PARIWISATA BUDAYA
i
KATAN PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PARIWISATA BUDAYA DARI BERBAGAI
REFERENSI ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
PARIWISATA BUDAYA .Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pariwisata Budaya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih pada Ibu selaku dosen matakuliah Pariwisata Budaya yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terimaksaih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari,makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna .Oleh karena itu kritik dan
saran yang menbangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kupang,10 februari 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………2
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHSAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………………………………………4
B. Analisi Penelitian……………………………………………………………………………..6
C. Benda Cagar Budaya/Objek di Duga Cagar Budaya………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempet yeng lain.yang bersifat sementara
,di lakukan perorangan maupun kelompok,sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosisal,budaya,alam,dan ilmu.Menurut
Sujali(1989),dalam penekanan kajian geografi di dasarkan dengan pendekatan keruangan,dengan
memulai pendekatan dengan unsur-unsur geografi seperti unsure letak,luas,bentuk,batas dan persebaran.
Besarnya potensi kepurbakalaan yang ada di wilayah kerja BPCB Gianyar, khususnya Provinsi
NTT, menimbulkan konsekuensi masih banyak diantara warisan budayayang ada belum dapat
diinventarisasi keberadaannya.Inventarisasiterhadap peninggalan itu diharapkan akan dapat menjadi
sumber data sejarah budaya untuk kepentingan pendidikan maupun dalam rangka pelestariannya.
Inventarisasi merupakan langkah yang amat penting untuk dilakukan dalam upaya pelestarian terhadap
cagar budaya. Mengingat warisan budaya mempunyai sifat yang terbatas dan tidak dapat diperbarui.
Berkaitan dengan inventarisasi, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 52 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya disebutkan bahwa salah satu fungsi
BPCB adalah melaksanakan dokumentasi dan publikasi cagar budaya. Jadi kegiatan inventarisasi dengan
pendokumentasian termasuk di dalamnya, merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh BPCB.
Kegiatan inventarisasi terhadap potensi cagar budaya diharapkan akan menghasilkan suatu daftar warisan
budaya/cagar budaya yang dapat memberikan gambaran tentang persebaran warisan budaya/cagar budaya
yang ada di wilayah kerja masing-masing BPCB.
Kabupaten Ende yang merupakan bagian dari Pulau Flores mempunyai sejarah yang sangat
panjang dan meninggalkan bukti-bukti fisik hasil kegiatan manusia pendukungnya di masa lampau. Bukti
fisik tersebut berupa sejumlah peninggalan arkeologi yang ditemukan tersebar di seluruh wilayahnya.
Sebagai warisan budaya masa lalu yang sangat beragam, peninggalan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarkan bahan, jaman, fungsi maupun jenisnya. Berdasarkan
bahan, bukti fisik tersebut dapat terbuat dari batu, padas, tanah liat, logam, dan lain-lain. Kalau
berdasarkan zaman, warisan tersebut ada yang berasal dari zaman prasejarah, masa klasik Hindu-Budha,
1
masa Islam, masa kolonial dan masa kemerdekaan. Berdasarkan fungsi, warisan budaya tersebut dapat
berfungsi sakral dan profan. Berdasarkan jenis, sesuai dengan Undang-undang No. 11 tahun 2010, dapat
dibedakan menjadi benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan.
B. Rumusan Masalah
Kegiatan Inventarisasi Warisan Budaya di Kabupaten Ende, NTT, dimaksudkan untuk lebih
menyempurnakan kwalitas dan menambah kwantitas data yang telah ada. Dengan harapan hasil yang
diperoleh benar-benar merupakan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik jumlah, jenis
dan berbagai aspek penting lainnya. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk menjaring data agar
dapat digunakan sebagai dasar bahan dalam penyusunan Daftar Induk Inventarisasi Warisan
Budaya/Cagar Budaya yang tersebar di Kabupaten Ende, dan dapat dijadikan dasar dalam penentuan
kebijakan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatannya.
C.Tujuan
Untuk mencapai hasil sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan, harus memenuhi kaedah-kaedah
metodelogi yang lazim digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan lebih
berbobot dan memiliki nilai ilmiah. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Kepustakaan merupakan salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan studi teknis dengan
menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu yang dipublikasikan. Selain itu studi pustaka
merupakan metode untuk mendapatkan sumber-sumber data yang terkait dengan obyek yang
2
2. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung obyek yang
akan diteliti untuk mengetahui kondisi benda yang sebenarnya.
3. Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan tokoh masyarakat, aparat desa, atau orang-orang yang mengetahui informasi
tentang cagar budaya yang menjadi sasaran kegiatan. Wawancara dilakukan dalam kegiatan
ini dengan metode tanpa struktur.
3
BAB II
PEMBAHSAN
Kabupaten Ende merupakan salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan
luas wilayah 2.046,59 km2 (204.660 Ha). Secara astronomikabupaten ini terletak pada posisi 8°26´04°
8°4´17° – 8°54’27° 8°42’30° LS dan 121°50´41° 121°26’04° – 121°24’0° 121°24’27° BT. Secara
geografis Kabupaten Ende memiliki letak yang cukup strategis karena berada dibagian
tengah Pulau Flores yang diapit oleh lima Kabupaten di bagian barat : Nagekeo, Ngada, Manggarai
4
Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat, sedangkan dibagian timur oleh dua kabupaten yakni :
Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Ende adalah kota transit penghubung bagian barat Flores
dan bagian timur Flores, dengan batas-batas wilayah :
5
B. Analisis Penelitian
Secara administratif Kampung Adat A Bhisu One termasuk dalam wilayah Dusun A Bhisu One, Desa
Jopu, Kecamatan Wolowaru. Secara astronomis terletak pada posisi 51 L 0374785 UTM 9027757. Untuk
mencapai lokasi situs tidaklah sulit karena dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan
roda empat. Setelah memasuki wilayah Desa Jopu akan terlihat keberadaan Rumah Pastur dan Gereja
Santa Maria Immakulata yang mengapit jalan menuju Rumah Adat A Bhisu One. Setelah melewati jalan
6
yang menanjak tersebut dan perkampungan penduduk maka tiba di areal Rumah AdatA Bhisu One. Di
areal ini terdapat sebuah bangunan rumah adat dan kubur-kubur batu.
7
o Barat : Rumah penduduk
Periode : –
Latar Budaya : Tradisi prasejarah
Pemilik : Krisensius Wilfridus Neo
Pengelola : Krisensius Wilfridus Neo
Deskripsi : Lokasi ini merupakan sebuah perkampungan adat yang terdiri atas rumah adat
dan struktur-struktur tradisi prasejarah, serta bangunan-bangunan baru lainnya.Secara
keseluruhan pemukiman di kampung ini cukup padat, dengan areal Rumah Adat Abhisu One
berada pada salah satu sisinya. Di areal ini terdapat sebuah rumah adat dan tempat untuk
menghaturkan sesajen kepada nenek moyang penduduk setempat.
Meriam Tumbuk
8
No. Inventaris : 1/16-05/BB/68
Ukuran
o Panjang : 60 cm
o Diameter : 6 cm
o Garis lingkar atas : 18 cm
o Garis lingkar bawah : 14 cm
Bahan : Baja
Kondisi : Terawat, utuh
Deskripsi : Terdiri atas bagian badan meriam dan penumbuk dengan panjang 52 cm. Pada
bagian badan terdapat dua lubang yang difungsikan sebagai tempat mengikat tali gantungan.
Pedang
9
Bahan : Besi, kayu
Kondisi : Terawat, utuh
Deskripsi : Bagian tajam pedang dibuat makin membesar di bagian ujung dengan pegangan
dibuat agak membengkok.
Rumah Adat A Bhisu One
10
panggung memakai sistem penyangga, menggunakan enam buah tiang utama berbentuk
silindris dengan wujud natural. Bagian badan memakai dinding papan kayu. Pola ruangnya
terdiri dua bagian yakni bagian ruangan dalam dan serambah depan. Bagian atap memakai
alang-alang. Bentuk atap bagian samping kiri dan kanan adalah segi tiga sama sisi, sedangkan
bagian depan dan belakang membentuk agak persegi empat. Pada keempat sudut-sudutnya
membentuk empat bubungan yakni dua bubungan berada di depan dan dua lagi berada di
belakang. Bubungan bagian atasnya horizontal (datar). Pola ruangnya terbagi menjadi dua
bagian yakni ruang musyawarah (tenda ria), dan ruang tidur sekaligus berfungsi ruang
memasak (dapur).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa :
Ketradisioanalan sebuah daerah yang belum mengenal kehidupan modern itu sangat di minati oleh
banyak pengunjung ,dan dengan daerah yang belum begitu terkenal itu bias membuat ketradisionalan dari
kampung adat tersebut tetap terjaga dan tidak mudah terpengaruh oleh kebiasan baru atau tradisi baru dari
daerah luar.
B.Saran
Terkait dengan hal tersebut, saya menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan seperti berikut
ini :
12
DAFTAR PUSTAKA