Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PARIWISATA BUDAYA DARI BERBAGAI REFERENSI

OLEH :RABEKA DHUKA SAHAR


KELAS:III UPW C
NIM : 1923781550
MATAKULIAH :

PARIWISATA BUDAYA

i
KATAN PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PARIWISATA BUDAYA DARI BERBAGAI
REFERENSI ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
PARIWISATA BUDAYA .Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pariwisata Budaya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih pada Ibu selaku dosen matakuliah Pariwisata Budaya yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terimaksaih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari,makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna .Oleh karena itu kritik dan
saran yang menbangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kupang,10 februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………2
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHSAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………………………………………4
B. Analisi Penelitian……………………………………………………………………………..6
C. Benda Cagar Budaya/Objek di Duga Cagar Budaya………………………………………….8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………………......12
B. Saran………………………………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempet yeng lain.yang bersifat sementara
,di lakukan perorangan maupun kelompok,sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosisal,budaya,alam,dan ilmu.Menurut
Sujali(1989),dalam penekanan kajian geografi di dasarkan dengan pendekatan keruangan,dengan
memulai pendekatan dengan unsur-unsur geografi seperti unsure letak,luas,bentuk,batas dan persebaran.

Besarnya potensi kepurbakalaan yang ada di wilayah kerja BPCB Gianyar, khususnya Provinsi
NTT, menimbulkan konsekuensi masih banyak diantara warisan budayayang ada belum dapat
diinventarisasi keberadaannya.Inventarisasiterhadap peninggalan itu diharapkan akan dapat menjadi
sumber data sejarah budaya untuk kepentingan pendidikan maupun dalam rangka pelestariannya.
Inventarisasi merupakan langkah yang amat penting untuk dilakukan dalam upaya pelestarian terhadap
cagar budaya. Mengingat warisan budaya mempunyai sifat yang terbatas dan  tidak dapat diperbarui.
Berkaitan dengan inventarisasi, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 52 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya disebutkan bahwa salah satu fungsi
BPCB adalah melaksanakan dokumentasi dan publikasi cagar budaya. Jadi kegiatan inventarisasi dengan
pendokumentasian termasuk di dalamnya, merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh BPCB.
Kegiatan inventarisasi terhadap potensi cagar budaya diharapkan akan menghasilkan suatu daftar warisan
budaya/cagar budaya yang dapat memberikan gambaran tentang persebaran warisan budaya/cagar budaya
yang ada di wilayah kerja masing-masing BPCB.

Kabupaten Ende yang merupakan bagian dari Pulau Flores mempunyai sejarah yang sangat
panjang dan meninggalkan bukti-bukti fisik hasil kegiatan manusia pendukungnya di masa lampau. Bukti
fisik tersebut berupa sejumlah peninggalan arkeologi yang ditemukan tersebar di seluruh wilayahnya.
Sebagai warisan budaya masa lalu yang sangat beragam, peninggalan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarkan bahan, jaman, fungsi maupun jenisnya. Berdasarkan
bahan, bukti fisik tersebut dapat terbuat dari batu, padas, tanah liat, logam, dan lain-lain. Kalau
berdasarkan  zaman, warisan tersebut ada yang berasal dari zaman prasejarah, masa klasik Hindu-Budha,
1

masa Islam, masa kolonial dan masa kemerdekaan. Berdasarkan fungsi, warisan budaya tersebut  dapat
berfungsi sakral dan profan. Berdasarkan jenis, sesuai dengan Undang-undang No. 11 tahun 2010, dapat
dibedakan menjadi benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan.

Upaya-upaya pelestarian terhadap warisan budaya/cagar budayadi Kabupaten Ende


telahdiupayakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar, diantaranya berupa penempatan juru
pelihara, pemetaan dan dokumentasi. Terkait dengan kegiatan inventarisasi warisanbudaya di Kabupaten
Ende,  tercatatbaru 8 lokasi yang sudahdiinventarisir. Diantaranya lokasi-lokasi yang terkait dengan
sejarah pengasingan Bung Karno di Ende. Delapan lokasi yang dimaksud adalah Rumah Pengasingan
Bung Karno, Taman Renungan Bung Karno(Pohon Sukun), Gedung Imakulata, Makam Ibu Amsi, Gereja
Paroki Kristus Katedral Ende, Percetakan Offset Arnoldus, Detasemen Polisi Militer IX/I dan  Masjid
Besar Ar-Rabithah.

B. Rumusan Masalah

Kegiatan Inventarisasi Warisan Budaya di Kabupaten Ende, NTT, dimaksudkan untuk  lebih
menyempurnakan kwalitas dan menambah kwantitas data yang telah ada. Dengan harapan hasil yang
diperoleh benar-benar merupakan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik jumlah, jenis
dan berbagai aspek penting lainnya. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk menjaring data agar
dapat digunakan sebagai dasar bahan dalam penyusunan Daftar Induk Inventarisasi Warisan
Budaya/Cagar Budaya yang tersebar di Kabupaten Ende, dan dapat dijadikan dasar dalam penentuan
kebijakan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatannya.

C.Tujuan

Untuk mencapai hasil sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan, harus memenuhi  kaedah-kaedah
metodelogi yang lazim digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan lebih
berbobot dan memiliki nilai ilmiah.   Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kepustakaan merupakan salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan studi teknis dengan
menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu yang  dipublikasikan. Selain itu studi pustaka
merupakan metode untuk mendapatkan sumber-sumber data yang terkait dengan obyek yang
2

akan dilaksanakan studi. 

2. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung obyek yang
akan diteliti untuk mengetahui kondisi benda yang sebenarnya.
3. Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan tokoh masyarakat, aparat desa, atau orang-orang yang mengetahui informasi
tentang cagar budaya yang menjadi sasaran kegiatan.  Wawancara dilakukan dalam kegiatan
ini dengan metode tanpa struktur.
3

BAB II

PEMBAHSAN

A. Deskripsi Hasil penelitian

Letak dan Lingkungannya

Kabupaten Ende merupakan salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan
luas wilayah 2.046,59 km2 (204.660 Ha). Secara astronomikabupaten  ini  terletak pada posisi 8°26´04°
8°4´17° – 8°54’27° 8°42’30° LS dan 121°50´41° 121°26’04° – 121°24’0° 121°24’27° BT. Secara
geografis Kabupaten Ende memiliki letak yang cukup strategis karena berada  dibagian

tengah Pulau Flores yang diapit oleh lima Kabupaten di bagian barat : Nagekeo, Ngada, Manggarai
4

Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat, sedangkan dibagian timur oleh dua kabupaten yakni :
Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Ende adalah kota transit penghubung bagian barat Flores
dan bagian timur Flores, dengan batas-batas wilayah :

 Utara             : Laut Flores


 Timur             : Kabupaten Sikka
 Selatan          : Laut Sawu
 Barat             : Kabupaten Ngada (www.nttprov.go.id)
 Ende juga merupakansebuah kabupaten yang dikelilingi olehperbukitan.Bukit-bukit ini
menampilkan keindahan yang luar biasa. Di sinilah terdapat Gunung Kelimutu, kawasan Taman
Nasional Kelimutu dan Danau Kelimutu atau yang disebut juga dengan Danau Tiga
Warna.Pembagian wilayah menurut ketinggian dari permukaan laut terdiri atas 79,4 % berada
pada ketinggian kurang dari 500 meter diatas permukaan laut, dan 20,6% berada pada ketinggian
lebih dari 500 meter diatas permukaan laut.Perubahan suhu harian tidak terlalu menonjol antara
musim panas dan musim dingin.Rata-rata amplitudo suhu harian 60 o C dengan rata-rata suhu
siang hari 33,5o C dan malam hari 23o C. Hal ini menunjukkan perbedaan suhu siang dan malam
tidak terlalu besar.Ini berarti bahwa cuaca di wilayah daerah ini tidak terlalu dingin dan tidak pula
terlalu panas(www.nttuweb.com/ntt).
 Wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Ende  terbagi menjadi 21 kecamatan, yaitu :
Nangapanda, Ende, Ende Selatan, Ende Utara, Ende Tengah, Ende Timur, Ndona, Wolowaru,
Maurole, Detusoko, Pulau Ende, Maukaro, Wewaria, Wolojita, Kelimutu, Detukeli, Kota Baru,
Lio Timur, Ndori, Ndona Timur, dan Lepembusu Kelisoke (Wikipedia.org). Mengenai lokasi-
lokasi yang menjadi sasaran kegiatan inventarisasi, secara administratif tersebar di 3 kecamatan,
yaitu Ndona, Ende Utara, dan Wolowaru. Kondisi lingkungan masing-masing lokasi akan
digambarkan dalam sketsa dan peta di bawah ini

5
B. Analisis Penelitian

Kampung Adat A Bhisu One

Secara administratif Kampung Adat A  Bhisu One termasuk dalam wilayah Dusun A Bhisu One, Desa
Jopu, Kecamatan Wolowaru. Secara astronomis terletak pada posisi 51 L 0374785 UTM 9027757. Untuk
mencapai lokasi situs tidaklah sulit karena dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan
roda empat. Setelah memasuki wilayah Desa Jopu akan terlihat keberadaan  Rumah Pastur dan Gereja
Santa Maria Immakulata yang mengapit jalan menuju Rumah Adat A Bhisu One. Setelah melewati jalan

6
yang menanjak tersebut dan perkampungan penduduk maka tiba di areal Rumah AdatA Bhisu One. Di
areal ini terdapat sebuah bangunan rumah adat dan  kubur-kubur  batu.

Situs Kampung Adat A Bhisu One

 No. Inventaris  :  3/15-05/ST/14


 Alamat : 
o Dusun : A Bhisu One
o Desa : Jopu
o Kecamatan  : Wolowaru
o Kabupaten : Ende
o Provinsi : NTT
 Koordinat :  50 L 0374785 UTM 9027757
 Luas Lahan :  23,20 m x 11,50 m = 266,8 m2
 Batas-batas : 
o Utara : Rumah penduduk
o Timur : Rumah  Bhiku (tempat menyimpan peti jenazah)
o Selatan : Rumah  penduduk

7
o Barat : Rumah penduduk
 Periode :  –
 Latar Budaya  : Tradisi prasejarah
 Pemilik :  Krisensius Wilfridus Neo
 Pengelola :  Krisensius Wilfridus Neo
 Deskripsi : Lokasi ini merupakan sebuah perkampungan adat  yang terdiri  atas rumah  adat 
dan struktur-struktur tradisi prasejarah, serta bangunan-bangunan baru lainnya.Secara
keseluruhan pemukiman di kampung ini cukup padat, dengan areal Rumah Adat Abhisu One
berada pada salah satu sisinya. Di areal ini  terdapat sebuah rumah adat  dan tempat untuk
menghaturkan sesajen kepada nenek moyang penduduk setempat.

C.Benda Cagar Budaya/Objek Diduga Cagar Budaya

Meriam Tumbuk

8
 No. Inventaris  : 1/16-05/BB/68
 Ukuran
o Panjang : 60 cm
o Diameter : 6 cm
o Garis lingkar atas : 18 cm
o Garis lingkar bawah : 14 cm
 Bahan : Baja
 Kondisi : Terawat, utuh
 Deskripsi : Terdiri atas bagian badan meriam dan penumbuk dengan panjang 52 cm. Pada 
bagian badan terdapat dua lubang yang difungsikan sebagai tempat mengikat tali gantungan.

Pedang

 No. Inventaris : 1/16-05/BB/69


 Ukuran
o Panjang : 83 cm
o Lebar ujung : 5 cm
o Lebar bawah :3 cm

9
 Bahan : Besi, kayu
 Kondisi : Terawat, utuh
 Deskripsi : Bagian tajam pedang dibuat makin membesar di bagian ujung dengan pegangan
dibuat agak membengkok.
 Rumah Adat A Bhisu One

 No. Inventaris : 2/16-05/BNG/12


 Ukuran
o Tinggi : –
o Panjang : 11,16 m
o Lebar : 6,53 m
 Bahan : Kayu, bambu, ilalang
 Kondisi  : Utuh
 Arah hadap : Utara
 Deskripsi : Konstruksi rumah adat ini adalah bangunan rumah panggung. Bagian kaki atau

10
panggung memakai sistem penyangga, menggunakan enam buah tiang utama berbentuk
silindris dengan wujud natural. Bagian badan memakai dinding papan kayu. Pola ruangnya
terdiri dua bagian yakni bagian ruangan dalam dan serambah depan. Bagian atap memakai
alang-alang. Bentuk atap bagian samping kiri dan kanan adalah segi tiga sama sisi, sedangkan
bagian depan dan belakang membentuk agak persegi empat. Pada keempat sudut-sudutnya
membentuk empat bubungan yakni dua bubungan berada di depan dan dua lagi berada di
belakang. Bubungan bagian atasnya horizontal (datar). Pola ruangnya terbagi menjadi dua
bagian yakni ruang musyawarah  (tenda ria), dan ruang tidur sekaligus berfungsi ruang
memasak (dapur).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa :
Ketradisioanalan sebuah daerah yang belum mengenal kehidupan modern itu sangat di minati oleh
banyak pengunjung ,dan dengan daerah yang belum begitu terkenal itu bias membuat ketradisionalan dari
kampung adat tersebut tetap terjaga dan tidak mudah terpengaruh oleh kebiasan baru atau tradisi baru dari
daerah luar.

B.Saran
Terkait dengan hal tersebut, saya menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan seperti berikut
ini :

 Tetap menjaga kelesatiar lingkungan


 Ikut serta membangun dan memelihara lingkungan sekitar
 Tetap menjaga ketradisionalan budaya dari daerah yang kita tinggal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Endraswara. 2007. Metode, Teori, dan Teknik Penelitian


Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
__________2012. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai