat lokasinya dapat dilihat melalui
peta ini: Untuk mencapai desa wisata budaya ini, dapat ditempuh melalui
perjalanan dari Kota Parapat tepatnya pelabuhan Ajibata. Selanjutnya
silahkan menggunakan kapal penyeberangan atau kapal biasa menuju
Tomok. Namun, bila ingin langsung tiba di lokasi, kamu dapat
menggunakan kapal rute Parapat-Tomok-Tuktuk. Kenapa harus ke Tuktuk?
karena dari sinilah perjalanan terdekat menuju Ambarita dimana Huta
Siallagan berada.

50
B. Kearifan Lokal Di Kampung Ulos Huta Raja Kabupaten
Samosir

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

Suku Batak Toba pada umumnya akrab dengan budaya bertani,


namun terkenal juga dengan budaya bertenun yaitu martonun ulos
(menenun ulos). Kain Batak yang dikenal dengan sebutan ulos ini
merupakan salah satu kerajinan yang dijadikan warisan kebudayaan dan
kebanggaan Indonesia khusunya Suku Batak Toba.

Ulos merupakan jenis kain adat tradisional yang diyakini sebagai


syarat dalam melaksanakan upacara adat karena bersifat sakral dan
memiliki nilai yang sangat tinggi dalam adat Batak Toba.

51
Hal ini dapat dilihat dari usaha para penenun ulos terdahulu
memanfaatkan sepenuhnya hasil alam seperti tumbuhan yang digunakan
dalam pembuatan benang dan pewarna alami. Seorang penenun ulos tentu
memiliki keteramplilan khusus dan pengetahuan dasar dalam membuat
sebuah ulos. Para penenun ulos mengetahui apa saja jenis ulos dan fungsi
dari masing-masing jenis ulos tersebut. Jenis ulos yang berbeda-beda
memiliki tingkat kerumitan dan nilai yang berbeda pula, Sebab, sehelai kain
tenun ulos memiliki berbagai macam jenis dan corak yang masing-masing
memiliki kekhasan atau nilai-nilai budaya tertentu diantaranya ulos ragi
idup, ragi hotang, sadum, bintang maratur, sibolang, mengiring, situhu tuho,
bolean, tali-tali mangiring napirsunaan dan lain lain.

Oleh karena itu penenun ulos harus mengetahui teknik pembuatan


baik dari segi pewarnaan dan ukuran. Penenun ulos merupakan salah satu
mata pencaharian yang terdapat di Desa Lumban Suhi-suhi Toruan.
Pekerjaan ini didominasi oleh para kaum perempuan, baik ibu-ibu maupun
para gadis. Selain memiliki nilai ekonomi kreatif yang mendukung
kehidupan masyarakat, kain ulos merupakan suatu kekayaan yang dimiliki
oleh masyarakat Batak Toba karena tergambar kemampuan masyarakat
dalam mengolah alam menjadi sesuatu wujud karya seni melalui proses
menenun baik dilakukan dengan alat tradisional dan alat mesin.

Keberadaan penenun ulos di Desa Lumban Suhi-suhi Toruan


mengalami pengurangan jumlah penenun. Hal ini dibuktikan dengan jumlah
penenun yang sedikit dan kebanyakan perempuan berusia lanjut. Meskipun
terdapat generasi muda yang memiliki keterampilan menenun ulos namun
jumlahnya juga sedikit. Antropolog Belanda, Sandra Niessen yang
melakukan penelitian 30 tahun tentang ulos.

52
Beliau mengatakan, kerajinan tenun ulos Batak mengalami kelesuan
drastis selama 30 tahun terakhir dan terancam punah jika tidak ada usaha-
usaha untuk menyelamatkannya. Perkembangan jaman dan teknologi
sekarang yang berlangsung sangat cepat sangat mempengaruhi pergeseran
arti dan fungsi ulos. Kondisi saat ini para penenun ulos sangat langka
bahkan hampir punah.

Akibat minimnya jumlah penenun ulos mungkin akan berdampak


terhadap berkurangnya hasil tenunan yang dihasilkan. Keterampilan dan
pengetahuan setiap penenun yang berbeda akan menunjukkan bagaimana
kualitas ulos yang dihasilkan. Maka peranan penenun ulos sangat penting
dalam menghasilkan suatu kain tenun yang memiliki orientasi nilai yang
terkandung di dalamnya dengan tetap mempertahankan corak khas ulos
tersebut. Penenun ulos memiliki keterampilan yang dapat memproduksi
kain ulos yang bernilai ekonomis tinggi tanpa didalamnya untuk tujuan
yang produktif.

Dalam memproduksi sebuah ulos juga harus menghindari


pertentangan nilai yang berarti penenun ulos tidak boleh mengorbankan
atau menghilangkan corak khas yang menjadi ketentuan pokok dalam
membuat ulos. Namun yang menjadi problema saat ini adalah para penenun
ulos mengalami dilema karena harus memikirkan dua orientasi. Sebagai
makhluk sosial tentu mereka harus memenuhi kebutuhan hidup mereka
melalui menenun ulos sebagai sumber ekonomi mereka. Disuatu sisi
sebagai makhluk yang berbudaya, para penenun memiliki keinginan untuk
melestarikan kain tenun suku Batak Toba melalui peran mereka dalam
mempertahakan nilai-nilai yang terdapat pada kain ulos.

53
Problema yang dialami oleh para penenun disebabkan karena
asimilasi kebudaayaan antara budaya Suku Batak Toba dan Suku Karo. Hal
ini ditunjukkan dengan terjadinya perubahan produksi tenun yang pada
awalnya mereka menenun ulos Batak Toba dan kemudian beralih menenun
ulos Karo, karena dalam pembuatannya ulos Karo sangat mudah ditenun
dibandingkan dengan ulos Batak Toba yang proses pembuatannya
tergolong lama dan sulit. Inilah yang menjadi penyebab utama mengapa
para penenun “miskin” pengetahuan akan ulos beserta ruhut (aturan)
mengenai ulos, sehingga upaya mempertahankan kebudayaan melalui nilai-
nilai ulos sangat sulit dilakukan.

Disamping itu demi pemenuhan kebutuhan ekonomi, pengerjaan


ulos Karo lebih tepat dilakukan karena permintaannya lebih tinggi sehingga
lebih cepat memperoleh uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika
dibandingkan dengan menenun ulos Batak Toba yang permintaannya lebih
rendah daripada ulos Karo, karena pemakaiannya hanya pada saat tertentu
saja sehingga jarang diproduksi/ditenun. Oleh karena itu, berdasarkan
penjelasan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai apa sebenarnya faktor yang menyebabkan
munculnya dilema para penenun ulos dalam mempertahankan nilai-nilai
budaya yang terdapat pada ulos di Desa Lumban Suhi-suhi Toruan.

Latar belakang terbentuknya huta raja sebagi kampung tenun di desa


lumban suhi suhi toruan yang berada di kecamatan pangururan kabupaten
samosir sumatera utara yang dahulu nya bahwa huta raja ini adalah salah
satu tempat raja simarmata tinggal. Kampung ulos huta raja adalah
tahun 2019, presiden indonesia Joko Widodo, melakukan kunjungan ke
kawasan ini. Selain ulos Batak Toba, masyarakat Kampung Ulos Hutaraja
juga menghasilkan motif khas Suku Karo.

54
Potensi daerah samosir salah satunya adalah kampung Hutaraja di
desa Lumban Suhi-Suhi Toruan Kecamatan Pangurusan Kabupaten Samosir
sebagai salah satu wisata budaya dan kerajinan ulos. Kemudian, Joko
Widodo menginstruksikan kementerian pekerjaan umum dan perumahan
rakyat, agar menata kembali kawasan ini sebuah kawasan wisata di tepian
danau toba, khusus pembuatan kain ulos khas batak, dengan latar belakang
rumah bolon, dan proses manual pembuatan ulos.

Kampung ulos ini berada di desa lumban suhi suhi toruan,


kecamatan pangururan, kabupaten samosir , provinsi sumatra utara. Setelah
direvitalisasi, kampung ulos diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko
Widodo, pada 2 Februari 2022. Keberadaan kampung ulos huta raja sudah
ada sejak lama, akan tetapi proses pembangunan berkelanjutan belum
dilakukan. Penataan ulang mulai dilakukan tahun 2020 hingga tahun 2021.
Lingkup pekerjaan yang termasuk dalam penataan kembali kawasan ini
diantaranya revitalisasi atap Rumah Bolon yang ada di sekitar kawasan,
kemudian ada pembangunan rumah bolon yang baru, pembangunan pusat
informasi budaya galeri dan suvenir, penataan pagar makam, amfiteater
atau plaza, pembangunan warung kopi, dan penyediaan toilet umum.

Penataan Kampung Ulos Huta Raja ini mengeluarkan total biaya


sebesar Rp 25,8 miliar, dengan luas lahan sekitar 16 Ribu Meter Persegi.
Salah satu penataan ulang di kawasan ini ialah pembangunan rumah adat
baru. Untuk menyeragamkan bentuk rumah, beberapa rumah warga yang
sebelumnya berbentuk rumah biasa, dibangun kembali sehingga
berbentuk Rumah Bolon. Penyamaan bentuk rumah adat supaya menjadi
ciri khas kawasan, dan lebih rapi.

55
Atap rumah di kawasan ini juga diperbaiki dan disamakan menjadi
atap berbahan Kayu Ulin. Ada sekitar 40 rumah bolon di tempat ini. Jalan
juga diganti menjadi berbahan batu candi. Seperti namanya Kampung Ulos,
tempat ini merupakan pembuatan kain adat Batak yakni Ulos. Corak dan
jenis ulos yang dibuat umumnya adalah kain ulos Batak Toba.
Kegiatan pembuatan atau produksi tenun Ulos, biasanya dilakukan
warga setempat di halaman Rumah Bolon, sehingga pembuatan ulos ini bisa
dilihat wisatawan dan hal ini menjadi daya tarik wisata budaya, dimana
wisatawan bisa melihat lebih dekat proses pembuatan kain ulos. Pembuatan
kain ulos, dengan latar belakang Rumah Bolon, menjadi ciri khas Kampung
Ulos. Kampung Ulos Huta Raja menjadi pusat pembuatan ulos, juga
menjadi tempat peninggalan situs sejarah Rumah Bolon atau Rumah Gorga
yanng usianya sudah cukup lama.
Tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional lndonesia
yang diproduksi di berbagai wilayah di seluruh Nusantara. Tenun memiliki
makna, nilai sejarah, teknik yang tinggi dari segi warna, motif, dan jenis
bahan yang digunakan dimana tiap daerah memiliki ciri khas masing-
masing. Tenun sebagai salah satu warisan budaya tinggi merupakan
kebanggaan bangsa Indonesia yang mencerminkan jati diri bangsa.
Pelestarian tenun tradisional menjadi tugas bersama masyarakat baik dari
segi teknik produksi, desain dan produk yang dihasilkan, serta
dimasyarakatkan kembali penggunaannya. Ulos merupakan tenun
tradisional yang menjadi salah satu syarat utama dalam berbagai upacara
adat pada masyarakat Batak Toba.
Keberadaan tenun tradisional ulos dalam berbagai upacara adat
menjadi simbol identitas, cara penghormatan, tanda kasih sayang, dan
pengikat persatuan kepada seseorang, keluarga dan kelompok kerabat yang
melaksanakan upacara adat.

56
Ulos sebagai pengikat digambarkan dalam falsafah Batak “Ijuk
Pangihot Ni Hodong, Ulos Pangihot Ni Holong” yang artinya jika ijuk
adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih
sayang antara sesama. Ulos berarti selimut yang berfungsi menghangatkan
dan melindungi tubuh dari terpaan udara dingin. Disamping untuk
menghangatkan tubuh, ulos juga memiliki fungsi simbolik dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat Batak Toba. Ulos tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan keseharian orang Batak. Setiap jenis ulos memiliki makna
tersendiri, yang mempunyai mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan
berhubungan dengan hal atau benda tertentu.
Pada awalnya ulos ditenun seorang perempuan yang sudah akil
baligh dibawah rumah adat, ulos ditenun apabila ada kerabat yang akan
melaksanakan upacara adat. Seiring dengan berjalannya waktu muncul alat
tenun mesin. Kehadiran alat tenun mesin telah memudahkan proses
produksi ulos, namun berdampak pada semakin berkurangnya penenun ulos
tradision-al. Fungsi ulos begitu luas, meskipun banyak persepsi negatif dari
masyarakat mengenai ulos.

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

57
Penggunaan dan pemberian ulos saat ini telah melenceng dari aturan
yang dibuat oleh leluruh masyarakat Batak Toba, bahkan mengatakan
memberi dan menerima ulos saat ini telah menyebabkan kerugian secara
waktu dan ekonomi. Disamping berbagai tantangan eksistensi yang
dihadapi, ulos adalah produk multifungsi warisan nenek moyang yang
merupakan kearifan lokal masyarakat Batak Toba.

Ulos berfungsi bagi orang perorang maupun masyarakat umum. Bagi


individu ulos merupakan barang yang bermanfaat untuk menghangatkan
tubuh sedangkan bagi masyarakat umum ulos berfungsi sebagai alat untuk
bersosialisasi. Kearifan lokal tenun tradisional ulos merupakan warisan
nenek moyang yang bernilai tinggi, yang dapat memperkuat identitas dan
jati diri bangsa. Meskipun kini banyak jenis dan motif ulos, hal tersebut
dianggap wajar dan merupakan inovasi yang perlu dikembangkan. Secara
umum tenun tradisional ulos memiliki berbagai fungsi diantaranya untuk
menjalin ikatan sosial, kerukunan sosial, mempererat persaudaraan,
termasuk penanaman nilai-nilai budaya.

Dengan demikian tenun tradisional ulos memiliki fungsi sandang,


fungsi ekonomi, fungsi sosial, fungsi keagamaan, dan fungsi simbolik.
Prospek tenun tradisional ulos sangat bergantung kepada bagaimana
masyarakat melestarikan dan mengembangkan ulos agar dapat diterima
oleh masyarakat dan berdaya saing di era modern Pembuatan ulos dengan
alat tenun tradisional memakan waktu yang lama antara tiga minggu sampai
satu bulan lebih, tergantung jenis ulos yang ditenun dimana variasi
kesulitan dan pola pengerjaannya berbeda-beda. Pengerjaan ulos secara
tradisional dapat menghasilkan berbagai motif yang bervariasi, motif baru
bisa diciptakan sendiri dan hasilnya terlihat lebih detail.

58
Dahulu nenek moyang suku Batak adalah manusia-manusia gunung,
demikian sebutan yang disematkan sejarah pada mereka. Hal ini disebabkan
kebiasaan mereka tinggal dan berladang di kawasan pegunungan. Dengan
mendiami dataran tinggi berarti mereka harus siap berperang melawan
dinginnya cuaca yang menusuk tulang. Dari sinilah sejarah ulos
bermula.Pada awalnya nenek moyang mereka mengandalkan sinar matahari
dan api sebagai tameng melawan rasa dingin. Masalah kecil timbul ketika
mereka menyadari bahwa matahari tidak bisa diperintah sesuai dengan
keinginan manusia. Pada siang hari awan dan mendung sering kali bersikap
tidak bersahabat.

Sedang pada malam hari rasa dingin semakin menjadi-jadi dan api
sebagai pilihan kedua ternyata tidak begitu praktis digunakan waktu tidur
karena resikonya tinggi. Karena dipaksa oleh kebutuhan yang mendesak
akhirnya nenek moyang mereka berpikir keras mencari alternatif lain yang
lebih praktis. Maka lahirlah ulos sebagai produk budaya asli suku Batak.
Tentunya ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal
kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses
yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya
menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang.

Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos
malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak.
Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal,
lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik. Setelah mulai dikenal,
ulos makin digemari karena praktis. Tidak seperti matahari yang terkadang
menyengat dan terkadang bersembunyi, tidak juga seperti api yang bisa
menimbulkan bencana, ulos bisa dibawa kemana-mana.

59
Lambat laun ulos menjadi kebutuhan primer, karena bisa juga
dijadikan bahan pakaian yang indah dengan motif-motif yang menarik.
Ulos lalu memiliki arti lebih penting ketika ia mulai dipakai oleh tetua-tetua
adat dan para pemimpin kampung dalam pertemuan-pertemuan adat resmi.
Ditambah lagi dengan kebiasaan para leluhur suku Batak yang selalu
memilih ulos untuk dijadikan hadiah atau pemberian kepada orang-orang
yang mereka sayangi.

Dalam ritual mangulosi ada beberapa aturan yang harus dipatuhi,


antara lain bahwa seseorang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut
tutur atau silsilah keturunan berada di bawah, misalnya orang tua boleh
mengulosi anaknya, tetapi anak tidak boleh mangulosi orang tuanya.
Disamping itu, jenis ulos yang diberikan harus sesuai dengan ketentuan
adat. Karena setiap ulos memiliki makna tersendiri, kapan digunakan,
disampaikan kepada siapa, dan dalam upacara adat yang bagaimana,
sehingga fungsinya tidak bisa saling ditukar.

Dalam perkembangannya, ulos juga diberikan kepada orang “non


Batak”. Pemberian ini bisa diartikan sebagai penghormatan dan kasih
sayang kepada penerima ulos. Misalnya pemberian ulos kepada Presiden
atau Pejabat negara, selalu diiringi oleh doa dan harapan semoga dalam
menjalankan tugas-tugas ia selalu dalam kehangatan dan penuh kasih
sayang kepada rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya.

60
Beberapa jenis ulos yang dikenal dalam adat Batak adalah sebagai
berikut:

1. Ulos Bintang Maratur (untuk 7 bulanan)

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)


Setelah sepasang suami-istri membentuk rumah tangga, sebuah acara
penantian kelahiran keturuanan. Upacara sakral dalam adat Batak Toba ini
dikenal denga nama mambosuri. Dalam keyakinan masyarakat Batak Toba,
sebuah rumah tangga yang sempurna harus memiliki anak; baik putera dan
puteri. Acara mambosuri tersebut memiliki makna bahwa kedua pasangan
harus siap menerima tanggung jawab sebagai orang tua, secara khusus
memelihara buah hati yang dikaruniakan oleh Yang Ilahi. Pasangan suami
istri harus siap dengan segala perubahan yang akan mewarnai kehidupan
berkeluarga baik tanggungjawab dalam melangsungkan prosesi adat istiadat
termasuk acara dalam penantian sang buah hati di umur 7 bulanan
kandungan istri.

61
Dalam adat batak khususnya Toba, keluarga meluapkan kebahagian
melalui ucapan syukur dengan memohon doa supaya pasangan yang sedang
menanti sang buah hati pada umur 7 bulan kandungan istri saat anak
pertama agar diberi kesehatan, rezeki dan keselamatan. Keluarga kedua
belah pihak istri dan suami sepakat melakukan acara adat yang disebut
mambosuri atau mandengkei.

2. Ulos Ragidup (Tentang Pengharpan)

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

Ulos Ragi Hidup yang melambangkan kehidupan dan kebahagiaan


terutama dalam keturunan,setiap keluarga panjang umur(saur matua).Ulos
Ragi Hidup diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu
pengantin lelaki sebagai “Ulos Pargomgom”yang artinya suatu saat agar
terikat diberikan kebahagiaan dan diberkati Tuhan Yang Maha Esa (YME)
melalui bersama sang menantu anak dari pemberi ulos.

62
Ulos Ragi Hidup ini wajib dimiliki oleh setiap rumah tangga dalam
orang Batak. Ulos yang paling tinggi derajat dari semua Ulos menurut
Batak adalah Ulos Ragidup, derajat Ulos ini sering dijadikan orang Batak
menjadi simbol di suatu gedung atau corak warna. Suatu gedung atau
rumah Ulos ini kalau kita cermati seolah-olah semua coraknya bentuknya
terkesan hidup bersenyawa dalam ke derajat annya. Inilah yang menjadi
penyebab Mengapa disebut Ulos ragidup aragi yang artinya hidup.

Ulos ragidup ini menjadi simbol kehidupan dan cerminan hidup ini
menjadi harapan buat orang Batak cukup hidup dalam waktu yang panjang
atau lebih panjang umurnya dari pada orang yang lebih tua sebelumnya.
Sehingga bagi orang Batak tindakan bunuh diri menjadi suatu tindakan
yang paling bodoh dan perlu dihindarkan dalam kondisi apapun. Ini pula
yang menjadi salah satu mengilhami orang Batak punya prinsip biar miskin
yang mendera sepanjang perjalanan hidup namun tetap harus berjuang demi
hidup. Biasanya ulos ini dipakai kan dengan cara dijadikan selendang sitali
honon ton itu sebabnya ada umpama berikut agya pela palapa asal di toru ni
shogun agiape mapalap asal made hangoluan waisai nabo itu partala gabe
parjujion.

Bagian-bagian nama dan arti dari ulos ragidup adalah ada dua sisi
tepi sebagai batas yang menjelaskan kalau semua yang ada di dunia ini ada
batasnya. Dua sisi tadi mengapit tiga bagian dan disebut badan, bagian
paling ujung di mana bentuknya kelihatan sama disebut ingat nani pinar
halak inganani pinar marhalak terbagi dua lagi.yakni ingat nani pinar halak
bahwa laki-laki dan inganan ni pinar halak boru bagian badan tadi
warnanya merah kehitaman dan ditingkahi garis-garis putih yang disebut
honda, inganan ni pinar Halak tadi adalah simbol hagabeon maranak dan
marboru.

63
3. Ulos Sadum (Untuk Pesta)

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

Ulos Sadum tak hanya diberikan kepada pengantin atau orang tuanya
saja, namun juga kepada anggota keluarga lainnya. Ulos sadum akan
diberikan dari keluarga perempuan kepada sudara perempuan pengantin
laki-laki baik itu kakak, adik, atau saudara perempuan dari ayah pengantin
pria atau biasanya disebut namboru. Di antara semua jenis ulos, ulos satu
ini bisa dikatakan sebagai ulos yang memiliki warna dan corak paling bagus
dan indah. Ulos Sadum identik dengan warna dasar merah serta mempunyai
motif bunga dan gorga yang sangat ramai. Ciri khas ulos sadum selalu
memiliki bingkai bergaris gelap di kedua sisinya. Pembuatan ulos ini lebih
rumit dari ulos ragi hotang. Lebar ulos pun lebih lebar ketimbang ulos
lainnya. Biasanya, ulos sadum akan diberikan kepada anak yang membawa
sukacita dalam keluarga.

64
Harapannya agar kelak anak bisa membawa banyak kebajikan, cita-
cita tercapai, dan mendapat berkat dari Tuhan. Ulos sadum banyak dipakai
untuk busana. Selain itu, ulos sadum juga digunakan sebagai pengikat
kepala, terkadang dililitkan di pinggang, atau ditenteng saja. Makna Ulos
yang sebenarnya adalah buktinya cinta kasih dari seorang hula-hula kepada
anak- anaknya atau borunya itu maknanya tanda cinta kasih. Makanya kalau
hula-hula tidak dapat membuktikan cinta kasihnya kepada anaknya itu
kurang baik. Jadi yang paling sakral orang Batak menunjukkan tanda cinta
kasihnyadengan memberikan ulos.

Jadi orang Batak juga walaupun sekaya-kayanya, misalnya diberikan


gelang mas baik juga tetapi jauh lebih baik kalau ulos itu dikasih itulah
karena sudah kentalnya adat Batak Tersebut. Ada sedikit selisihnya adat itu
ukurannya tidak materi tetapi adalah cinta kasih. Kalaupun ada orang
memberi itu hanya tambahan, kalau orang membuat ulos itu sudah cukup
sekali. Jadi orang Batak tak lain tak bukan makna ulos adalah bukti cinta
kasih kepada seseorang. Jadi kalau warna ulos itu tergantung kemampuan
dari yang memberi dan tingkat perlakuan acara yang dilakukan oleh Si
Penerima.

4. Ulos Ragi Hotang (Untuk yang muda dan yang tua)

65
Dalam pernikahan adat Batak, biasanya sepasang pengantin akan
disampirkan sebuah kain ulos yang bernama ulos ragi hotang atau ulos
marjabu. Kain ulos ini menjadi simbol ikatan kasih sayang yang diharapkan
bisa seperti rotan atau yang disebut hotang oleh dalam bahasa Batak. Rotan
terkenal sebagai bahan pengikat yang sangat kuat, sehingga filosofi itu
menjadi doa bagi pengantin baru untuk tetap terikat kuat dalam mengarungi
bahtera rumah tangga.

Warna-warna kain ulos Ragi Hotang yaitu merah, hitam dan putih
membuatnya banyak diminati. Apalagi kain tenun khas Batak yang
berbentuk selendang ini memiliki keistimewaan sendiri yakni merupakan
lambang ikatan kasih sayang. Proses pembuatannya membutuhkan waktu
lama juga memberi nilai tambah tersendiri. Lewat sentuhan tangan ahli,
ulos Ragi Hotang semakin indah dirangkai benang bermotifkan karya seni.
Ulos ragi hotang dalam seremoni pernikahan adat batak Orangtua dari
mempelai wanita akan memberikan Ulos ini kepada pengantin laki-laki
(menantu) dan disebutlah dengan nama Ulos Hela.

Bermakna dengan pemberian ulos Hela bahwa orang tua atau wali
pengantin perempuan telah menyetujui dan memberikan restu penuh
putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut
sebagai “Hela” (menantu). Pemberian ulos ini selalu di sertai dengan
memberikan mandar Hela (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa
laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki
lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di
pakai dan di bawa untuk kegiatan-kegiatan adat.

66
Ulos ini termasuk Berkelas Tinggi dan Mahal. Cara pembuatannya
tidak serumit pembuatan ulos lainnya seperti Ulos Ragidup. Ada beberapa
umpasa yang bisa digunakan ketika manguloshon Ulos Ragihotang, yakni
“Hotang do ragian, hadang-hadangan pansalongan, Sihahaan gabe
sianggian, molohurang sinaloan. Hotang binebebe, hotang pinulospulos
unang iba mandele, ai godang do tudos-tudos. Tumburni pangkat, tu tumbur
ni hotang, tu si hamu mangalangka, sai di si mahamu dapotan.

Hotang hotari, hotang pulogos, gogo ma hamu mansari, asa dao


napogos. Hotang do bahen hirang, laho mandurung porapora, sai dao ma
nian hamu nasirang, alai lam balga ma holong ni roha Hotang diparapara,
ijuk di parlabian, sai dao ma na sa mara, jala sai ro ma parsaulian. Ulos ini
sering dijadikan menjadi baju, dipake juga untuk Mengafani Jenazah yang
meninggal dan juga membungkus tulang belulang dalam acara penguburan
ke dua kalinya (mangungkal holi).

5. Ulos Tujung

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

67
Ulos Tujung ini dipercayai oleh Suku Batak Toba sebagai lambang
kesedihan dalam upacara kematian. Ulos Saput juga digunakan dalam
upacara kematian adat Batak Toba. Ulos ini adalah ulos yang menyelimuti
jenazah yang dibawa sampai ke liang lahat. Ulos Tujung merupakan
pendamping dari ulos saput. Jika ulos tujung dikenakan oleh jenazah, lain
halnya dengan ulos tujung yang dikenakan oleh suami/istri yang
ditinggalkan. Ulos tujung dikenakan di kepala dari pasangan yang
ditinggalkan. Untuk pihak yang memberi adalah pihak orangtua dari
pasangan yang ditinggalkan itu sendiri. Hal ini memiliki makna bahwa
sebenarnya pasangan ini tidak pernah secara adat dan ini menandakan
bahwa pasangan yang ditinggalkan tidak bisa menikah lagi kecuali
diadakan upacara adat yang lain. Ulos tujung diberikan dengan tujuan untuk
menghibur pasangan yang ditinggalkan oleh jenazah.

6. Ulos Sibolang

Foto Kompas.com

68
Disebut Sibolang sebab diberikan kepada orang yang berjasa dalam
mabolang-bolangi (menghormati) orang tua pengantin perempuan untuk
mangulosi ayah pengantin laki-laki pada upacara pernikahan adat batak.
Dalam upacara ini biasanya orang tua pengantin perempuan memberikan
Ulos Bela yang berarti ulos menantu kepada pengantin laki-laki. Mengulosi
menantu lelaki bermakna nasehat agar ia selalu berhati-hati dengan teman-
teman satu marga, dan paham siapa yang harus dihormati; memberi hormat
kepada semua kerabat pihak istri dan bersikap lemah lembut terhadap
keluarganya.

Selain itu, ulos ini juga diberikan kepada wanita yang ditinggal mati
suaminya sebagai tanda penghormatan atas jasanya selama menjadi istri
almarhum. Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara
berkabung, dan dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut
bahwa ia telah menjadi seorang janda. Ulos lain yang digunakan dalam
upacara adat adalah Ulos Maratur dengan motif garis-garis yang
menggambarkan burung atau banyak bintang tersusun teratur. Motif ini
melambangkan harapan agar setelah anak pertama lahir akan menyusul
kelahiran anak-anak lain sebanyak burung atau bintang yang terlukis dalam
ulos tersebut.

7. Ulos Mangiring

69
Sering diberikan sebagai ulos parompa untuk menggendongan anak,
dengan harapan anak yang akan memakai parompa ini akan terus dalam
iringan orang tuanya, kalau jaman dulu katanya ulos ini sering dihadiahkan
kepada dua kekasih ataupun pasangan muda. Kepada pasangan pengantin,
ulos ini diberikan sembari mengucapkan sebait umpasa, “Giringgiring
gostagosta, sai tibu ma hamu mangiringiring, huhut mangompa-ompa”
Biasanya Ulos ini dipakaikan dengan cara dijadikan Selendang
(Sitalihononton). Pemakaian Ulos Batak biasanya dilakukan sebagai
berikut:

1. Siabithononton (dipakai dibadan) yaitu Ulos Ragidup, Ulos Sibolang,


Ulos Ragi Pangko, Runjat, Djobit, Simarindjamisi.

2. Sihadanghononton (dililit di kepala atau bisa juga ditengteng) yaitu Ulos


Sirara, Ulos Sadum, Ulos Sumbat, Ulos Bolean, Mangiring, Surisuri.

3. Sitalitalihononton (dililit di pinggang) Yaitu Ulos Tumtuman,


Mangiring,Padangrusa.

8. Ulos Bolean (Bolean = membelai-belai)

Sumber Kmpas.com

70
Ulos ini diberikan kepada anak yang kehilangan orangtua nya.
Membelai-belai, dimaksudkan untuk menghilangkan rasa sedih
(Mangapuli) agar hati anak yang sudah kehilangan Orang Tua tabah
menghadapinya.

9. Ulos Ragi Huting

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

10. Ulos Antak antak

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

71
Ulos ini dipakai sebagai selendang bagi orang tua untuk melayat
orang meninggal dunia. Selain itu, ulos tersebut juga dipakai sebagai kain
yang dililitkan pada waktu menari. Ulos ini dipakai sebagai selendang bagi
orang tua untuk melayat melihat orang meninggal dunia, Selain itu ulos
tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor)
menari.

11. Ulos Sampetua

Ulos yang digunakan masyarakat Batak Toba untuk upacara


memasuki Rumah Baru.Didalam adat Batak Toba ada istilah Filosofi Adat
yang disebut Dalihan Natolu yaitu tiga tungku didalam adat Batak Toba
yang merupakan suatu sistem kemasyarakatan pada masyarakat Batak Toba
tersebut. Dalihan Natolu ini mempunyai peran yang sangat penting didalam
setiap acara adat pada masyarakat Batak Toba dimanapun mereka berada.
Dalihan Natolu adalah somaba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu,
Elek Marboru. Yang dimaksud dengan Somba Mrhula-Hula yaitu setiap
insan suku Batak harus Hormat kepada Hula-hulanya, kelompok kerabatan
Hula-hula yaitu Tulang, Bona Tulang dan Bona Niari.

Somba artinya sembah, dimana masyarakat Batak Toba bersikap


kepada Hula-hulanya Tangan harus turut menyembah, tutur kata, cara
duduk, dan semua tingkah laku harus turut menyembah yang dilaksanakan
dengan penuh hormat dan kesopanan. Manat Mardongan Tubu maksudnya
adalah agar suatu hubungan didalam kehidupan sehar - hari maupun dalam
upacara adat, setiap yang mempunyai saudara laki-laki harus bersikap was-
was atau hati-hati pada sikap tingkah laku satu sama lain. Agar hubungan
kekeluargaan tetap utuh didalam kelompok kekerabatan.

72
Elek Marboru artinya dimana seseorang harus bersikap lemah
lembut terhadap borunya didalam kehidupan sehari-hari, kerena borulah
yang menjadi tiang beban didalam kehidupan sehari-hari. Didalam acara
adat masyarakat Batak Toba peran Dalihan Natolu ini sangatlah penting,
baik didalam acara tujuh bulanan, memasuki jabu, kelahiran termaksud
upacara adat perkawinan Masyarakat Batak Toba. Melalui tiga tungku
inilah setiap orang yang terlibat dalam upacara adat akan dipisahkan
Parhundulnya.

Kehadiran mereka didalam upacara adat untuk melaksanakan


kewajiban dan menerima segala hak yang telah ditentukan. Termaksud
didalam pemberian Ulos ini Dalihan Natolu sangat berperan penting
didalam setiap Upacara adat Batak. Ulos ini merupakan simbol dari budaya
Batak yang mana Ulos ini berupa jenis pekaian orang Batak pada zaman
dahulu kala sampai sekarang, kerena sangat pentingnya ulos maka peneliti
tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai makna Ulos tersebut
dalam acara adat masyarakat Batak Toba. Ulos Dapat Dibedakan Menjadi
Dua Bagian:

Pertama, Ulos Na Met-met; ukuran panjang dan lebarnya jauh lebih


kecil daripada ulos jenis kedua. Tidak digunakan dalam upacara adat, hanya
untuk dipakai sehari-hari.

Kedua, Ulos Na Balga; adalah ulos kelas atas. Jenis ulos ini pada
umumnya digunakan dalam upacara adat sebagai pakaian resmi atau
sebagai ulos yang diserahkan atau diterima. Biasanya ulos dipakai dengan
cara dihadanghon; dikenakan di bahu seperti selendang kebaya, atau
diabithon; dikenakan seperti kain sarung, atau juga dengan cara dililithon;
dililitkan dikepala atau di pinggang. Berbicara soal harga, ulos dengan
motif dan proses pembuatan sederhana relatif murah.

73
Ulos kelas ini bisa dibeli dengan harga berkisar antara Rp. 6000
sampai Rp.250.000 bahkan lebih. Sementara untuk ulos kelas atas dengan
kualitas bahan yang baik dan proses pembuatan yang lebih rumit, bisa
diperoleh dengan harga berkisar antara ratusan ribu rupiah hingga jutaan.
Misalnya songket khas Batak yang digunakan pengantin pria pada upacara
pernikahan adat Batak, dibandrol Rp. 7,5 juta.

 Makna Ulos
Kini ulos memiliki fungsi simbolik untuk berbagai hal dalam segala
aspek kehidupan orang Batak. ulos menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan adat suku Batak. Mangulosi, adalah salah satu
hal yang teramat penting dalam adat Batak. Mangulosi secara harfiah
berarti memberikan ulos. Mangulosi bukan sekadar pemberian hadiah biasa,
karena ritual ini mengandung arti yang cukup dalam. Mangulosi
melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan dan
kebaikan-kebaikan lainnya.

Kain tenun ini merupakan pakaian khas suku Batak di Sumatera Utara,
bentuknya menyerupai selendang dengan panjang sekitar 1,8 meter dan
lebar 1 meter, kedua ujungnya berjuntai-juntai dengan panjang sekitar 15
cm dan pembuatan Ulos dilakukan oleh kaum perempuan mereka menenun
dari benang kapas atau rami. Secara harafiah Ulos berarti selimut,budaya
ini sama tuanya dengan kebudayaan Batak yang telah mengenal 3 konsep
kehangatan yaitu:

1. Matahari

2. Api

3. Ulos

74
Selain sebagai penghangat badan dikala dingin menerjang,ulos sering
kali dianggap sebagai jimat, yang mana kain ini diyakini mempunyai
kekuatan yang mampu melindungi raga, yang didalam adat Batak disebut
dengan Tondi terhadap roh jahat. Warna kain juga mempunyai arti
tersendiri seperti:

 Putih (Melambangkan Kesucian dan kejujuran)

 Merah (Melambangkan Kepahlawanan dan keberanian)

 Kuning (Melambangkan Kaya/kesuburan)

 Hitam (Melambangkan Duka)

Untuk pemakaiannya kain ulos tidak dapat dikenakan dengan


sembarangan, dimana pemakaiannya harus sesuai dengan acaranya
diantaranya seperti pada acara:

 Perkawinan (Menggunakan Ulos Ragi Idup yang bercorak Cerah)


 Pemakaman (Menggunakan Ulos Ragi Hotang yang bercorak Gelap)

Orang Batak juga mengenal upacara Mangulosi ini merupakan ritual


Pemberian Kehangatan dan Kasih Sayang penerimanya, dan umumnya
pemberi ulos itu adalah:

 Orang tua kepada anak-anaknya


 Adik kepada kakaknya
 Hula-hula (keluarga laki-laki dari pihak perempuan) kepada Boru.

75
 Alat Tradisional

Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

Untuk membuat ulos secara tradisional digunakan sebuah alat


tenunan yang disebut hapulotan. Adapun bahan utama alat ini adalah kayu
balok dan papan. Bagian-bagian alat tenun ini adalah; pamapan yaitu
tempat menggulung dan merentang kain di bagian depan, hapit yaitu papan
pengapit di bagian punggung penenun ulos, balobas yaitu mistar penahan
benang, pargiunna yaitu papan di bagian ujung bawah dekat penenun,
hatuling yaitu kayu penahan depan pamapan.

Ditambah alat-alat penggulung benang, yaitu kelosan yaitu alat yang


dapat diputar-putar, hulhulan yaitu tempat merentangkan benang melingkar
secara vertikal, dan anian yaitu tempat merentangkan benang secara
menyilang mendatar.

76
Foto (Dokumentasi Kelompok 1)

 Alat tenunnya antara lain :


1. Tundalan (Pengikat Pinggang)
2. Turak Baliga (Pemisah Benang)
3. Langgiyang (Alat Penjaga Benang agar tidak kusut)
4. Patubobohon (Alat untuk mengukur panjangnya kain tenunan)

 Bahan bahan pembuatan ulos adalah: benang katun, benang tese dan
benang seratus.
Yang biasa didatangkan dari kota seperti Pematang Siantar, Medan
dan Jakarta. Beberapa penenun membuat bahan benang secara tradisional
dan diwarnai dengan teknik yang dicelup, dimana pewarnanya dibuat secara
tradisional ataupun dengan pewarna modern. Gaya hidup merupakan cara-
cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan
sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik tetapi ini juga berarti bahwa
gaya hidup adalah cara bermain identitas (Chaney, 1996: 92).
Gaya hidup ini dapat dilihat pada pelaksanaan pemberian ulos pada
berbagai daerah di kawasan Danau Toba, dimana awalnya pemberian ulos
hanya diberikan oleh kerabat terdekat, namun kini pemberi ulos juga sudah
kerabat luas. Hula-hula yang terdekat memberikan ulos kepada borunya
yang melaksanakan upacara adat, seperti orangtua kepada anak

77
perempuannya atau saudara laki-laki kepada Harisan Boni Firmando -
Kearifan Lokal Tenun Tradisional Ulos Dalam Merajut Harmoni Sosial Di
Kawasan Danau Toba 7 saudara perempuannya (itonya). Namun kini
pemberian ulos telah dilakukan oleh unsur hulahula luas kepada pihak boru
yang melaksanakan upacara adat.
Apabila salah satu marga menjadi hula-hula dalam suatu upacara
adat, rombongan marga tersebut akan memberikan ulos kepada pihak boru.
Ulos yang diberikan disebut dengan ulos holong (ulos kasih). Pemberian
ulos holong semakin marak dijumpai dalam kurun waktu dua puluh tahun
terakhir. Pemberian ulos holong dapat dilihat pada upacara adat
perkawinan, kematian atau upacara penggalian tulang belulang orang yang
telah meninggal (mangokkal holi). Dari segi ekonomi ulos adalah sumber
mata pencaharian masyarakat di kawasan Danau Toba. Terdapat berbagai
usaha berbasis ekonomi kerakyatan yang berasal dari ulos, diantaranya
usaha tenun perorangan dan usaha tenun pabrikan serta pedagang yang
membuka kios ulos.
Sebagian partonun (penenun) menjual ulos sendiri, baik secara
langsung ke pemesan maupun secara online, namun pada umumnya
sebagian besar partonun menjual ulos kepada pemasok atau tauke. Harga
ulos beragam berkisar Rp. 50.000 sampai dengan Rp. 5.000.000,-. Dengan
demikian partonun mendapat uang tunai dari setiap penjualan ulosnya.
Usaha ulos merupakan usaha berskala mikro (rumah tangga) yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan semakin meningkatnya
konsumsi masyarakat akan kebutuhan terhadap ulos kini telah banyak
tumbuh penenun-penenun baru di kawasan Danau Toba. Pertumbuhan ini
dilatar belakangi oleh potensi ekonomi ulos yang dapat menjadi pendukung
pendapatan utama masyarakat di kawasan Danau Toba, yaitu dari sektor
agraris.

78
Bahkan bagi sebagian masyarakat di kawasan Danau Toba menenun
ulos telah menjadi mata pencaharian utama. Penenun atau pedagang ulos
telah memiliki pelanggan tetap, yang rutin menghubungi, datang langsung
ke rumah atau kios untuk melihat dan membeli ulos. Seseorang dapat
dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri
untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan.
Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang
dalam jangka waktu tertentu, apabila jangka waktu tertentu tidak
melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang pembeli atau konsumen (Musanto,
2004: 128).
Pembeli atau pelanggan ulos berasal dari berbagai daerah di
Indonesia seperti; Pematang Siantar, Medan, Pekanbaru, Jakarta dan
Surabaya. Pembeli biasanya memesan ulos untuk dipakai sendiri,
sedangkan pelanggan biasanya adalah pemasok yang akan menjual kembali
ulos tersebut. Ulos dapat dikembangkan sebagai potensi ekonomi
masyarakat di kawasan Danau Toba. Kawasan Danau Toba saat ini
merupakan destinasi wisata super prioritas yang ditetapkan Presiden
Republik Indonesia. Usaha ulos yang masih tradisional dapat
dikembangkan menjadi industri pakaian modern yang berkualitas. Ulos
dapat diproduksi dengan beragam desain yang menarik.
Ide kreatif dapat menghasilkan jas, kemeja, celana, rok, tas dan
berbagai barang lain yang berbahan dasar ulos dengan berbagai ukuran
untuk dipasarkan kepada wisatawan. Makna dan Fungsi Ulos Ulos adalah
pakaian tradisional yang ditenun dengan berbagai pola dan motif yang
menarik. Untuk menenun ulos diperlukan konsentrasi yang baik terhadap
sejumlah besar benang sehingga menjadi sepotong kain utuh yang dapat
digunakan untuk melindungi tubuh.

79
Masyarakat Batak Toba mempercayai bahwa aktifitas menenun ulos
merupakan suatu tindakan yang diresapi oleh suatu kualitas religius dan
magis, oleh karenanya dalam setiap pembuatan dan pengguna ulos disertai
sejumlah pantangan. Dalam kepercayaan masyarakat Batak Toba, ulos
dianggap sebagai benda yang diberkati oleh kekuatan supranatural.
Panjangnya harus tepat, kalau tidak dapat membawa kematian dan
kehancuran pada tondi (roh) si penenun. Apabila ulos dibuat dengan pola
tertentu maka ulos tersebut dapat digunakan sebagai pembimbing dalam
kehidupan.
Ulos adalah salah satu sarana yang dipakai oleh hulahula (pihak
pemberi isteri) untuk memberikan pasu-pasu (berkat) kepada boru (pihak
penerima isteri). Ulos berfungsi untuk melindungi badan dan juga tondi
(roh) orang yang menerima ulos. Pemberian ulos dilakukan dengan
membentangkan (mangherbangkon) ulos kebadan di penerima ulos,
sehingga menutupi badan bagian atas dari si penerima. Pemberiaan ulos
bersamaan dengan kata-kata permohonan berkat, seperti pemberian ulos
dari mertua ke menantu berikut; “Sai horas ma helanami maruloshon ulos
on, tumpahon ni Ompunta martua Debata dohot tumpahon ni sahala nami.
Artinya: “Selamatlah menantu kami yang memakai ulos ini, diberkati
Tuhan yang bertuah dan diberkati kharisma kami”.
Pada mulanya fungsi ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi
ulos memiliki fungsi simbolik dalam segala aspek kehidupan masyarakat
Batak Toba. Ulos mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan
hal atau benda tertentu. Terdapat tiga unsur yang mendasarkan dalam
kehidupan manusia menurut masyarakat Batak Toba, yaitu darah, nafas,
dan panas. Darah dan nafas adalah pemberian Tuhan, sedangkan panas
tidaklah demikian. Panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk
menangkis udara dingin dipemukiman masyarakat Batak Toba, terutama
pada waktu malam hari.

80
Bagi masyarakat Batak Toba, ada tiga sumber yang dapat
memberikan panas kepada tubuh manusia, yaitu matahari, api, dan ulos.
Ulos berfungsi memberi panas yang menyehatkan badan. Masyarakat Batak
Toba memiliki kebiasaan mangulosi yang artinya memberi ulos, atau
menghangatkan badan dengan ulos. Dalam kepercayaan masyarakat Batak
Toba, tondi (jiwa) perlu diulosi, sehingga kaum pria yang berjiwa keras
mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan, dan orang perempuan
mempunyai sifat-sifat ketahanan untuk melawan guna-guna.
Ulos memiliki beragam fungsi sosiobudaya. Di antaranya berfungsi
untuk memperkuat identitas masyarakat, dimana melalui ulos masyarakat
Batak Toba memperkuat identitas atau jati diri kebudayaannya. Ulos juga
berfungsi sebagai simbol kebudayaan, di mana di dalam ulos terkandung
berbagai makna dalam bentuk indeks, ikon, dan lambang kebudayaan. Ulos
juga berfungsi untuk meneruskan nilai-nilai dari satu masa ke masa
berikutnya.
Ulos berfungsi pula untuk menentukan stratifikasi sosial masyarakat
Batak Toba, yang terdiri dari tiga kelompok (dalihan na tolu), yaitu
kelompok satu marga yang ditarik secara patrilineal (dongan tubu),
kelompok pemberi isteri (hula-hula), dan kelompok penerima isteri (boru).
Ulos juga berfungsi untuk mengekspresikan nilai-nilai estetika masyarakat
Batak. Dapat dilihat pada saat manortor (tari tradisional Batak), setiap
orang selalu menggunakan ulos. Gerak tubuh hula-hula yang memberkati
boru dan boru yang manomba (menyembah) hulahula pada saat manortor
selalu seiringan dengan menggunakan kain ulos. Melalui ulos dapat dilihat
keindahan yang terdapat dalam falsafah masyarakat Batak Toba. Ulos juga
berfungsi untuk menjaga integrasi sosial. Ulos juga berfungsi untuk
mengabsahkan berbagai upacara adat.

81
Ulos juga digunakan sebagai tanda penghormatan dan penerimaan
sebagai anggota masyarakat Batak Toba kepada para pemimpin atau tokoh
mayarakat. Beberapa pimpinan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan
kota, provinsi, bahkan negara Indonesia selalu dikenakan ulos ketika
berkunjung ke satu daerah begitu pula tokoh masyarakat yang bermaksud
untuk mensosialisasikan program pribadi atau instansinya. Dengan
demikian ulos berperan sebagai perwujudan nilai-nilai budaya, estetika, dan
sistem nilai.
Ulos Dalam Upacara Adat Masyarakat Batak Toba Masyarakat
Batak Toba mengenal sistem kekerabatan yang disebut dengan dalihan na
tolu. Dalihan na tolu adalah tiga tungku sejajar yang terbuat dari batu, yang
secara bersamasama berfungsi menopang kuali saat memasak sehingga
ramuan makanan tersebut dapat berhasil dimasak. Dalam hubungan sosial
sehari-hari, terlebih dalam pelaksanaan upacara adat, etnis Batak Toba
diatur oleh unsur dalihan na tolu.
Unsur kekerabatan dalihan na tolu adalah hula-hula (pihak pemberi
isteri), dongan tubu (saudara semarga) dan boru (pihak penerima isteri).
Cara bersikap masyarakat Batak Toba yang diatur dalam dalihan na tolu,
yaitu; somba marhula-hula, manat mardongan tubu, dan elek marboru, yang
artinya bersikap sembah/hormat kepada hula-hula (pemberi isteri), hati-hati
(bijaksana) terhadap dongan tubu (saudara semarga), dan kasih sayang
kepada boru (penerima isteri).
Ulos Batak yang digunakan didalam acara adat masyarakat Batak
Toba. Ini menunjukkan bahwa ulos ini merupakan simbol atau tanda dari
masyarakat Batak itu sendiri. Sehingga didalam setiap acara adat yang ada
pada masyarakat Batak Toba Ulos ini harus tetap diberikan atau dijalankan,
Dan pemberian Ulos ini tidak boleh dilakukan sembarangan, karena ada
aturan yang harus diikuti di dalam pemberian Ulos tersebut.

82
Sesuai dengan Teori Sistem Sosial yang dikemukakan oleh Parson
bahwa sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor-aktor individual yang saling
berinteraksi dalam situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek
lingkungan, fisik, aktor- aktor yang mempunyai motivasi dalam arti
mempunyai kecenderungan untuk mengoptimalkan kepuasan yang
berhubungan dengan situasi yang mereka definisikan dan mediasikan dalam
Term System simbol bersama yang terstruktur secara cultural.
Adat pada masyarakat Batak Toba sangatlah penting dengan ada
aktor aktor atau pelaku-pelaku adat yang mempunyai motivasi yang sangat
besar untuk mengoptimalkan kepuasan yang berhubungan dengan situasi
adat yang akan dijalankan (kondisi) masyarakat Batak Toba ini
menggunakan Ulos sebagai sebuah simbol yang telah terstruktur secara
cultural, Serta dari Ulos tersebut kita dapat mengetahui kedudukan
seseorang didalam adat.
Ulos pada masyarakat Batak Toba digunakan dalam setiap acara
adat. Jadi apapun jenis acara yang akan diadakan pastilah menggunakan
ulos, yang berbeda hanyalah nama Ulos dan makna Ulos tersebut
tergantung pada acara apa Ulos tersebut akan digunakan. Makna ni adati
dang adong molo so adong Ulosi. Alana molo so diulosi dang tikkos
pakkilalaan, dang las daging niba molo so diulosi. Alana Ulosi mangido
Pasu-pasu doi. Mangido tangiang asa tibu gabe μadat itu tidak akan
bermakna kalau tidak ada Ulos tersebut. Kalau tidak diulosi tidak benar
perasaan (seperti ada yang kurang) badan tidak teras hangat. Karena ulos
tersebut meminta doa biar cepat dapat anak laki-laki dan anak perempuan.
Karena ulos ini pada pengantin untuk memberangkatkan si pengantin
kepada kehidupan baru yaitu kehidupan berumah tangga. Ulos pada
masyarakat Batak Toba ini memiliki makna dan fungsi yang sangat penting,
Apapun acara adatnya masyarakat Batak Toba pasti mereka akan
menggunakan Ulos.

83
Pemberian Ulos ini menyampaikan ungkapan rasa kasih sayang dari
Orang Tua kepada anaknya. Dalam upacara adat Perkawinan dan Kematian
pada masyarakat Batak Toba proses pemberian Ulos ini (mangulosi) selalu
diikuti dengan iringan musik (gondang). Ulos pada masyarakat Batak Toba
ini memiliki Makna yang berbeda-beda pada setiap kondisi atau dalam
pesta adat apa Ulos tersebut akan digunakan. Ulos yang merupakan hasil
tenunan masyarakat Batak Toba ini mempunyai nilai jual, sehingga ulos ini
menjadi salah satu pengahasilan tambahan bagi para pengrajin atau penenun
Ulos yang ingin membantu keuangan keluarganya serta menambahi
penghasilan dari suami. Pemberian Ulos dalam Upacara Adat Perkawinan
dan Upacara Adat Kematian ini akan diiringi dengan musik, yang mana
musiknya akan disesuaikan dengan kondisi atau keadaan Upacara Adat
yang sedang dijalankan oleh mayarakat Batak Toba.
Berbagai macam cara positif yang dilakukan masyarakat Sumatera
Utara unttuk melestarikan kebuayaannya. Hal ini semata dilakukan untuk
menjaga kearifan lokal dan eksistensi kebudayaan yang ada di provinsi
Sumatra Utara, terutama di Kabupaten Samosir. Seperti yang terlihat di
Kampung Hutaraja, Desa Lumban Suhi Suhi Toruan, Kabupten Samosir,
saaat pekan silam (19/9).
Kampung yang dikenal dengan sebutan Kampung Ulos tersebut,
pertama kalinya menyelenggarakan Fashion Show Ulos. Hal ini tentunya
bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di kampung tersebut dan
memberikan edukasi kepada generasi muda Indonesia. Kepala Desa
Lumban Suhi Suhi Toruan, Raja Sondang Simarmata mengatakan lebih dari
seribu orang tampak memadati kawasan yang dijuluki Kampung Ulos ini,
Jumat (25/9/2020).

84
Animonya masyarkatnya sangat luar biasa ya, jadi sebagian besar
yang hadir menggunakan busana dari ulos, kain tenun Batak. Kedatangan
mereka tak lain untuk memeriahkan acara Hita Do Hutaraja (Kita Adalah
Hutaraja), sebuah acara spesial tentang ulos, ujarnya kepada www.tribun-
medan.com melalui gawai. Ia juga meyampaikan acara ini diawali dengan
Martonun Sadari ( Bertenun satu hari ) yaitu kegiatan bertenun bersama
puluhan penenun disepanjang kawasan rumah adat Hutaraja.
Tampak pula disana ragam jenis ulos dipamerkan. Tak hanya itu
saja, para pengunjung juga dapat membeli atau sekedar mencoba langsung
untuk pengalaman bertenunnya. Nah, menjelang siang acara kami ini
dilanjutkan dengan peragaan busana kreasi ulos yang dipimpin langsung
oleh Ketua PKK, Stela Florensia Hutajulu. Jadi, lebih dari 200 peserta dari
berbagai usia mengikuti ajang ini. Bukan hanya dari Kabupaten Samosir,
peserta juga datang dari Siantar dan Medan, pungkasnya.
Raja Sondang Simarmata juga menjelaskan untuk puncak aranya,
para pengunjung dihibur oleh peragaan busana dari para ibu penenun ulos.
Tentu saja, mereka mengenakan kain ulos yang mereka tenun sendiri. Tak
hanya itu, para penenun juga melakukan nyanian opera Batak yang menuai
gelak tawa. Disamping itu, Ia juga mengatakan bahwa acara ini, digagas
oleh Pemerintah Desa Lumban Suhi Suhi Toruan. Alasan acara ini diadakan
agar menjadi momentum awal kembalinya daya tarik wisata Kampung Ulos
Hutaraja, yang sempat sunyi saat pandemi. Selain itu jug, untuk
mengapresiasi para penenun, para pejuang budaya.
Jadi kami sebut acara ini Pesta Rakyat, dari rakyat, untuk rakyat.
Ajang ini tentu saja akan kami buat rutin. Nah, sepanjang acara
berlangsung, pengunjung juga turut dihibur oleh tarian tor tor, mulai dari
yang tradisional sampai kontemporer. Jadi saya berharap emoga kegiatan
bertenun ulos semakin bangkit, budaya Batak pun tetap lestari, ujarnya.

85
Faktor Pembentuk Tata Ruang Hunian Kampung Huta Raja Faktor
primer pembentuk tata ruang permukiman adalah kebudayaan. Faktor
lainnya seperti iklim, letak dan kondisi geografis, politik dan ekonomi
merupakan faktor pengubah (modifiying factor). Faktor primer tersebut
kemudian diidentifikasi lebih detail terhadap Kampung Huta Raja sebagai
wujud kebudayaan dengan 10 elemen sebagai berikut:

1. Lokasi secara geografis menentukan batas-batas ruang


permukiman, sehingga kemudian teridentifikasi bentuk
geometris lahan Kampung Huta Raja (persegi).
2. Bentang Alam Samosir mengidentifikasi penempatan massa
(fungsi dan topografi), elemen pelingkup ruang permukiman,
dan pola sirkulasi baru di Kampung Huta Raja.
3. Unsur fisik dalam permukiman mengidentifikasi aksesibilitas
dengan pendekatan jalur aksial, dan alaman, sebagai ruang
multi-fungsi.
4. Pola ruang berbanjar membentuk tata ruang dengan
penempatan ruma bolon dan sopo sesuai hirarki kekerabatan
Batak Toba, dan orientasi terhadap alam.
5. Ruang dengan tipe khusus dalam Kampung Huta Raja
teridentifikasi pada alaman dengan fungsi yang beragam,
yang juga menjadi orientasi permukiman.
6. Nama-nama khusus, dalam kebudayaan Batak Toba,
menentukan penempatan massa dengan makna tertentu dalam
permukiman Kampung Huta Raja.
7. Sistem orientasi khusus menentukan arah pembangunan
Kampung Huta Raja yang dimulai dari ruma bolon, sopo, dan
bangunan lainnnya.

86
8. Warna, tekstur, dan ornamen membentuk tata ruang dengan
zonasi massa berdasarkan kelompok-kelompok dengan
karakterisitik yang sama.
9. Suara dan bau tidak berpengaruh dalam tata ruang Kampung
Huta Raja. Namun, temperatur dan gerakan udara
berpengaruh terhadap pembentukan kelompokkelompok
ruang luar sehingga ruang publik menjadi lebih hidup.
10. Kelompok masyarakat dengan aktivitas khusus, dalam hal ini
Komunitas Pengrajin Kain Tenun Ulos, menciptakan
kebutuhan ruang untuk aktivitas bertenun. Dalam hal ini
kebutuhan ruang tersebut tidak menciptakan ruang baru lagi,
tapi melebur dalam ruang publik yang sudah ada, alaman.

Pengaruh Komunitas Pengrajin Kain Tenun Ulos terhadap Tata


Ruang Permukiman Tradisional Batak Toba Komunitas Pengrajin Kain
Tenun Ulos dalam Kampung Huta Raja berpengaruh terhadap beberapa
perubahan fungsi dalam ruang permukiman. Terdapat kelompokkelompok
ruang produksi tenun dalam alaman yang posisinya mengikuti bangunan
berukuran besar, yaitu jabu dengan nama khusus, dan jabu biasa.

Hal ini disebabkan karena kelompok tersebut ingin melindungi diri


dari terik matahari, sehingga bernaung di bawah bayangan jabu-jabu
tersebut. Dengan demikian, ruang publik, alaman, dalam Kampung Huta
Raja berubah sifatnya dari yang seutuhnya publik, menjadi sebagian
produksi. Begitu pula dengan ruang dalam tiap bangunan Kampung Huta
Raja. Gudang dari rumah setiap penenun berubah menjadi area produksi
(kain tenun). Namun, hanya penenun yang tinggal dalam jabu biasa dan
jabu dengan nama khusus yang dapat berinteraksi dengan komunitas di
luarnya.

87
Rumah lainnya tidak cukup besar untuk menaungi penenun di luar
dari terik matahari. Dengan demikian, alaman dalam Kampung Huta Raja
mengadaptasi tipologi ruang campuran, dengan ruang produksi non-formal,
karena bergabung dengan fungsi lainnya seperti sirkulasi utama, dan ruang
publik. Ruang bertenun dalam bangunan, juga mengadaptasi tipologi ruang
campuran karena terdapat dalam satu massa yang sama dengan ruang
lainnya seperti kamar tidur, ruang tengah, dan sebagainya.

Kampung Hutaraja, Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Kecamatan


Pangururuan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Merupakan satu
perkampungan yang masih melestarikan dan mempertahankan teknik
menenun tradisional (pewarnaan, mengunggas, men-sorha, martonun,).
Mengapa disebut Hutaraja, karena di desa tersebut terdapat makam-makam
raja-raja Batak pada masanya khususnya Raja dari marga Simarmata. Dan
mayoritas penduduknya adalah keturunan marga Simarmata.

Kampung Hutaraja, Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Kecamatan


Pangururuan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dengan deretan Jabu
Bolon (rumah Bolon) Perkampungan Batak yang masih menjadikan
kegiatan menenun sebagai mata pencarian keluarga, yang pada dasarnya
dikerjakan oleh kaum perempuan. Mulai dari usia remaja (anak) hingga
dewasa/tua. Sedangkan para laki-laki melakukan kegiatan lainnya seperti
pergi ke Tao (danau) untuk memancing dan pekerjaan lainnya. Kegiatan
martonun ini, dilakukan oleh kaum perempuan kampung Hutaraja mulai
dari pukul 7 pagi sampai pukul 6 sore, diselingi dengan kegiatan lainnya
seperti pekerjaan rumah tangga, istirahat makan hingga kegiatan sekolah
(bagi yang masi sekolah).

88
Hampir setiap harinya bersusun ibu-ibu dan remaja di halaman
rumah (rumah bolon) untuk bertenun, terkecuali hari Rabu. Akan terlihat
sedikit yang melakukan kegiatan martonun. Mengapa? karena pada hari
Rabu merupakan hari pekan di wilayah Pangururan. Kegiatan pekan
tersebut merupakan kegiatan jual beli/pasar mingguan yang menjual segala
kebutuhan sehari-hari mulai dari kebutuhan pangan (sayur-sayuran, bawang
dan lain-lain) hingga kebutuhan papan seperti baju. Sebagian dari warga
desa berjualan di pekan tersebut bersamaan dengan pedagang lainnya yang
berasal dari daerah lainnya. Proses-proses dalam membuat Tenun Ulos
Batak :

a. Memintal kapas menjadi benang dan pewarnaan Proses memintal


kapas menjadi benang ini sudah jarang dilakukan sendiri oleh
penenun. Pada dasarnya pengrajin sudah mendapatkan atau membeli
gulungan benang dari toke (pemasok dan pengepul) baik yang
berwarna putih maupun yang sudah berwarna. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu toke ulos yang tidak sengaja ditemui di
kampung Hutaraja, Benang yang didapat oleh toke salah satunya
berasal dari Majalaya, Jawa Barat. Ada dua cara pewarnaan yang
digunakan , yaitu menggunakan pewarna alami (daun-daunan, akar-
akaran) dan pewarna kimia. Tindakan ini dilakukan berdasarkan
pesanan khususnya untuk ulos yang menggunakan pewarnaan alam.

89
b. Gatip Motif khusus yang terdapat pada benang , bagian dari
pewarnaan yang dilakukan pada mengikat bagian yang dikehendaki.
Mama nico mengatakan , mereka mendapatkan sudah mendapatkan
benang-benang yang telah diwarnai (gatip) dari toke dalam bentuk
gulungan atau humpalan. Sedangkan benang biasa didapatkan dalam
bentuk kiloan
c. Pangunggasan atau mangunggas Dilakukan dengan membuat bubur
nasi dan dapat ditambahkan daun seledri atau pandan yang dioleskan
pada benang. Tujuannya adalah agar benang menjadi kuat, terurai
rapi dan berkilau. Kegiatan ini dilakukan sebelum proses mangani.
Tetapi op. Simanjuntak juga mangunggas pada saat benang sudah
direntangkan pada alat tenun dengan bantuan unggas yaitu alat untuk
mengoleskan bubur nasi yang terbuat dari ikatan ijuk. Proses
mangunggas di Kampung Hutaraja, Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan,
Kecamatan Pangururuan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara
Berbeda lagi dengan yang dilakukan oleh Mama Nico, biasanya dia
melakukan pengkanjian. Tujuan mengkanji (merendam benang pada
larutan kanji) sama dengan mengunggas yaitu untuk menambah
kekuatan dari benang yang akan ditenun. “Jumlah air dan tepung
kanji yang digunakan sesuai dengan jumlah banyak benang yang
akan direndam atau dicelup. Tidak butuh waktu lama dalam proses
mencelup, tujuannya agar warna benang tidak luntur atau memudar”,
ungkap Mama Nico (pengrajin tenun Ulos di kota Medan).
d. Pangkulhul atau makkulhul Merapikan benang dengan cara
menggulungnya menggunakan alat yang disebut „sorha‟.
e. Mangani Proses penguntaian benang pada alat „anian‟, yaitu balok
kayu yang di atasnya ditancapkan / diletakkan tongkat pendek
sebagai pondasi anian. Benang akan disusun sesuai dengan ukuran
ulos yang dikehendaki dan berdasarkan perhitungan jumlah

90
lembaran benang menurut desain dan komposisi warna Ulos yang
akan dihasilkan. Disinilah awal dari proses menenun Ulos dan
menentukan keindahan tenun Ulos yang akan dihasilkan.
f. Martonun Setelah benang disusun (mangani), selanjutnya adalah
proses menenun. Partonun adalah sebutan untuk orang yang
menenun.
g. Penyelesaian akhir Pada proses penyempurnaan dan penyelesaian
pada pembuatan ulos, terdapat beberapa cara yang dilakukan. Proses
ini bukan hanya bertujuan untuk merapikan hasil tenunan tetapi juga
berfungsi untuk menambah estetika atau keindahan dari Ulos. Mama
Nico mengatakan, tenun ulos yang dia kerjakan hanya mencapai
90%, sisanya atau penyelesaian dilakukan pada tempat yang berbeda
(agen yang akan memproses). Cara penyelesaian yang dilakukan
dengan cara ditenun juga hanya dengan mengganti „rambu‟.
Terdapat beberapa jenis penyelesaian akhir pada tenunan ulos, di
antaranya:
1. Menjahitkan sortali pada ujung ulos
2. Teknik menjahit border pada bagian ujung ulos
3. Menjahitkan pita atau renda
h. Alat-Alat yang digunakan pada proses martonun Di bawah ini akan
dijelaskan beberapa alat yang digunakan pada proses bertenun ulos.
Menurut Mama Nico, alat-alat ini juga pada dasarnya juga
digunakan pada proses bertenun kain lainnya seperti songket. Untuk
memiliki alat tenun ini, biaya yang dikeluarkan ± 1 juta rupiah.
Sedangkan modal yang dikeluarkan oleh penenun untuk bahan baku
(benang) yang diperoleh dari agen sekitar Rp 80.000 – Rp
90.000/lembar ulos. Jika menggunakan benang sutra akan lebih
mahal ± Rp 150.000. Sedangkan upah kerja dari penenun untuk satu
lembar ulos sebesar Rp 200.000 hingga Rp 400.000, bahkan penenun

91
bisa 64 mendapatkan lebih berdasarkan tingkat kesulitan/motif yang
digunakan pada ulos. Op. Simanjuntak pada saat itu sedang
mengerjakan ulos yang dipesan dengan harga Rp 20 juta yang
dikerjakan selama kurang lebih 3 bulan lamanya. Ulos yang
dikerjakan oleh op. simanjuntak merupakan jenis ulos si Bolang dan
semua menggunakan proses alami termasuk pewarnaan.
i. Alat – alat tenun Ulos

1. Anian Berfungsi sebagai tempat / kayu untuk menguntai benang sebelum


ditenun.

2. Pamunggung / tundalan Berfungsi sebagai sandaran punggung / pinggul


belakang penenun. Pada sisi kanan kirinya diikatkan tali pada alat tenun.

3. Pagabe Kayu yang berfungsi sebagai pemegang benang dan penghubung


tundalan.

4. Baliga Alat untuk merapatkan benang, yang ditarik / digeser ke arah


penenun beberapa kali.

5. Hasoli Gulungan benang pada lidi, ± 20 cm. Benang pakan yang akan
dimasukkan pada lungsi. Turak Alat untuk memasukkan benang melalui
celah-celah benang lungsi yang terbuat dari bambu, sebagai wadah dari
hasoli.

6. Hatulungan Alat kayu untuk memisahkan benang biasanya dengan


bantuan benang nilon yang sudah disusun rapi per lembar benang yang akan
ditenun, mengendurkan benang agar turak bias masuk.

7. Lidi Mengatur corak atau motif warna kain tenunan. Jumlah lidi yang
digunakan berdasarkan motif yang akan dibuat. Semakin rumit motif akan
sebanyak lidi yang digunakan.

92
8. Sokkar/parsokkaran Alat bantu untuk mengatur pola / motif tenunan.
Biasanya diletakkan di atas benang / kain yang ditenun.

9. Sitandakan Landasan kaki saat bertenun, terbuat dari kayu. Ukuran lebar
landasan ini dapat disesuikan dengan tinggi badan atau panjang kaki dari
penenun.

10. Sidurukan Tiang yang berada di kanan penenun. Fungsinya sebagai


alas/duudukan dari alat-alat tenun seperti pagabe, lidi dan lain-lain.

 Jenis-Jenis Ulos Batak, Kegunaan Dan Nilai Filosofis

Membahas tentang tenun ulos Batak, yang terdapat pikiran dan menjadi
pertanyaan adalah apakah sama jenis -jenis tenun ulos yang digunakan pada
setiap sub-suku Batak? Berdasarkan diskusi dan wawancara yang sudah
dilakukan, beberapa narasumber mengatakan terdapat perbedaan khususnya
pada warna dan corak dari Ulos tersebut. Di bawah ini merupakan
pembagian sub-suku Batak, yaitu :

1. Toba

2. Angkola

3. Mandailing

4. Simalungun

5. Dairi (Pakpak Dairi)

6. Karo Sidurukan

93
Beberapa contoh Ulos pada sub-suku Batak yang mendominan
secara bentuk, warna dan desain .Sedikit pembahasan tentang kedua ulos
sub-Batak di atas. Secara visual perbedaan dari kedua jenis uos di atas
terletak pada warna dan motif yang digunakan. Pada ulos Simalungun, kak
Queen mengatakan biasanya menggunakan warna yang dominan berwarna
gelap seperti hitam dan biru tua (navy) dan hanya saja untuk pengembangan
desain biasanya penenun memberikan sedikit sentuhan warna lain yang
lebih muda dan cerah berdasarkan kreativitas masing-masing penenun.
Sedangkan pada ulos Batak Karo, dominan menggunakan warna merah dan
biasanya terdapat tulisan Tanah Karo Simalem.

Salah satu ibu yang ditemui di kampung Hutaraja, Lumban Suhi-


Suhi Toruan, Samosir, mengatakan bahwa perbedaan yang jelas terlihat
pada Ulos Karo adalah dari warnanya yaitu dominan merah. Menurut
kepercayaan Batak, ada 3 sumber kehangatan yaitu matahari, api, dan kain
ulos. Orang Batak banyak tinggal di wilayah perbukitan yang cukup dingin,
sehingga kain Ulos dapat menyediakan kehangatan bagi mereka. Kain ulos
juga digunakan dalam acara penting seperti pernikahan, kelahiran, dan
pemakaman serta acara masuk rumah baru.

Dan pemakaian ulos ini berdasarkan ketentuan dalam lingkup adat


istiadat Batak. Kain Ulos tidak hanya berupa kain dengan motif warna yang
indah, tetapi juga mengandung nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat
Batak tradisional. Secara garis besar, kain Ulos memiliki 4 nilai yang dapat
dihayati, yaitu :

a. Kearifan lokal Masyarakat Batak tradisional hidup di wilayah


pegunungan yang bersuhu dingin, dan matahari dan api dinilai tidak
cukup untuk memberi kehangatan, kondisi ini mengharuskan
masyarakat Batak tradisional untuk mencari sumber kehangatan lain,

94
yaitu kain Ulos. Dimanfaatkannya kain Ulos sebagai penghangat
merupakan hasil dari proses pencarian yang panjang, begitu juga
dengan warna dan bahan yang digunakan.
b. Keyakinan Meskipun pada awalnya kain Ulos digunakan karena
fungsinya untuk menghangatkan, tetapi eksistensi kain Ulos semakin
kuat ketika kain Ulos menjadi bagian penting dalam acara-acara adat
dan memiliki nilai yang tinggi. Dengan Harapan, keyakinan dan
pengungkapan rasa yang tergambarkan pada pemberian ulos.
c. Tata aturan Kain Ulos tradisional memiliki nilai dalam bagaimana
tata tertib hidup bermasyarakat dan adat istiadat. Sehingga kain Ulos
tradisional memiliki kegunaan dan makna tersendiri pada pemakaian
dan pemberiannya dalam lingkup adat istiadat dan bermasyarakat.
d. Kasih sayang Kain Ulos sebagai pertanda kehangatan dan kasih
sayang masyarakat Batak. Ulos diberikan agar orang tersebut
terlindung, dengan diiringi doa dan harapan yang menandakan rasa
kasih sayang, suka cita dan duka cita.
 Upaya Mempertahankan Dan Melestarikan Tenun Ulos Batak
Pada Lingkup Adat Istiadat

Mempertahankan warisan budaya merupakan tanggung jawab semua


masyarakat dan generasi penerus Bangsa. Indonesia yang dikenal dengan
keberagamannya baik suku, Agama, Ras dan adat istiadat, sudah dipastikan
seberapa kayanya Indonesia. Salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia
adalah keberagaman kain/wastra, yang mewakili wilayah, daerah, suku
yang ada di Indonesia. Dari sabang sampai merauke, kain tekstil yang
dihasilkan setiap suku 84 memiliki kelebihan tersendiri yang menjadi ciri
khas dan juga dipastikan terdapat makna/filosofis yang terkandung
didalamnya.

95
Kain/wastra tradisional Indonesia merupakan warisan yang telah
ditinggal oleh nenek moyang, orang-orang terdahulu dari setiap suku.
Dimulai dari sebuah kebutuhan untuk melindungi diri dari udara panas,
dingin serta gangguan lainnya dari luar (binatang dan tanaman) yang
mungkin dapat membahayakan. Disamping tujuan yang bersifat
melindungi, wastra-wastra yang ada menjadi sebuah tanda/simbol dari
sebuah status sosial, kemasyarakatan maupun kekerabatan. Muncul sebuah
pertanyaan besar yaitu siapakah yang berkewajiban untuk melestarikan dan
mempertahankan kekayaan tersebut? bagaimana usaha yang harus
dilakukan untuk mempertahankan adat istiadat ditengah polemik
moderenisasi budaya dan gaya hidup?

Masyarakat suku Batak, dikenal dengan masyarakat yang sangat


menjunjung tinggi adat istiadat. Dimanapun mereka berada, sistem
kekerabatan itu akan sangat kuat terjaga. Petuah nenek moyang : - Jolo
tinitip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto
partuturan. (mengerti hubungan kekerabatan (partuturan) - Hau antaladan,
parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur.
(selalu rukun kepada saudara atau kerabat)

Dalihan Na Tolu adalah filosofis atau wawasan sosial-kultur yang


menyangkut masyarakat dan budaya Batak . Dalihan natolu artinya tungku
tiga kaki. Menjadi sebuah filosofis hidup yang saling melengkapi dan
menjadi keseimbangan kehidupan. Dalihan Natolu menjadi kerangka yang
meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang
mempersatukan satu kelompok. Dalam adat Batak, Dalihan Natolu
ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu
konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama.
Ketiga kaki tungku tersebut adalah:

96
a. Pertama, Somba Marhulahula/sembah/hormat kepada keluarga pihak
Istri. Yang termasuk hula-hula adalah kelompok marga istri, mulai
dari istri kita, kelompok marga ibu (istri bapak), kelompok marga
istri opung, dan beberapa generasi; kelompok marga istri anak,
kelompok marga istri cucu, kelompok marga istri saudara dan
seterusnya dari kelompok dongan tubu. Hula-hula merupakan
sebagai sumber berkat. Hulahula sebagai sumber
hagabeon/keturunan. Yaitu yang nantinya akan melahirkan
keturunan.
b. Kedua, Elek Marboru (sikap membujuk/mengayomi wanita).
Bersikap lemah lembut kepada perempuan. Boru adalah anak
perempuan , atau kelompok marga yang mengambil istri dari anak
perempuan kita.
c. Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman
semarga). Bersikap hati-hati untuk menghindari konflik sesama. Inti
ajaran Dalihan Natolu adalah kaidah moral berisi ajaran saling
menghormati (masipasangapon) dengan kaidah moral yaitu saling
menghargai dan menolong. Dalihan Natolu menjadi media yang
memuat asas hukum yang objektif.
 Upaya Mempertahankan Dan Melestarikan Tenun Ulos Batak

Tenun ulos merupakan salah satu identitas dan simbol keberadaan


masyarakat suku Batak. Disetiap kegiatan yang dilakukan masyarakat suku
Batak, akan terlihat orang-orang yang menggunakan ulos sebagai pelengkap
88 penampilan. Selain itu juga penggunaan Ulos yang diberikan oleh pihak-
pihak tertentu seperti pihak hula-hula memberikan ulos kepada parboru
(dalam upacara perkawinan). Kegiatan adat istiadat ini masih terlihat baik
di tanah Batak maupun di wilayah lainnya.

97
Melalui dialog yang telah dilakukan dengan beberapa masyarakat
suku Batak, baik yang berada di Kota Medan, pulau Samosir (sebagai
wilayah yang banyak terdapat masyarakat suku Batak) juga dengan
beberapa masyarakat suku Batak yang berada di provinsi lainnya. Sudah
menjadi kewajiban masyarakat suku Batak untuk melestarikan adat
istiadatnya dimanapun berada. Berbagai upaya yang dilakukan untuk dapat
mempertahankan segala kekayaan dan warisan dari leluhur.

Menurut op. Simanjuntak sebagai penenun ulos, cara yang dilakukan


untuk memepertahankan adat istiadat termasuk keberadaan Ulos Batak
adalah dengan mengajarkan anak keturunan untuk menenun khususnya
perempuan sejak dini. Karena pada dasarnya memang anak perempuanlah
yang bertugas untuk menenun. Memperkenalkan adat istiadat suku Batak,
sebenarnya sejak lahir sudah diajarkan dan dilaksanakan, seperti pemberian
ulos pada saat kelahiran.

Untuk mempelajari membuat/menenun ulos tersebut menurut op.


Simanjuntak, “keinginan tersebut tergantung dari anak perempuan tersebut,
apakah ingin mempelajari dan menenun sebagai kegiatan sehari-hari atau
ingin mencari keahliannya lainnya di luar sana, setidaknya kami sebagai
orang tua sudah memperkenalkan kepada anak cucu dan menurunkan ilmu
dan keterampilan yang dimiliki tentang menenun ulos”.

Sependapat dengan op. Simanjuntak, Mama Nico juga mengatakan


“Tidak semua perempuan Batak dapat menenun, tergantung seberapa besar
keinginannya untuk menenun, karena menenun merupakan kegiatan yang
membutuhkan kesabaran dan ketekunan”. Merangkai benang-benang
menjadi selembar kain itu membutuhkan proses yang panjang. Mama Nico
yang notabene adalah seorang sarjana di salah satu Universitas Kota
Bandung dan pernah bekerja sebagai karyawan pada salah satu kantor

98
penyedia air minum kota Bandung. Setelah menikah dan memiliki dua
orang anak, memilih untuk kembali ke Kota Medan bersama suami dan
anak-anaknya. Pengrajin ulos menjadi pilihan hidupnya di samping menjadi
istri dan ibu kedua putra putri. Dengan menenun, Mama Nico dapat
memantau perkembangan dan menjaga kedua anaknya sambil menenun
selain dapat membantu perekonomian keluarga.

Disamping itu juga, lingkungan rumah orang tua (tempat tinggal


sekarang) merupakan kawasan penenun ulos (beberapa ibu rumah tangga di
wilayah tersebut jalan Ambai Medan berprofesi sebagai penenun ulos).
Dan juga menjadi keinginan Mama Nico sebagai salah satu perempuan
suku Batak untuk dapat melestarikan dan mempertahankan ulos sebagai
identitas masyarakat Batak. “ Kalau bukan kita sebagai boru Batak, siapa
lagi yang mau menjaga ulos ini. Bisa-bisa habislah keberadaan ulos ini
terutama yang ditenun secara tradisional (asli bukan tenunan mesin) “ ujar
Mama Nico.

Mama Nico mengatakan, selain menjadi pelengkap tampilan pada


saat menghadiri acara adat, pemilihan ulos sebagai buah tangan, hadiah dan
pemberian dari orang terdekat termasuk hula-hula, karib kerabat, teman
hingga orang-orang yang dihormati seperti tamu sebagai simbolis
penghormatan dan kasih sayang serta penerimaan dengan hangat, seperti
yang ditambahkan oleh op. simanjuntak. Penggunaan tenun Ulos Batak
pada lingkup kegiatan adat Batak, masih sangat terjaga. Terutama di
wilayah Tanah Batak yang mayoritas merupakan masyarakat suku Batak.
Kota Medan, Kota Siantar, Padang Sidempuan, Tapanuli, Sibolga dan
wilayah lainnya. Melaksanakan dan melestarikan adat istiadat menjadi salah
satu kebanggaan tersendiri, terutama bagi keluarga atau kelompok
masyarakat.

99
Seperti prosesi adat kematian Saur Matua, yaitu rangkaian adat
Batak untuk menghormati orang tua yang telah tiada. Kegiatan martumpol
atau pertunangan antar dua calon pengantin. Di sisi lain, masyarakat Batak
kini banyak tersebar di seluruh wilayah nusantara yang berasal dari
Sumatera Utara, baik dalam menempuh pendidikan, pekerjaan, bahkan
usaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dengan berbagai
pengaruh dan pergantian kebiasaan lingkungan setempat, sebagian besar
masyarakat suku Batak tidak paham lagi mengenai adat istiadat suku Batak
seperti penggunaan atau pemilihan ulos pada upacara adat bahkan terkesan
melupakannya karena pengaruh moderenisasi.

Rendahnya pemahaman kebudayaan dan kesadaran inilah yang pada


akhirnya akan mengakibatkan tergerus dan bahkan menghilangnya
kebudayaan tersebut. Temuan yang paling terlihat adalah kurangnya
antusiasme generasi muda dengan pelaksanaan kegiatan adat istiadat,
karena waktu yang dihabiskan cukup lama, kurang mengerti makna
sebenarnya hingga pengaruh modernisasi yang lebih menyenangkan
daripada hal-hal yang bersifat adat budaya yang terkesan kuno.

Bukan hanya perubahan zaman, faktor lainnya adalah kurangnya


peran orang tua dan keluarga dalam menanamkan adat istiadat leluhur,
terutama pada keluarga yang telah merantau sejak lama dan tinggal di
perkotaan. Hal ini menjadi tantangan bagi budaya Batak pada masa depan,
karena cara pandang dan penghargaan anak-anak muda masa depan sangat
berbeda dengan para orang tua yang sempat merasakan berharganya nilai
ulos dalam kekerabatan. Mungkinkah generasi muda sekarang memandang
ulos seperti 93 memandang “kain pada umumnya”, bahkan setelah kain
tersebut di gunakan dalam acara adat yang melelahkan kemudian ulos
tersebut tersimpan rapat dalam lemari saja.

100
Sarkofagus(Kubur Batu) Huta Raja

Kebudayaan adalah produk pemikiran manusia dan sangat erat


kaitannya dengan masyarakat. Kebiasaan yang ada di masyarakat
ditentukan oleh budaya masyarakat itu sendiri, dan budaya merupakan
sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Andreas Eppink
menyatakan budaya mencakup semua makna nilai, norma sosial, ilmu
pengetahuan dan masyarakat, agama dan struktur lainnya yang mewakili
karakteristik masyarakat. Kebudayaan juga mempengaruhi tingkat
pengetahuan, dan termasuk sistem ideologi yang terdapat dalam otak
manusia, sehingga kebudayaan bersifat abstrak dalam kehidupan sehari-
hari.
Setiap kebudayaan memiliki pola makna yang disepakati dan
dijalankan bersama oleh komunitasnya. Pola makna yang ada pada setiap
etnis akan berbeda satu dengan lainnya, walaupun sebuah benda budaya
sama morfologisnya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan unsur-unsur
budaya yang ada di satu etnis. Pola makna juga merupakan pandangan
hidup yang melekat di setiap warga masyarakat, yang tercermin pada
perilaku warganya. Pola makna dimaksud kerap diwujudkan berbentuk
budaa materi yang merupakan simbol dan mengandung makna tertentu.
Makna dari simbol tersebut terbentuk dari nilai-nilai yang
terbangun di masyarakat, yang bermula dari adanya sistem organisasi di
dalam satu wilayah. Nilai-nilai merupakan produk kebudayaan yang sangat
sulit berubah. Kondisi itu menjadikan nilai-nilai yang ada pada masa lalu
merupakan dasar dari nilai-nilai yang ada pada masa setelahnya
(Ritzer,2011:85).

101
Artinya adanya keberlanjutan nilai-nilai yang ada pada masa
sebelumnya ke masa selanjutnya. Sistem nilai tersebut memiliki sub sistem
yang termuat dalam berbagai unsur budaya. Salah satu dari sub sistem nilai
tersebut itu dapat berupa budaya materi. Artinya budaya materi yang ada
pada sebuah etnis memiliki makna tertentu bagi masyarakat pendukungnya.
Makna- makna yang ada pada benda budaya itu berkaitan dengan nilai-nilai
yang ada di masyarakat dan juga berkaitan dengan unsur-unsur budaya
yang ada di masyarakat. (Nurdin, 2018)
Masyarakat Batak Toba memiliki tujuan hidup disebut inti
kebudayaan masyarakat Batak, salah satu diantaranya harajaon yang
secara ekologi kebudayaan dimanifestasikan dalam bentuk huta (kampung),
yang memuat pengorganisasian seluruh totalitas kehidupan yang mengatur
sumber daya ekonomis, sosial dan politik. Inti kebudayaan lain yang juga
merupakan pandangan dan tujuan hidup yang sangat penting adalah
hamoraon (harta benda), hasangapon (banyak kemuliaan dan kehormatan
yang diterima), hagabeon (banyak keturunan).
Tujuan hidup masyarakat Batak Toba tersebut masih berlanjut
hingga sekarang, sehingga di dalam setiap masyarakat Batak Toba akan
selalu berusaha mencapai tujuan hidup dimaksud. Dalam konteks folklor
yang dikaitkan dengan hagabeon (banyak keturunan) maka disebutkan
maranak sepuluh pitu marboru sepulu onom. Hal tersebut mencerminkan
adanya anjuran untuk memiliki keturunan sebanyak-banyaknya, bahkan di
masa sekarang pengertian anak itu lebih mengacu kepada konsep anak laki-
laki dan anak perempuan lebih sering disebut boru, sehingga ide tentang
melajutkan keturunan adalah yang dasarkan atas garis laki-laki.
Dalam aspek hasangapon (kemulian dan penghormatan) misalnya,
tersirat dari adanya upaya pembanguna tambak atau tugu yang saling
berbentuk tinggi dan besar serta mewah yang kerap berlawanan dengan
kondisi ekonomi seluruh warga kelompok masyarakat.

102
Masuknya tradisi megalitik di Indonesia menurut R. Von Heine
Geldern (1936) melalui dua gelombang besar kebudayaan yaitu

1. megalitik tua yang bertanggalkan kurang lebih 2500-1500


sebelum masehi. Tradisi ini memiliki ciri bentuk-bentuk batu
seperti batu tegak (tunggal maupun berkelompok), menhir,
dolmen, udakan batu pyramid, pelinggih, jalanan, tangga dan
patung.
2. megalitik muda bertanggalkan 1000 sebelum masehi – 500
masehi. Megalitik muda berkembang dalam kurung waktu
masa perunggu besi dengan ciri-ciri peti kubur batu,
sarkofagus, bejana batu.

Ciri khas dalam tradisi megalitik adalah upacara yang mencolok


pada waktu penguburan, terutama bagi mereka yang dianggap sebagai
tokoh masyarakat. Bagi masyarakat seperti ini satu kematian tidak
membawa perubahan esensial dalam status, kondisi maupun sifatnya.
Kematian membawa jasad dan jiwanya ikut pulang ke tanah yang di anggap
asal.

Kondisi tersebut mencerminkan adanya pola makna yang hidup di


masyarakat Batak Toba yang diindikasikan bermula dari masa megalitik.
Hal itu didasarkan atas banyaknya dan bervariasinya bentuk tinggalan
megalitik di wilayah Budaya Batak Toba (Pulau Samosir) dan aktivitasnya
sebagian masih berlangsung hingga kini, terutama dalam kaitannya dengan
aspek religi. Pada masa megalitik di Sumatera Utara, suku Batak menjadi
salah satu suku yang memiliki banyak tinggalan megalitik.

103
Jenis tinggalan yang terdapat di Suku Batak seperti patung
isombaon, patung pangulubalang, sarkofagus dan tinggalan lainnya
dipercaya sebagai hunian roh nenek moyangnya. Unsur yang paling
menonjol adalah sisa-sisa sarkofagus dan batu tempayan, yang sangat erat
kaitannya dengan sejarah masyarakat Batak dan gagasan pemujaan roh
leluhur. Sarkofagus berasal dari bahan batu alam yang dipahat berbentuk
persegi panjang dan diberi penutup yang juga dari lempengan batu.
Sarkofagus cenderung beragam, sesuai dengan kondisi dan religi yang
melatarbelakangi nya.

Pada wilayah budaya megalitik bentuk tinggalan dapat berbeda akan


tetapi memiliki fungsi yang cenderung sama. Sarkofagus adalah wadah
kubur dari kebudayaan materi masyarakat masa lalu, maka masyarakat
masa sekarang kerap menyebut bentuk bangunan seperti itu dengan sebutan
yang berbeda-beda, sesuai dengan daerah dan pengetahuan mereka. Jadi
sarkofagus bermakna “memakan daging”. Sarkofagus bisa diartikan
penyimpanan jenazah atau mayat yang terbuat dari batu. Sarkofagus sering
dibangun di atas tanah. Sering kali diukur, dihias dan dibuat dengan teliti.
Beberapa dibuat untuk berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam
atau beberapa makam.

Beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah


tanah. Menurut catatan Alkitab, pada zaman Abraham, Yakub bahkan
hingga zaman Yesus Kristus, mayat-mayat sering dikubur di dalam gua. Ini
dikarenakan tanah di sana kebanyakan berbatu-batu menyulitkan
penggalian kuburan. Biasanya gua tersebut akan ditutup dengan batu saja.
Kemungkinan kebiasaan seperti inilah yang ditiru orang Batak.

104
Pada zaman bangsa Mesir kuno, Sarkofagus dijadikan sebagai
lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang
dipahat dengan alabaster (sejenis batu pualam yang bisa diukir). Akan tetapi
ada perbedaan mencolok antara bangsa Israel dan Mesir. Pekuburan bangsa
Israel sangat sederhana. Kontras dengan bangsa Mesir dan bangsa lainnya
pada zaman itu, terdapat gambar-gambar pada tembok dan hiasan-hiasan
lain. Sekalipun ada pilar dibangun dengan batu, itu semata-mata ditujukan
sebagai penanda, bukan monumen. Tidak ditujukan sebagai objek
pemujaan. Namun, di Mesir, Sarkofagus atau tugu seperti piramida
dijadikan sebagai objek pemujaan. (Sinaga, 2022)

Batu Sarkofagus Simarmata adalah batu/pamorasan yang digunakan


sebagai Makam tempat penyimpanan tulang belulang keluarga marga
simarta mulai dari keturunan ke tiga dari Simata Raja, kubur berada jauh
dari pemukiman/ perkampungan penduduk karena pada penjajahan belanda
makam atau kubur dilarang berada di dalam pemukiman. Ketelatakan
Kecamatan Simanindo secara Geografis wilayah berada pada titik koordinat
2˚30‟-2˚45‟ Lintang Utara dan 98˚45‟-98˚55‟ Bujur Timur dengan luasan
wilayah ±198,20 km² dengan ketinggian 931 m diatas permukaan laut.

105
Batu Kubur/Sarkofagus Simarmata Berada di Desa Simarmata
Kecamatan Pangururan dengan koordinat N 02˚43.791‟ E 098˚42.239‟,
berada jauh dari pemukiman penduduk dan terlihat kurang terawat,
disekitar kubur batu tersebut tumbuh rerumputan liar, memiliki ukuran
tinggi depan 170 cm dari permukaan tanah, tinggi belakang 178 cm dari
permukaan tanah, panjang 180 cm dan lebar 95 cm, terbuat dari batu
sedimen yang diukir berbentuk wajah manusia pada bagian depannya, dan
ukiran manusia sedang berlutut dengan pinggan pasu diatas kepala pada
bagian belakangnya.

Sumber Foto Dokumentsi Kelompok 1

Konon, Tugu batu atau Sarkofagus ini berada di depan rumah Inang
Namatua. Dulu, hampir tiap malam katanya Sarkofagus ini akan berpindah
tempat. Apalagi saat cahaya bulan terang di malam hari, Sarkofagus ini
akan berjalan dan mengeluarkan bunyi mencolok saat berpindah.Untuk
menghindari kejadian yang sama lagi,maka masyarakat setempat pun
membuat pagar batu yang mengelilingi sarkofagus tersebut.

106
 Rumah Bolon Kampung Ulos

Daya tarik pada kampung ini salah satunya adalah kentalnya arsitektur
Batak yang terlihat dari rumah adatnya yang disebut Rumah Bolon.
Umumnya terdapat dua bagian pada rumah, yaitu bagian rumah dan
lumbung padi. Rumah tiap marga berbeda. Untuk ukuran yang besar
disebut Bolon, yang kecil disebut Jabu Parbale-Balean, sedangkan yang
tidak mempunyai hiasan disebut Jabu Ereng. Bagian atas yang berupa
kepala disebut ginjang atau atap.

Bagian tengah biasanya disebut Tonga merupakan bagian pelingkup


hunian, sekaligus ruang untuk aktivitas sehari-hari. Lalu, bagian bawah
yang merupakan bagian pondasi, di masa lalu seringkali digunakan untuk
kandang hewan. Area depan rumah biasanya dilengkapi hiasan yang
dipercaya dapat menolak bala/musibah. Dalam rumah khas Batak, biasanya
ada hiasan ornamen berbentuk cicak yang melambangkan kekerabatan dari
masyarakat batak dan ada pula ornamen yang melambangkan kesuburan.

Sumber:Foto Dokumentsi Kelompok 1

107
Rumah Bolon merupakan bentuk arsitektur yang adaptif terhadap
iklim tropis lembab dan curah hujan yang tinggi. Atap miring dan
peninggian lantai serta kearifan penggunaan material merupakan bentuk
penyesuaian terhadap iklim ini. Dimana, Rumah Bolon terdiri atas dua
bangunan utama. Yang pertama disebut dengan ruma (bangunan tempat
tinggal) dan yang kedua adalah sopo (lumbung padi). Rumah Bolon
memiliki bentuk persegi empat dengan model bangunan seperti panggung
dan jarak antara bangunan dengan tanah adalah 1,75 meter. Bangunannya
cukup tinggi, sehingga diperlukan tangga agar penghuni rumah dan tamu
dapat memasukinya dengan mudah. Lokasi tangga biasanya berada di
bagian tengah rumah.

Atap rumah adat Batak terbuat dari ijuk atau daun rumbia, bahan
alami yang mudah ditemukan di Sumatera. Bagian atap memiliki desain
seperti pelana kuda atau punggung kerbau. Desain atap seperti ini akan
membantu dalam menghalau terpaan angin kencang. Atap rumah juga
memiliki bentuk yang lancip pada bagian depan dan belakangnya. Bagian
depan atap sengaja dibuat lebih panjang daripada bagian belakangnya.
Masyarakat suku Batak berharap desain atap ini dapat mendoakan pemilik
rumah supaya selalu mendapatkan kesuksesan. Atap rumah juga dianggap
sebagai bagian yang suci, sehingga kerap dijadikan tempat penyimpanan
barang berharga.

Dinding rumah adat Batak dibuat dengan hati-hati karena memiliki


posisi yang miring untuk mempermudah angin dari luar untuk masuk ke
dalam ruangan. Tali pengikat dinding disebut dengan ret-ret dan terbuat dari
ijuk dan rotan. Ret-ret nantinya akan diikat dengan pola yang menyerupai
dua kepala cicak yang bertolak belakang. Cicak memiliki makna sebagai
penjaga rumah dan kepalanya yang bertolak belakang berarti setiap
penghuni rumah memiliki peran yang sama serta saling menghormati.

108
Setiap rumah tradisional memiliki beberapa fakta yang banyak orang
tidak ketahui. Fakta ini memiliki nilai dan kepercayaan bagi masyarakat,
termasuk rumah adat batak. Berikut penjelasan mengenai fakta rumah bolon
dari Sumatera Utara ini.

 Tempat tinggal para raja

Dahulu, rumah Bolon merupakan tempat tinggal raja pada masa


kerajaan. terdapat 14 raja yang pernah menempati rumah Bolon, contohnya
Raja Pangultop Ultop, Raja Ranjinman, Raja Nanggaraja, Raja Batiran,
Raja Bakkaraja, Raja Baringin, Raja Bona Batu, Raja Raja Ulan, Raja
Atian, Raja Horma Bulan, Raja Raondop, Raja Rahalim, Raja Karel
Tanjung, dan Raja Mogang yang menjadi raja terakhir yang menempati
rumah Bolon.

 Bukan sekadar rumah

Rumah Bolon merupakan rumah adat yang memiliki fungsi yang sama
seperti rumah tinggal lainnya. Namun, selain fungsi sebagai tempat tinggal,
rumah adat Batak ini memiliki fungsi lain. Di kawasan Tapanuli, rumah
Bolon memiliki fungsi sebagai status sosial pemiliknya.

 Memiliki beragam jenis

Rumah Bolon tidak hanya terdiri dari satu macam. Suku Batak memiliki
beragam jenis rumah Bolon, mulai dari rumah Bolon Toba, rumah Bolon
Simalungun, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon
Pakpak, hingga rumah Bolon Angkola. Setiap jenis rumah Bolon tentunya
memiliki ciri khas.

109
 Memiliki sebutan berdasarkan hiasan

Setiap rumah Bolon memiliki perbedaan yang menunjukkan ciri khas.


Rumah dengan beragam hiasan dan ukiran memiliki sebutan Ruma Gorga
Sarimunggu. Sementara itu, rumah yang tidak memiliki hiasan disebut
dengan Jabu Ereng atau Jabu Batara Siang.

 Memiliki bahan dasar kayu

Jika rumah modern saat ini dibangun dengan semen, baton, dan
sebagainya, rumah Bolon dibangun menggunakan, kayu. Tiang
penyangganya terbuat dari kayu berkualitas, sehingga rumah dapat berdiri
dengan kokoh. (Rumah.com, 2020)

Sumber Foto Dokumentsi Kelompok 1

110
C. Kearifan lokal di Aek Sipitu Dai Kabupaten Samosir

Sumatera utara adalah sebuah daerah yang dimana memiliki kekayaan


warisan serta budaya yang terkenal unik.Sumatera utara juga terkenal akan
objek pariwisatanya,banyak daerah yang ada di kawasan sumatera
utara,khususnya di kabupaten samosir sudah dikembangkan menjadi suatu
objek wisata yang telah dikelola dengan baik oleh pihak swasta maupun
dari pihak pemerintahan daerah itu sendiri.Berbicara tentang pariwisata
tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri,dimana
pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang diawali dari
masa penjajahan Belanda dan Jepang hingga saat ini merupakan bagian
yang diselenggarakan pemerintah indonesia dalam menambah devisa
negara.

Pulau Samosir adalah salah satu wilayah yang termasuk di dalam


Kabupaten Samosir di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki daya tarik
sebuah Pulau yang dikelilingi oleh Danau Toba.Pulau Samosir merupakan
bagian dari Provinsi Sumatra Utara yang memiliki potensi wisata dengan
keindahan alam yang luar biasa memesona. Seperti sungai-sungai, danau,
situs-situs peninggalan bersejarah serta situs budaya sehingga tergolong
daerah tujuan wisata.

Objek- objek budaya yang merupakan warisan budaya dari nenek


moyang suku Batak Toba dimana warisan budaya itu sendiri merupakan
hasil budaya fisik dan nilai budaya dari masa lalu. Warisan budaya fisik ini
terdiri dari situs, tempat-tempat bersejarah, bentang alam darat maupun air,
bangunan kuno, patung-patung pahlawan, karya seni, arsip, dokumen, foto,
karya tulis cetak, dan audiovisual.

111
Sedangkan untuk hasil nilai budaya dari masa lalu meliputi tradisi,
cerita rakyat, legenda, bahasa ibu, sejarah lisan, kreativitas seperti lagu,
tarian dan drama pertunjukan, kemampuan beradaptasi dan keunikan
masyarakat setempat. Warisan-warisan budaya ini kemudian menjadi daya
tarik bagi wisatawan meskipun warisan budaya ini masih sarat dengan
mitos atau hal-hal yang belum dipastikan kebenarannya. Seperti cerita
rakyat dan legenda asal muasal suku batak toba dan yaitu siRaja Batak yang
diturunkan dari Banua ginjang ke Pusuk Buhit, Siraja Batak merupakan
nenek moyang dari suku batak yang memulai perkampungan di Sianjur
Mula Mula.

Sejak Pulau Samosir ditetapkan menjadi wilayah Pariwisata yang


diresmikan oleh Ir. Madame Sinaga bupati Tapanuli Utara (1968-1979)
dimana Samosir masih dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dan mekar
menjadi Kabupaten Samosir tahun 2003. Sejak tahun 1975 pembangunan
pariwisata dan promosi keluar daerah dan keluar negara dilakukan secara
terus menerus untuk mendatangkan wisatawan. Tahun 1975 objek wisata
yang dipromosikan adalah keindahan alam pulau Samosir dan Danau Toba.

Sumber Kompas.com

112
Salah satu daerah di kabupaten samosir dimana memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai objek wisata adalah kecamatan Sianjur Mula-
mula,dimana kecamatan Sianjur Mula-mula atau disebut juga dengan
Sagala limbong mulana merupakan suatu tempat dari berawalnya suku
batak Toba itu ada.Hampir semua Batak Toba.meyakini bahwa nenek
moyang mereka (Batak Toba) itu berasal dari Kecamatan Sianjur Mula-
mula ini.Seperti nama daerah ini jika kita terjemahkan kedalam bahasa
Indonesia dimana dari kata “Sianjur” yang berarti “dari sana” dan “Mula-
mula” yang berarti “Awal”.Jadi,dapat disimpulkan dari arti kata tersebut
menyatakan kalau Awal Batak Toba itu dari sana.

Cerita legenda, cerita rakyat dan situs budaya yang diciptakan


merupakan konsumsi pribadi masyarakat lokal di Pulau Samosir yang
tercipta atau terbentuk karena kepercayaan nenek moyang yang menganut
Animisme dan Dinamisme. Penciptaan-penciptaan ini digunakan demi
kebutuhan spritual masyarakat pada zaman dahulu akan tetapi dimasa
sekarang cerita rakyat, legenda dan situs budaya yang sarat akan mitos ini
digunakan sebagai nilai jual dari objek-objek budaya tersebut. Mitos
merupakan suatu cerita, pendapat, dan anggapan dalam konteks sebuah
kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu hal yang
pernah ada pada masa dahulu namun kebenaran dalam mitos ini masih
diragukan dan belum tentu benar. Sebuah Mitos biasanya difungsikan
sebagai sebagai pemberi penjelasan tentang fakta-fakta, alam atau budaya,
serta untuk membenarkan, memvalidasi, atau menjelaskan sistem sosial dan
ritual adat tradisional. Sebuah mitos biasanya melekat pada budaya
masyarakat yang berupa peninggalan dan sebuah tradisi di dalam
masyarakat itu.

113
Maka sebuah cerita diciptakan untuk menggambarkan budaya yang
berupa peninggalan dan tradisi itu ada dan tercipta didalam masyarakat.
Objek budaya selalu dibarengi dengan kesakralan yang terkandung
didalamnya.

“Kesakralan ini selalu dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat


secara turun temurun untuk melestarikan nilainilai objek budaya tersebut.”

Berbicara tentang Sejarah,Bukti-bukti atas peninggalan yang


menyatakan bahwa Kecamatan Sianjur Mula-mula ini sebagai asal muasal
Suku Batak Toba terdapat peninggalan yang dapat diamati sampai sekarang
ini,antara lain seperti:

 Adanya sebuah perkampungan yang bernama Siraja Batak,Menurut


kepercayaan masyarakat Batak, pada abad XII, Pusuk Buhit
dianggap sebagai tempat asal muasal seluruh Suku Batak. Dalam
perkembangannya, nenek moyang Suku Batak menyebar ke delapan
penjuru mata angin, yakni Purba (Timur), Anggoni (Tenggara),
Dangsina (Selatan), Nariti (Barat daya). Pastia (Barat), Mangadia
(Barat Laut), Utara (Utara) Irisanna (Timur Laut). Berada di
kawasan Pusuk Buhit ini, seakan berada di sebuah tempat dan jaman
yang berbeda. Si Raja Batak yang konon menghasilkan keturunan
yang menjadi cikal bakal ratusan marga suku Batak di muka bumi
dan melahirkan konsep Dalihan Na Tolu, kemudian membangun
kampung di Sigulatti, di punggung Gunung Pusuk Buhit. Di kawasan
tersebut terdapat rumah Si Raja Batak dan perkampungan Batak
yang bangunan rumahnya masih asli. Terbuat dari kayu dan tidak
menggunakan paku. Tak lama kemudian Si Raja Batak membuka
perkampungan baru, tepatnya di kaki Gunung Pusuk
Buhit. Perkampungan tersebut dinamai dengan nama Sianjur Mula

114
Mula-Sianjur Mula Tompa yang masih dapat dikunjungi sampai saat
ini sebagai model perkampungan pertama suku Batak. Letak
perkampungan itu berada di garis lingkar Pusuk Buhit di antara
lembah Sagala dan Limbong Mulana. Ada dua arah jalan darat
menuju Pusuk Buhit. Satu dari arah Tomok (bagian Timur) dan satu
lagi dari dataran tinggi Tele (Marpaung, 2015).

 Batu sawan, Legenda Batu Sawan merupakan salah satu bentuk


legenda yang di miliki masyarakat Batak Toba, yang terdapat di
Desa Sarimarrihit, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten
Samosir. tempat ini memiliki kekhususan dengan adanya air terjun
yang memiliki ketinggian sekira 5 meter. Dengan wadah batu yang
terbentuk alami dan menyerupai sawan atau cawan. Legenda Batu
Sawan dijadikan sebagai tempat berdoa dan ritual dimana air Batu
Sawan dapat menyembuhkan penyakit dan memberikan berkah bagi
siapa saja yang mempercayainya. (Batakindonesia.com, 2017)Batu
Sawan terletak di lambung sebelah barat daya Gunung Pusuk Buhit.
Pintu masuknya berada di Dusun Sarimarrihit. Jalan mendaki dan
berliku kurang lebih 2 kilometer, sebagian masih jalan makadam,
menghubungkan saya dengan Dusun Parik Sabungan.

115
Jalan itu sempit, hanya bisa dilalui kendaraan roda empat ukuran
minibus dan truk engkel. Keunikan dari air terjun ini adalah rasanya
yang kecut persis seperti rasa air perasan jeruk purut. Di sekitar
keberadaan air terjun tersebut tidak ada tumbuh Pohon Jeruk Purut.
Namun rasa unik tersebut sudah bukan rahasia lagi.

Konon, air ini dipercaya bisa menjadi obat berbagai penyakit, seperti
penyakit kulit, demam, batuk dan lain sebagainya. Airnya cukup
didoakan, diminumkan dan dimandikan, niscaya akan berbuah
kesembuhan. Tentu kepercayaan ini kembali kepada yang meyakini.
Jadi tidak heran kalau siapa saja yang datang kemari tidak sekedar
mandi namun juga mengambil air tersebut untuk dibawa pulang dan
dijadikan obat. Dari lokasi parkiran kendaraan, Anda masih harus
berjalan sekitar 500 meter hingga tiba di air terjun tersebut.

Melalui jalan setapak dan tangga-tangga semen. Adapun larangan di


Mual Batu Sawan, tidak diperbolehkan siapapun untuk mandi di
kejatuhan air terjun. Jika ingin mandi, terdapat 2 kamar khusus untuk
mandi. Satu ruangan untuk pemandian lelaki dan satu ruangan untuk
pemandian perempuan, dan mandi wajib menggunakan basahan.
(Tobaria, 2021)

Anda juga akan dihimbau untuk tidak berbicara sembarangan dan


harus bersikap baik. Tujuannya adalah untuk kebaikan bersama dan
kelancaran kunjungan Anda ke tempat tersebut.

116
 Batu Hobon,konon tersebutlah seribu raja yang merupakan salah satu
cucu dari si raja Batak.Ia mendapatkan banyak warisan dari para
pendahulunya,Pada suatu ketika ia hendak merantau ke tempat yang
jauh,agar harta warisan yang berupa benda pusaka,mantara obat daln
lain seagainya ini tetap aman selama ditinggal,ia pun berangkat ke
kaki gunung pusuk buhit.Tepat dilereng desa Sari Marihat,ia pun
kemudian menemukan sebuah bongkahan batu besar,dengan
kekuatan yang dimilikinya maka ia pun membuat bongkahan batu
tersebut menjadi sebuah peti,nah setelah menyimpan seluruh harta
warisannya saribu raja pun kembali menutup batu tersebut.

sumber:https://sumut.idntimes.com/scienc
117
sumber:https://sumut.idntimes.com/scienc

Menurut cerita warga setempat.di dalam Batu Hobon tersebut


berisiskan 8 buah harta pusaka Batak yang meliputi:

1. Ogung dan gondang saparangguan yang merupakan sebagian


kebudayaan musik suku batak.Dimana berupa seperangkat
gendang batak dan ogung emas tempaannya yang berubah
wujud dari ogung tembaga.

sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Ogu

118
2. Hujur Sumba Baho(Tombak Bertuah) yang merupakan
peninggalan dari nenek moyang terdahulu,yang mana
dipercaya mempunyai daya magis yang tinggi.

sumber:https://merahputih.com/post/read/

3. Piso Solam Debata(Pedang Bertuah)


4. Pagar Pompang Bala Saribu Tontang Bala Seratur
(Ramuan Penangkal Penyakit).

5. Tintin Sipajadi-Jadi Sipabosur naung Male obat ni nimauas


(Cincin ajaib yang lapar jadi kenyang dan yang haus jadi
lega)
6. Pungga Haomasan (Batu gosok emas).
7. Galapang atau Gembok.
8. Tawar Sipagabang-gabang, Sipagubung-gubung, sipangolu
namate, siparata naung busuk (obat yang mampu

119
menghidupkan yang sudah mati, serta menyegarkan
kembali yang telah busuk.

Ada juga yang mengatakan batu ini, konon tempat penyimpanan


harta leluhur Si Raja Batak dan harta anak-anaknya seperti Guru Tatea
Bulan yang merupakan salah satu nenek moyang dari marga-marga
batak dam merupakan keterunan dari si raja batak dan Raja Isumbaon
yang merupakan putera kedua atau bungsu dari raja batak, berupa emas
sebesar kepala kuda.Selain emas sebesar kepala kuda, dalam batu juga
dipercaya terdapat benda-benda pusaka dan alat-alat perang.

Diyakini pula, di dalam Batu Hobon ini tersimpan Lak-Lak


(sejenis kitab) yang berisi ajaran dan nilai-nilai luhur serta perlengkapan
baju zirah yang terbuat dari emas.Memang sampai sekarang cerita
kebenarannya belum bisa dibuktikan lewat data ataupun foto. Namun
karena dipercaya berisi harta berupa emas, dalam perjalanan sejarah,
Batu Hobon sudah beberapa kali dicoba untuk dibuka. Lewat keterangan
beberapa orang tua dan masyarakat yang berada di Sianjurmulamula,
usaha untuk membukanya sudah dilakukan sebanyak tiga kali, namun
setiap orang yang berusaha untuk membukanya selalu gagal bahkan
akhirnya berujung kematian.

Percobaan pertama terjadi pada zaman penjajahan Belanda, ada


seorang pejabat Pemerintah Belanda dari Pangururan yang berusaha
untuk membuka Batu Hobon karena mendengar isinya banyak
emas.Dengan menggunakan dinamit dan peralatan peledak lainnya, serta
didukung beberapa orang personil, batu pun segera diledakkan. Namun,
hal ganjil terjadi saat mempersiapkan perlengkapan peledak.

120
Dimana saat itu Tiba-Tiba Datanglah Hujan Yang Sangat Deras
Disertai Angin Yang Sangat Kencang, Serta Petir Dan Guntur Yang
Sambung Menyambung. Apalagi Setelah Hujan Lebat Itu, Muncul
Seekor Ular Yang Sangat Besar Di Atas Batu Hobon. Sisiknya
Berkilau. Cahayanya Memancar Sampai Ke Langit. Beberapa tentara
Belanda kocar-kacir, bahkan membuat pejabat Belanda itu pingsan, dan
harus ditandu ke Pangururan. Setibanya di Pangururan, meregang
nyawa. Percobaan pertama pun gagal.

Kemudian, percobaan kedua terjadi pada masa pemberontakan


PRRI. Seorang tentara pemberontak berusaha untuk membuka Batu
Hobon. Ia terus menembaki Batu Hobon itu dengan senapan, tetapi
sampai habis pelurunya, Batu Hobon itu tidak mengalami kerusakan
apa-apa, bahkan si tentara itu menjadi gila seketika dan dihantui
ketakutan.

Dia pun berjalan terus mengitari tempat itu, dan seolah


menembaki sekelilingnya. Padahal, peluru senapannya sudah kosong.
Tidak berapa lama, si tentara itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan percobaan terakhir, pernah ada orang sakti atau dukun dari Barus,
Tapanuli Tengah yang kabarnya sangat berambisi memiliki harta pusaka
Si Raja Batak. Karena si dukun ini memang sakti, sempat berhasil
membuka lapisan pertama Batu Hobon.Akan tetapi memasuki lapisan
kedua, rombongan dukun ini dikejutkan dengan penampakan ular
raksasa yang hendak menyerang mereka.

Batu Hobon berada tak jauh dari Sopo Guru Tatae Bulan. Luas
areanya sekitar satu hektar. Di bagian depan terdapat gapura bertuliskan
Batu Hobon. Sementara di tengah-tengah berdirilah patung Tuan
Sariburaja dengan batu besar di bawahnya.

121
Karena berisi benda-benda pusaka, Batu Hobon kerap didatangi
oleh pencari harta karun. Mulai Belanda sampai orang Indonesia
penasaran dengan isi dari batu ini.Yang paling membuat menggiurkan
karena Batu Hobon memiliki batu penutup yang terlihat tipis. Namun
jangan coba-coba untuk membongkarnya."Siapa pun yang mencoba
untuk mencongkel batu ini pasti kena tulah," ucap seorang warga
sekitar. Banyak orang yang harus kecelakaan karena berusaha untuk
membongkar peti batu tersebut. Bahkan banyak yang meninggal karena
ambisinya untuk membuka Batu Hobon.

sumber:https://travel.detik.com/fototrav

Sama seperti Sopo Guru Tatea Bulan, Batu Hobon juga kerap
ramai dengan sesajen. Di bawah batu terlihat banyak dupa dan daun
sirih sebagai sesembahan untuk Tuan Sariburaja.Menurut penuturan
sejarah lisan, Batu Hobon ini bisa terbuka dengan dua syarat.

122
Yang pertama ketika ada penyakit sampar yang membuat
kelaparan dan yang kedua saat semua keturunan dari Tuan Sariburaja
berkumpul (Badrin, 2021)

“Batu Hobon sebagai tempat pusaka kuno yang sampai sekarang


tidak bisa dibuka, dan Batu Sawan yang mempunyai air berkhasiat, semua
objek itu berkaitan dengan nilai spritual kepercayaan suku Batak Toba
terhadap nenek moyang yang merupakan legenda atau cerita lokal sebagai
konsumsi pribadi masyarakat hingga cerita legenda dan situs budaya ini
kemudian terkenal dan menjadi sebuah objek wisata masyarakat lokal dan
luar dan menjadi sebuah daya tarik”.

Cerita mitos atau kearifan lokal dalam objek budaya inilah kemudian
dikomodifikasi agar menjadi sebuah daya tarik khususnya terhadap
pariwisata di Kabupaten Samosir.

 Rumah Persaktian guru tatea bulan, Sopo Ompu Guru Tatea


Bulan adalah sebuah situs kebudayaan yang dibangun oleh Dewan
Pengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tatea Bulan pada
tahun 1995 di Bukit Sigulanti, tidak jauh dari Pusuk Buhit,
kecamatan Sianjur Mula Mula.Berjarak sekitar 15 KM dari kota
pangururan.

123
Menurut kepercayaan masyarakat Batak, pada abad XII, Pusuk Buhit
dianggap sebagai tempat asal muasal seluruh Suku Batak. Dalam
perkembangannya, nenek moyang Suku Batak menyebar ke delapan
penjuru mata angin, yakni; Purba, Anggoni, Dangsina, Nariti, Pastia,
Mangadia, Utara, Irisanna atau dari Timur higga Timur Laut (baca; hingga
seluruh dunia). Berada di kawasan ini, seakan berada di sebuah tempat dan
jaman yang berbeda.

Pusuk Buhit sebagai tempat turunnya Si Raja Batak yang pertama,


diutus oleh Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa untuk mengusai
tanah Batak. Disanalah Raja Batak memulai kehidupannya. Dalam
silsilahnya, Raja Batak memiliki dua orang anak sebagai pembawa
keturunan atau marga dan menjaga martabat keluarga. Kedua putra Raja
Batak itu bernama Guru Tatea Bulan dan Raja Isombaon yang merupakan
putera kedua dari raja batak.Selanjutnya Guru Tatea Bulan dan istrinya boru
baso burning memiliki lima orang putra dan empat orang putri. Kelima
putranya bernama:

1. Anak pertama dari Guru Tatea Bulan memiliki banyak nama,


yaitu: Raja Uti atu disebut juga Raja Biakbiak (Miokmiok),
Raja Hatorusan, Raja Nasora Mate, Raja Nasora Matua,
Partompa Mubauba, Sipagantiganti Rupa, dan wajahnya mirip
celeng, Raja Sigumelenggeleng (tdk berketurunan),
2. Sariburaja,memiliki 2 orang putera dari kedua Istrinya yaitu si
Boru Pareme dan Nai Margiring Laut.yakni Raja Lottung
(dari istri pertamanya Boru Pareme),Raja Borbor (dari Istri
keduanya Nai Margiring Laut).
3. Limbong Mulana, Keturunan Limbong Mulana sebagai putera
ketiga Guru Tatea Bulan, hingga kini tetap memakai marga

124
Limbong HUTABARAT -Hutabarat marpadan dengan
SILABAN SITIO tapi disebut dengan "Dongan Saboltok",dan
apabila hutabarat berada ditempat/rumah silaban sitio maka
hutabarat memanggil "abang"(AMANG TUA) demikian
sebaliknya atau disebut juga "NAMARAMPARA"
4. Sagala Raja, Keturunan Sagala Raja sebagai putera keempat
Guru Tatea Bulan tetap memakai marga Sagala.
5. Silau Raja. Dari keturunan mereka lah asal muasal semua
marga-marga Batak muncul dan menyebar ke seluruh penjuru.

Dan ada pun keempat putrinya bernama:

1. Biding Laut
2. Siboru pareme(Muli tu ibotona Saribu Raja/menikah dengan
saudaranya si saribu raja)
3. Si Atting Haumason (Muli tu Raja Sumba / Udana atau dalam
bahasa indonesia dapat diartikan menikah dengan Raja sumba
atau Udana)
4. Bunga Haumason,
5. Nantinjo (tdk kawin),nantinjo adalah putri bungsu dari Guru
Tatea Bulan atau dikenal juga dengan Si Baso Bulan dari
sepuluh bersaudara.Semasa hidupnya,nantinjo mengalami
penderitaan yang cukup berat,dimana ketika ia dilahirkan
kedua ini saja dia tidak sempurna,dikatakan wanita bukan.pria
juga bukan.Pada umurnya ke sepuluh tahun kedua orangtua
nantinjo telah dipanggil yang maha kuasa.semenjak ditinggal
kedua orangtuanya semakin beratlah penderitaannya yang
dialaminya.Nantinjo tinggal bersama abangnya Limbong
mulana,karena yang tinggal dikampung pada saat itu hanyalah

125
ketiga abangnya Limbong Mulana,Sagala Raja,serta Lau
Raja.Walaupun nantinjo tinggal dirumah abangnya
sendiri,penderitaan yang dialaminya sangat berat karena
begitu besar tanggung jawab yang dibebankan abangnya
terhadap dirinya mulai dari mengurus rumah,mengasuh anak-
anak,serta mencari bahan makanan kehutan.Nantinjo punya
keahlian bertenun.

Sopo Guru Tatea Bulan atau Rumah Guru Tatea Bulan (Keturunan
Pertama Raja Batak) yang dibangun tahun 1995 oleh Dewan Pengurus
Pusat Punguan Pomparan Guru Tatea Bulan. Bangunan ini terdapat di Bukit
Sulatti (di bawah Pusuk Buhit), dan di dalam bangunan terdapat sejumlah
patung keturunan Raja Batak berikut dengan patung sejumlah kendaraan si
Raja Batak dan pengawalnya. Kendaraan itu antara lain naga, gajah, singa,
harimau dan kuda. Jejak sejarah di Tanah Batak itu yang sering dilupakan
pemerintah.

Rumah yang berdiri di atas bukit ini didesain dari kayu dan tangga
dari batu tetapi atapnya tetap terbuat dari ijuk. Namun yang lebih penting
lagi adalah ketika ingin masuk dan memperhatikan lebih detail lagi seluk
beluk rumah ini, maka kita harus melepaskan sandal maupun sepatu. Secara
lebih detail di Sopo Guru Tatea Bulan akan kita temukan patung-patung
keturunan Siraja Batak, seperti Patung Saribu raja sepasang dengan istrinya,
Patung keturunan Limbong Mulana, Patung Segala Raja serta Patung Silau
Raja. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Batak marga-marga yang ada
sekarang ini berasal dari keturunan Siraja Batak.

126
Saat berada disini ada penjaga atau orang bisa menceritakan sejarah
tentang silsilah keluarga Siraja Batak pada masa dulu, namun saat saya
disini, beliau menjelaskan kepada wisatawan dengan bahasa batak yang
kebetulan pengunjung itu mengerti bahasa batak dan saya sendiri tidak
mengerti. Cerita Sejarah tentang awal mula perkampungan Batak memang
selalu menarik untuk disimak.
Selanjutnya, jika kita kembali menaiki keatas bukit menuju puncak
Pusuk Buhit, kita akan menemukan batu yang bertuliskan bahwa anda
sedang berada di Perkampungan Si Raja Batak Sigulatti. Pemandangan
Danau danau Toba dan Samosir sangat luar biasa dilihat dari sini, anda juga
bisa melihat pemandangan hijau persawahan, serta air terjun-air terjun yang
mengalir dari balik-balik bukit danau toba.
Dan di Perkampungan Si Raja Batak Sigulatti ini tengah
dibangun Gedung Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba, yang dibangun
oleh dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Samosir. yang nantinya
berfungsi untuk memberikan semua informasi tentang Danau Toba,
termasuk objek wisata di Danau Toba, serta samosir, dan menjaga
kelestarian dari Objek wisata yang ada di Danau Toba.

127
Tidak Jauh dari Wisata Sejarah Sopo Guru Tatea Bulan, kita akan
menemukan Objek Wisata Batu Hobon.
 Aek Sipitu Dai,Kecamatan Sianjur Mula-mula dapat dikatakan
sebagai situs wisata sejarah,hal ini dikarenakan kawasan kecamatan
Sianjur Mula-mula ini banyak mengandung Peninggalan-
peninggalan yang dapat menjadi sumber untuk penelitian seperrti
bangunan maupun objek wisata lainnya yang dinilai memiliki nilai
sejarah bahkan arkeologi yang tinggi,hal ini seperi yang dikatakan
oleh Koestoro dalam bukunya pada tahun 2008.

sumber:https://www.kibrispdr.org/gambar-

128
Pulau Samosir merupakan salah satu daerah asal orang Batak. Di
pulau ini tepatnya di Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula diyakini
asal orang Batak. Pusuk Buhit merupakan Pegunungan yang berdampingan
dengan Bukit Barisan, dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas
permukaan Danau Toba. Bagi masyarakat Batak Toba, perbukitan ini
dipercaya sebagai alam semesta atau "Mulajadi Nabolon" (Tuhan Yang
Maha Esa) menampakkan diri.

Sianjur Mula Mula merupakan satu dari sembilan Kecamatan di


Kabupaten Samosir. Desa Aek Sipitudai, yang terletak di daerah boho,
Limbong melewati kota Pangururan. Dalam bahasa Batak Aek Sipitudai
diartikan air dengan tujuh rasa yang berbeda. Dikawasan pedesaan ini, kita
dapat melihat dan langsung merasakan air dari tujuh buah pancuran yang
masing-masing memiliki rasa yang tidak sama. Air yang keluar dan
mengalir di pancuran penampungan ini, datang dari tujuh buah mata air
yang tergabung dalam satu wadah seperti bak yang panjang.Menurut
Legenda yang diyakini masyarakat, sampai saat ini. Aek Sipitudai memiliki
sejarah yang berhubungan dengan si Raja Batak.

sumber:foto(Dokumentasi
129 kelompok 1)
Aek Sipitudai adalah salah satu objek wisata yang berada di Desa
Aek sipitudai Kecamatan Sianjur mula-mula Kabupaten Samosir. Yang
menjadi daya tarik utama objek wisata ini adalah kondisi air tiap-tiap
pancuran memiliki rasa yang berbeda-beda. Sianjur Mula Mula merupakan
satu dari sembilan Kecamatan di Kabupaten Samosir. Desa Aek Sipitudai,
yang terletak di daerah boho, Limbong melewati kota Pangururan
(Situmorang, 2014)

sumber:foto(Dokumentasi kelompok 1)

Dalam bahasa Batak Aek Sipitudai diartikan air dengan tujuh rasa
yang berbeda. Dikawasan pedesaan ini, kita dapat melihat dan langsung
merasakan air dari tujuh buah pancuran yang masing-masing memiliki rasa
yang tidak sama. Air yang keluar dan mengalir di pancuran penampungan
ini, datang dari tujuh buah mata air yang tergabung dalam satu wadah
seperti bak yang panjang.Menurut Legenda yang diyakini masyarakat,
sampai saat ini.

130
Aek Sipitudai memiliki sejarah yang berhubungan dengan si Raja
Batak. Bagi suku Batak Aek Sipitudai, merupakan situs sejarah peradaban
dan perkembangan Suku Batak di Toba. Legenda tersebut mungkin benar
adanya. Terlihat dari peninggalan sejarah yang ada di lokasi Aek Sipitudai.
Seperti batu cucian dari batu alam dan batu yang berlubang-lubang untuk
permainan congklak.

Menurut pak limbong penjaga tempat tersebut, munculnya mata air


tersebut berkat permintaan Langgat Limbong (turunan Limbong Mulana),
yang juga anak ketiga dari Guru Tatea Bulan kepada Mula Jadi Nabolon
(Sang Pencipta) yang dalam perjalanannya merasa haus dan menancapkan
tongkat ke tanah. Lalu muncullah mata air dengan tujuh rasa. Ada juga
legenda dengan versi yang sama yakni Keberadaan sumber mata air ini
sangat kental dengan kisah legenda Batak yang beredar di penduduk sekitar.

Meski ada banyak versi, (Rahmawati, 2020) salah satu legenda


mengatakan, mata air ini berawal dari kisah Ompung Langgat Limbong,
generasi kedua dari Marga Limbong, yang berusaha mencari sumber air.
Setelah tak kunjung mendapat air, Ia pun berdoa.Ia kemudian menancapkan
tongkatnya ke tanah. Ompung Langgat Limbong terus menancapkan
tongkatnya hingga tujuh kali sampai air yang jernih keluar dari tanah. Ini
lah yang menjadi mata air Aek Sipitu Dai seperti yang dikenal banyak
orang. Karena itulah, kawasan ini disebut dengan Aek Sipitudai (air tujuh
rasa).

Memasuki kawasan situs, kami juga bertemu dengan salah seorang


dari Dinas Pariwisata yaitu Bapak marga Limbong perawat dan penjaga
situs Aek Sipitudai. Menurut pak Limbong,Aek Sipitudai adalah salah satu
bukti situs sejarah, dari nenek moyang suku Batak yang bermukim hingga
melahirkan generasi suku Batak sampai sekarang ini Menurut cerita

131
dimasyarakat Batak Aek Sipitudai adalah tempat bertemu dan berjodohnya
anak-anak dari si Raja Batak. Dimana disekitar kawasan tersebut didiami
keturunan siraja batak dari anaknya yang pertama, Guru tatea bulan yaitu
marga limbong dan marga sagala sehingga Aek sipitudai dianggap sebagai
milik keturunan Guru tatea bulan.

“Bahkan sampai saat ini, masyarakat masih meyakini air tujuh rasa
tersebut karena bisa menyembuhkan penyakit. Sistem kepercayaan
masyarakat dahulu masih percaya kepada mula jadi nabolon (sang
pencipta) yang dianggap sebagai Tuhan yang menciptakan segalanya,
dialah Tuhan yang memiliki sifat maha pencipta, maha menjadikan dan
awal mula dari segala yang ada yaitu nenek moyang Batak.”

Tetapi sekarang kepercayaan tersebut mulai hilang tidak lagi


menyembah mula jadi nabolon(nenek moyang) seiring perkembangan
jaman, agama sudah berkembang ditempat tersebut, dengan mayoritas
agama Kristen. Dilansir dari medanbisnisdaily, Aek Sipitu Dai dalam
beberapa tahun terkahir ini memang terus mengalami peningkatan sebagai
objek wisata.Selain menjadi salah satu daya tarik wisata, mata air ini juga
digunakan oleh penduduk sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, dan juga
mengairi sawah-sawah mereka dan berguna juga terutama saat musim
kemarau.

Menurut seorang penjaga tempat ini, setiap orang yang mau masuk
kedalamnya untuk mencuci muka, mandi, ataupun meminum aek sipitudai
ini haruslah memiliki hati yang bersih jika tidak pastilah akan ada bala atau
sakit penyakit bahkan kematian yang akan melanda. jika diminta dengan
hati yang suci akan diberikan.

132
sumber:https://m.merdeka.com/sumut/5-fak

Pancur Sipitudai (Pancuran Tujuh Rasa) adalah satu air dengan tujuh
buah pancuran yang masing-masing, pancuran mempunyai tujuh sumber
mata air, yang masing-masing mengalir sehingga bergabung menjadi satu
aliran dalam satu bak yang panjang, kemudian dari bak yang panjang itu
dibuat pancuran yang tujuh itu menjadi tujuh macam pula seperti pada
sumber mata airnya padahal telah bergabung dalam bak yang panjang. Rasa
air tersebut adalah rasa asam, manis, pahit, asin, hanya rasa tersebut yang
bisa dirasakan di pancuran tersebut, karena rasa tersebut sudah berubah
tidak lagi mempunyai rasa tujuh.

Bahkan sampai saat ini, masyarakat masih meyakini air tujuh rasa
tersebut karena bisa menyembuhkan penyakit. (Pane, 2017) Khasiat air dari
Aek Sipitu Dai, konon, beragam. Mulai untuk bayi, enteng jodoh,
kehamilan, sampai karir. Dua tahun terakhir pintu masuk digembok agar
kesakralan tak ternoda ulah pengunjung.Sistem kepercayaan masyarakat
dahulu masih percaya kepada mula jadi nabolon (sang pencipta) yang
dianggap sebagai Tuhan yang menciptakan segalanya, dialah Tuhan yang
memiliki sifat maha pencipta, maha menjadikan dan awal mula dari segala
yang ada yaitu nenek moyang Batak.

133
Tetapi sekarang kepercayaan tersebut mulai hilang tidak lagi
menyembah mula jadi nabolon, seiring perkembangan jaman, agama sudah
berkembang ditempat tersebut. Ada total tujuh pancuran di kompleks Aek
Sipitu Dai. Terbagi menjadi empat di area perempuan dan tiga sisanya di
area laki-laki. Kedua bagian terpisah tembok.Air ini disebut “PANCUR
SIPITU DAI” (Pancur Tujuh Rasa), karena pancuran yang tujuh itu
mempunyai tujuh macam rasa, ketujuh pancuran ini, dibagi menurut status
masyarakat yang ada di Limbong yaitu:

1. Pancuran anak-anak yaitu tempat mandi bayi yang masih belum ada
giginya,
2. Pancuran ibu yaitu tempat mandi para ibu yang telah tua, yaitu yang
tidak melahirkan lagi,
3. Pancuran ibu-ibu yaitu tempat mandi para ibu yang masih dapat
melahirkan,
4. Pancuran anak gadis yaitu tempat mandi gadis-gadis,
5. Pancuran raja yaitu tempat mandi para raja-raja,
6. Pancuran laki-laki yaitu tempat mandi para lelaki,
7. Pancuran menantu laki-laki yaitu tempat mandi para menantu laki-
laki yaitu semua marga yang mengawini putri marga Limbong.

134
Sumber:Foto Dokumentasi Kelompok 1

Antara pancuran pertama dan kedua, terdapat jarak yang cukup jauh.
Ada sebuah batu besar yang memisahkannya. Menurut Pasogit, itu tempat
pakaian kalau mau mandi. Namun, hanya perempuan yang tidak ingin
hamil lagi yang diperbolehkan meletakkan pakaian di sana. “yang hamil
nggak boleh. Kalau nggak, bayinya nggak keluar. Gitu juga kalau yang
gadis, nggak bisa hamil kalau pakaiannya diletakkan di sana,‟‟ terangnya.

Sebelum keluar dari pancuran areal perempuan, lalu penjaga disana


juga menunjukkan batu lainnya. Batu itu untuk mengolah jeruk purut dan
kelapa jamuran menjadi sampo dan sabun.Dimana pada batu itu ditumbuk-
tumbuk sampai halus jeruk purut sama kelapa jamuran tadi.Karena orang
Batak di sana dulu memang tidak mengenal sampo dan sabun. Karena itu,
jeruk purut dan kelapa jamuran itulah yang digunakan saat mandi.

135
Foto Dokumentasi Kelompok 1

Area pancuran laki-laki. Ada tiga pancuran air di sana. Mulai dari
pintu masuk, pancuran pertama untuk nagari atau raja bius (penentu adat di
sana). Hingga saat ini, Penjaga disana juga mengaku raja bius masih aktif di
desanya. Jadi, jika ada calon pejabat dari kota untuk meminta
‟‟kesuksesan‟‟, mereka bisa mengambil air bersama raja bius.Dimana kata
si penjaga Aek sipitu dai ini ada beberapa orang yang rela jauh-jauh kesini
untuk mengambil air ini sebelum pencalonan menjadi pejabat di daerahnya.
Selanjutnya, pancuran kedua untuk doli (semacam rumpun marga), yakni
marga Naimarata. Terdiri atas marga Sariburaja , Limbong Mulana, Sagala
Raja, dan Silau Raja. Sementara itu, pancuran ketiga digunakan untuk
menantu. Yakni, lelaki yang menikahi perempuan keturunan Naimarata.

“Si penjaga Menjelaskan, untuk melihat jelas ketujuh mata air,


sumur harus dikeringkan dulu. Biasanya, warga Sipitu Dai melakukannya
setiap tiga bulan. Dengan harus didahului ritual.Dimana, Hal itu adalah
bentuk kearifan lokal setempat untuk menghormati dan menjaga alam dan
menjaga kelestarian sumber mata air ini. Dan, itu lumrah dipraktikkan
berbagai masyarakat adat di penjuru tanah air.” (Pane, 2017)

136
(Pane, 2017)Itu pula yang membuat mereka menggembok pintu
masuk. Mereka sangat khawatir ada pengunjung yang bisa celaka kalau
sampai menodai kesakralan tempat ritual.Pancuran air tujuh rasa tersebut
sudah dibagi oleh siraja batak menurut status masyarakat yang ada di
limbong . Saran nilai leluhur setiap orang yang yang mau masuk dan
mencuci muka, mandi, ataupun meminum air tersebut harus memiliki hati
yang bersih dan hati yang tulus, jadi jika dilanggar pasti ada musibah atau
penyakit yang datang.

Menurut penjaga tempat ini setiap memasuki setiap pancuran harus


sesuai jenis status. Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan air
tersebut tidak lagi berdasarkan seperti legenda. Ketujuh rasa air tersebut
tidak lagi memiliki rasa yang berbeda-beda, sampai saat ini rasa yang bisa
kita rasakan hanyalah tiga rasa saja yaitu, asam, pahit, asin. Bagi
masyarakat sekitar, Aek Sipitudai tersebut menjadi sumber kebutuhan air
bersih tanpa membedakan dari pancuran/mata air keberapa yang akan
dikonsumsi tetapi harus menghargai nilai leluhur yang menciptakan air
tersebut. Sehingga tidak mengherankan jika ada wisatawan yang
berkunjung akan bertemu dengan masyarakat yang sedang menggunakan
fasilitas Aek Sipitudai.

Pansur Tujuh Rasa ini juga merupakan lambang angka sakti atau
bilangan sakti, karena bilangan tujuh itu adalah bilangan sakti dalam
kehidupan ritual bagi suku Batak, dan juga melambangkan beberapa macam
keadaan suku Batak antara lain:

1. Menurut ahli perbintangan Batak, bahwa dunia ini beserta isinya, di


ciptakan oleh Debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa)
dalam tujuh hari yaitu mulai dari artia hingga samirasa yaitu hari
pertama hingga hari ke tujuh, menurut penanggalan Batak jumlah

137
hari penciptaan yang tujuh inilah yang merupakan dasar untuk
dikembangkan menjadi nama-nama hari yang tigapuluh untuk
mengikuti peredaran bulan mengelilingi bumi selama satu bulan.
Jumlah hari yang tujuh itu, sama dengan jumlah hari yang
pergunakan kalender Internasional, yang lazim disebut dengan istilah
seminggu, namun perbedaan antara kalender Internasional dengan
kalender penanggalan Batak ialah kalender Internasional
berpedoman kepada siang, yakni berdasarkan peredaran matahari,
yang dimulai dari tengah malam yaitu jam 0.00 sampai dengan yakni
jam 0.00. Tetapi penanggalan Batak berpedoman kepada malam
yang berdasarkan peredaran bulan yaitu dimulai dengan jam 18.00
(jam 6.00 menjelang malam) sampai dengan jam 18.00.
Adapun nama-nama hari yang tujuh itu, kemudian dikembangkan
menjadi tiga puluh, mengikuti peredaran bulan dalam satu bulan, adalah
sebagai berikut :
 Artia (hari pertama, senin),
 suma (hari kedua selasa),
 anggara (hari ketiga rabu),
 muda (hari keempat kamis),
 boras pati (hari kelima Jumat),
 singkora (hari keenam sabtu),
 samisara (hari ketujuh minggu), artian ni aek, suma ni mangodap,
anggara sampulu, muda ni mangodap, boraspati ni tangkop, singkora
purnama, samisara purnama, tula, suma ni holom, anggara ni holom,
nada ni holom, singkora mora turunan, samisara mora turunan, artian
ni angga, suma ni mate, anggara ni begu, muda ni mate, boras pati na
gok, singkora duduk, samisara bulan mate, hurung, ringkar.

138
Kalender Internasional menghitung hari 356 hari atau 12 bulan dalam
setahun, tetapi penanggalan batak menghitung hanya 355 hari atau 12 bulan
namun sekali 3 (tiga) tahun, ada bulan ke-13 yang disebut bulan lamadu.
Dalam kehidupan suku Batak ada ahli perbintangan yang namanya disebut
“Datu Siboto Ari”. Datu Siboto Ari ini dapat mengetahui dan menentukan,
hari yang baik, hari yang sial, hari yang naas, hari yang subur dan hari-hari
lainnya.

Datu Siboto Ari (ahli perbintangan Orang Batak) yang dapat


mengetahui dan menentukan mana hari baik dan mana hari sial, bukanlah
ilmu ramal-meramal tetapi sesuai dengan ilmu pengetahuan yang mereka
kuasai maka mereka dapat membaca dan mengartikan situasi yang akan
terjadi pada saat-saat tertentu, atau hari-hari tertentu sesuai dengan
pengaruh dan hubungan letak dan posisi bulan pada garis edarnya dan
akibatnya terhadap manusia. Jadi jelaslah bahwa ilmu perbintangan Batak
itu bukanlah ilmu ramal meramal, melainkan adalah ilmu pengetahuan alam
atau ilmu hukum alam.

Menurut ilmu perbintangan batak bahwa manusia itu sangat erat


kaintannya dengan alam semensta, sehingga letak dan posisi bulan pada
garis edarnya, ini sangat berpengaruh dan mempunyai akibat tertentu,
terhadap kehidupan manusia maka oleh karena itu untuk mengerjakan suatu
pekerjaan tertentu, harus dipilih hari yang baik. Para Datu Siboto Ari (Ahli
Perbintangan Batak), pada umumnya mereka menuliskan ilmu pengetahuan
perbintangan itu pada sepotong bambu yang disebut “Bulu Parhalaan”.
Selain kalender bambu ada pula kalender Tulang Batak (Holi Parhalaan)
yang diukirkan di atas tulang kaki babi, sapi, atau kerbau dengan gambar
kadal dan naga. Tulang bagian kaki dipilih karena tulang di bagian tersebut
keras dan tidak mudah pecah saat diukir. Selain berisi sistem penanggalan
Batak, kalender ini juga berisi sistem arah mata angin.

139
sumber:https://www.infobudaya.net/2021/0

Didalam bulu parhalaan ini dituliskan daftar hari baik dan hari sial
serta hari-hari lainnya, sesuai dengan pengaruh dan akibat letak posisi bulan
pada garis edarnya terhadap manusia yang berhubungan dengan bentuk
pekerjaan yang akan dikerjakan dan juga disesuaikan dengan tingkatan
status orang yang akan mengerjakan pekerjaan itu. Hanya sayang Bulu
parhalaan itu, sangat sederhana sekali, jadi masih memerlukan usaha kita
sekarang untuk menyempurnakannya, sehingga menjadi ilmu yang sangat
bermanfaat luas dalam kehidupan manusia.
2. Pancur Sipitu Dai (Pancur Tujuh Rasa) juga melambangkan bahwa
penguasa Alam Semesta, bersemayam pada tingkatan langit yang
Ketujuh, dan pada lapisan awan yang ketujuh. Hal ini dapat kita lihat
dalam Tonggo-tonggo si Raja Batak (Doa Siraja Batak) sewaktu si
Raja Batak mengadakan upacara persembahan menyembah Debata

140
Mulajadi Na Bolon di Puncak Dolok Pusuk Buhit, dengan Tonggo-
tonggo (Doa sebagai berikut) :

“Hutonggo hupio hupangalu alui ma hamu ompung, Debata Mula


Jadi Nabolon, dohot tamu ompung Debata Natolu, natolu suhu
natolu harajaon, namanggomgomi langit dohot tano, dohot jolma
manisia”. (Aku berdoa, menyebutkan dan berseru padamu Tuhan,
Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan dengan Tiga nama Tuhan
dengan kekuasaan, tiga kerajaan, yang menguasai langit bumi
serta segenap isinya).Mula ni dungdang mula ni sahala, Siutung-
untung nabolon, silaeng laeng mandi, Siraja inda-inda, siraja
indapati. (Awal dari “dungdang” awal dari kharisma, Siuntung-
untung na bolon, burung layang-layang, Siraja inda-inda, Siraja
idapati).Napajungjung pinggan, dihos ni mataniari, Nahinsa-
hinsa suruon, nagirgir mangalapi, nasintak sumunde-sunde, nauja
manotari, siboto unung-unung, nauja manangi-nangi. (Yang
menjingjing piring di tengah teriknya matahari, yang gampang
disuruh, dan mudah jemput, yang maha tau apa yang dibicarakan,
serta yang peka).Napabuka-buka pintu, napadung-dang dungdang
ari, napasorop-sorop ombun, di gorjok-gorjok ni ari, parambe-
rambe nasumurung, sitapi manjalahi, napatorus-torus somba, tu
ompunta Mulajadi. (Yang membuka pintu, yang menentukan hari,
yang meneduhkan hari, diatas teriknya panas mata hari,
menenangkan yang panas hati, dan menunjukkan jalan yang baik,
yang meneruskan doa kepada Tuhan).Tuat ma hamu ompung,
sian ginjang ni ginjangan, sian langit ni langitan, sian toding
banua ginjang, sian langit na pitu tingka, sianombun na pitu
lampis, sian bintang na marjombut, tu lape-lape bulu duri, sian
mual situdu langit, tu gala-gala napul-pulan, hariara sangka

141
mandeha, baringin tumbur jati, disi do partungkoan ni ompunta
Mulajadi. (Datanglah Engkau ya Tuhan, dari tempat yang Maha
Tinggi dari atas langit, serta alam semesta. Dari langit yang
ketujuh dan dari awan yang ketujuh lapis, “sian bintang najorbut,
tu lape-lape bulu duri”. Dari mata air menuju langit, tu gala-gala
napulpulan. Hariara sangka mendeha, baringin tumbur jati,
disitulah bersemayam, Allah Bapak maha Pencipta langit dan
bumi).
Jadi dalam tonggo-tonggo ini, jelas kita mengetahui bahwa Allah
Pencipta alam, bersemayam di langit yang ke tujuh.

3. Pansur si Pitu Dai (Pancuran tujuh rasa), juga melambangkan


bahwa ramuan obat-obatan tradisionil Batak, banyak yang harus
bersyarat tujuh misalnya : harus tujuh macam, harus tujuh kali, harus
tujuh buah, harus tujuh lembar, atau harus tujuh potong.
4. Pansur sipitu Dai (Pancur tujuh rasa), juga melambangkan tata
tertib acara margondang (acara Gendang Batak). Pada acara
margondang, acara harus dimulai dengan Gondang si Pitu Ombas
(tujuh buah irama lagu Gendang dimainkan secara non stop tanpa di
ikuti dengan tarian). Setelah gendang sipitu Ombas selesai, maka
dimulailah acara menari, tetapi acara ini, harus dimulai dengan “Pitu
Hali Mangaliat” (Arak-arakan tujuh kali keliling lapangan menari)
dan untuk menutupi acara margondang ini, harus dimulai dengan
acara Pitu hali mangaliat.

142
sumber:https://medanlook.blogspot.com/20

5. Pansur Sipitu Dai (Pancuran tujuh rasa) juga melambangkan


“partuturan” (panggilan) dalam stuktur atau susunan Tarombo
(silsilah) karena hanya tujuh Generasi yang mempunyai Pertutuan
(panggilan) dalam satu garis keturunan yaitu :
 Ompu : Nenek moyang yaitu semua genarasi mulai dari tiga
generasi diatas kita.
 Ompung : Kakek, yaitu orang yang dua generasi diatas kita
 Amang : Ayah, yaitu yang satu generasi diatas kita
 Haha Anggi : Abang Adik yaitu orang yang segenerasi
dengan kita
 Anak : Anak yaitu orang yang saatu generasi di bawah kita
 Pahompu : Cucu, yaitu orang yang dua generasi di bawah
kita.
 Nini : Cicit yitu orang yang mulai tiga generasi di bawah kita.

143
6. Pansur Sipitu Dai (Pancur Tujuh rasa0 juga melambangkan bahwa
dari sepuluh orang keturunan Guru Tatea Bulan, hanya tujuh orang
yang mempunyai keturunan langsung, karena tiga orang dari mereka
menjadi orang sakti.Adapun orang yang menjadi sakti ialah :
 Raja Uti Sakti dan tinggal di udara, di darat dan di laut.
 Boru Biding laut (boru Tunghau), sakti dan tinggal di hutan
atau darat
 Nan tinjo Sakti dan tinggal di Danau Toba atau laut.
Nama yang tujuh ini di gabung menjadi satu ikatan yang
dinamakan “Sipitu Tali‟ (tujuh satu ikatan), dan nama yang tujuh ini
jugalah yang menjadi pedoman untuk pembagian negeri limbong
menjadi Pitu Turpuk (tujuh daerah perkampungan), kemudian sipitu
tali atau sipitu turpuk ini juga yang menjadi dasar tata pelaksanaan
hukum adat di negeri limbong, baik secara pribadi, maupun secara
kelompok.
Pemerintahan Limbong dilaksanakan oleh kumpulan dari
utusan dari tiap kelompok atau turpuk, yang disebut dengan nama
Raja Bius (Raja Wilayah) atau dengan istilah Raja Ni Sipitu Tali.
Demikian juga dalam acara kebudayaan ritual, misalnya
mengadakan pesta Horbo Bius atau horbo lae-lae, maka raja Bius
atau raja ni Sipitu tali inilah yang paling banyak berperan dengan
raja-raja yang lain yaitu :
 „Jonggi Manaor” dari turpuk Sidauruk
 “Raja Sori” dari turpuk Borsak Nilaingan
 “Raja Paradum” dari turpuk Nasiapulu
 “Manontang Laut” dari turpuk Sihole
 “Raja Paor” dari turpuk habeahan

144
Bersamaan dengan itu, lahirlah Sisingamangaraja dari marga
Sinambela dan juga Palti Raja dari marga Sinaga. Kesaktian Jonggi
Manaor ialah Batara Guru Doli bertempat tinggal di Limbong.
Kesaktian Sisingamangaraja ialah dari Bala Sori bertempat tinggal di
Bakkara, dan kesaktian Palti Raja ialah Bane Bulan bertempat
tinggal di Palipi.

sumber:https://www.kompas.com/stori/read

Jonggi Manaor beserta dan Raja Sori, Raja Paradum,


Manontang Laut dan Raja Paor, mereka inilah pelaksana utama
dalam upacara “Hoda Somba” yaitu upacara persembahan,
mempersembahkan kuda kepada Debata Mulajadi Na Bolon (Tuhan
Yang Maha Esa). Kuda ini dipersembahkan melalui perantaraan Raja
Uti, “Raja Hatorusan natorus marpangidoan tu Debata” (yang biasa
atau yang bisa langsung bermohon kepada Tuhan Yang Maha Esa).
Upacara Hoda Somba ini diadakan terutama kalau terjadi kemarau
panjang di seluruh wilayah Samosir.

145
Maka Hoda Somba (Kuda Persembahan) disediakan oleh
keturunan Lontung dari Samosir, kemudian kuda ini diantarkan ke
Limbong yang Upacara penyerahan ini dipimpin oleh marga
Situmorang, kemudian di Limbong diadakan upacara memohon
turunnya hujan mereka pergi ke Simanggurguri dengan membawa
seperangkat Gendang di Simanggurguri Jonggi Manaor Martonggo
(berdoa) memohon turunnya Hujan, dan pada saat itu juga pasti
datang hujan sehingga semua peserta upacara itu harus basah kuyup
di Limbong di Guyur air Hujan.
Hoda Somba (Kuda Persembahan) ini dipotong kemudian
dikuliti, semua dagingnya dibagi dan dimakan menurut tata cara hak
(Parjambaron)menurut status dan kelompok masing-masing kepada
semua peserta upacara. Hoda Somba (Kuda Persembahan).

Kemudian kulit Kuda itu, diantarkan kepada Raja Uti di


Barus dan yang mengatarkannya ialah Jonggi Manaor, Raja Sori,
Raja Paradum, Manontang Laut dan Raja Paon, mereka berjalan kaki
dari negeri Limbong melewati Hutan belantara menuju Barus. Tetapi
setelah mereka berjumpa dengan Raja Uti di Barus, kulit Kuda yang
mereka bawa dari Limbong itu menjelma menjadi Kuda yang hidup
sebagaimana Kuda itu sebelum dipotong.

Pansur Sipitu Dai (Pancuran tujuh rasa) ini juga mempunyai


kisah tersendiri dari si Boru Pareme, karena di Pansur Sipitu dai
inilah si Raja Lontung bertemu dengan si Boru Pareme, yang
kemudian mereka kawin. Hingga sekarang, apabila ada orang yang
kesurupan si Boru Pareme, maka orang itu selalu meminta manortor
(Menari) di Pancur Sipitu Dai.

146
Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari
perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, Sejak awal telah
didasarkan bahwa kegiatan pariwisata harus dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan. Pembangunan pariwisata sebagai bagian dari
pembangunan nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas
kesempatan usaha dan lapangan kerja. Sejalan dengan tahap-tahap
pembangunan nasional, pelaksanaan pembangunan kepariwisataan
nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang, bertahap, dan
berkesinambungan. Nampak jelas bahwa pembangunan di bidang
kepariwisataan mempunyai tujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Melihat betapa pentingnya peran kepariwisataan akan
memberi dampak positif maupun negatif terhadap sekitarnya.
Dengan demikian faktor sikap manusia itu juga menentukan pola dan
perubahan dalam kehidupannya. Masyarakat selain objek pariwisata
juga berfungsi sebagai objek wisata sapta pesona yaitu terlihat
adanya keinginan pemerintah untuk dapat melibatkan masyarakat
secara aktif dalam menciptakan daerah pariwisata yang aman, tertib,
bersih, sejuk, dan masyarakat yang ramah- tamah. Objek wisata yang
memiliki potensi dan sudah mulai dikenal wisatawan baik lokal
maupun wisatawan mancanegara hendaknya mendapat sentuhan
dalam hal untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan potensi
tersebut. Karena pontesi ini juga bisa dikembangkan untuk menjadi
salah satu sumber andalan pendapatan daerah.

147
Ketersediaan dan kualitas komponen produk wisata sangat
ditentukan oleh kesiapan para pelaku pariwisata, pemerintah
menyiapkan segala sarana dan prasarana dasar, melakukan kegiatan
pemasaran destinasi atau tempat tujuan wisata serta memberi
fasilitas yang mendukung kemudahan berwisata yang berkelanjutan.
Masyarakat disamping memiliki peran dan tanggung jawab untuk
mendukung terciptanya suasana aman, tertib, bersih, sejuk, indah,
ramah tamah dan memberi kenangan setiap wisatawan yang datang,
juga ikut berperan dan terlibat langsung dalam menciptakan jasa
kepariwisataan. Jadi supaya objek wisata lebih maju, maka dari
berbagai hal harus senantiasa ditingkatkan baik secara fisik maupun
non fisik.
Oleh karena itu pemerintah perlu mengadakan kerja sama
dengan pihak lain terutama masyarakat. Pariwisata yang telah
berkembang dapat menimbulkan perubahan sosial ekonomi
masyarakat. Karena adanya wisatawan pada dasarnya dapat
meningatkan pendapatan masyarakat setempat. Demikian juga dalam
memperluas lapangan pekerjaan khususnya di kawasan objek wisata
Aek Sipitudai yang ada di Desa Aek sipitudai limbong Kecamatan
Sianjur Mula-Mula.
Dari hasil observasi langsung kelompok kami terhadap wisata
Aek Sipitu Dai menunjukan tempat wisata tersebut sedah mencapai
tahab berkembang. Objek wisata Aaek Sipitu Dai memiliki potensi
wisata alam yang harus tetap dipertahankan keaslianya dan juga
wisata alam disekitarnya memiliki nilai jual yang bisa dikembangkan
karena keindahanya.bentuk yang unik dan mengklem satu-satunya di
indonesia membuat air tujuh rasa ini menarik minat wisatawan di
dalam mau pun diluar negeri, serta lokasi yang bagus dan akses yang
dapat dikatakan mudah dijangkau.

148
Masyarakat dan pihak pengalola memiliki peran penting
dalam mengembangkan Objek Wisata Aek Sipitu Dai yang masing-
masing akan saling menguntungkan. Karena lokasi Aek Sipitu Dai
dekat dengan pemukiman warga. Strategi melalui media sosial akan
sangat bermanfaat dan memberikan dampak baik, karena di jaman
sekarang banyak orang mengabadikan tempat wisata dengan berfoto
dan meng upload foto mereka ke media sosial. Promosi Aek Sipitu
Dai ini bertujuan untuk mengenalkan , dan strategi promosi melalui
media sosial (instagram, facebook, youtube,website) brosur, dan
media lainnya seperti profil book Aek Sipitu Dai dan merchandise
yang dapat mengembangkan Aek Sipitu Dai. Pastinya akan memberi
keuntungan dari segi ekonomi.

149
Kearifan Lokal Pantai Batu Hoda Danau Toba

A. Kearifan Lokal Danau Toba

Sebelum membahas Pantai Batu Hoda tentu kita harus membahas


terlebih dahulu tentang Danau Toba, yakni Danau yang sangat indah dan
juga kaya akan nuansa legenda. Danau ini juga termasuk ke dalam salah
satu destinasi wisata yang populer di Indonesia.
Bukan hanya keindahan panoramanya saja, kita semua tahu bahwa
danau yang terbentuk akibat letusan supervolcano itu memiliki cerita rakyat
dan legenda yang populer di Indonesia, sama seperti kisah Malin Kundang,
Sangkuriang atau Roro Jonggrang.

Kisah tentang pemuda bernama Toba yang menangkap Ikan Mas,


yang adalah jelmaan dari putri yang dikutuk, dimana mereka menikah
dengan syarat Toba tak pernah mengungkit asal usul sang putri. Toba pun
menyanggupinya. Mereka kemudian memiliki anak yang diberi nama
Samosir. Suatu hari, Samosir diminta ibunya mengantar makanan untuk
ayahnya. Namun di tengah jalan, Samosir yang nakal merasa lapar dan
memakan bekal tersebut. Mengetahui bekalnya nyaris tak tersisa, Toba
kemudian marah dan menyebut Samosir sebagai 'anak ikan'.

Samosir pulang dan mengadukan kejadian itu pada ibunya. Sang


putri pun sedih karena Toba telah melanggar janjinya dan meminta Samosir
untuk pergi naik ke atas bukit yang tinggi. Tak lama hujan badai datang
menggenangi desa tersebut dengan hebatnya. Toba dan seluruh isi desa
tenggelam, sementara sang putri kembali ke wujud ikan.

150
Genangan air itulah yang kemudian menjadi cikal bakal
terbentuknya Danau Toba, sementara bukit yang menjadi tempat pelarian
sang anak kini menjadi Pulau Samosir. Cerita rakyat tersebut juga
menunjukkan bahwa danau seluas 1.145 kilometer persegi dengan
kedalaman hingga 505 meter tersebut ternyata memiliki sebuah kearifan
lokal yang tetap dipertahankan sebagai 'Heritage of Toba'.

Kini, ketika semua mata tertuju pada Danau Toba yang menjadi
bagian dari program Wonderful Indonesia, tentu saja kearifan lokal ini
wajib dipertahankan dan diceritakan pada mereka yang datang. Tujuannya
agar mereka, para wisatawan, mengerti dan memaknai hikayat dan pesan
moral dibalik terbentuknya danau terbesar di Indonesia tersebut.

Selain Pantai Batu Hoda, Danau Toba juga memiliki keindahan lain
seperti Air Terjun Situmurun, Bukit Holbung, Gunung Pusuk Buhit, Desa
Tomok, Huta Siallagan hingga Pantai Pasir Putih Parbaba yang menjadikan
kaldera ini layaknya kepingan surga yang jatuh ke bumi dan patut kita
syukuri dan lestarikan keberadaannya. Tak hanya legenda, ada cita rasa
yang unik dan menggugah selera yang menaungi Danau Toba. Seperti
diketahui, Toba memiliki kuliner khas mulai dari Ikan Arsik, Sambal
Andaliman hingga Kopi Sidikalang.

Suku Batak sebagai suku asli yang mendiami kawasan Toba dan
sekitarnya memiliki beragam kuliner khas yang otentik, salah satunya
Naniura atau sashimi khas orang Batak. Olahan ikan ini tidak dimasak
dengan cara digoreng atau direbus tetapi dimatangkan dengan proses
pengasaman dan diberi bumbu.

Karena mayoritas penduduknya nonmuslim, Toba juga memiliki


kuliner berbahan dasar babi dan darah seperti Saksang, Babi Panggang
Karo (BPK), dan Manuk Napinadar. Belum lengkap, masih ada olahan lezat

151
lainnya seperti Mie Gomak, Lappet, Daun Ubi Tumbuk dan Sambal
Andaliman. Suku Batak juga memiliki Tuak, minuman fermentasi yang
dikenal sebagai birnya orang batak yang sering dikonsumsi sambil
bernyanyi diiringi petikan gitar.

Tak hanya itu, Danau Toba juga memiliki kopi yang khas mulai dari
Kopi Sidikalang, Kopi Mandailing, Kopi Sipirok, Kopi Tarutung hingga
Kopi Lintong. Dengan kekayaan khasanah kulinernya, tentunya sajian
dalam sepiring penuh cita rasa menjadi media yang tepat untuk
mempromosikan Wonderful Indonesia lewat Danau Toba. Di kota besar
dimana mayoritas suku Batak tinggal biasanya ada banyak Lapo (rumah
makan khas Batak) yang menjual berbagai macam kuliner khas Toba.

Akan tetapi, Lapo identik dengan kuliner nonhalal. Tentunya jika


ingin menjangkau pangsa pasar yang lebih luas, membangun lapo dengan
mengedepankan kuliner halal sangatlah tepat. Demi menjangkau anak-anak
muda seperti milenial dan generasi Z, kuliner khas Toba juga bisa dibuat
level up. Misalnya dalam sebuah ajang pencarian bakat memasak beberapa
waktu lalu, kontestan diminta oleh Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif yang hadir sebagai bintang tamu, untuk memasak
Naniura.

Naniura yang disajikan bukan hanya tetap otentik, namun juga diberi
olahan tambahan dan sentuhan yang lebih modern layaknya hidangan resto
bintang lima. Bukan tak mungkin olahan lain seperti Mie Gomak,
Natinombur dan Ikan Arsik juga bisa dibuat dengan lebih modern dan level
up. Kopi Toba juga tak luput dari perhatian. Pemerintah setempat dan badan
swasta wajib mendukung petani kopi lokal dalam proses produksi dan
distribusi kopi-kopi khas Toba. Dengan media online dan e-commerce yang

152
berjamuran, para petani lokal dapat menjual dan memperkenalkan kopi
khas Toba yang otentik ke seluruh Indonesia bahkan dunia.

Danau Toba dikenal memiliki adat dan budayanya yang kuat seperti
Mangulosi yang merupakan acara memberikan ulos atau kain tenun khas
Batak sebagai lambang kehangatan dan berkat bagi yang menerimanya.
Mangulosi biasa hadir pada saat-saat pesta, antara lain "Ulos Parompa"
untuk anak yang baru lahir, "Ulos Hela" saat upacara pernikahan untuk
anak laki-laki dari mertuanya, dan "Ulos Saput" saat seseorang meninggal
dunia.

Ada pula Manortor dan Margondang. Dahulu kala, tari Tortor adalah
kesenian asli Suku Batak yang merupakan ritual berbau klenik dan
mistik. Kini, Manortor menjadi tarian seremonial yang kerap dijumpai
pada acara pesta-pesta adat orang Batak dengan membunyikan musik
Gondang Sabangunan.

Sebagai bagian adat dan budaya Toba, Manortor bukan hanya


dilakukan pada saat pesta adat seperti pernikahan saja. Tari Tortor juga
dilakukan pada saat penyambutan tamu dan pagelaran pentas seni. Tentu
saja, Manortor dan Margondang adalah media yang tepat untuk
mempromosikan identitas Danau Toba ke seluruh dunia. Dengan
kecanggihan teknologi saat ini, menggelar konser virtual dengan seni dan
adat budaya Batak bukan sesuatu yang mustahil.

Selain menyajikan Manortor dan Margondang, konser virtual ini


juga bisa dimeriahkan dengan lagu-lagu batak legendaris seperti "Sinanggar
Tullo", "Anakku Naburju" dan "Tangiang Ni Dainang" dan dinyanyikan
langsung oleh penyanyi asli Batak yang terkenal dengan suara emasnya.
Konser ini akan menjadi media promosi yang berkualitas, tepat sasaran dan
"sangat mahal".

153
Untuk kerajinan tangannya sendiri, selain Ulos yang kental dengan
budaya Toba, masih ada Songket Sipirok yang merupakan kain tenun
sejenis songket yang biasa digunakan pada acara adat atau acara resmi
lainnya. Toba juga memiliki Gorga, sebuah kerajinan tangan seni rupa yang
menghiasi rumah adat suku Batak, dan juga Batik Batak yang memiliki
kreasi berupa motif batik berdasarkan etnis yang ada di Sumatera Utara.

Untuk memperkenalkan Danau Toba lewat adat dan budayanya yang


kuat, fokus utama yang perlu dilakukan adalah:

Memperbanyak workshop dan pelatihan kerajinan tangan Ulos,


Songket Sipirok, Batik Batak maupun Gorga. Bukan hanya sebagai industri
rumahan, tetapi beralih menjadi pelaku ekonomi kreatif dengan Usaha
Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM). Mempromosikan dan
mendistirbusikan penjualan kerajinan tangan khas Batak secara
konvensional kepada wisatawan yang datang maupun secara online dengan
jangkauan pasar yang lebih luas.

Dengan fokus ini diharapkan agar kualitas dari kunjungan wisatawan


meningkat. Apa lagi para wisatawan sering menghabiskan dana liburan
untuk membeli produk-produk kreatif dari daerah yang mereka kunjungi.
Jika dikemas dengan baik, maka para pelaku ekonomi kreatif pasti akan
merasakan dampak yang positif dalam memperkenalkan identitas Danau
Toba dan sekitarnya. Danau Toba masuk ke dalam program "10 Bali Baru"
yang dicanangkan oleh pemerintah. Di tengah situasi pandemi yang masih
melanda Indonesia, Danau Toba juga masuk ke dalam "5 Destinasi Super
Prioritas" (DSP). Karena itulah pemerintah terus mengakselerasi
Pengembangan DSP Toba baik dari infrastruktur maupun kompetensi
sumber daya manusia.

154
Harapannya, keindahan Danau Toba juga bisa menjadi bagian dari
agenda MICE dimana para pelaku usaha bisa memberikan Insentif
(Incentive) berupa perjalanan wisata bagi karyawan, mitra kerja atau
konsumen loyal sebagai hadiah atas prestasi dan loyalitas mereka. Kita pun
turut berbangga MICE di Indonesia Aja kini semakin berkembang. Jika
melihat Bali yang indah namun tetap memegang teguh tradisi dan akar
budayanya, maka Danau Toba adalah destinasi yang paling mendekati
kriteria tersebut. Danau Toba sanggup memegang tradisi, adat dan budaya
di tengah gempuran modernitas. Dengan pemandangan dan bentang alam
yang indah, khasanah kuliner, serta adat, seni dan budaya yang dimilikinya,
Danau Toba layak disebut sebagai identitas baru pariwisata Indonesia.

Kearifan lokal berupa cerita rakyat dan legenda yang menakjubkan,


sepiring Ikan Arsik penuh kelezatan atau secangkir kopi Sidikalang yang
nikmat kala dihirup hanyalah sebuah representasi dan promosi untuk
menunjukkan keindahan, warisan budaya dan Heritage of Toba. Dan
promosi terbaik adalah promosi yang bisa membuat orang-orang datang
untuk melihat, merasakan dan menikmati langsung pesona Danau Toba
yang berdiri teguh di antara legenda, cita rasa dan adat budayanya.

155
D. Kearifan Lokal Pantai Batu Hoda
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia terutama menyangkut kegiatan sosial ekonomi. Pariwisata yang
sering dibicarakan di surat kabar-surat kabar, majalah populer, dan majalah
ilmiah merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam perekonomian
Indonesia. Pariwisata adalah topik yang sangat menarik bukan hanya bagi
ahli ekonomi tetapi juga bagi masyarakat luas (Spillane, 1985: 6).
Sektor pariwisata mempunyai peranan penting dalam usaha mencapai
sasaran pembangunan. Pariwisata berperan sebagai penghasil serta
memperkenalkan budaya bangsa dan tanah air. Bagi masyarakat sendiri
sektor ini memberikan lapangan kerja dan bidang usaha yang cukup luas.
Banyak pula wisatawan yang datang ke suatu daerah atau negara, karena
daya tarik budayanya, apalagi kalau budaya tersebut jauh berbeda dari
budaya mereka, atau sebaliknya pada tempat yang jauh berbeda lalu
ditemukan budaya yang sama, sudah barang tentu mereka merasa heran dan
ingin mengetahui kesamaan tersebut (Syafiie, 2009: 43)
Dewasa ini kunjungan ke objek sejarah sudah menjadi bagian dari
perjalanan wisata. Peninggalan sejarah di suatu daerah menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan. Berdasarkan hal diatas, untuk mengetahui lebih
lanjut tentang “Potensi Kekayaan Peninggalan Bersejarah Tomok Sebagai
Objek Wisata Sejarah”. Negara Indonesia memiliki potensi pertumbuhan
ekonomi dari berbagai sektor, antara lain Sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan, pertambangan, konstruksi, perdagangan dan jasa, manufaktur,
tekstil dan sektor pariwisata. Salah satu sektor yang menjadi perhatian
pemerintah untuk menggerakkan pertumbuhan perekonomian nasional
maupun daerah adalah sektor pariwisata, karena manfaat dan peranan
pariwisata bagi suatu wilayah, negara bahkan dunia telah banyak diakui
(Muljadi dan Warman, 2014:5).

156
Sektor pariwisata dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi melalui
penciptaan lapangan usaha dan kerja, peningkatan pendapatan devisa
negara dan pendapatan masyarakat melalui aktivitas wisata. Pariwisata
menjadi salah satu sumber devisa yang besar, baik di negara maju maupun
di negara-negara berkembang. Pariwisata merupakan salah satu sektor
pembangunan yang sangat strategis dan menimbulkan dampak berganda
(multiplier effect), baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
berdampak memberikan keuntungan terhadap sektor sosial, budaya,
pendidikan, dan ekonomi negara (Riyadi. et.al 2012).
Pada tahun 2018, sektor pariwisata masih menjadi penghasil devisa
kedua dengan 15 miliar dollar AS, dibawah minyak sawit mentah (CPO)
yang mencapai 17 miliar dollar AS (Sukmana, 2018). Setiap tahun
performa pariwisata. Indonesia terus meningkat (Apriyono, 2018). Selain
itu pariwisata merupakan komoditas yang paling berkelanjutan dan
menyentuh hingga level paling bawah masyarakat (Apriyono, 2018).
Destinasi pariwisata Indonesia sudah dikenal di kawasan Asia, Indonesia
memiliki pantai, gunung, hutan, Danau, warisan sejarah dan warisan budaya
yang tersebar dari Pulau Sumatera sampai Papua yang mempunyai ciri khas
daerahnya masing-masing yang sudah terbentuk sejak zaman nenek
moyang manusia.
Di dunia, daya saing wisata alam Indonesia berada di peringkat 14. Di
kawasan Asia Tenggara, posisi Indonesia berada di urutan ke dua setelah
Negara Thailand.Pariwisata Indonesia juga unggul dalam daya saing harga.
Biaya yang dikeluarkan Untuk berlibur di Indonesia cenderung lebih murah
daripada di negara-negara lain di Kawasan Asia Tenggara (Nuran, 2017).
Daya saing harga merupakan komponen yang penting dalam indeks daya
saing pariwisata sebuah negara (Nuran, 2017).

157
Sumatera utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak
potensi wisata, diantaranya; Salju Panas Tinggi Raja yang berada di
Kabupaten Simalungun, Pantai Sorake yang berada di Kabupaten Nias
Selatan, Pantai Lagundri yang berada di Kabupaten Nias Selatan, Bukit
Gundaling yang berada di Kota Berastagi, Danau Lau Kawar yang berada
di Kabupaten Karo, Pulau Samosir yang berada di Kabupaten Samosir dan
Danau Toba. Salah satu destinasi wisata yang terkenal secara Nasional
maupun Internasional adalah Danau Toba dan Pulau Samosir. Pulau
Samosir adalah sebuah pulau vulkanik yang terbentuk dari hasil letusan
gunung Toba sekita 74.000 tahun yang lalu, berada di tengah Danau
Tobadengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dan luas 1.145
km2 (Wikipedia).
Pulau samosir berada pada daerah administrasi Kabupaten Samosir.
Kabupaten Samosir memiliki 9 kecamatan dengan 6 kecamatan berada di
Pulau Samosir (di tengah Danau Toba) yaitu: Nainggolan, Onan Runggu,
Palipi, Ronggur Nihuta, Simanindo, Sitio-tio dan 3 kecamatan berada di
daerah lingkar luar Danau Toba tepat pada punggung pegunungan Bukit
Barisan yaitu: Harian, Sianjur Mula-Mula dan Pangururan.

158
Kabupaten Samosir merupakan satu dari 7 kabupaten yang masuk
kedalam kawasan Danau Toba, yaitu: Kabupaten Simalungun, Toba
Samosir, Dairi, Karo, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan dan
Kabupaten Samosir. Dari 7 kabupaten tersebut, potensi untuk
mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi adalah Kabupaten Samosir
karena Kabupaten Samosir memiliki banyak objek wisata alam, budaya dan
sejarah.
Pada Era pemerintahan bapak Ir.H. Joko Widodo tahun 2014-2019,
Danau Toba masuk dalam daftar 5 destinasi wisata super prioritas yang
direncanakan menjadi "Bali Baru" (Tobing, 2019). Pada tahun 2016, Badan
Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (BOPKPDT) resmi di
bentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 yang tujuannya
untuk membantu Presiden dalam mewujudkan peningkatan kualitas
pariwisata Danau Toba. Pada tanggal 27 Maret 2014, Geopark Kaldera
Toba di tetapkan sebagai Geopark Nasional dan pada bulan September
2019 telah diterima menjadi anggota Unesco Geopark Global (Pasaribu,
2019).
Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengembangkan pariwisata
Kabupaten Samosir agar mampu membuat kunjungan wisatawan destinasi
wisata Kabupaten Samosir semakin meningkat yaitu dibukanya Bandara
Udara Silangit sebagai bandara Internasional pada tahun 2018 lalu dan
penambahan pelabuhan penyeberangan dari Ajibata ke Pulau Samosir yang
mengoperasikan 2 kapal ferry yaitu KMP Ihan Batak dan KMP Pora-Pora
yang membuat wisatawan semakin mudah untuk berkunjung ke Pulau
Samosir. Terdapat beberapa permasalahan yang membuat destinasi wisata
Danau Toba dipertimbangkan apakah mampu bersaing dengan destinasi
wisata nasional lainnya. Masalah tersebut yaitu: Timbulnya sampah,
pencemaran air oleh keramba jaring apung, perambahan hutan dan lahan
kritis (Ekawati, et.al, 2016).

159
Hal ini harus segera di perbaiki karena kebersihan berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan wisatawan (Sinurat, 2019). Selain itu,
terdapat keluhan yang sering dirasakan wisatawan ketika berkunjung ke
destinasi wisata Kabupaten Samosir yaitu adanya stigma masyarakat
setempat bahwa "Turis adalah orang asing" yang membuat perilaku warga
jadi lebih tertutup dan cenderung tidak ramah terhadap wisatawan
(Rahmadsyah, 2018).
Masalah ini harus segera diperbaiki karena kualitas pelayanan
berpengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan wisatawan (Ramadhan,
2016). Menurut Utama (2017:201) ketika konsumen puas atau kecewa,
maka akan menceritakan kepada konsumen lain tentang produk tersebut.
Jika stigma "Turis adalah orang asing" tidak diperbaiki maka akan sulit bagi
pemerintah untuk meningkatkan jumlah wisatawan untuk berkunjung ke
Kabupaten Samosir.
Resmayasari (2012) mengemukakan alasan wisatawan mengunjungi
Bali adalah karena Bali memiliki keindahan alam, keramahtamahan
masyarakat lokal, keunikan dan berbeda dari tempat manapun sehingga
wisatawan dapat merasakan suasana yang nyaman, aman, damai dan
tenang. Lee, et.al (2013) menjelaskan bahwa faktor kunci keberhasilan
sebuah destinasi wisata adalah kemampuan untuk bersaing dengan destinasi
wisata lainnya. Daya saing destinasi wisata dapat diartikan sebagai
kemampuan destinasi wisata untuk menyampaikan barang dan layanan
lebih baik daripada destinasi wisata lainnya dengan pengalaman pariwisata
yang dianggap penting oleh wisatawan (Knezevic, et.al. 2015). Zolfani.et.al
(2015) menyatakan bahwa destinasi wisata dapat bersaing dalam pasar
pariwisata apabila destinasi wisata mampu memberikan “Tourism
Experience” yang tak terlupakan bagi wisatawan.

160
Menurut Larsen dalam jurnal Sheng & Chen (2013) menunjukkan
bahwa pengalaman wisata adalah akumulasi fenomena psikologis yang
terlihat dari perspektif psikologi yang meliputi harapan sebelum perjalanan,
persepsi selama perjalanan, dan kenangan setelah perjalanan. Mei (2014)
menegaskan bahwa usaha dalam memberikan “Tourism Experience”
kepada wisatawan jauh lebih penting dari pada produk pariwisata itu
sendiri.Chandralal & Valenzuela (2013) mengemukakan bahwa dalam
bersaing dan bertahan dalam pasar pariwisata, suatu destinasi wisata harus
mampu memberikan pengalaman wisata yang unik dan tak terlupakan
kepada wisatawan.
Samosir dikenal masyarakat Indonesia juga karena kekayaan budaya
Batak Toba. Selain itu Samosir juga dikenal dengan indahnya panorama
alam yaitu Danau Toba. Bukan hanya kalangan masyarakat Indonesia,
terkenalnya Danau Toba hingga luar negeri tidak terlepas dari Pulau
Samosir. Pulau Samosir menyimpan beragam keindahan mulai dari
pemandangan alam, kebudayaan lokal, hingga peninggalan dan kisah
sejarah yang menarik untuk ditelusuri.

161
Banyak objek wisata di Pulau Samosir yang dapat dikembangkan
sebagai objek wisata rohani, politik/ hukum, sejarah, kemiskinan, dan alam.
Tak heran jika kita berkunjung ke Pulau Samosir banyak para wisatawan
dalam negeri maupun luar negeri kita jumpai. Salah satu daerah di
Kabupaten Samosir yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
objek wisata sejarah adalah Desa Tomok. Tomok merupakan daerah tujuan
wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan diantara desa-desa yang
ada di Pulau Samosir. Hal ini disebabkan hanya di desa ini terdapat bandar
pelabuhan penyeberangan Ferry terbesar yang mampu mengangkut truk,
mobil, sepeda motor, dan lain-lain yang menghubungkan Parapat ke daerah
wisata di sekitar Pulau Samosir. Selain sebagai pelabuhan terbesar untuk
mengangkut penumpang, faktor lain yang menguntungkan adalah 2 masih
banyak didapati peninggalan-peninggalan kebudayaan Batak Toba yang
telah berusia ratusan tahun (Rizabuana, 1992: 35).
Desa Tomok secara khusus merupakan daerah asal Marga Sidabutar.
Karenanya hampir seluruh lapisan masyarakat setempat yang ditemui
disana merupakan bagian dari klen Marga Sidabutar. Berbicara tentang
sejarah, buktibukti peninggalan sejarah bahwa Tomok sebagai salah satu
desa tradisional Batak Toba yang telah berusia ratusan tahun dan masih
dapat disaksikan hingga sekarang, antara lain adalah keranda batu, Sigale-
gale, dan Museum Batak (Rizabuana, 1992: 35)

162
Bukit Holbung
Destinasi wisata di Samosir memang selalu menarik untuk
dikunjungi, dari sekian banyaknya destinasi wisata di Samosir salah satunya
yang paling banyak dikunjungi adalah bukit Holbung. Bukit Holbung
adalah salah satu tempat wisata di Danau Toba yang sering dijuluki sebagai
Bukit Teletubbies. Terletak di perbukitan di Desa Holbung,
Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, tempat ini yang sudah ada sejak 200
tahun lalu.

163
Bukit Holbung mempunyai potensi alam yang bagus dan kehidupan
masyarakat setempat yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Bukit Holbung terkenal dengan wisata trekking yang cocok untuk
wisatawan. Terdapat jalan setapak yang dapat dilewati untuk mencapai
puncak dalam waktu 10-15 menit. Penduduk setempat biasanya
menyebut Bukit Holbung sebagai Bukit Teletubbies karena dianggap
terdapat kesamaan pemandangan dan ukurannya. Pengunjung dapat
menikmati pemandangan dari atas, yaitu melihat Pusuk Buhit dan
menikmati keindahan Danau Toba.

Sumber Dokumentasi Kelompok 1


Di sana juga terdapat juga Air Terjun Turbo atau Sampuran Bolon
yang dapat diakses dengan berjalan kaki dari Holbung sekitar 50 menit.
Tempat ini berjarak 198.7 km dari pusat Kota Medan via Jl. Jamin Ginting,
melalui jalur Tanah Karo, Merek, dan Sidikalang. Waktu tempuhnya sekitar
6-7 jam perjalanan. Namun, jika pengunjung dari pusat Kota Medan,
melalui jalan tol Medan-Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat lalu
Merek dan Sidikalang, waktu tempuhnya sekitar 8 jam dan jaraknya
mencapai 341 km.

164
Jika melalui Kota Pangururan Samosir, pengunjung hanya
memerlukan waktu kurang dari 1 jam perjalanan dengan jarak tempuh 22, 2
km. Banyak cara untuk menikmati keindahan alam Danau Toba. Salah
satunya melalui Bukit Holbung, tempat wisata alam yang masuk dalam
kawasan Huta Holbung, Samosir. Tempat ini merupakan salah satu tempat
terbaik untuk dapat menikmati keindahan dan keseruan alam Toba secara
maksimal. Bahkan, untuk lebih lama merasakan keseruan ini, banyak
wisatawan yang mendirikan tenda dan berkemah disini. Objek wisata
perbukitan hijau ini berada di Huta Holbung, Dolok Raja, Kecamatan
Harian, Sumatera Utara, merupakan pedesaan yang berada di Kabupaten
Samosir.
Desa Holbung terkenal dengan sajian suasana yang sangat tenang,
nyaman serta udara yang menyejukkan. Berbagai aktifitas dapat dilakukan
disini. Terutama menyaksikan fenomena alam seperti melihat keindahan
Danau Toba dan sekitarnya dari Puncak Holbung. Dari atas bukit, tampak
suguhan birunya air Danau Toba yang berpadu dengan barisan pegunungan
disekelilingnya, menciptakan pemandangan yang sangat cantik dan
mengagumkan. Bukit Holbung sendiri juga sangat indah, dihiasi hamparan
rerumputan hijau yang terlihat menyegarkan, menyatu dengan udara sejuk
serta suasana tenang jauh dari kebisingan, yang dapat memberikan
kedamaian dan ketenangan jiwa.

Panorama alam Menakjubkan, perpaduan langit dan bukit-bukit


Hijau, Bukit Holbung dengan kontur berundak-undak ini, sering disebut
Bukit Teletubbies, salah satu serial impor yang pernah fenomenal tayang di
televisi Indonesia, yang menyajikan indahnya bukit-bukit dengan hamparan
rumput hijau menyegarkan. Kawasan yang menawarkan pesona padang
sabana yang luas ini, memiliki kemegahan panorama bentang alam yang
menakjubkan.

165
Bukit ini merupakan kombinasi panorama alam perbukitan dan
Danau Toba yang tenang, yang dapat menghasilkan frame photo yang
sangat menarik. Tidak hanya memberikan panorama yang menakjubkan,
bukit ini juga menawarkan suasana yang menyegarkan. Apalagi ketika
Traveler ingin menikmati romantisnya sunset di bukit ini. Senja yang
menciptakan banyak siluet indah, perlahan meninggalkan frame fantastis,
tenggelamnya sang surya diantara bukit hijau.

Sumber Dokumentasi Kelompok 1


Sunset, Selalu Menciptakan Suasana Romantis, Tak kalah cantiknya
dengan suasana pagi hari yang penuh dengan gumpalan-gumpalan kabut
tebal, bak gradasi awan-awan yang menakjubkan, menambah nilai eksotis
panorama bukit ini. Menyatunya fenomena alam ini dengan keberadaan
bukit-bukit kecil yang terletak di pinggiran Danau Toba, menciptakan
kesempurnaan yang sangat menakjubkan dalam menikmati pemandangan
pagi di Bukit Holdung.

166
Bukit Holbung juga menjadi inceran wisatawan untuk berkemah,
menikmati alam terbuka lebih maksimal. Lokasi yang paling sering
digunakan untuk berkemah biasanya puncak-puncak terdekat dari pintu
masuk. Meski ada wisatawan juga yang mendirikan tenda di puncak
terakhir. Kebanyakan mereka berkemah untuk mengincar view sunset dan
sunrise yang memang dikenal sangat indah ini. Dari atas bukit ini, Traveler
juga dapat menyaksikan keindahan alam, serta suasana kehidupan
masyarakat setempat ditemani sunset yang mempesona ini. Sunrise,
Menjanjikan Ketenangan Bathin, Perjalanan pendakian menuju Puncak
Bukti Holbung memang cukup menguras tenaga dan waktu. Untuk
mencapai puncaknya, Traveler membutuhkan waktu sekitar 20 menit,
dengan jalur melewati jalan setapak, bertemankan pemandangan ilalang di
sisi kiri dan kanan.

Pemandangan di Bukit Holbung Samosir

Bukit Holbung di Samosor ini tidak sekedar sebagai bukit biasa.


Tetapi ada keistimewaan yang menjadi daya tarik bagi wisatawan, yaitu
terdapat pemandangan alam yang indah sebagai kombinasi panorama alam
perbukitan. Pemandangan alam tersebut berupa danau eksotis yang sangat
memanjakan mata, dimana danau tersebut sangat populer di Sumatera
Utara, bahkan Indonesia. Danau itu bernama Danau Toba. Jadi, berada di
atas Bukit Holbung kamu tidak hanya bisa menikmati pemandangan
perbukitan yang hijau dan tampak mulus seperti halnya bukit Teletubbies,
tetapi juga bisa menikmati keindahan Danau Toba. Keindahan alam ini
yang menjadikan warga Sumatera Utara merasa bangga, sehingga tak
sedikit yang berkunjung ke sana, terutama ketika hari libur tiba.

167
Usia Bukit Holbung ini terbilang sudah cukup lama, yaitu berumur
sekitar 200 tahun. Di sana kamu bisa menikmati liburan dengan senang hati,
memandangi panorama alam yang indah dan merasakan sensasi nyaman
berada di kawasan perbukitan, dimana kawasan seperti ini terkenal dengan
ciri khas yang sejuk dan menyegarkan.

Sumber Dokumentasi Kelompok 1

Tentu menjadikan perjalanan sebagai petualangan rasanya lebih


menyenangkan. Suasana di kawasan Bukit Holbung ini sangat tenang.
Pastinya sangat cocok buat tempat refreshing untuk kamu yang setiap
harinya sibuk melakukan kegiatan di perkotaan. Dimana kawasan perkotaan
terkenal memiliki suasana yang ramai, panas, dan penat. Merileksasikan
diri di sini bisa menjadi pilihan yang menarik. Bukit ini berada di sekitar
danau Toba, tepatnya terletak di Dolok Raja, Kecamatan Harian, Kabupaten
Samosir, Sumatera Utara. Selain sekedar berkunjung, kamu juga bisa
memilih untuk camping di sana sob. Pasti seru banget kan? Namun, tetap
usahakan untuk selalu menjaga kebersihan alam.

168
Mitos Bukit Holbung

Sebelum berangkat mengunjungi Bukit Holbung, sebaiknya


rencanakan dengan sebaik mungkin. Terutama sediakan bekal dan segala
perlengkapan yang dibutuhkan, supaya nantinya aktifitas liburanmu di sana
bisa maksimal dan menyenangkan. Rute dari Medan langsung saja menuju
ke Tele. Kamu bisa melewati Keban Jahe. Rute lainnya yaitu dari Samosir,
Prapat, dan Siantar. Rute ini kamu harus menggunakan Pelabuhan Tiga
Raja untuk menggapai Tomok di pulau Samosir. Nah, itu dia seputar
informasi terkait lokasi dan harga tiket masuk Bukit Holbung Samosir
Medan. Bukit yang terletak di Pulau Samosir itu ternyata menyimpan mitos
percintaan yang belum terpecahkan. Ya, Bukit Holbung dengan keindahan
alamnya itu ternyata menyimpan mitos yang hingga kini masih dipercaya
orang sekitar. Mitos itu berkaitan dengan urusan cinta.

"Konon, bagi siapapun yang berhasil mendaki hingga ke puncak


bukit ke delapan, maka perjalanan cintanya akan mulus," kata Basaria br
Naibaho. Itu kenapa, lanjut Basaria, Bukit Holbung juga dikenal dengan
nama 'Bukit Cinta', karena bila memandang dari perbukitan terlihat pinggir
danau seperti lambang cinta. Jalur menuju puncak bukit ke delapan
sangatlah sulit untuk dilalui. Itu kenapa, mitos tersebut ada seperti ingin
menggambarkan perjalanan cinta yang tak pernah mudah. Bukan hanya
soal rintangan di jalur menuju bukit ke delapan, tapi juga tenaga yang
dikeluarkan harus ekstra dan waktu tempuhnya tidaklah sebentar.
Wisatawan bakal dimanjakan oleh keindahan hamparan savana di atas bukit
yang sering dijuluki Bukit Teletubbies. Tak hanya padang savana, Anda
juga akan terhipnotis oleh indahnya Danau Toba dan panorama bukit-bukit
lain yang berada di dekat danau terkenal itu.

169
Tak hanya menikmati pemandangan alam, pengunjung ternyata
boleh berkemah di area Bukit Holbung. Ini yang membuat bukit tersebut
semakin digandrungi sebagai destinasi yang wajib disambangi saat ke
Sumatera Utara.

Sumber Dokumentasi Kelompok 1


Mengukir Kenangan Indah di Bukit Holdung Samosir
Fasilitas disini cukup lengkap, seperti tersedianya tempat parkir
kendaraan, keberadaan toilet yang letaknya berdekatan dengan pintu masuk,
serta banyak warung-warung makanan yang menyajikan makan dan
minum. Sementara itu, tempat ibadah berada sekitar 15 menit dari lokasi
wisata ini. Liburan memang mengasyikkan. Namun karena ada banyak
tujuan mengisi waktu libur, liburan terkadang malah membingungkan.
Apalagi di Sumatera Utara, ada banyak pilihan destinasi wisata. Ada hutan,
laut, danau, sungai dan gunung atau bukit.

170
Jika tujuanmu adalah yang terakhir, saatnya ke Bukit Holbung
di Kabupaten Samosir, seperti yang dilakukan Widy Holidays baru-baru
ini.bBersama tamunya yang didominasi kaum emak-emak, Agent Travel
Widy Holidays asal Kota Medan ini, menjadikan Bukit Holbung di Huta
Holbung Dolok Raja, Kecamatan Harian Kabupaten Samosir Sumatera
Utara, menjadi destinasi wisata mereka.
Lokasi bukit ini tak jauh dari Sibeabea yang sensasional itu. Hanya
15 menit berkendaraan dari Sibeabea, Bukit Holbung sudah di langkahan
kaki. Perbukitan di sini tampak hijau mulus seperti Bukit Teletubbies.
Keindahannya bukit ini semakin sempurna dengan lanskap Danau Toba
yang tak perlu diragukan. Dari areal parkir kendaraan, pengunjung harus
menaiki tangga yang telah dibuat permanen lengkap dengan railing sebagai
pengaman. Menapaki anak tangga sekitar 15 menit barulah tiba di puncak.
Sedikit lelah mendaki tadi pasti terbayar dengan keindahan yang
terpampang. Lanskap Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Amazing. Setiap akhir pekan, Sabut-Minggu, tempat ini sudah ramai
didatangi pencinta camping dari Kota Medan. Walau begitu, datang
setengah hari saja ke sini, seperti yang dilakukan rombongan Widi Holidays
pimpinan H Amsyal ini, tidak mengurangi nilai epuasan mata yang
didapatkan.

171
Untuk sampai ke tempat ini ada dua rute perjalanan. Pertama rute
perjalanan darat. Dari Medan – Sidikalang – Tele – Bukit Sibea Bea – Bukit
Holbung. Kedua rute melalui penyeberangan Danau Toba, Medan –
Pematangsiantar – Parapat – Tomok – Pangururan – Tano Ponggol – Bukit
Sibea bea – Bukit Holbung. Untuk masuk, wisatawan tak perlu merogoh
kantung dalam-dalam. Cukup dengan Rp5.000 saja anda dapat menikmati
alam dengan panorama Danau Toba. Biaya parkir di tempat ini juga cukup
murah, hanya Rp5.000 untuk roda dua dan Rp10.000 untuk roda empat.
Jika parkir semalaman, hanya membayar Rp10.000 untuk roda dua dan
Rp20.000 untuk roda empat.

Bukit Holbung merupakan destinasi wisata alam yang terletak di


Dolok Raja, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Kawasan ini menawarkan pesona padang sabana yang luas, serta
kemegahan panorama bentang alam menakjubkan. Nampak terbentang
gugusan bukit seluas mata memandang. Seperempat wilayah danau toba
terlihat dari bukit ini. Tidak hanya sebagai spot hunting foto, Bukit Holbung
juga merupakan tempat terbaik untuk berkemah bagi anda yang hobi tinggal
di alam terbuka. Bahkan pada pagi hari suasana Bukit Holbung juga tak
kalah cantik.

Gumpalan kabut tebal terlihat sangat jelas seperti awan yang


bertingkat menambah nilai eksotis di tempa. Untuk menuju lokasi Bukit
Holbung anda bisa menggunakan dua rute berbeda. Pertama, dari Medan
kearah Tanah Karo dan melewati Puncak Tele dengan durasi perjalanan 5
sampai 6 jam, Selama perjalanan anda bisa melihat perbukitan yang
membentang luas. Rute lain adalah melalui Siantar, Parapat, dan terakhir
menyebrang ke pulau Samosir dengan durasi waktu yang tidak jauh dari
rute pertama.

172
Sumber Dokumentasi Kelompok 1

Sesampainya di kaki bukit, anda bisa melakukan tracking dalam


waktu 10-15 menit. Pendakian itu sendiri agak melelahkan namun
pemandangannya membuat pendakian tersebut sepadan dengan rasa lelah
saat mendaki. Sebab anda akan tidak berhenti melihat pemandangan hijau
bekas letusan gunung purba. Begitu tiba di lokasi, maka kita cukup
membayar retribusi sebesar lima ribu rupiah. Selain itu jangan lupa siapkan
bekal cemilan dan minuman karena diatas bukit belum ada warung yang
berjualan di sana. Diperlukan stamina yang lumayan saat mendaki bukit ini,
kemiringannya mencapai 45 derajat. Tidak banyak pohon yang tumbuh
disini, hanya ilalang rerumputan yang tumbuh subur membentang. Menurut
penelitian Bukit Holbung adalah sisa letusan kedua dari letusan terdahsyat
yang di ciptakan oleh gunung yng membuat dunia lebih dari satu decade
mengalami kehancuran.
Ada beberapa spot yang bisa di lewati oleh kendaraan bermotor, tapi
hati-hati lihat kanan dan kiri kalian karena salah langkah kita akan
terjungkal ke jurang yang langsung mengarah ke danau Toba. Sebenarnya
bukit ini masih berada diwilayah Pulau Sumatera perbatasan dengan
kabupaten Karo dengan Kabupaten Samosir ketinggian rata-rata bukit ini
mencapai ketinggian 1200mdpl (meter dari permukaan laut).

173
Lokasi ini sangat cocok bagi kalian yang berjiwa petualang, disini
juga surga nya para photographer. Setiap akhir pekan lokasi ini selalu
dikunjungi oleh wisatawan dari dalam negeri maupun manca negara. Semua
orang yang datang kesini sudah barang tentu tidak akan menyesal dengan
cantiknya pemandangan. Perjalanan jauh tidak menjadi beban saat sudah
tiba di lokasi akan terbanyar lunas oleh kemolekan lekukan perbukitan
geosite caldera.
Batu Hoda Danau Toba
Sebelum membahas Pantai Batu Hoda tentu kita harus membahas
terlebih dahulu tentang Danau Toba, yakni Danau yang sangat indah dan
juga kaya akan nuansa legenda. Danau ini juga termasuk ke dalam salah
satu destinasi wisata yang populer di Indonesia. Bukan hanya keindahan
panoramanya saja, kita semua tahu bahwa danau yang terbentuk akibat
letusan supervolcano itu memiliki cerita rakyat dan legenda yang populer di
Indonesia, sama seperti kisah Malin Kundang, Sangkuriang atau Roro
Jonggrang.
Kisah tentang pemuda bernama Toba yang menangkap Ikan Mas,
yang adalah jelmaan dari putri yang dikutuk, dimana mereka menikah
dengan syarat Toba tak pernah mengungkit asal usul sang putri. Toba pun
menyanggupinya. Mereka kemudian memiliki anak yang diberi nama
Samosir. Suatu hari, Samosir diminta ibunya mengantar makanan untuk
ayahnya. Namun di tengah jalan, Samosir yang nakal merasa lapar dan
memakan bekal tersebut. Mengetahui bekalnya nyaris tak tersisa, Toba
kemudian marah dan menyebut Samosir sebagai 'anak ikan'. Samosir
pulang dan mengadukan kejadian itu pada ibunya. Sang putri pun sedih
karena Toba telah melanggar janjinya dan meminta Samosir untuk pergi
naik ke atas bukit yang tinggi. Tak lama hujan badai datang menggenangi
desa tersebut dengan hebatnya. Toba dan seluruh isi desa tenggelam,
sementara sang putri kembali ke wujud ikan.

174
Genangan air itulah yang kemudian menjadi cikal bakal
terbentuknya Danau Toba, sementara bukit yang menjadi tempat pelarian
sang anak kini menjadi Pulau Samosir. Cerita rakyat tersebut juga
menunjukkan bahwa danau seluas 1.145 kilometer persegi dengan
kedalaman hingga 505 meter tersebut ternyata memiliki sebuah kearifan
lokal yang tetap dipertahankan sebagai 'Heritage of Toba'.

Kini, ketika semua mata tertuju pada Danau Toba yang menjadi
bagian dari program Wonderful Indonesia, tentu saja kearifan lokal ini
wajib dipertahankan dan diceritakan pada mereka yang datang. Tujuannya
agar mereka, para wisatawan, mengerti dan memaknai hikayat dan pesan
moral dibalik terbentuknya danau terbesar di Indonesia tersebut.

Selain Pantai Batu Hoda, Danau Toba juga memiliki keindahan lain
seperti Air Terjun Situmurun, Bukit Holbung, Gunung Pusuk Buhit, Desa
Tomok, Huta Siallagan hingga Pantai Pasir Putih Parbaba yang menjadikan
kaldera ini layaknya kepingan surga yang jatuh ke bumi dan patut kita

175
syukuri dan lestarikan keberadaannya. Tak hanya legenda, ada cita rasa
yang unik dan menggugah selera yang menaungi Danau Toba. Seperti
diketahui, Toba memiliki kuliner khas mulai dari Ikan Arsik, Sambal
Andaliman hingga Kopi Sidikalang.

Suku Batak sebagai suku asli yang mendiami kawasan Toba dan
sekitarnya memiliki beragam kuliner khas yang otentik, salah satunya
Naniura atau sashimi khas orang Batak. Olahan ikan ini tidak dimasak
dengan cara digoreng atau direbus tetapi dimatangkan dengan proses
pengasaman dan diberi bumbu.

Karena mayoritas penduduknya nonmuslim, Toba juga memiliki


kuliner berbahan dasar babi dan darah seperti Saksang, Babi Panggang
Karo (BPK), dan Manuk Napinadar. Belum lengkap, masih ada olahan lezat
lainnya seperti Mie Gomak, Lappet, Daun Ubi Tumbuk dan Sambal
Andaliman. Suku Batak juga memiliki Tuak, minuman fermentasi yang
dikenal sebagai birnya orang batak yang sering dikonsumsi sambil
bernyanyi diiringi petikan gitar.

Tak hanya itu, Danau Toba juga memiliki kopi yang khas mulai dari
Kopi Sidikalang, Kopi Mandailing, Kopi Sipirok, Kopi Tarutung hingga
Kopi Lintong. Dengan kekayaan khasanah kulinernya, tentunya sajian
dalam sepiring penuh cita rasa menjadi media yang tepat untuk
mempromosikan Wonderful Indonesia lewat Danau Toba. Di kota besar
dimana mayoritas suku Batak tinggal biasanya ada banyak Lapo (rumah
makan khas Batak) yang menjual berbagai macam kuliner khas Toba.

Akan tetapi, Lapo identik dengan kuliner nonhalal. Tentunya jika


ingin menjangkau pangsa pasar yang lebih luas, membangun lapo dengan
mengedepankan kuliner halal sangatlah tepat. Demi menjangkau anak-anak
muda seperti milenial dan generasi Z, kuliner khas Toba juga bisa dibuat

176
level up. Misalnya dalam sebuah ajang pencarian bakat memasak beberapa
waktu lalu, kontestan diminta oleh Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif yang hadir sebagai bintang tamu, untuk memasak
Naniura.

Naniura yang disajikan bukan hanya tetap otentik, namun juga diberi
olahan tambahan dan sentuhan yang lebih modern layaknya hidangan resto
bintang lima. Bukan tak mungkin olahan lain seperti Mie Gomak,
Natinombur dan Ikan Arsik juga bisa dibuat dengan lebih modern dan level
up. Kopi Toba juga tak luput dari perhatian. Pemerintah setempat dan badan
swasta wajib mendukung petani kopi lokal dalam proses produksi dan
distribusi kopi-kopi khas Toba. Dengan media online dan e-commerce yang
berjamuran, para petani lokal dapat menjual dan memperkenalkan kopi
khas Toba yang otentik ke seluruh Indonesia bahkan dunia.

177
Danau Toba dikenal memiliki adat dan budayanya yang kuat seperti
Mangulosi yang merupakan acara memberikan ulos atau kain tenun khas
Batak sebagai lambang kehangatan dan berkat bagi yang menerimanya.
Mangulosi biasa hadir pada saat-saat pesta, antara lain "Ulos Parompa"
untuk anak yang baru lahir, "Ulos Hela" saat upacara pernikahan untuk
anak laki-laki dari mertuanya, dan "Ulos Saput" saat seseorang meninggal
dunia.

Ada pula Manortor dan Margondang. Dahulu kala, tari Tortor adalah
kesenian asli Suku Batak yang merupakan ritual berbau klenik dan
mistik. Kini, Manortor menjadi tarian seremonial yang kerap dijumpai
pada acara pesta-pesta adat orang Batak dengan membunyikan musik
Gondang Sabangunan.

Sebagai bagian adat dan budaya Toba, Manortor bukan hanya


dilakukan pada saat pesta adat seperti pernikahan saja. Tari Tortor juga
dilakukan pada saat penyambutan tamu dan pagelaran pentas seni. Tentu
saja, Manortor dan Margondang adalah media yang tepat untuk
mempromosikan identitas Danau Toba ke seluruh dunia. Dengan
kecanggihan teknologi saat ini, menggelar konser virtual dengan seni dan
adat budaya Batak bukan sesuatu yang mustahil.

Selain menyajikan Manortor dan Margondang, konser virtual ini


juga bisa dimeriahkan dengan lagu-lagu batak legendaris seperti "Sinanggar
Tullo", "Anakku Naburju" dan "Tangiang Ni Dainang" dan dinyanyikan
langsung oleh penyanyi asli Batak yang terkenal dengan suara emasnya.
Konser ini akan menjadi media promosi yang berkualitas, tepat sasaran dan
"sangat mahal".

178
Untuk kerajinan tangannya sendiri, selain Ulos yang kental dengan
budaya Toba, masih ada Songket Sipirok yang merupakan kain tenun
sejenis songket yang biasa digunakan pada acara adat atau acara resmi
lainnya. Toba juga memiliki Gorga, sebuah kerajinan tangan seni rupa yang
menghiasi rumah adat suku Batak, dan juga Batik Batak yang memiliki
kreas berupa motif batik berdasarkan etnis yang ada di Sumatera Utara.
Untuk memperkenalkan Danau Toba lewat adat dan budayanya yang kuat,
fokus utama yang perlu dilakukan adalah:

Memperbanyak workshop dan pelatihan kerajinan tangan Ulos,


Songket Sipirok, Batik Batak maupun Gorga. Bukan hanya sebagai industri
rumahan, tetapi beralih menjadi pelaku ekonomi kreatif dengan Usaha
Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM).

179
Mempromosikan dan mendistirbusikan penjualan kerajinan tangan
khas Batak secara konvensional kepada wisatawan yang datang maupun
secara online dengan jangkauan pasar yang lebih luas. Dengan fokus ini
diharapkan agar kualitas dari kunjungan wisatawan meningkat. Apa lagi
para wisatawan sering menghabiskan dana liburan untuk membeli produk-
produk kreatif dari daerah yang mereka kunjungi.

Jika dikemas dengan baik, maka para pelaku ekonomi kreatif pasti
akan merasakan dampak yang positif dalam memperkenalkan identitas
Danau Toba dan sekitarnya. Danau Toba masuk ke dalam program "10 Bali
Baru" yang dicanangkan oleh pemerintah. Di tengah situasi pandemi yang
masih melanda Indonesia, Danau Toba juga masuk ke dalam "5 Destinasi
Super Prioritas" (DSP). Karena itulah pemerintah terus mengakselerasi
Pengembangan DSP Toba baik dari infrastruktur maupun kompetensi
sumber daya manusia.

Harapannya, keindahan Danau Toba juga bisa menjadi bagian dari


agenda MICE dimana para pelaku usaha bisa memberikan Insentif
(Incentive) berupa perjalanan wisata bagi karyawan, mitra kerja atau
konsumen loyal sebagai hadiah atas prestasi dan loyalitas mereka. Kita pun
turut berbangga MICE di Indonesia Aja kini semakin berkembang. Jika
melihat Bali yang indah namun tetap memegang teguh tradisi dan akar
budayanya, maka Danau Toba adalah destinasi yang paling mendekati
kriteria tersebut. Danau Toba sanggup memegang tradisi, adat dan budaya
di tengah gempuran modernitas. Dengan pemandangan dan bentang alam
yang indah, khasanah kuliner, serta adat, seni dan budaya yang dimilikinya,
Danau Toba layak disebut sebagai identitas baru pariwisata Indonesia.

180
Kearifan lokal berupa cerita rakyat dan legenda yang menakjubkan,
sepiring Ikan Arsik penuh kelezatan atau secangkir kopi Sidikalang yang
nikmat kala dihirup hanyalah sebuah representasi dan promosi untuk
menunjukkan keindahan, warisan budaya dan Heritage of Toba. Dan
promosi terbaik adalah promosi yang bisa membuat orang-orang datang
untuk melihat, merasakan dan menikmati langsung pesona Danau Toba
yang berdiri teguh di antara legenda, cita rasa dan adat budayanya.

Destinasi wisata danau toba memang selalu ada yang baru, salah satunya
yang memikat hati adalah Pantai Batu Hoda di Samosir dengan suasana
pantai yang eksotis. Berkunjung ke Batu Hoda Beach Samosir bukan
sekedar menikmati destinasi wisata di Danau Toba yang eksotis. Di sini,
pengunjung bisa melihat bebatuan yang konon terbentuk atas dasar
kesetiaan cinta, dalam penantian panjang. Nilai kesetiaan yang diangkat
dari mitos di sana, masih hidup sampai saat ini dalam masyarakat sekitar.

Dikisahkan, Seekor kuda betina menyeberangi danau. Tak ada yang tahu
dari mana asalnya. Kuda itu pun sampai di daratan, berdiri tegak dengan
penuh keyakinan, menunggu kuda jantan yang menjadi pasangannya karena
mereka telah berjanji untuk bertemu di sana. Namun, hingga waktu yang
begitu lama kuda jantan tak kunjung datang. Warga yang iba melihatnya
meminta si kuda betina untuk pergi dan berhenti menunggu. Namun kuda
itu bergeming dan tetap pada keputusannya. Hingga akhirnya dalam masa
penantian tak berujung, kuda betina itu akhirnya berubah menjadi batu.
Karena itulah tempat itu dinamakan Batu Hoda, dimana hoda dalam bahasa
batak artinya kuda.

181
Itulah cerita legenda dari Pantai Batu Hoda yang berada di titik paling
utara Pulau Samosir. Bukan hanya pantai pasir putih dengan bebatuan dan
bentang alam yang menakjubkan, Pantai Batu Hoda juga menjadi simbol
cinta, kesetiaan dan penantian yang abadi. Pantai Batu Hoda yang berada di
Pulau Samosir dan Danau Toba membuktikan bahwa salah satu kaldera
terbesar di Indonesia itu memiliki keindahan yang sangat luar biasa.

Suara gelombang air danau terdengar nyaring, diiringin hembusan angin


yang begitu sejuk. Semua terlihat indah, saat menatap hamparan pasir putih
bersih. Suasana alam permai, dilengkapi pepohonan yang berdiri tegak.
Memberikan kesejukan yang sempurna. Tempat pengunjung bermain dan
menikmati alam dengan sukacita.

182
Sejumlah pengunjung tidak akan berhenti dengan tatapan. Namun akan
mengabadikan keindahan yang ada di Pantai Batu Hoda. Tempat untuk
berswafoto tidak akan dilewatkan begitu saja. Terlebih bagi para
pengunjung milenial yang ingin menunjukkan keistimewaan di media
sosial. Dalam setiap jepretan, pasti menyiratkan keindahan ciptaan Tuhan di
Tanah Batak.

Perpaduan alam, dan penataan yang baik membuat pengunjung kagum


dengan Pantai Batu Hoda. Pantai di tepian Danau Toba yang terletak di
Dusun Malau, Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten
Samosir, Sumatera Utara (Sumut). Pantai ini merupakan salah satu destinasi
di Pulau Samosir. Tempat yang mudah dijangkau dari Pelabuhan
Sim0anindo. Salah satu pintu masuk ke pulau di tengah danau vulkanik
tersebut.

183
Batu Hoda merupakan objek wisata yang banyak di kunjungi
wisatawan. Selain karena panorama yang indah, pelayanan yang baik juga
menjadi alasan pengunjung untuk datang. Keamanan dan kenyamanan
pengunjung untuk menikmati alam dapat dirasakan di tempat ini. Tempat
yang ramah terhadap anak dan semua golongan. Namun selain beragaman
keindahan tersebut, Batu Hoda ternyata memiliki cerita yang menarik.
Mitos yang ada di titik paling utara Pulau Samosir ini menempatkan Batu
Hoda sebagai simbol dari kesetian. Tentang cinta dan penantian yang abadi
bersama waktu serta menyatu dengan alam.

Pengelola Pantai Batu Hoda, Ombang Siboro mengatakan bahwa


mitologi tersebut menjadi salah satu daya tarik. Pihaknya mengemas
mitologi tersebut dalam pelayanan dan pengembangan kawasan.
Pengembangan Batu Hoda dilakukan dengan konsep bersahabat dengan
alam. Tidak melakukan penebangan satu pohon pun dalam melakukan
penataan. Selain itu, penataan juga dilakukan dengan memadukan alam dan
budaya. Hal itu terlihat dari pepohonan yang dililiti dengan kain berwarna
putih, merah dan hitam. Warna yang khas bagi masyarakat batak.

“Penerimaan kepada pengunjung juga berbasis pada mitologi tentang


janji dan kesetian. Serta kita mengembangkannya untuk menjadi pantai
rujukan di Danau Toba. Pantai ini juga menjadi salah satu destinasi geosite
Geopark Kaldera Toba,” katanya. Objek wisata Batu Hoda digagas untuk
memberikan salah satu destinasi yang ramah terhadap semua kalangan.
Khususnya anak – anak dan keluarga. “Karena kita menyadari saat ini
alasan untuk liburan keluarga adalah anak. Maka kita membuat Batu Hoda
menjadi pantai ramah anak dan nyaman untuk keluarga,” katanya.

184
Ombang memaparkan bahwa pengembangan Pantai Batu Hoda juga
didasari harapan agar berkontribusi untuk pembangunan pariwisata di
Danau Toba. Terlebih untuk kesejahteraan masyarakat. Rasanya tidak akan
ada orang yang mengatakan tidak ketika memiliki kesempatan untuk
menghabiskan waktu liburan di Pulau Samosir, sebuah pulau yang tidak
hanya memiliki pemandangan yang indah akan tetapi juga suasana yang
menyenangkan. Selain menikmati keindahan Danau Toba kalian juga dapat
menemukan banyak lokasi wisata menarik di Pulau Samosir ini, salah
satunya adalah Pantai Batu Hoda.

185
Seperti yang sudah kami infokan jika Pantai Batu Hoda ini sendiri sudah
memiliki fasilitas yang lengkap dan dapat kalian gunakan untuk membuat
waktu liburan kalian menjadi lebih menyenangkan dan juga nyaman. Dan
fasilitas yang dapat kalian temukan disini adalah sebagai berikut :

- Sebuah Mushola yang dapat kalian gunakan untuk melakukan ibadah


kalian
- Penginapan dan juga area camping ground yang dapat kalian
gunakan untuk menghabiskan malam
- Wisata kuliner halal
- Playground anak – anak
- Berbagai macam fasilitas untuk melakukan aktivitas water sport
- Spot memancing
- Coffee Shop
- Gazebo dan juga Rumah Pohon
- Toilet dan juga kamar mandi yang bersih serta terawat
Dengan fasilitasnya yang lengkap membuat lokasi wisata ini sendiri
cocok bagi kalian yang ingin mengajak keluarga kalian berlibur di Pantai
Batu Hoda ini. Keeksotisan sensasi keindahan alam pantai Batu Hoda yang
berlokasi di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir,
pukau pengunjung untuk menikmati dan menjelajahinya. Pasalnya, selain
alam yang natural yang pancarkan kesejukannya, pantai batu huda itu ada
cerita rakyat nan unik untuk diketahui oleh para pengunjung. Jadi kalau
anda berkunjung ke Danua Toba, kurang puas rasanya jika tak singgah di
pantai Batu Hoda Samosir. Karena berbagai wahana dengan konsep penuh
warna kini sedang ditata. Mulai dari rumah pohon, deretan gajebo dan tenda
Pantai, space selfie dan welfie, wahana air, space kemping, konsep
foodcourt hingga homestayakan tersedia di destinasi tersebut.

186
Hingga ada juga permainan anak, agar wisatawan bisa lebih betah.
Konsep foodcourt adalah memberdayakan masyarakat, akan ada bagi hasil
dan ada makanan khas batak serta bukan khas batak, misalnya ikan
tinombur dan arsik. Cerita singkatnya, hikayat kuda betina yang setia
menunggu pasanganya menjadi cerita turun temurun di masyarakat sekitar
Pantai Batu Hoda. Diyakini, diantara batuan-batuan besar yang
menghampar di tepian pantai, Kuda Betina yang telah menjadi batu adalah
salah satunya. “Di Pantai ini ada cerita rakyat, ada kuda (betina) menunggui
pasangannya. Kuda itu datang dari danau, kemudian menunggui
pasangannya.

Namun pasangannya tak datang-datang dan kuda itu berubah menjadi


batu,” kata Ombang selaku pengelola objek wisata dan untuk mengenang
hikayat itu, bilang Ombang, patung Kuda Betina didirikan di areal sekitar
Pantai. Kreatif, patung itu mengusung konsep pemanfaatan limbah dengan
material ban-ban sepeda motor bekas yang disusun secara apik dan artistik
serta instagramable.

187
“Bagi pemerintah setempat, menyulap Pantai Batu Hoda menjadi
salah satu lokasi wisata adalah pilihan bisnis yang tepat. Pasir putih, pohon-
pohon rindang dan luas areal yang memadai menjadi kapital yang menjual.
Kian menarik, Pantai ini memiliki story telling dan menjadi daya tarik
tersendiri untuk dibranding memikat wisatawan,” tuturnya. Menurut
Ombang, Pantai Batu Hoda akan dikelola secara bersama dengan warga
sekitar dengan manajemen bagi hasil. UKM dan kuliner lokal akan
dilibatkan dengan maksimal. Objek wisata ini diharapkan menjadi stimulan
baru perekonomian masyarakat sekitar.

Termasuk bagi pemerintah Kabupaten Samosir, destinasi ini juga


akan menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang baru. Misalnya
dari retribusi pengunjung, terutama wisatawan mancanegara. “Akan
dikenakan retribusi kepada pengunjung, ya nanti akan di manajemen
dengan masyarakat,” pungkas Ombang.

188
Khusus untuk menggaet wisatawan mancanegara, menurut Ombang
Pantai Hoda akan memberikan fasilitas yang menjadi buruan para turis.
Para pengunjung yang ingin menikmati pesona alam pantai Batu Huda
Samosir, melalui rute Pemantangsiantar-Tigaras-Simanindo (tempat Pantai
Batu Hoda) diperhitungkan hanya memakan waktu 2 jam kurang lebih.

Dalam konsep kepariwisataan, kebersihan menjadi role model yang


tidak bisa ditawar. Di Batu Hoda Beach melibatkan warga sekitar untuk
terlibat dalam menciptakan suasana bersih dan nyaman itu. Pelibatan warga
sekitar termasuk membagi kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan
pengunjung, agar perekonomian warga sekitar ikut terdongkrak. Selain
kebersihan, jasa penyewaan pelampung dari ban sepenuhnya dilakukan oleh
warga sekitar. Bahkan, unit Coffee Shop yang ada di Batu Hoda Beach
dikelola secara mandiri oleh warga sekitar Desa Cinta Damai, Kecamatan
Simanindo Samosir.

Pantai Batu Hoda memiliki keindahan alam dengan pemandangan


tebing Danau Toba mengarah ke Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Simalungun. Di samping itu, Pantai Batu Hoda juga memiliki pasir putih
halus dan pasir kasar serta bebatuan besar. Di sini, kita bisa berswafoto
dengan latar belakang pemandangan yang indah. Selain itu, desiran ombak
Danau Toba memberikan ketenangan kepada pengunjung.

Danau Toba di Sumatera Utara menjadi salah satu destinasi yang


paling sering dikunjungi wisatawan. Di sana ada salah satu pantai indah,
namanya Pantai Batu Hoda. Pantai Batu Hoda dibuka untuk umum pada
awal September 2018 oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir. Pantai
Batu Hoda berjarak sekitar 1 kilometer dari pelabuhan Simanindo,
Kabupaten Samosir.

189
Sementara jika dari Kota Medan ke Pantai Batu Hoda membutuhkan
waktu sekitar 6 jam. Meski perjalanan jauh, namun lelah kita akan dibayar
dengan keindahan alam di lokasi ini. "Batu Hoda ini adalah pantai yang
sangat bagus. Dengan kondisi bebatuan, pasir dan pepohonan,"

Pantai Batu hoda ini tepatnya berada di Dusun Malau, Desa Cinta Dame
Kecamatan Simanindo. Akses menuju pantai cukup mudah, dapat melalui
Pelabuhan Tomok atau Tuktuk lalu mengambil arah ke kanan untuk
mengikuti jalur lingkar Samosir. Estimasi waktu tempuh dari Tomok ke
lokasi ini sekitar 30 menit yang berlokasi di antara jalan dari tomok ke
pangururan. Selain itu Pantai Batu Hoda sangat mudah dijangkau dari
Pelabuhan Simanindo. Jarak tempuh dari Kota Medan menuju lokasi dapat
ditempuh kurang lebih selama 6 jam.

190
Pantai yang berada di titik paling utara dari Pulau Samosir ini kerap
menjadi destinasi wisata keluarga baik wisatawan lokal ataupun
mancanegara. Batu Hoda atau Batu Kuda merupakan sebuah patung
berbentuk kuda yang sering dilambangkan sebagai simbol kesetiaan. Hal ini
tak luput dari mitos yang berkembang seputar keberadaan Batu Kuda di
pantai tepi Toba ini. Fasilitas yang ada di pantai ini antara lain berupa
tempat bermain anak, tempat memancing, wisata kuliner halal, rumah
pohon, water sport, gazebo, kedai kopi, musholla, kamar mandi, penginapan
hingga camping ground.
Memasuki kawasan wisata pantai pengunjung akan dikenakan tiket
masuk. Harganya cukup terjangkau. Bagi yang ingin berkemah akan
dikenakan biaya tambahan. Tiket Masuk Rp25.000 Tiket Masuk Camping
Rp 20.000. Pengunjung dapat berwisata ke area pantai setiap hari sejak pagi
hingga sore hari. Kendati demikian pengunjung tetap bisa menyaksikan
matahari terbit atau terbenam dengan cara berkemah. Pohon-pohon yang
berada di sekitar pantai tidak ditebang melainkan terus dirawat dan ditata
sesuai dengan adat setempat. Penggunaan kain yang dililit pada batang
pohon dengan warna putih, merah dan hitam sebagai warna khas warga
Batak. Wisata pantai ini memiliki banyak permainan mulai dari sepeda air,
banana boat, atau permainan darat seperti rumah pohon atau tempat
bermain anak juga tersedia.
Sore hari itu kami berkunjung ke Pantai Batu Hoda dan melihat seorang
turis asing di Pantai Batu Hoda tersebut. Sudah lama kami memendam
penasaran tentang pengelolaan pantai ini. Pasalnya, sering sekali teman-
teman kami menyebut nama Pantai Batu Hoda. Ada yang bahkan
merekomendasikan agar konsep pengelolaan pantai ini ditiru oleh pengelola
pantai lainnya.

191
Begitu masuk, kami disambut oleh penjaga yang menyambut di pintu
masuk pantai ini. Terdapat palang yang menjadi akses untuk masuk. Karena
siang itu perutnya lapar, kami langsung menuju warung yang tidak jauh dari
pintu masuk.

Saat masih asyik makan, perhatian kami tertuju kepada sejumlah bule
yang lagi menikmati suasana pantai di bawah pohon. Kami terpikir untuk
menyapa. Mempraktekkan kemampuan Bahasa Inggris kami sekaligus
menanyakan alasan mereka memilih Pantai Batu Hoda. Kami percepat
makan dan minum dan segera menjumpai bule-bule tadi. Sempat sulit untuk
menemukan waktu yang tepat untuk menyapa mereka. Karena mereka pun
sibuk memgambil foto. Saat mereka duduk, barulah kami menyapa mereka.
Salah satu turis itu mengatakan pantai Batu Hoda mirip dengan pantai-
pantai yang ada di daerah asalnya. Lanskapnya bagus. Pasir putihnya yang
luas menjadikan pantai ini sedap dipandang. Selain itu, apa saja yang
dibutuhkan oleh wisatawan, ada di pantai ini, katanya.

192
“Kami menginap di Pangururan. Kami sedang melakukan penelitian
tugas kuliah kemudian salah satu staf penginapan tersebut
merekomendasikan ke kami untuk berkunjung ke Pantai ini. Kami suka
pantai ini karena pantai sangat indah dan kebersihannya juga terjaga. Ada
banyak wahana di pantai ini. Itu buat wisawatan betah untuk berlama-lama
di pantai. Banyak hal yang mereka bisa lakukan di pantai yang mengisi
waktu mereka. Selain itu, adanya pilihan makanan dan minuman di pantai
ini membuat wisatawan betah dan tidak perlu keluar untuk mencari
kebutuhan mereka. Di Samosir itu Lebih Tenang Saat disinggung apa hal
menarik yang di temukan selama di Samosir, turis tersebut mengatakan
Samosir Lebih tenang dibandingkan tempat lain yang ia jalani sebelumnya.

Dalam beberapa hari liburannya di Samosir, sang turis berharap


dapat mengunjungi berbagai wisata alam seperti Air Terjun dan melihat
satwa. Dalam kesempatan itu kami pun menyebutkan ada air terjun di
Samosir yang cukup menantang yakni Air Terjun Efrata dan ada Taman
Sibaganding tempat dia bisa berkesempatan memberi makan siamang dan
kera. Jumlah pengunjung di beberapa objek wisata pantai di Kabupaten
Samosir, Sumatra Utara, seperti Pantai Indah Situngkir, Pantai Tandarabun,
pada libur Nyepi terpantau sedikit lesu. Sedangkan objek wisata Batu Hoda
Beach di Dusun Malau, Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, terlihat
ramai.

Dituturkan, pantai yang setiap harinya buka mulai pukul 09.30 WIB,
khusus untuk balita tidak dikenai tiket masuk. Sementara untuk sewa
banana boat Rp 40.000/orang, tikar Rp 15.000 tanpa hitungan jam, ban Rp
10.000 hingga puas, dan tersedia menu makanan nusantara, serta
menyediakan mushola.

193
Tiket Rp 20.000/orang sudah termasuk bebas menggunakan fasilitas
seperti toilet, gazebo dan foto spot yang di sediakan. Disampaikan juga, di
Batu Hoda Beach, lebih mengutamakan kebersihan, dan tidak
diperbolehkan berjualan didalam selain pengelola, agar pengunjung bebas
menikmati lokasi pantai dari setiap sudut. Lebih lanjut disampaikan, di Batu
Hoda Beach, ada 2 orang yang dipekerjakan oleh manajemen pengelola
khusus menangani kebersihan. Dan 20 persen dari Rp 20.000/orang untuk
tiket masuk, itu disetorkan oleh manajemen kepada Pemerintah Kabupaten
Samosir sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Yang pasti,
sudah banyak pengunjung yang datang kesini, baik lokal maupun
mancanegara. Termasuk Pak Wakil Gubernur Sumatra Utara Musa
Rajekshah sudah pernah ke tempat tersebut.

Mengunjungi pantai Batu Hoda adalah rangkaian perjalanan wisata


pelengkap wisata Danau Toba. Seperti telah saya laporkan di Jayakarta
News sebelumnya, bahwa banyak objek lain yang menarik dikunjungi.
Objek terakhir sebelum ke Pantai Batu Hoda adalah air terjun Sampuran
Efrata di Desa Sosor Dolok. Dari Efrata ke Pantai Batu Hoda, saya tempuh
melalui Simpang Limbong belok kiri. Sebenarnya, lurus pun bisa, dan nanti
dua jalur itu bertemu di simpang Hot Spring Pangururan. Akan tetapi, belok
ke kiri di Simpang Lembong lebih direkomendasikan, karena jalur ini
melalui panorama yang sangat menakjubkan.

Sejumlah spot wisata terlewati jika melalui jalur ini. Misalnya yang
ada di Desa Sianjur Mula-mula. Di desa ini ada objek wisata Aek Sipitu
Dai, Batu Obon, dan pemandian air panas. Sepanjang perjalanan, mata bisa
memandang hamparan Danau Toba dengan airnya yang membiru, berlatar
belakang bukit-bukit menjulang. Pemandangan kian menakjubkan
mendekati Pulau Tulas.

194
Objek wisata Pantai Batu Hoda ini tidak sulit dijangkau. Sekalipun
dari Medan. Jika menempuh jalur Puncak Tele, perlu waktu enam jam
dengan jaminan panorama yang menakjubkan. Sementara jika melalui jalur
Parapat, lebih cepat satu jam, dengan panorama lain yang juga menarik.
Bagi yang berkendara sendiri, tak perlu khawatir, karena papan petunjuk
cukup jelas. Kami yang mendekati pantai dari air terjun Efrata, hanya perlu
waktu sekitar 1,5 jam, sampai pada pintu gerbang dengan penjagaan.
“Selamat pagi Pak, maaf ada berapa orang?” ujar petugas retribusi. Ya,
kami, para pengunjung harus membayar retribusi Rp 20.000 per orang, tarif
tersebut sudah termasuk bebas menikmati fasilitas gazebo, berswafoto di
spot-spot yang ada. Kecuali jika ingin berfoto di rumah pohon atau
menyewa ban, akan dikenakan biaya tambahan.

Dokumentasi Kelompok

195
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Desa Siallagan merupakan sebuah desa pariwisata yang
dikembangkan oleh seorang pemilik desa tersebut, yang bernama Bapak
Gading Siallagan. Desa Siallagan ini menjadi sangat menarik dikarenakan
terdapat situs-situs bersejarah berupa Rumah Adat Batak Toba, Batu Kursi
Parsidangan, Batu Eksekusi Pemenggalan Kepala, yang dikembangkan
dalam industri kepariwisataan.
Dalam pengembangan kepariwisataan Desa Siallagan melibatkan
sistem kekerabatan masayarakat Batak Toba. Yang dimana sistem
kekerabatan tersebut terwujudkan melalui nilai-nilai dalihan na tolu.Di
dalam dalihan na tolu tersebut terdapat pilar utamanya, yaitu sombah
marhula-hula, manat mardongan tubu, dan elek marboru. Di dalam dalihan
na tolu itu juga terdapat tiga kedudukan dalam masyarakat Batak Toba,
yaitu hula-hula, dongan tubu, dan boru. Dengan dalihan na tolu jugalah
diatur bagaimana seorang bersuku Batak Toba harus bertindak dan bersikap
di dalam. Namun meskipun berbeda kedudukan di dalam adat dalihan na
tolu, tetapi sesungguhnya haruslah dianggap sejajar, dan tidak boleh ada
yang dianggap lebih tinggi maupun lebih rendah drajatnya.
Sistem Kekerabatan dalihan na tolu juga turut ambil bagian di dalam
pengembangan kepariwisataan Desa Siallagan, baik itu dalam bentuk
narasi, interaksi, maupun atraksi. Pertama, sistem kekerabatan dalihan na
tolu dalam bentuk narasi, terealisasikan ketika tour guide menyampaikan
cerita atau sejarah tentang Desa Siallagan yang kehidupan masyarakat
desanya begitu erat dengan nilai-nilai dalihan na tolu.

196
Masyarakat yang tinggal di Desa Siallagan dari zaman dahulu hingga
saat ini masih memegang teguh nilai-nilai dalihan na tolu. Meskipun pada
zaman dahulu di dalam satu rumah itu bisa sampai empat keluarga, namun
sangat jarang terjadi kekerasan atau konflik antar keluarga tersebut. Hal ini
dikarenakan mereka yang mengaggap bahwa semuanya adalah saudara
(terlepas dari mereka yang tinggal adalah bermarga Siallagan). Kedua,
nilai-nilai dalihan na tolu pada saat berinteraksi berinteraksi dengan
wisatawan-wisatawan yang datang ke Desa Siallagan.
Interaksi yang terjalin diantara mereka biasanya dimulai dengan
menanyakan marga wisatawan tersebut untuk menentukan tutur yang akan
dipakai untuk menyebutkan wisatawan itu, seperti tulang, amangboru, bapa
tua, dan lain sebagainya. Namun, apabila wisatawan tersebut berasal dari
luar etnis batak, maka ia akan diperlakukan dengan sangat baik layaknya
seorang hula-hula yang harus disombah seperti pada dalihan na tolu.
Ketiga, yaitu sistem kekerabatan dalihan na tolu dalam bentuk atraksi
adalah ketika dilakukannya suatu acara di Desa Siallagan yang
diperuntukkan kepada wisatawan yang datang berkunjung.
Biasanya acara tersebut berupa tarian tortor yang disertai dengan
gondang mula-mula, gondang sombah, gondang bebas, gondang olop-olop,
dan gondang sitio-tio. Pada saat acara menortor itu para petugas wisata
yang ada di Desa Siallagan tersebut akan memperlakukan wisatawan
tersebut persis seperti perlakukan hula-hula seperti halnya di sombah
(sembah) ketika sedang menari, dan lain sebagainya. Selain itu, nilai-nilai
dalihan na tolu juga berperan sebagai pengendali sosial terkait
kepariwisataan Desa Siallagan. Dengan nilai-nilai dalihan na tolu, konflik
yang terjadi anatara Bapak Gading Siallagan selaku pemlik pariwisata Desa
Siallagan dengans audaranya telah terselesaikan dengan jalan dibentuknya
sebuah objek wisata bernama “Ojek Wisata Batu Sira”.

197
Selain itu, nlai-nilai dalihan na tolu juga berperan dalam
mengendalikan pendistribusian terkait pariwisata Desa Siallagan terhadap
pemerintah setempat, yakni dengan dibangunnya sebuah dermaga wisata
sebagai tempat untuk memperoleh distribusi pariwisata Desa Siallagan
kepada pemerintah setempat. Kebiasaan di Desa Siallagan, ketika
wisatawan yang berkunjung ke Desa Siallagan, maka mereka akan
menyambut kedatanganya, dengan menerapkan partuturan dalam
masayarakat Batak Toba, yakni dengan menanyakan marga dari wisatawan
tersebut, kemudian memberikan tutur penyapaan dalam Batak Toba, seperti
tulang, amang tua, dan lain sebagainya.
Selain itu, diterapkan pula kebudayaan Batak Toba untuk
menyambut wisatawan tersebut, yaitu dengan melakukan tarian tor-tor
disertai dengan gondang mula-mula, gondang sombah, gondang bebas,
gondang olop-olop, dan gondang sitio-tio. Para wisatawan tersebut juga
diperlakukan dengan sangat baik layaknya hula-hula di adat Batak Toba.
Selain itu, di luar Desa Siallagan juga, masyarakat lokal memperlakukan
baik para wisatawan, dengan bersikap ramah dan penuh kesopanan.
Saran
Sekianlah laporan Mini Riset kami dari kelompok 1 yang membahas
tentang “Kearifan Lokal Di Kabupaten Samosir”, kiranya dapat
memberikan edukasi kepada peneliti maupun pembaca. Kami menyadari
dalam pembuatan laporan Mini Riset ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan untuk itu kami kelompok 1 sangat berharap saran, kritik dan
tambahan dari bapak/ibu dan teman-teman sekalian. Terimakasih, selamat
membaca..

198
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, A. M. SOSIOLOGI: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta:


Bumi Aksara. 1993.

Brown, Redcliffe. Method in Social Anthropology. USA: The University of


Chicago Press. 1958.

Buaton, Kleofine, Heru Purwadio. “Kriteria Pengembangan Kawasan


Wisata Danau Toba Parapat, Sumatera Utara,” Jurnal Teknik ITS, I
(2015), hal. 1-5.

Budianta, Eka. Toba dan Samosir Untuk Dunia. Jakarta: Badan Pelestari
Pusaka Indonesia. 2011.

Causey, Andrew. Danau Toba. Medan: Bina Media Perintis, 2006.

Damanik, Janianton, et.al. Membangun Pariwisata Dari Bawah.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015.

Dwi, Ike. Pemasaran Pariwisata Yang Bertanggungjawab. Jakarta:


Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2011.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI Press. 1980.

Marintan Dina. “Filosofi Bentuk Rumah Adat Batak”. Medan: Universitas


Negeri Medan. 2018

Marpaung, Happy. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta. 2002.

Pinata, I Gede, Putu G. Gayatri. “Sosiologi Pariwisata” Yogyakarta: ANDI


Yogyakarta. 2005.

Rahardjo, Supratikno, Hamdi Muluk. Pengelolaan Warisan Budaya di


Indonesia. Bandung: Lubuk Agung, 2011.

199
Ratman, Dadang Rizki.“Äkselerasi Pembangunan Kepariwisataan Dalam
Rangka Pencapaian Target 12 Juta Wisman dan 260 JutaWisnus
2016”. Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Investasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata. 2016.

Richardson, John, Martin Fluker. Understanding and Managing Tourism.


Australia: Pearson Education. 2004.

Sedarmayanti. Membangun & Mengembangkan Kebudayaan & Industri


Pariwisata. Bandung: PT. Refika Aditama, 2014.

Setiadi, Elly, Usman Kolip. PENGANTAR SOSIOLOGI: Pemahaman


Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya. Jakarta: Kencana. 2011.

Shri, Ahimsa, Heddy. Strukturalisme Levi-Srauss Mitos dan Karya Sastra.


Yogyakarta: Galang Press, 2001.

Sibarani, Robert. Masirimpa. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan, 2017.

Siswanto. Sumberdaya Arkeologi. Jawa Barat: Balai Arkeologi Jawa Barat.


2018 Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Penganar. Jakarta:
Rajawali Pers. 2002.

Sparkes, Stephen, Signe Howell. The House in Southeast Asia. London:


Routledge Curzon, 2003.

Wardi, I Nyoman. “Pengelolaan Warisan Budaya Berwawasan Lingkungan:


Studi Kasus Pengelolaan Living Monument Di Bali,” Jurnal Bumi
Lestari, 8 (Agustus 2008), hal. 193-204.

200
Nurdin. (2018, februari 18). Batu Kubur/Sarkofagus Simarmata tinggalan
Simarta Raja. Retrieved november 22, 2022, from
kebudayaan.kemdikbud.go.id:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/batu-kubur-
sarkofagus-simarmata-tinggalan-simarta-raja/

Rumah.com. (2020, agustus 23). Inilah Rumah Adat Batak: Rumah Bolon.
Retrieved november 22, 2022, from rumah,com:
https://www.rumah.com/panduan-properti/rumah-adat-Batak-31727

Sinaga, D. (2022, april 22). Kisah Sarkofagus Berpindah-pindah di Huta


Raja Samosir. Retrieved november 22, 2022, from ninna.id:
https://www.ninna.id/kisah-sarkofagus-berpindah-pindah-di-huta-
raja-samosir/

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1280/10/UNIKOM_Khairunnisa_BA
B%20IV.pdf

https://batakpedia.org/jenis-ulos-batak-toba-beserta-gambarnya-dan-
fungsinya/

http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/11262/Cover%20-
%20Bab1%20-%204216117sc-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://tribunmedanwiki.tribunnews.com/2020/09/26/fashion-show-ulos-
pertama-kali-digelar-di-kampung-ulos-hutaraja-samosir

https://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/11262/Bab6%20
-%20Daftar%20Pustaka%20-%204216117sc-
p.pdf?sequence=3&isAllowed=y

201
Badrin, A. (2021, september 17). Batu Hobon, Batu Sakral dari Pusuk Buhit yang
Melegenda, Konon Menyimpan Obat dan Harta. Retrieved november 17,
2022, from poskotasumut.com:
https://sumut.poskota.co.id/2021/09/17/batu-hobon-batu-sakral-dari-
pusuk-buhit-yang-melegenda-konon-menyimpan-obat-dan-harta?view=all

Batakindonesia.com, R. (2017, desember 5). Perjalanan Mengesankan Saat


Berkunjung ke Batu Sawan. Retrieved november 18, 2022, from Redaksi
Batakindonesia.com: https://batakindonesia.com/perjalanan-mengesankan-
saat-berkunjung-ke-batu-sawan/

Marpaung, A. (2015, Desember 15). Perkampungan Si Raja Batak, Jejak


Peradaban Bangso Batak. Retrieved November 18, 2022, from
HarianSIB.Com: https://www.hariansib.com/detail/Marsipature-
Hutanabe/Perkampungan-Si-Raja-Batak--Jejak-Peradaban-Bangso-Batak

Pane, M. (2017, Juli 19). Aek Sipitu Dai, Sumber Air dengan Tujuh Rasa Berbeda,
di Samosir. Retrieved november 22, 2022, from Jawapos.com:
https://www.jawapos.com/features/19/07/2017/ke-aek-sipitu-dai-sumber-
air-dengan-tujuh-rasa-berbeda-di-samosir/

pardede, T. (n.d.). Si Boru Nantinjo Awal Terjadinya Pulau Malau. Retrieved


from dede.wordpress.com:
https://togapardede.wordpress.com/2012/08/23/si-boru-nantinjo-awal-
terjadinya-pulau-malau/

Rahmawati, F. (2020, Juli 16). 5 Fakta Menarik Aek Sipitu Dai, Sumber Mata Air
yang Punya Tujuh Rasa di Samosir. Retrieved November 22, 2022, from
Merdeka.com: https://www.merdeka.com/sumut/5-fakta-menarik-aek-
sipitu-dai-sumber-mata-air-yang-punya-tujuh-rasa-di-samosir.html

Situmorang, W. (2014). AEK SIPITUDAI (AIR TUJUH RASA) SEBAGAI


OBJEK WISATA DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA. Digital
Repository UNIMED, 1-9.

Tobaria. (2021, september 1). Uniknya Mual Batu Sawan , Memiliki Air Alami
Dengan Rasa Jeruk Purut. Retrieved november 13, 2022, from
Tobaria.com: https://tobaria.com/uniknya-mual-batu-sawan-memiliki-air-
alami-dengan-rasa-jeruk-purut/

202
https://www.bing.com/ck/a?!&&p=27d2fbf13e412cbbJmltdHM9MTY2OT
MzNDQwMCZpZ3VpZD0zOThlY2QzNi0wM2Q1LTZhZWYtMT
Y0Yi1kZjUzMDI4MzZiNTEmaW5zaWQ9NTE5Nw&ptn=3&hsh=
3&fclid=398ecd36-03d5-6aef-164b-
df5302836b51&psq=jurnal+batu+hoda&u=a1aHR0cHM6Ly9wb3J0
YWx3aXNhdGEuY28uaWQvYmF0dS1ob2RhLWJlYWNoLXdpc2
F0YS1kaS1zYW1vc2lyLXRlcmJhaWsv&ntb=1

https://www.bing.com/ck/a?!&&p=80f8f921d0456c35JmltdHM9MTY2OT
MzNDQwMCZpZ3VpZD0zOThlY2QzNi0wM2Q1LTZhZWYtMT
Y0Yi1kZjUzMDI4MzZiNTEmaW5zaWQ9NTI4MA&ptn=3&hsh=3
&fclid=398ecd36-03d5-6aef-164b-
df5302836b51&psq=jurnal+batu+hoda&u=a1aHR0cHM6Ly90cmF2
ZWxzcHJvbW8uY29tL2h0bS13aXNhdGEvcGFudGFpLWJhdHUta
G9kYS1zYW1vc2lyLw&ntb=1

https://www.bing.com/ck/a?!&&p=3dabf1a9628106d9JmltdHM9MTY2OT
MzNDQwMCZpZ3VpZD0zOThlY2QzNi0wM2Q1LTZhZWYtMT
Y0Yi1kZjUzMDI4MzZiNTEmaW5zaWQ9NTExNQ&ptn=3&hsh=
3&fclid=398ecd36-03d5-6aef-164b-
df5302836b51&psq=jurnal+batu+hoda+samosir&u=a1aHR0cHM6L
y9yZXBvc2l0b3J5LnBhbmNhYnVkaS5hYy5pZC93ZWJzaXRlL2R
ldGFpbC8yMjM3OS9wZW5lbGl0aWFuL3BlcmFuY2FuZ2FuLWx
hbnNrYXAta2F3YXNhbi1wYW50YWktYmF0dS1ob2RhLWRpL
WthYnVwYXRlbi1zYW1vc2lyLWRlbmdhbi1wZW5kZWthdGFuL
WxhbnNrYXAtYnVkYXlh&ntb=1

203
https://www.bing.com/ck/a?!&&p=0995f74e60b10c10JmltdHM9MTY2OT
MzNDQwMCZpZ3VpZD0zOThlY2QzNi0wM2Q1LTZhZWYtMT
Y0Yi1kZjUzMDI4MzZiNTEmaW5zaWQ9NTExNw&ptn=3&hsh=
3&fclid=398ecd36-03d5-6aef-164b-
df5302836b51&psq=jurnal+huta+siallagan&u=a1aHR0cHM6Ly9qd
XJuYWwudWlzdS5hYy5pZC9pbmRleC5waHAvbGFuZ3VhZ2Vsa
XRlcmFjeS9hcnRpY2xlL3ZpZXcvNTI0OQ&ntb=1

https://www.bing.com/ck/a?!&&p=cf99b17eb4eb8cdfJmltdHM9MTY2OT
MzNDQwMCZpZ3VpZD0zOThlY2QzNi0wM2Q1LTZhZWYtMT
Y0Yi1kZjUzMDI4MzZiNTEmaW5zaWQ9NTE4MA&ptn=3&hsh=
3&fclid=398ecd36-03d5-6aef-164b-
df5302836b51&psq=jurnal+huta+siallagan&u=a1aHR0cHM6Ly9qd
XJuYWwudWlzdS5hYy5pZC9pbmRleC5waHAvbGFuZ3VhZ2Vsa
XRlcmFjeS9hcnRpY2xlL2Rvd25sb2FkLzUyNDkvcGRm&ntb=1

http://mywisatafaisal.blogspot.com/2016/02/huta-siallagan-samosir-
tradisi.html

http://www.sumutprov.go.id/berita-lainnya/992-geopark-kaldera-toba-jadi-
ikon-pariwisata-sumut

https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_adat_Batak_Toba

https://id.wikipedia.org/wiki/Simanindo,_Samosir

https://www.tripadvisor.co.id/LocationPhotoDirectLink-g2301775d338410-
i58406267-Lake_Toba-North_Sumatra_Sumatra.html

204
https://www.bing.com/ck/a?!&&p=3e02616623c9b992JmltdHM9MTY2O
TMzNDQwMCZpZ3VpZD0zOThlY2QzNi0wM2Q1LTZhZWYtM
TY0Yi1kZjUzMDI4MzZiNTEmaW5zaWQ9NTIyMg&ptn=3&hsh=
3&fclid=398ecd36-03d5-6aef-164b-
df5302836b51&psq=jurnal+huta+siallagan&u=a1aHR0cDovL3JlcG
9zaXRvcnkudW1zdS5hYy5pZC9iaXRzdHJlYW0vaGFuZGxlLzEy
MzQ1Njc4OS84MDUyL1Nrcmlwc2klMjBCdW5nYSUyMEd1cmt5
LnBkZj9zZXF1ZW5jZT0x&ntb=1

205

Anda mungkin juga menyukai