Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PROSES PENCIPTAAN DESAIN COVER MAJALAH


SENI BUDAYA PROBOLINGGO

Di susun oleh :

Erlan Sentoso

PROGRAM SERTIFIKASI KEAHLIAN DAN SERTIFIKASI PENDIDIK


(KEAHLIAN GANDA)
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas Keahlian Ganda dalam pembuatan laporan dalam
bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana dan masih sangat kurang
sempurna.
Laporan ini berisikan tentang kondisi budaya Kota/Kabupaten Probolinggo
yang meliputi ritual petik laut, ritual kasada bromo, tari jaran bodhag, kerapan sapid
an wisata manga dan anggur. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih diucapkan
kepada:
1. Ibu Dra. Liem Arisayanti,M.Ds.selaku Pembimbing/mentor dari P4TK Jogyakarta.
2. Ibu Dra. Eko Suprati, S.Sn.MA.selaku Pembimbing/mentor dari P4TK Jogyakarta.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
pembelajaran yang saya miliki belum pernah saya ikut apalagi terjun dalam usaha
desain grafika. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman sampul…………………………………………………………… i
Kata Pengantar…………………………………………………………….. ii
Daftar Isi…………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ……….………………………………………….. 1
1.2.Rumusan ……….………………………………………………… 2
1.3.Tujuan Penulisan Laporan..………………………………………. 2
1.4.Maanfaat Penulisan laporan………………………………………. 2
1.5. Metode Pengumpulan Data………………………………………. 2

BAB II KAJIAN TEORI


2.1.Pengertian Budaya……………………………………………….. 4
2.2.Budaya Lokal…………………………………………………….. 4
2.3.Pengertian Budaya Nasional…………………………………….. 5

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Potensi Fisik……………………………………………………. 7
3.2. Ritual ………….……………………………………………….. 13
3.3. Petik Laut………………………………………………………. 14
3.4. Kasada Bromo………………………………………………….. 15
3.5. Kerapan Sapi…………………………………………………… 21
3.6. Jaran Bedhag …………………………………………………… 22
3.7. Mangga dan Anggur……………………………………………. 24

BAB IV PROSES PEMBUATAN COVER MAJALAH


4.1. Thumbnail Sketch ……………………………………………. 27
4.2 Alat Desain ……………………………………………………. 29
4.3. Desain terpilih …...……………………………………………. 30

iii
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan……………………………………………………… 31
DAFTAR RUJUKAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki Objek Wisata terbanyak
di Dunia, ini disebabkan karena luasnya negeri ini dan terdiri dari ribuan Pulau, ribuan
suku, Budaya, Iklim, Sejarah, Agama dan banyak lagi faktor yang mendukung sebagai
Tujuan Wisata Domestik maupun manca negara. Probolinggo, adalah
sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Terletak sekitar 100 km sebelah
tenggara Surabaya, Kota Probolinggo berbatasan dengan Selat Madura di sebelah
utara, serta Kabupaten Probolinggo di sebelah timur, selatan, dan barat. Probolinggo
merupakan kota terbesar keempat di Jawa Timur setelah Surabaya, Malang,
dan Kediri menurut jumlah penduduk. Kota ini terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa
Timur dan menjadi jalur utama pantai utara yang menghubungkan Pulau
Jawa dengan Pulau Bali
Probolinggo yang ada hubungannya dengan cerita kuno, yaitu jatuhnya sebuah
benda bercahaya (meteor). Tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu
dipilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan.
Probo dalam bahasa Sanskerta berarti sinar, sedang Lingga berarti tanda, dalam hal
ini tanda perdamaian. Dapat juga diartikan : asli atau sederhana (seperti perwujudan
seluruh lambang yang sederhana).Dengan lambang ini diharapkan jiwa nurani segenap
penduduk Probolinggo selalu mendapat tuntunan cahaya terang sehingga alam pikiran
dan perbuatannya selalu ditujukan pada usaha tercapainya masyarakat adil makmur,
sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Probolinggo sebagai salah satu kota yang memiliki berbagai macam budaya
dimana masyarakat prpbolinggo tidak akan pernah melupakan sejarah, ritual, seni
budaya, dan wisata. Dari latar belakang ini saya tertarik untuk membahas tentang
proses penciptaan cover desain majalah budaya probolinggo. Ketertarikan saya juga
untuk mengulas budaya dengan proses penciptaan ini sebagai budaya untuk
melestarikan kondisi alam, wiata, dan seni budaya yang sangat menarik yang memang
perlu di jaga kelestariannya sebagai wujud kearifan local dan wajib mencintai
lingkungan oleh setiap warga khususnya masyarakat probolinggo.

1
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dengan tema “Proses Penciptaan Desain Cover Majalah
Seni Budaya Probolinggo” adalah sebagai berikut :
a. Apa yang harus diperhatikan dalam proses membuat desain cover majalah ?
b. Siapa target sasaran pembacanya ?
c. Bagaimana membuat cover majalah sesuai dengan layout ?
d. Bagaimana langkah-langkahnya dalam membuat cover majalah dengan
menggunakan aplikasi software ?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Untuk menciptakan dan mengetahui proses pembuatan desain cover majalah
budaya Probolinggo.
b. Untuk mengetahui siapa sasaran pembacanya.
c. Untuk mengetahui proses membuat majalah sesuai dengan layout.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah proses pembuatan desain cover majalah
dengan menggunakan aplikasi software.

1.4. Manfaat Penulisan


a. Memberikan alternative pembuatan desain cover majalah sehingga menjadi daya
Tarik pembaca
b. Sebagai media untuk menambah pengetahuan tentang objek wisata alam, seni
budaya

1.5. Metode Pengumpulan data


a. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung dari melihat langsung
ditempat, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari sumber
yang sudah ada misalnya dari internet dan gambar-gambar lainnya.
b. Metode Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
pembuatan laporan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,

2
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai
dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer)
atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui,pengamatan,dokumentasi dan mencari di internet. Sedangkan
Instrumen Pengumpul data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
karena berupa alat, atau media, maka instrumen dapat berupa, camera photo, hand
phone dan laptop.
Pengambilan gambar melalui camera langsung dengan maksud untuk
memastikan bahwa kapal laut, kasada gunung bromo, tari jaran bodhag, kerapan sapi
dan wisata buah memang betul-betul ada dan nyata.sedangkan melalui internet hanya
sebatas dokumentasi di media social. Kenapa objek itu kita ambil karena data didalam
pembuatan desain cover majalah sesuai dengan tema yang nantinya akan di baca oleh
masyarakat probolinggo bahkan seluruh warga yang paham betul dengan seni budaya
di Indonesia.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Budaya

4
Sebuah pepatah latin kuno yang mencerminkan tentang kebudayaan adalah :
tempus mutantur, et nos mutamur in illid. Yang artinya: Waktu berubah, dan kita (ikut)
berubah juga di dalamnya. Pepatah tersebut menunjukkan kepada kita bahwa seiring
konteks zaman yang berubah, orang-orang dengan alam pikir dan rasa, karsa, dan
cipta, kebutuhan dan tantangan yang mengalami perubahan serta budaha pun ikut
berubah.. Menurut Jane Supriatna. (2011), budaya diartikan sebagai sekumpulan
pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup
masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana
perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.
Budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan
anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini, bisa dikatan
juga bahwa budaya adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses
yang mengikat setiap orang segera setelah kita lahir di dunia.
Budaya menurut Syarifuddin (2010),sekumpulan pengalaman hidup,
pemrograman kolektif, system sharing, dan tipikal karakteristik perilaku setiap
individu yang ada dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya tentang bagaimana
sistem nilai, norma, simbol-simbol dan kepercayaan atau keyakinan mereka masing-
masing.
2.2.Budaya Lokal
Dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan
memberikan batasan terhadap budaya lokal atau kearifan lokal, mengingat ini akan
terkait teks dan konteks, namun secara etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar
sudah berupaya merumuskan sebuah definisi terhadap local culture atau local wisdom
ini. Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh:
kebudayaan nasional; Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik,
profesi, wilayah atau daerah. Pendapatan Rasid.(2013).Contoh : Budaya Sunda;
Subculture, merupakan kebudyaan khusus dalam sebuah culture, namun kebudyaan
ini tidaklah bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong
royong, Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture yaitu merupakan
bagian turunan dari culture, namun counter-culture ini bertentangan dengan
kebudayaan induknya. Contoh : budaya individualisme
Dilihat dari stuktur dan tingkatannya budaya lokal berada pada
tingat culture. Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia

5
dimana terdiri dari masyarakat yang bersifat manajemuk dalam stuktur sosial, budaya
(multikultural) maupun ekonomi.
Dalam penjelasannya, kebudayaan suku bangsa adalah sama dengan budaya
lokal atau budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum lokal adalah tergantung pada
aspek ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada ruang perkotaan dimana hadir berbagai
budaya lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap pendatang, namun ada budaya
dominan yang berkembang yaitu misalnya budaya lokal yang ada dikota atau tempat
tersebut. Sedangkan kebudayaan nasional adalah akumulasi dari budaya-budaya
daerah.
Definisi Jakobus itu seirama dengan pandangan Rasid (2013). Rasid memandang
budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku bangsa
sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
’kesatuan kebudayaan’. Dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya bahwa
kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan
melalui kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku,
bertindak, serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut.

2.3. Pengertian Budaya Nasional


Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara
tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi
dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi
kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain
memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi
budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua daerah di Negara tersebut
walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya daerah tersebut.
Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan
yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh
pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan
Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya
tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam
semboyan “bhineka tunggal ika”.
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di
Negara tersebut. Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua

6
budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu
tak ada Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar
penjumlahan semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan Nasional
merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan
Nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap
mantap, dan di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh
seluruh warga masyarakat Indonesia.
Pembatasan atau perbedaan antara budaya nasional dan budaya lokal atau
budaya daerah menjadi sebuah penegasan untuk memilah mana yang disebut budaya
nasional dan budaya lokal baik dalam konteks ruang, waktu maupun masyarakat
penganutnya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Potensi Fisik

7
Secara topografi, Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan
kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung
pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan
dan pola penggunaan tanah yang berbeda. Bentuk permukaan daratan di klasifikasikan
atas 3 (tiga) jenis, yaitu : dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100
M diatas permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai
dari Barat ke arah Timur kemudian membujur ke Selatan. Daerah perbukitan dengan
ketinggian 100 – 1.000 M diatas permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah
bagian Tengah sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta pada
bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan. Daerah pegunungan
dengan ketinggian diatas 1.000 M dari permukaan air laut, daerah ini terletak disebelah
barat daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan disebelah Tenggara yaitu di sekitar
Pegunungan Argopuro. Letak geografis Kota Probolinggo 7’10 Lintang Selatan dan
113’30 Bujur Timur dan besarnya area 56.57 Km2 .Batas Teritorial: Batas Selatan :
Leces Dan Sumberasih, Batas Utara : Selat Madura, Batas Timur : Dringin,Batas
Barat Tongas. Panjang pantai wilayah Kota Probolinggo adalah 7 Km. Sebagian
masyarakatnya yang tinggal di kawasan pesisir dan di sekitar pelabuhan mempunyai
mata pencaharian sebagai nelayan, petambak, pengolah hasil perikanan dan pedagang
ikan.
Dalam rangka meningkatkan penguasaan dan pengembangan teknologi
penanganan, pengolahan, pengemasan dan distribusi pemasaran bagi pelaku usaha
pengolahan perikanan dan masyarakat umum. Pada akhirnya yang diharapkan adalah
tumbuhnya iklim investasi di bidang Perikanan baik Perikanan air tawar, air payau dan
perikanan tangkap. Potensi-potensi investasi di bidang perikanan dan kelautan yang
bisa dilakukan dapat dibedakan dalam beberapa kategori usaha antara lain.

Peta wilayah Kota dan Kabupaten Probolinggo

8
Sumber : geogle

Kota dan Kabupaten Probolinggo merupakan kota pesisir yang terletak disebelah
Timur dari propinsi Jatim. Daerahnya merupakan dataran rendah ditepi selat Madura. Meskipun
kotanya merupakan dataran rendah tapi pada latar belakang kota tersebut terletak
pegunungan Tengger dan gunung Bromo. Itulah sebabnya Probolinggo mempunyai
daerah yang subur. Di daerah dataran rendahnya orang menanam tebu dan padi. Probolinggo juga
merupakan titik temu yang penting serta pelabuhan regional yang mempunyai
hubungan infra struktur yang baik dengan kota-kota lain di Jawa Timur.Probolinggo
dilalui oleh Grotepostweg (jalan raya pos), jalan raya yang menghubungkan kota-kota di
pantai Utara Jawa mulai dari Anyer di Jawa Barat sampaiPanarukan di Jatim.

a. Apa yang harus diperhatikan dalam proses membuat desain cover majalah ?
1. Menentukan dan focus pada tema
Sebuah majalah harus jelas target pembacanya, dengan menentukan tema
maka secara otomatis telah menentukan target majalah kita.
2. Menentukan bagaimana bentuk majalah kita nanti
Langkah ini cenderung lebih komplek karena harus memilih jenis bahan
kertas dan ukuran majalah, tampilan halam depan.
3. Tentukan deadline

9
Kita harus bisa menentukan kapan majalah terbit dengan cara menentukan
waktu terlebih dahulu
4. Menentukan isi artikel dan jumlah kolom dan harus selalu berhubungan
dengan tema
5. Dipastikan foto atau gambar yang akan disampaikan harus tampak jelas
dengan menghindari rasa bosan pembaca karena akan mengakibatkan
pembaca berpaling ke majalah lain
6. Membuat desain halaman depan cover yang menarik
7. Proses cetak setelah proses diatas semua telah selesai
8. Pendistribusian dengan cara bekerjasama dengan agen majalah

b. Siapa target sasaran pembacanya ?


Alasan seseorang dalam menulis dapat memengaruhi hasil tulisannya. Jika
seseorang menulis untuk menyenangkan dirinya sendiri, tulisan tersebut
mungkin hanya menjadi konsumsi pribadi. Dalam menulis, tentunya ia tidak
mempertimbangkan siapa yang akan membaca tulisan tersebut karena ia tidak
menulis untuk para pembaca, tetapi untuk dirinya sendiri. Berbeda dengan para
penulis yang ingin membagikan apa yang dia pikirkan kepada orang lain. Itu
berarti dia menulis untuk pembacanya.
Tulisan untuk orang dewasa tentunya berbeda dengan tulisan untuk anak-
anak. Jika yang menjadi target tulisan Anda adalah untuk orang dewasa maka
bahasa yang kita gunakan adalah bahasa ilmiah. Tetapi dalam majalah ini focus
budaya probolinggo karena ini pengetahuan budaya maka anak-anak dan dewasa
dapat mengkonsumsinya dengan bahasa yang dapat dipahami baik anak-anak
ataupun dewasa.

c. Bagaimana membuat cover majalah sesuai dengan layout ?


Membuat desain cover majalah sesuai dengan layout bearti kita harus membuat
dengan konsep Thumbnail sketch atau yang juga sering disebut dengan sketsa
miniatur atau tata letak miniatur adalah tahapan dalam perancangan untuk
menentukan komposisi unsur-unsur yang akan ditempatkan,Rough layout atau
yang sering diistilahkan dengan tata letak kasar adalah tahapan layout setelah
memilih satu thumbnail sketch yang telah diperbesar seperti ukuran sebenarnya,

10
tetapi masih dalam bentuk kasar, Comprehensive/comp atau disebit dengan tata
letak komprehensif adalah langkah lebih lanjut untuk melengkapi semua elemen
yang dibutuhkan.

d. Bagaimana langkah-langkahnya dalam membuat cover majalah dengan


menggunakan aplikasi software ?
Langkah-langkah 1: mempersiapkan laptop, memiliki aplikasi software,
mempersiapkan gambar photo yang cocok dengan tema majalah
Langkah 2: Membuat Background
Dengan Menggunakan / mengklik Rectangle Tool buat kotak persegi, Tekan CTL
+ Q pada keyboard untuk mengkonvert.

Gunakan Shape tool untuk membuat titik tengah sehingga menjadi segi tiga.

11
Langkah 3: Membuat Ukuran dan Content dan Powerclip
Untuk ukuran saya menggunakan ukuran 210x297mm. Klik dua kali pada Rectangle
tool secara otomatis akan muncul kotak sesuai dengan ukuran layar.

12
Efek Power Clip. Group background yang sudah disiapkan kemudian pilih

insert foto model yang telah disiapkan posisikan ditempat yang sesuai.

Langkah 4: Menambahkan beberapa konten. Ada beberapa content yang akan di isi
untuk menghiasi cover majalah, selain sebagai hiasan konten juga berguna untuk
menampilkan informasi yang menarik dalam isi majalah. Mulai dengan mengetik
“tutorial” gunakan font franklin ghotic demi cond, selanjutnya tuliskan corelDRAW
dengan font franklin bold yang sama, posisikan dua baris paling atas cover, seperti
gambar dibawah.
Selanjutnya ketik tulisan “Tips & Trik cepat Menguasai CorelDRAW” dan
beberapa tulisan lainnya seperti pada contoh dibawah dengan menggunakan font
franklin, agar terkesan ada penekanan variasikan dengan tipe cond dan bold.
Selanjutnya buat kotak memanjang dengan menggunakan ractangle tool, warnai
dengan warna biru dan tuliskan “ACEH” dan “DESIGN”. posisikan kotak memanjang
dibelakang model, kemudian text diwarnai dengan warna putih. rotate (putar sedikit
text agak miring) dan power clip kedalam kotak warna biru.

13
3.2. Ritual
Ritual merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk
tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga
berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan
dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara
sembarangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua kejadian terjadi saling
berhubungan, misalnya banjir terjadi karena curah hujan meningkat, keuntungan
penjualan meningkat seiring terjadinya penambahan jumlah barang ditoko, dan kasus-
kasus lainnya. Mengapa mengetahui hubungan antar variabel pentinga?Jika diketahui
bahwa terjadi hubungan antara dua variabel, maka akan mudah untuk menentukan dan
memprediksikan nilai variabel lain.
Korelasi merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan ada
tidaknya hubungan suatu hal dengan hal lain. Secara sederhana memang seperti itulah
pengertian korelasi. Analisis korelasi adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui
ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel. Apabila terdapat hubungan maka
perubahan-perubahan yang terjadi pada salah satu variabel ritual akan mengakibatkan
terjadinya perubahan pada variabel lainnya budaya petik laut, kasda dan lain-lain, hal
tersebut terjadi karena sebab akibat, dan ritual dan budaya tersebut menjadi ciri khas
dari setiap daerah di Indonesia dan sangat berpengaruh kepada masyarakat daerah
tersebut oleh karena itu dalam ritual, budaya, adat istiadat serta seni budaya merupakan
korelasi yang sangat positif.
Korelasi positif atinya suatu hubungan antara variabel ritual dan budaya yang
ditunjukan dengan hubungan sebab akibat dimana apabila terjadi penambahan nilai
pada variabel ritual, maka akan diikuti terjadinya penambahan nilai variabel budaya.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari
kemajemukan tersebut adaklah terdapatnya beraneka ragam ritual keagamaan yang
dilaksanakan dan dilestarikan oleh masing-masing penduduknya. Ritual keagamaan
mempunyai bentuk atau cara melestarikan serta maksud dan tujuan yang berbeda-beda
antara kelompok masyarakat yang satu dengan masyarkaat yang lain. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan lingkungan tempat tinggal, adat serta tradisi yang
diwariskan secara turun temurun.

14
Seni dan budaya apa saja yang sebenarnya sudah dimiliki oleh Probolinggo yang
mampu menumuh kembangkan aspek pariwisata. Baik dari sisi seni, tradisi hingga
adat istiadat.
3.3. Petik Laut
Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk
menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari
sebelum bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka
cita sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar
bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap tahun.
Sehubungan dengan tradisi itu diadakan lomba balap perahu (Petik Laut).
Setiap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan
selalu mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh
Pemerintah Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut ini. Kegiatan ini melambangkan
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada
seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya
gotong-royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para
leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai kota
Probolinggo.
Larung sesaji bumi dan petik laut biasanya diselenggarakan pada tanggal 1 Suro
(Penanggalan Jawa) atau biasanya digelar pada Bulan Nopember (akhir tahun).
Kegiatan tradisi khas masyarakat pesisir ini, telah menjadi agenda tetap Pemerintah
Kota Probolinggo dalam setiap tahunnya, yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan
pagelaran wayang semalam suntuk, ruwatan, selamatan dan pagelaran sendra tari
sampai dengan larung berbagai macam sesaji ke tengah laut. Prosesi larung sesaji pada
dasarnya bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME atas limpahan rejeki yang
dikaruniahkan kepada warga masyarakat pesisir dalam satu tahun ini. Tujuannya yaitu
agar rejeki yang akan didapatkan pada tahun yang akan datang akan semakin
bertambah dan diberikan keselamatan dan kesehatan bagi warga setempat. Lokasi
penyelenggaraan kegiatan larung sesaji bumi dan petik laut yaitu di Pelabuhan
Pelelangan Ikan (PPI), Jl. Pantai Mayangan, Kota Probolinggo.

15
3.4. Kasada Bromo
Probolinggo mempunyai tradisi yaitu Upacara Kasada.Upacara ini diadakan
pada saat purnama bulan Kasada (ke dua belas) tahun saka, upacara ini disebut juga
sebagai Hari Raya Kurban. Biasanya lima hari sebelum upacara Yadnya Kasada,
diadakan berbagai tontonan seperti; tari-tarian, balapan kuda di lautan pasir, jalan
santai, pameran. Sekitar pukul 05.00 pendeta dari masing-masing desa, serta
masyarakat Tengger mendaki Gunung Bromo untuk melempar Kurban (Sesaji) ke
Kawah Gunung Bromo. Setelah pendeta melempar Ongkeknya (tempat sesaji) baru
diikuti oleh masyarakat lainnya.
Ritual Upacara Kasada Gunung Bromo 2018 akan dilakukan oleh Suku Tengger
antara tanggal 9 Juli 2018 – 10 juli 2018, Oleh karena itu bagi yang ingin menyaksikan
momentum atau event tahunan yang sangat menarik ini jangan diliwatkan begitu saja..
Suku Tengger Gunung Bromo merupakan salah satu suku tua di Pulau Jawa,
merupakan penduduk asli di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,
merupakan salah satu taman nasional yang terbaik di miliki Indonesian terletak di
Propinsi Jawa Timur. Sebagai Taman nasional yang menyedot perhatian wisatawan
dari berbagai belahan dunia, di sini terdapat berbagai macam obyek wisata menarik
yang menawarkan suguhan sebagai sarana berlibur wisatawan diantaranya adalah : (1)
gunung Bromo (yang terkenal dengan keindahan sunrisenya, pesona kawah Bromo,
Lautan Pasir dan hamparan rumput menghijau atau savana), (2) gunung Semeru ,

16
merupakan gunung favorit untuk pecinta trekking /climbing atau pendakian. DIlereng
gunung semeru terdapar danau Ranu Kumbolo, Ranu Regulo dan Ranu Pane yang
punya nilai exotis alam yang luar biasa, (3) air Terjun Madakaripura dan Air Terjun
Coban Pelangi, (4) puncak B 20 atau B 30, (5) upacara Adat SUku Tengger Bromo.
Suku Tengger, sebagai suku asli yang mendiami Gunung Bromo mempunya
berbagai macam ritual adat. Salah satu upacara adat yang terkenal adalah Upacara
Yadya Kasada , merupakan ceremonial dari rakyat Tengger untuk persembahan
kepada Tuhan yang di tuangkan dalam upcara di Gunung Bromo. Lokasi tepatnya
upcara ini terletak di Pura Luhur Poten, dengan start jam 12 malam maka upacara ini
sungguh sangat hidmat. Masyarakat sekita Bromo familiar dengan menyebut istilah
Kasodoan, kasadan atau hari raya kasodoan. Keunikan dari Upacara Adat Yadnya
Kasada adalah dengan ritual pelemparan berbagai hasil bumi yang berupa sayuran,
buah buahan, atau hewan ternak ayam atau kambing atau sapi yang di lemparkan ke
mulut kawah Bromo.
Bromo mempunyai pesona alam yang sangat luar biasa, tidak akan pernah habis
kekaguman kita oleh pemandangan alam yang indah. Gunung Bromo berasal dari
bahasa Sansekerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama, gunung bromo
ini merupakan gunung yang masih aktif dan objek pariwisata yang sangat terkenal
diwilayah jawa Timur. Gunung bromo mempunyai ketinggian 2.400 meter di atas
permukaan laut.
Padang Savana di alam pegunungan yang sangat sejuk, kita dapat melihat
rerumputan kering dan padang pasir yang sangat luas. Yang sangat menarik dan indah
pada saat matahari terbit yang kita lihat dari Puncak Gunung di Pananjakan, karena
kabut yang menyelimuti bawah gunung bromo membuat panorama indah dan mistik.
Untuk mencapai gunung pananjakan kita dapat menyewa mobil hardtop yang banyak
terdapat di penginapan. Atau jika anda ingin menikmati pemandangan secara alami
dan sehat anda dapat melewati jalan setapak menuju jalan penanjakan. Tetapi sangat
disarankan anda menyewa guide yang sudah sangat terbiasa akan jalan dan medan di
Bromo.
Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci,
karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih
menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara
Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki

17
gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara
dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo
menurut penanggalan Jawa.
Legenda Asal Mula Upacara Kasada
Menurut ceritera, asal mula upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu.
Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang permaisuri
dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng, setelah menjelang
dewasa sang putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta Brahma bernama
Joko Seger.
Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran dan bersamaan
mulai menyebarnya agama Islam di Jawa, beberapa punggawa kerajaan dan beberapa
kerabatnya memutuskan untuk pindah ke wilayah timur, dan sebagian menuju di
kawasan Pegunungan Tengger termasuk pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan
kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat
Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil
dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger.
Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral
tinggi, simbol perdamaian abadi. Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup
makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah
beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga
dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo
untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai
keturunan.
Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul
namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus
dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger
menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri
orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan
Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam
akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap
gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

18
Kesuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah
Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib :”Saudara-saudaraku
yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi
menyelamatkan kalian semua.
Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian
setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Hyang Widi di kawah
Gunung Bromo. Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger
dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung
Bromo.

Pura Luhur Poten Gunung Bromo


Sebagai pemeluk agama Hindu Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama
Hindu pada umumnya, memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, namun bila
melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.
Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya
upacara Kasada. Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger yang beragama
Hindu, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu susunan
komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga Mandala/zone, yaitu : (1) mandala
utama, disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan yang
terdiri dari Padma berfungsi sebagai bentuknya serupa candi yang dikembangkan
lengkap dengan pepalihan. Fungsi utamanya tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa,
Padma tidak memakai atap yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas,
badan/batur dan kepala yang disebut sari dilengkapi dengan Bedawang, Nala, Garuda
dan Angsa. Bedawang Nalamelukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana,
dibelit oleh seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang
badan padma yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk
dan fungsi padmasana.
Bangunan Sekepat (tiang empat) atau yang lebih besar letaknya di bagian sisi
sehadapan dengan bangunan pemujaan/padmasana, menghadap ke timur atau sesuai
dengan orientasi bangunan pemujaan dan terbuka keempat sisinya. Fungsinya untuk
penyajian sarana upacara atau aktivitas serangkaian upacara. Bale Pawedan serta
tempat dukun sewaktu melakukan pemujaan. Kori Agung Candi Bentar, bentuknya
mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak

19
bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar segi empat atau
sisi banyak dengan sisi-sisi sekitar depa alit, depa madya atau depa agung. Tinggi
bangunan dapat berkisar dari sebesar atau setinggi tugu sampai sekitar 100 meter
memungkinkan pula dibuat lebih tinggi dengan memperhatikan keindahan proporsi
candi bentar.
Untuk pintu masuk pekarangan pura dari jaba pura menuju mandala sisi/nista
atau jaba tengah/mandala utama bisa berupa candi gelung atau kori agung dengan
berbagai variasi hiasan. Untuk pintu masuk pekarangan pura dari jaba tengah/Mandala
Madya ke jeroan Mandala Madya sesuai keindahan proporsi bentuk fungsi dan
besarnya atap bertingkat-tingkat tiga sampai sebelas sesuai fungsinya. Untuk pintu
masuk yang letaknya pada tembok penyengker/pembatas pekarangan pura,
(2) mandala madya/zone tengah, disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan
pengiring upacara terdiri dari Kori Agung Candi Bentar, bentuknya serupa dengan
tugu, kepalanya memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-
tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar, segi empat atau segi banyak
dengan sisi-sisi sekitar satu depa alit, depa madya, depa agung.
Bale Kentongan, disebut bale kul-kul letaknya di sudut depan pekarangan pura,
bentuknya susunan tepas, batur, sari dan atap penutup ruangan kul-kul/kentongan.
Fungsinya untuk tempat kul-kul yang dibunyikan awal, akhir dan saat tertentu dari
rangkaian upacara.
Bale Bengong, disebut juga Pewarengan suci letaknya diantara jaba
tengah/mandala madya, mandala nista/jaba sisi. Bentuk bangunannya empat persegi
atau memanjang deretan tiang dua-dua atau banyak luas bangunan untuk dapur.
Fungsinya untuk mempersiapkan keperluan sajian upacara yang perlu dipersiapkan di
pura yang umumnya jauh dari desa tempat pemukiman, (3) mandala nista/zone depan,
disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura yang terdiri dari
bangunan candi bentar/bangunan penunjang lainnya. Pekarangan pura dibatasi oleh
tembok penyengker batas pekarangan pintu masuk di depan atau di jabaan tengah/sisi
memakai candi bentar dan pintu masuk ke jeroan utama memakai Kori Agung.
Tembok penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi
dan kreasinya sesuai dengan keindahan arsitekturnya. Bangunan pura pada umumnya
menghadap ke barat, memasuki pura menuju ke arah timur demikian pula pemujaan
dan persembahyangan menghadap ke arah timur ke arah terbitnya matahari.

20
Yadnya Kasada (Upacara Kasada)
Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu
(Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong
menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari
berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya, lalu dilemparkan ke kawah Gunung
Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di
Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan
berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.
Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan
sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Kemudian
tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat di
poten lautan pasir Gunung Bromo. Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan
pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara-upacara
ritual perkawinan dll. Sebelum dilantik para dukun harus lulus ujian dengan cara
menghafal dan membacakan mantra-mantra.
Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki
gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai
simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah
banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka
jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah
gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar. Penduduk
yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka
menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak
dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada
dikawah gunung bromo dapat kita lihat dari malam sampai siang hari Kasada Bromo.

21
3.5. Kerapan Sapi
Karapan Sapi sebenarnya bermula dari keseharian petani membajak sawahnya.
Kemudian dikembangkan menjadi perlombaan yang diadakan pada setiap musim
tanam padi tiba. Karapan Sapi ini dilaksanakan di area persawahan setiap sapi yang
memenangkan perlombaan Karapan Sapi, dapat dipastikan memiliki nilai jual yang
sangat tinggi. Sehingga sapi yang mengikuti perlombaan ini dipastikan memiliki
kualitas yang cukup baik. Tidak heran jika perlombaan ini sampai mengeluarkan biaya
yang cukup besar. Tradisi lokal ini menjadi destinasi wisata budaya andalan
Probolinggo. Perhelatan asyik inipun selalu dibanjiri penonton. Karapan sapi brujul,
sebuah budaya balapan sapi pembajak sawah para petani ketika memasuki masa
tanam. Karapan ini berbeda dengan karapan sapi merah di pulau Madura, karena
menggunakan sapi pembajak sawah. Selain itu, aksi balap sap ini juga menggunakan
tanah berlumpur sebagai arena balapan. Sementara peraturan dan aksesoris lainnya,
mirip dengan karapan sapi Madura.
“Seru karena arena yang dipergunakan dalam karapan sapi brujul menggunakan area
persawahan yang berlumpur dan berair sebagai arena balapan. Sementara karapan sapi
Madura dilombakan di tanah lapang yang kering,” ungkap Chintya Mahardika,
penonton asal Surabaya, Rabu (30/8/2017).
Keunikan itu juga menjadi buruan sejumlah fotografer dari berbagai daerah.
Mereka datang untuk memburu foto-foto unik, menarik dan eksotis dengan latar sawah
berlumpur dan objek sapi pembajak sawah. Meski sapi-sapi ini hanya pembajak

22
sawah, namun sebelum dikarap, sapi itu mendapat perlakuan berbeda. Mulai dari
pemberian pakan ekstra hingga pemberian jamu khusus agar memiliki tenaga optimal.
“Sehingga sapi yang mengikuti perlombaan ini dipastikan memiliki kualitas yang
cukup baik. Sebelum ikut lomba dilatih dan diberi jamu-jamuan,”

3.6. Jaran Bodhag


Jaran Bodhag dalam terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak”
(bahasa Jawa dialek Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah, bentuk
lain. Walaupun belum diketahui angka tahun yang pasti sejak kapan kesenian “Jaran
Bodhag” ini mulai diciptakan dan dikenal oleh masyarakat kota Probolinggo, namun
dari beberapa sumber diketahui bahwa “Jaran Bodhag” diciptakan oleh orang-orang
kota Probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.
Pada waktu itu orang-orang Probolinggo, terutama orang-orang pinggiran dan
miskin mendambakan suatu seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang populer di
kalangan masyarakat kota Probolinggo adalah “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran)
yang “ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam dialek lokal untuk menyebut
“Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus
untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada kalangan masyarakat miskin, yang karena kemiskinannya mereka tidak
mampu memiliki atau menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka membuat
modifikasi Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan.

23
Terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher, kemudian leher kuda
kayu itu disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak”
asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris
kuda. “Penunggang” kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan
(dengan kaki sendiri ) dengan menyangga leher kepala kuda lengkap dengan
aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak” itulah yang
disebut dengan “Jaran Bodhag”.
Pada saat ini “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota
Probolinggo. Dan kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak
acara hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Kesenian ini tumbuh dan
berkembang di mayarakat Probolinggo yang sampai sekarang masih aktif untuk
mengadakan kegiatan pembinaan dan pementasan.
Penyajian kesenian ini diiringi dengan musik tradisional yang terdiri dari
kenong, gong, kendang, dan sronen. Jaran Bodhag dibawa oleh dua orang dengan
sebutan janis dan penunggang jaran. Dalam penyajiannya juga ditampilkan tembang-
tembang tradisi khas Jaran Bodhag dengan pakaian penuh gemerlapan, menarik, unik,
yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya. Siapapun
bisa naik Jaran Bodhag, karena gerakannya tidak rumit, tinggal mengikuti irama yang
muncul dari musik kenong telo’. Keberadaan kesenian Jaran Bodhag ini merata
diseluruh Kecamatan Kota Probolinggo.

24
3.7. Mangga dan Anggur

Bagi anda yang biasa melintas di pantura Jawa Timur mulai dari Sidoharjo hingga ke
Banyuwangi tentu pernah mampir ke Probolinggo. Siapa pun pasti tahu dimana
Probolinggo itu berada. Ya….kota kecil Probolinggo berada di daerah pantura Jawa
Timur sebagai kota yang terkenal dengan sebutan Bayuangga. Sebutan ini sehat
dengan kundalini reiki dapat setelah berada di Probolinggo dalam kunjungan ke sentra
produksi buah mangga dan anggur dimana saat itu angin bertiup cukup kencang di
daerah sentra perkebunan ini, membuat dahan-dahan pohon mangga yang siap panen
saling bergesekan bergoyang tertiup angin.
Ciri khas Probolinggo sebagai Bayuangga menandakan bahwa daerah yang
berangin kencang ini sudah sangat terkenal dengan mangga arum manisnya dan juga
buah anggur yang produksi hasil perkebunan ini begitu melimpah membanjiri pasar
Pulau Jawa hingga ke Jakarta. Musim petik mangga Probolinggo biasanya terjadi di
bulan Oktober. Harga jual mangga ini cukup mahal tetapi Anda yang berkunjung saat
panen mangga di daerah ini akan
mendapatkan harga mangga sedikit murah karena produksi melimpah ruah dan
terdapat di seluruh pasar tradisional.
Tak jarang wisatawan mancanegara atau domestik berbelanja mangga sebagai oleh-
oleh. Buah ini dapat bertahan lama ketika dibawa dalam perjalanan panjang misalnya
ke Jakarta. Rasa mangga akan tetap manis, maka kiat membeli mangga disarankan
masih mengkal disaat panen mangga tiba. Selain perkebunan mangga, Probolinggo
juga mempunyai sentra buah anggur yang berada di daerah Kelurahan Ketapang
Kecamatan
Di daerah ini dibentuk kelompok tani sejahtera yang membawahi 3 sub
kelompok tani di Kecamatan Wonoasih dengan kelompok tani Bangojaya di
Kelurahan Sumber Taman, Pemuda Tani di Kelurahan Jrebeng Lor dan Keluarga tani
Sumber Barokah di Kelurahan Pakis Taji. Varietas anggur yang dikembangkan adalah
Red Prince dan Cardinal.Keduavarietas tadi berwarna merah dan rasanya manis dan
tak kalah dengan anggur import
Apakah itu saja sebutan Bayuangga untuk kota Probolinggo? Memang dulu
terkenal dengan julukan itu tetapi kini ada sebutan baru bagi kota ini yaitu kota
seribu taman.Orangpun tahu bahwa Probolinggo mempunyai Pantai Pasir Putih

25
sebagai sarana wisata laut namun juga mempunyai taman mungil yang berderet rapi,
cantik dan sangat terawat begitu kita masuk pintu gerbang kota ini. Tidak itu saja
taman ini ada di jalan masuk kota tetapi hampir ada di setiap pelosok kampung.
Begitu memasuki pintu gerbang kota Probolinggo mata akan tertuju pada
rangkaian taman mungil yang tertata apik. Aneka bunga berwarna warni dan hijau
dedaunan ini menandakan sapaan ramah warga kota kepada setiap pengunjung apakah
musafir ini menginap di kota ini atau hanya sekedar lewat dalam perjalanan menuju
Banyuwangi atau Surabaya.
Ketika melakukan perjalanan ke Banyuwangi 20 tahun silam, sehat bersama
reiki dan kerabat kerja poduksi film sempat mampir sejenak ke Pasir Putih dan ke
sentra perkebunan mangga dan anggur tetapi tidak menjumpai deretan taman di
pelosok kota dan desa. Baru dalam kunjungan kali ini Probolinggo sudah mempunyai
sebutan sebagai kota seribu taman.
Probolinggo kota seribu taman dirintis. Saat ini hasilnya bisa dinikmati dengan
hadirnya deretan taman yang hijau dengan tumbuhnya beraneka bunga di setiap taman
yang ada di dalam kota dan desa. Langkah penghijauan dan penanaman tanaman bunga
dimaksudkan sebagai penambah keindahan dan kesejukan taman yang efeknya bisa
mengurangi global warming yang saat ini sedang melanda hampir di kota besar di
belahan dunia. Untuk itu Pemerintah Pusat dan Daerah menganugerahi tiga kali
penghargaan Adi Pura, Walikota Peduli Kehutanan dan Penghargaan Inovasi
Manajemen Perkotaan. Saat ini Pemkot Probolinggo juga mulai membudayakan hidup
sehat dengan sasaran seluruh warga kota demi mewujudkan obsesi Probolinggo sehat
2010. Khusus penghargaan inovasi manajeman perkotaan, kota Probolinggo
memperoleh dua penghargaan yakni peringkat pertama untuk katagori ruang terbuka
hijau dan peringkat kedua untuk sanitasi. Menjelang panen mangga Oktober nanti
sehat dengan kundalini reiki mengajak Anda untuk singgah sejenak di Probolinggo
bila melakukan perjalanan menuju Pulau Bali. Anda bisa mengistirahatkan mata
sejenak sambil memandang ribuan buah mangga hijau yang bergelantungan di sentra
perkebunan mangga. Anda mau?

26
27
BAB IV
PROSES PEMBUATAN COVER MAJALAH

4.1. Thumbnail Sketch


Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan cover majalah dimulai dengan
pembuatan desain miniature sket layout untuk menetukan posisi komposisi-komposisi
unsur yang akan ditempatkan. Dibuat dalam bentuk bervariasi atau dengan alternative
sehingga bias menjadi sarana ekonomis dalam membuat alternative rancangan dan
bisi dikerjakan dalam relative cepat.
Tahap kedua adalah Rough layout atau sering diistilahkan dengan tata letak
kasar. Pada tahap ini teks nya sudah terbaca tetapi dalam masa uji coba karena apabila
masih belu cocok maka masih bias dirubah lagi.
Tahap ketiga adalah Comprehensive atau tata letak komprehensip adalah
langkah lebih lanjut untuk melengkapi semua elemen yang dibutuhkan. Dibuat secara
lengkap detail, jenis huruf, ilustrasi, warna, loga bodycopy dan ukuran huruf besar dan
kecil

Thumbnail Sketch :
Sket Awal Cover Depan Sket Awal Cover Belakang

28
Rough layout :
Sket Awal Cover Depan Sket Awal Cover Belakang

Comprehensive :
Sket Awal Cover Depan

Email : majalahbudaya wisata@gmail.com


Edisi I : Bulan Maret 2018
Rp. 25.000,00

BUDAYA PROBOLINGGO

Petik laut
Kasada

Jaran Badhak Manggur


Kerapan Sapi

29
Comprehensive :
Sket Awal Cover Belakang

MEDIA KOMUNIKASI PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO


DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI

Kota Probolinggo memiliki ciri khas yang biasa disebut


“bayuangga”.
Apa sih “bayuangga” itu? Pertama terdapat kata “bayu”
yang berarti “Angin”.
Angin yang menjadi ciri khas Kota Probolinggo bernama
Angin Gendhing.
Kata “gendhing” berasal dari nama daerah di Kabupaten
Probolinggo.
Kemudian “ang” dari kata “Anggur” dan “ga” dari kata
“Mangga”

4.2. Alat Desain

Dalam proses awal untuk mendesain tentu saja kita membutuhkan alat-alat
pendukung.Alat-alat tersebut tergantung pada jenis desain yang akan kita buat. Ada
pula alat untuk terlebih dahulu, Software Maupun Hardware pendukung yang akan
hasil desain kita buat menjadi lebih bagus lagi. Berikut ini alat-alat yang dibutuhkan
untuk Desain grafis :
1. Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat sketsa awal untuk membuat desain,lebih
baik terlebih dahulu membuat kita membuat sketsa.

30
2. Pencil, kertas drawing, clutch, buku gambar,pen spidol penggaris dan penghapus.
Untuk merubah desain tangan menjadi desain grafis pasti kita menggukan hardware.
Entah itu hardware wajib ataupun cuman sebatas pendukung untuk memaksimalkan
hasil kerja kita.
a. Berikut ini adalah hardawere yang kita butuhkan untuk membuat desain grafis.
1. Komputer/laptop dengan spec 2 Gb, Intel core i3, i5, i7
b. Software Desain Grafis itu terdiri dari banyak jenis. Sebelum memulai untuk
mendesain kita juga perlu tahu akan membuat apa
c. Software yang digunakan dalam pembuatan Desain Grafis : grafihc, prhotoshop,
coreldrow.

4.3. Desain terpilih


Desain yang dipilih dengan layout perwajahan thumbnail layout, rough layout,
comprehensive dengan tema “Proses Penciptaan Desain Cover Majalah Seni
Budaya Probolinggo”. Cover majalah yang dibuat adalah menggambarkan Budaya
Kota/Kabupaten Probolinggo dengan menceritakan Budaya Ritual Petik Laut, Ritual
Kasada Bromo, Tari jaran badhog, Kerapan Sapid an wisata manga dan anggur.

31
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Budaya merupakan hasil karya manusia berupa daya dari budi yang berupa
cipta,karsa dan rasa. Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya.
Anggapan bahwa masyarakat Tengger sebelum dibina dan dinyatakan sebagai
pemeluk agama Hindu adalah pemeluk Agama buda tidak sepenuhnya salah. Menurut
tata cara adat masyarakat Tengger, setiap Hari Raya Kasada, tiap-tiap desa harus
menyiapkan satu ongkek, yang nantinya akan dibawa oleh dukun mereka ke Pure
Luhur Poten.
Petik Laut atau Larung Sesaji. Selain sebagai ungkapan syukur, Petik Laut juga
mengandung harapan untuk mendapatkan berkah pada musim ikan selanjutnya.
Upacara ini tak boleh terlewatkan dan rela tak melaut selama beberapa hari hanya
untuk mempersiapkan acara.Ritual berawal saat perahu yang akan dilarungkan diisi
terlebih dahulu dengan sejumlah sesaji, seperti nasi kuning, lauk pauk, beberapa
pakaian, sandal, dan sajadah..
Jaran Bodhag mulai muncul dan dikenal oleh masyarakat Kota Probolinggo
sejak zaman awal kemerdekaan. Salah satu sumber menerangkan, bahwa Jaran Bodhag
merupakan kesenian turunan (hybrid) dari kesenian ada sebelumnya, yaitu “Jaran
Kecak”, namun jaran bodhag tidak menggunakan .
Karapan Sapi Brujul merupakan tradisi dan budaya yang khas dari Kabupaten
Probolinggo – Jawa Timur.Walaupun belum pernah melihat Karapan Sapi Brujul ini
pada even lomba yang sebenarnya di lapangan, saya merasa beruntung bisa
menjumpainya dalam even karnaval budaya yang diadakan di kota ini pada beberapa
waktu yang lalu.

32
DAFTAR RUJUKAN

Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta; Rineka Cipta

Jane Supriatna. 2011. Culture Shock Karena Bertemu Kebudayaan yang Baru.
[online]. Tersedia: http://jurnaljane.blogspot.com.html. [26 Februari 2012]

Rasid. 2013. Transformasi Nilai-nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya


Pembangunan.Volume 14

Syarifuddin. 2010. Definisi Budaya Menurut Para Ahli dan Pakar Kebudayaan.
[online] Tersedia : http://carapedia.com/pengertian-definisi-budaya-menurut-
para-ahli-info481/. (25 Februari 2012)

33

Anda mungkin juga menyukai