Anda di halaman 1dari 41

PROSES MASUKNYA KESENIAN SISINGAAN

DI DESA CIKIDANG

AULIYA STUDENT RESEARCH

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan

SMP Islam Terpadu Auliya

Oleh :

THARIQ IRFAN RESWARA

No. Induk: 1516.7.10.081

SMP Islam Terpadu Auliya

2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Auliya Student Reasearch (ASR) ini

telah disetujui untuk diujikan pada tanggal:

...................................................

Nama Tanda Tangan Tanggal

Guru

Pembimbing Dian Anggraini, S.Pd ..................... ...............

Ketua Panitia

ASR Ila Kholilah, S.Pd ..................... ...............

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Auliya Student Reasearch (ASR) ini

telah diujikan pada tanggal:

...................................................

Nama Tanda Tangan Tanggal

Guru

Pembimbing Dian Anggraini, S.Pd ..................... ...............

Penguji 1 Yusuf Amrullah

Hutasuhut, S.Pd ..................... ...............

Penguji 2 Nurhayati, S.Pd ..................... ...............

Kepala

SMP IT Auliya Yuniarti Tahdjoen, S.S ..................... ...............

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdullilahirabbil’alamiin puji dan syukur kehadirat Allah SWT

atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya penulis untuk memiliki

kesempatan, kemampuan, dan kemauan dalam mengerjakan Auliya

Student Reasearch ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang

telah menunjukan jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang

sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian laporan ini adalah nikmat

Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini

penulis menghaturkan rasa hormat kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam pembuatan laporan ini.

1. Kedua Orang Tua tercinta dan adik penulis yang telah ikut

membantu penulis dengan cara memberikan kritik dan saran apa

yang kurang dari laporan ASR ini.

2. Ibu Dian Anggraini, S.Pd sebagai pembimbing penulis, yang telah

mendukung, memberi masukan, dan menyemangatkan penulis

dalam mengerjakan ASR ini, tanpa beliau mungkin penulis tidak

dapat menyelesaikan laporan ini.

iii
3. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah menemani penulis

saat mencari informasi atau data saat di lapangan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ASR ini

masih jauh dari kesempurnaan, baik dari sisi materi ataupun cara

penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga Insya Allah dapat

selesai dengan baik. Oleh karena itu penulis menerima segala masukan

dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini.

Pada akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat

bermanfaat untuk para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakutuh

Tangerang Selatan, 18 Mei 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Lembar Pesetujuan .......................................................................... i

Lembar Pengesahan ........................................................................ ii

Kata Pengantar ................................................................................ iii

Daftar Isi ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................ 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................. 2

1.4 Manfaat Penelitian ........................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI .................................................... 4

2.1 Proses ............................................................. 4

2.2 Masuk .............................................................. 4

2.3 Kesenian Sisingaan ........................................ 5

2.3.1 Sejarah Awal Sisingaan ........................ 6

2.4 Desa Cikidang ................................................. 11

2.4.1 Kesenian di Desa Cikidang .................. 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................... 15

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................ 15

3.2 Metode Penelitian .......................................... 15

3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................. 15

3.4 Alat dan Bahan ............................................... 16

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................... 17

4.1 Sejarah Sisingaan ........................................... 17

4.2 Proses Masuknya Sisingaan ........................... 18

4.3 Pelestarian Sisingaan ..................................... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 21

5.1 Kesimpulan ...................................................... 21

5.2 Saran ............................................................... 21

Daftar Pustaka ................................................................................. 23

Lampiran-lampiran ........................................................................... 25

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari

banyak pulau dan memiliki berbagai suku bangsa, bahasa, dan

adat istiadat. Keanekaragaman budaya tersebut merupakan salah

satu bukti bahwa Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan

budaya.

Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat

bernilai serta menjadi ciri khas suatu daerah dan kepribadian suatu

bangsa. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika mengetahui asal

muasal dan proses masuknya kesenian atau kebudayaan tersebut.

Dengan mengetahui asal muasal dan proses masuknya, akan

muncul keinginan untuk menjaga dan melestarikan budaya

tersebut.

Menjaga serta melestarikan kesenian dan kebudayaan

merupakan kewajiban setiap anak bangsa, maka dari itu penulis

ingin mengadakan penelitian tentang Proses Masuknya Kesenian

Sisingaan di Desa Cikidang. Penulis memilih judul Proses


2

Masuknya Keseniaan Sisingaan di Desa Cikidang, karena terdapat

ciri khas tertentu dari kesenian Sisingaan di Desa Cikidang.

1.2 Perumusan Masalah

Dari penjelasan yang telah disampaikan pada bagian

sebelumnya dapat dirumuskan berbagai permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana sejarah awal dibuatnya kesenian Sisingaan?

2. Bagaimana proses masuknya kesenian Sisingaan di Desa

Cikidang?

3. Apa saja hal yang dapat dilakukan guna melestarikan

kesenian Sisingaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sejarah awal kesenian Sisingaan.

2. Mengetahui bagaimana proses masuknya kesenian

Sisingaan di Desa Cikidang.


3

3. Mengetahui hal-hal yang dapat melestarikan kesenian

Sisingaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui lebih dalam tentang kesenian Sisingaan.

2. Menumbuhkan rasa bangga terhadap kebudayaan di

Indonesia khususnya Sisingaan.

3. Menjadi sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian serupa.


4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Proses

Secara umum, proses diartikan sebagai sebuah urutan

pelaksanaan atau peristiwa yang terjadi secara alami atau

direkayasa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

proses merupakan suatu runtutan perubahan atau peristiwa dalam

perkembangan sesuatu. Dalam suatu proses mungkin bisa dikenali

oleh perubahan yang dibuat pada sifat-sifat dari satu atau lebih

objek di bawah pengaruh proses itu sendiri. Setiap proses yang

telah berjalan selalu menghasilkan sesuatu, hasil yang diciptakan

tersebut bisa berupa hasil yang memang diinginkan atau hasil yang

tidak diinginkan.

2.2 Masuk

Kata masuknya berasal dari kata dasar masuk, yang

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah datang (pergi) ke

dalam. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses


5

masuknya merupakan suatu runtutan atau peristiwa yang datang

dari luar ke dalam perkembangan sesuatu.

2.3 Kesenian Sisingaan

Kata dasar dari kesenian merupakan seni yang dalam

bahasa Sansekerta berasal dari kata ‘Sani’ yang berarti pemujaan,

pelayanan, donasi, permintaan, atau pencarian dengan hormat dan

jujur. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana

yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dalam jiwa

manusia. Kesenian lahir dan berkembang dari kreativitas

masyarakat yang terbentuk dari keadaan sosial ekonomi, letak

geografis, dan pola kegiatan keseharian.

Kesenian Sisingaan merupakan kesenian masyarakat sunda

khususnya Kabupaten Subang. Kesenian Sisingaan menampilkan

minimal dua boneka singa. Boneka tersebut diusung oleh para

pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa tersebut duduk

seorang anak atau seorang tokoh masyarakat. Kesenian Sisingaan

ini pada umumnya ditampilkan pada siang hari dengan berkeliling

kampung pada saat acara adat istiadat.

Seni sebagai ekspresi jiwa manusia sudah barang tentu

mengandung nilai estetika, termasuk kesenian tradisional sisingaan

yang ditumbuh-kembangkan oleh masyarakat Desa Cikidang,


6

Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Namun

demikian, jika dicermati secara mendalam sisingaan tidak hanya

mengandung nilai estetika semata, tetapi ada nilai-nilai lain yang

pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan

sehari-hari bagi masyarakat. Nilai-nilai itu antara lain adalah kerja

sama, kekompakan, ketertiban, dan ketekunan. Nilai kerja sama

terlihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan

budaya para pendahulunya. Nilai kekompakan dan ketertiban

tercermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara

lancar. Nilai kerja keras dan ketekunan tercermin dari penguasaan

gerakan-gerakan tarian.

2.3.1 Sejarah Awal Sisingaan

Perihal sejarah awal Kesenian Sisingaan, ada

beberapa pendapat. Pendapat pertama adalah hasil

kesimpulan dari penelitian seorang pakar kesenian

Sisingaan, Edih AS. Ia sampai pada kesimpulan bahwa

kesenian sisingaan ini mulai berdiri pada tahun 1857 dan

pendirinya adalah Demang Mas Tanudireja. Pendapatnya ini

didasarkan pada penelaahan berdirinya Kademangan

Ciherang, di mana Ciherang oleh beberapa ahli kesenian ini

dianggap sebagai asal daerah kesenian Sisingaan.


7

Sebelum tahun 1860 Ciherang telah berdiri sebagai

sebuah kademangan. Demangnya adalah Mas Tanudireja

yang diangkat tahun 1857. Bahan lainnya yang dijadikan

dasar pengambilan kesimpulan oleh pakar ini adalah hasil

penelitian yang telah dilakukannya dari tahun 1981 sampai

dengan tahun 1985. Dari hasil penelitian itu diperoleh

keterangan mengenai orang-orang atau para pejabat

setempat yang pernah menggelarkan kesenian ini.

Pakar tersebut sampai pada kesimpulan bahwa

kesenian Sisingaan sudah ada sebelum tahun 1910 dan dari

telaahan sejarahnya mengenai Kademangan Ciherang dan

diangkatnya Demang Mas Tanudireja. Ia menyatakan bahwa

kesenian ini mulai ada pada tahun 1857, dan penciptanya

adalah Demang Mas Tanudireja.

Pendapat kedua, mencoba menelusuri asal-usul

lahirnya kesenian Sisingaan melalui rekonstruksi sejarah

penguasaan daerah Subang oleh pihak swasta asing,

Inggris dan Belanda dengan menggambarkan situasi-situasi

yang berlangsung pada setiap periode. Armin Asdi dalam

sebuah makalahnya yang berjudul “Seni Sisingaan dan

Perkembangannya”, mengelompokkan masa perkebunan itu

menjadi tiga periode.


8

Pada periode pertama, daerah Subang dikuasai oleh

orang-orang Inggris yaitu J. Sharpnell dan Muntinghe yang

kemudian Mutinghe menjual tanahnya kepada J. Sharpnell

dan Skelton. Ketika itu perkebunan P and T Land belum

begitu berarti. Daerah pantainya berawa-rawa, datarannya

dipenuhi semak-semak dan daerah gunungnya merupakan

hutan belantara. Daerah ini ketika itu tidak dikelola secara

sungguh-sungguh. Penghasilan tuan tanah berasal dari

pajak bumi penduduk yang sangat jarang. Dengan kondisi

yang seperti itu kecil kemungkinannya untuk dapat

melahirkan suatu karya seni yang besar dan penuh makna

seperti kesenian Sisingaan.

Periode kedua yaitu masa penguasaan pihak swasta

Belanda atas perkebunan P and T Land. Semenjak tahun

1840 ketika keluarga Hoffland menjadi pemilik P and T Land,

perkebunan mulai dikelola secara sungguh-sungguh.

Perkebunan menghasilkan komoditas tanaman yang laku

keras di pasaran dunia. Suasana kehidupan mulai ramai dan

mulai berdatangan orang-orang secara besar-besaran,

khususnya dari daerah Kuningan dan Majalengka yang

kemudian menetap di daerah Subang. Keluarga Hoffland

menjadi sangat terkenal sebagai orang yang mampu


9

memajukan P and T Land dan sekaligus memperbaiki

kehidupan rakyat.

Pada periode ketiga, yaitu tahun 1911 – 1954, P and

T Land kembali dikuasai oleh orang Inggris. Situasi

masyarakat pada waktu itu tengah dibakar oleh semangat

perjuangan yang membara yang disalurkan melalui

organisasi-organisasi badan perjuangan. Tahun 1911 lahir

Sarekat Islam, sebuah organisasi perjuangan yang mudah

dan dapat diterima di kalangan rakyat jelata yang pada

umumnya mempunyai latar belakang Agama Islam dan

persamaan nasib dalam penderitaan akibat tekanan

penjajah.

Pendapat lain mengenai asal-usul kesenian

Sisingaan, dipelopori oleh Mas Nanu Munajar, seorang

seniman akademisi yang berasal dari daerah Subang. Ia

berpendapat bahwa jauh sebelum adanya agama besar,

masyarakat di daerah Subang telah memiliki tradisi Odong-

Odong. Tradisi yang dimaksud adalah kepercayaan yang

memuja dan mengagungkan padi dan para leluhur serta

kekuatan-kekuatan supranatural. Tradisi ini dilangsungkan

dengan cara mengarak sesuatu benda yang dibentuk

menyerupai binatang tertentu dan diiringi dengan


10

bunyi tepuk tangan berirama. Peniruan bentuk binatang ini

adalah ekspresi dari kepercayaan totemisme. Seiring

dengan perkembangan zaman, kesenian Odong-Odong

mengalami perkembangan yang kemudian melahirkan

berbagai bentuk seni pertunjukan dan helaran,

seperti kesenian Mamanukan, Kuda Semprani, dan

Sisingaan.

Pendapat yang ketiga ini mengatakan bahwa

penamaan Kesenian Sisingaan itu sendiri baru muncul pada

tahun 1989. Ketika itu, Kabupaten Subang diminta untuk

mengirimkan misi keseniannya ke Taman Mini Indonesia

Indah (TMII), sementara para seniman Subang belum

memiliki nama yang pas untuk menyebut kesenian Odong-

odong. Akhirnya, dalam sebuah forum seminar yang

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Subang pada tahun 1989, ditetapkanlah nama

Kesenian Sisingaan sebagai delegasi kesenian dari

Kabupaten Subang untuk dipergelarkan di TMII. Semenjak

itu, maka lahirlah Kesenian Sisingaan.


11

2.4 Desa Cikidang

Desa Cikidang adalah salah satu desa di Kecamatan

Lembang yang mempunyai luas wilayah 532,861 m 2. Dilihat dari

topografi ketinggian wilayah Desa Cikidang berada pada 1.312 -

2.084 mdpl dengan keadaan curah hujan rata-rata 20 mm/ serta

suhu rata-rata antara 23oC – 25oC dengan kelembaban udara rata-

rata 74-82% per tahun.

Desa Cikidang dengan jumlah penduduk 6.593 jiwa

mempunyai mata pencaharian sekitar 90% bergerak dibidang

usaha pertanian, terdiri atas usaha komoditas hortikultura,

peternakan, penjual hasil pertanian dan pengolah hasil pertanian.

Desa Cikidang juga memiliki potensi produksi maupun produktivitas

hasil usaha tani yang relatif tinggi, sehingga masyarakat Desa

Cikidang pada umumnya mengandalkan peningkatan ekonomi dari

bidang pertanian.

Secara administrasi Desa Cikidang terletak di wilayah

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Adapun batas-

batas wilayah Desa Cikidang, yaitu sebelah utara berbatasan

dengan kabupaten lain yaitu Desa Ciater di Kabupaten Subang,

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Langensari, di sisi barat

berbtasan dengan Desa Cikole, sedangkan di sisi timur berbatasan

dengan Desa Wangunharja.


12

Desa Cikidang berada di perbatasan antara Kabupaten

Bandung Barat dan Kabupaten Subang. Dikarenakan

kedekatannya dengan Kabupaten Subang, Kesenian Sisingaan di

Desa Cikidang pun masih melekat dengan masyarakat Desa

Cikidang.

2.4.1 Kesenian di Desa Cikidang

Selain Kesenian Sisingaan, masyarakat Desa

Cikidang juga mengenal kesenian tradisional lainnya,

seperti:

1. Degung

Degung adalah sekumpulan alat musik yang

dimainkan oleh masyarakat Sunda. Degung pertama

kali dibuat oleh H. J. Oosting sejak 1879. Diambil dari

bahasa Belanda “De Gong” artinya gamelan. Degung

dimainkan untuk mengiringi musik Jaipongan,

dangdut, Sinden, dan lain-lain.

2. Wayang Golek

Wayang Golek adalah suatu seni tradisional Sunda

dimana pertunjunkannya menggunakan wayang yang

terbuat dari boneka kayu. Wayang Golek dimainkan

dengan alunan musik gamelan salendro.


13

3. Tari Jaipongan

Tari Jaipongan adalah jenis tarian tradisional Sunda

yang berasal dari Karawang. Tari Jaipongan lahir dari

tangan kreatif H. Suanda pada tahun 1976. Tarian ini

merupakan gabungan dari seni lain seperti pencak

silat, topeng banjet, ketuk tilu, wayang golek, dan lain-

lain. Tarian ini dipertunjukan dengan alunan musik

degung, ketuk, rebab, gendang, kecrek, sinden, dan

goong.

4. Kacapi

Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan

sebagai alat musik utama dalam Tembang

Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.

Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk

kepada tanaman sentul, yang dipercaya kayunya

digunakan untuk membuat alat musik kacapi.

5. Rampak Gendang

Rampak Gendang merupakan salah satu kesenian

tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Rampak

gendang bisa diartikan sebagai suatu pertunjukkan

gendang yang dimainkan secara bersama-sama. Oleh

karena itu, pertunjukkan Rampak Gendang selalu


14

dimainkan oleh dua orang atau lebih. Gendang atau

kendang merupakan alat musik utama dari

pertunjukkan Rampak Gendang. Alat musik ini juga

merupakan instrumen dalam gamelan jawa, yang

berfungsi sebagai pengatur irama. Alat musik lainnya

dalam pertunjukkan Rampak Gendang adalah rebab,

gitar, dan alat gamelan yang lain. Semua alat musik

itu kemudian dipadukan membentuk suatu irama yang

energik dan bersemangat.


15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 26 – 27 April 2017 dan

bertempat di Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten

Bandung Barat, Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif, yaitu penulis melakukan pengamatan langsung di lokasi

penelitian dan menulis laporan sesuai dengan hasil pengamatan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan

melakukan wawancara kepada seorang pelestari kesenian

Sisingaan di Desa Cikidang.


16

3.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Kamera

b. Alat tulis

c. Papan jalan
17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Sisingaan

Kesenian sisingaan tumbuh dan berkembang di kalangan

masyarakat Jawa Barat. Dan mengenai sejarah awal keberadaan

kesenian sisingaan, Bapak Endun, salah seorang tokoh masyarakat

yang melestarikan kesenian sisingaan di Desa Cikidang

berpendapat bahwa ada dua jenis tentang lahirnya kesenian

Sisingaan.

Pendapat pertama, yaitu kesenian Sisingaan lahir pada

masa kolonialisme. Pendapat ini menganggap bahwa kesenian

sisingaan merupakan sebuah simbol perlawanan masyarakat

Subang terhadap penjajah yang diekspresikan melalui bentuk

aktivitas berkesenian. Pendapat ini menjadi pengetahuan umum di

masyarakat luas.

Pendapat kedua bahwa sejarah awal kesenian Sisingaan

merupakan mitos mengenai pertaruhan antara singa dan macan

yang bertarung, dimana yang kalah harus meninggalkan tanah

Pulau Jawa dan mendapat hukuman yang mengharuskan tubuhnya

boleh ditunggangi atau dinaiki siapa saja. Terjadilah pertarungan


18

sengit diantara Sang Singa dan Sang Macan. Dari pertarungan

tersebut, Sang Singa kalah bertarung dengan Sang Macan,

sehingga bedasarkan pertaruhan ia harus meninggalkan tanah

pulau jawa dan tubuhnya boleh ditunggangi siapa saja. Oleh

karena itu, sampai saat ini tidak pernah terlihat adanya hewan

singa di Pulau Jawa dan adanya kesenian Sisingaan yang

menampilkan boneka singa yang ditunggangi.

4.2 Proses Masuknya Sisingaan

Berdasarkan sejarah, keberadaan kesenian Sisingaan

berasal dari Kabupaten Subang. Dan seiring berjalannya waktu,

kesenian Sisingaan berkembang luas ke daerah-daerah lain. Kini

kesenian Sisingaan dapat dilihat di Cirebon, Bandung, Garut,

Indramayu, bahkan di Provinsi Banten. Begitu pula dengan di Desa

Cikidang, Sisingaan tumbuh dan berkembang di desa ini.

Kesenian Sisingaan di Desa Cikidang berawal dari

sekelompok masyarakat Subang penari Sisingaan yang datang ke

Desa Cikidang atas undangan seorang pemilik acara hajatan.

Waktu Sisingaan dipertunjukan dihadapan masyarakat, kesenian

Sisingaan mendapat respon baik dari masyarakat Desa Cikidang.

Ketertarikan masyarakat Desa Cikidang atas kesenian

Sisingaan membuat salah seorang tokoh masyarakat mencoba


19

mendirikan kelompok penari Sisingaan Desa Cikidang sendiri.

Kelompok ini dibina oleh seorang tokoh yang merupakan kakak dari

Bapak Endun, pemimpin Sanggar Mekar Budaya sekarang.

Kelompok binaan kakak Bapak Endun terus mengalami

perkembangan, bahkan dahulu kelompok tersebut pernah

menggunakan batang pisang sebagai pengganti boneka Sisingaan.

Kini kelompok Mekar Budaya menggunakan kurang lebih sepuluh

boneka Sisingaan. Akibat perkembangan kelompok Mekar Budaya

cukup baik, masyarakat sekitar terutama dari RT/RW lain tertarik

untuk merintis kelompok Sisingaannya sendiri.

Saat ini, kelompok Sisingaan binaan Bapak Endun

bergabung dengan kelompok kesenian lain seperti Debus,

Jaipongan, dan lain-lain yang kemudian membentuk sebuah

sanggar dengan nama Sanggar Mekar Budaya yang dipimpin oleh

Bapak Endun. Beliau menyempurnakan kesenian Sisingaan

sehingga seperti sekarang. Bapak Endun dan Sanggarnya juga

telah memenangkan beberapa perlombaan dan penghargaan.

4.3 Pelestarian Kesenian Sisingaan

Di Desa Cikidang, kesenian merupakan kegiatan yang

menyatukan masyarakat desa dalam berkehidupan sosial dan

budaya. Begitu pula dengan kesenian Sisingaan. Dengan kesenian


20

ini, masyarakat Desa Cikidang baik usia tua dan usia muda dapat

berkumpul. Karena dapat diikuti semua lapisan masyarakat, baik itu

untuk mengadakan acara yang menampilkan Sisingaan,

menarikannya, ataupun sekedar menonton kesenian Sisingaan.

Pentingnya kesenian Sisingaan dalam kehidupan

bermasyarakat di Desa Cikidang membuat kesenian Sisingaan

wajib dilestarikan. Terdapat banyak hal yang dilakukan masyarakat

Desa Cikidang untuk melestarikan kesenian Sisingaan. Menurut

Bapak Endun, dengan adanya sanggar seni Mekar Budaya yang

dibina olehnya, masyarakat terutama generasi muda dapat

mengenal bahkan bergabung dengan sanggar sehingga kesenian

tersebut tetap lestari. Agar para generasi muda tertarik untuk

mengikuti sanggar, Bapak Endun mencoba memberikan kreasi

baru, seperti gerakan-gerakan yang lebih dinamis, baju-baju yang

lebih menarik dipandang, dan musik-musik yang lebih modern

tanpa menghilangkan akar atau unsur penting dalam kesenian

tersebut. Sekali-sekali Sanggar Mekar Budaya juga menampilkan

Sisingaan dengan pilihan bentuk boneka binatang yang lain, agar

kesenian Sisingaan lebih bervariasi dan tidak monoton.


21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesenian Sisingaan lahir dari daerah Subang yang lahir

akibat kekesalan rakyat Subang atas kepemilikan tanah

perkebunan yang dikuasai oleh Belanda dan Inggris secara

bergantian pada masa kolonial, serta mitos pertaruhan antara singa

dengan macan yang berakhir dengan kekalahan singa. Seiringnya

perkembangan, kesenian Sisingaan pun akhirnya masuk ke daerah

Desa Cikidang. Agar tetap berkembang, kesenian Sisingaan

dilestarikan di Desa Cikidang dengan cara membangun sanggar

dan menggembangkan kesenian Sisingaan menjadi lebih modern.

5.2 Saran

Melestarikan kesenian merupakan tanggung jawab semua

masyarakat sebagai warga negara. Kesenian sangatlah penting

dalam berkehidupan bermasyarakat, karena dalam kehidupan

dapat mendidik manusia dan masyarakat menjadi lebih beradab,


22

lebih harmonis, dan menjadikan manusia bebudi luhur. Jadi

peranan seni dalam kehidupan manusia merupakan suatu cara

atau usaha hasil budi manusia untuk mencapai tujuan,

kebahagiaan atau kesejahteraan. Oleh karena itu, semua

komponen masyarakat wajib untuk melestarikan kesenian

Sisingaan sebelum kesenian ini hilang atau punah.


23

DAFTAR PUSTAKA

http://cikidanglembang85.blogspot.co.id/. Diakses pada hari Jum’at, 7 April


2017

http://dilihatya.com/2842/pengertian-proses-menurut-para-ahli-adalah.
Diakses pada hari Minggu, 9 April 2017

http://fitrilestar.blogspot.co.id/2013/03/definisi-kesenian.html.
Diakses pada hari Minggu, 9 April 2017

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/rampak-gendang-
dari-indonesia-untuk-dunia. Diakses pada hari Selasa, 11 April
2017

http://kbbi.web.id/masuk. Diakses pada hari Minggu, 9 April 2017

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/2015/05/29/sisingaan-
kesenian-tradisional-kabupaten-subang/. Diakses pada hari Kamis,
4 Mei 2017

http://lembangagri.com/profil/. Diakses pada hari Selasa, 11 April 2017


24

http://www.ragamseni.com/9-macam-kesenian-tradisional-khas-sunda/.
Diakses pada hari Selasa, 11 April 2017

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/63617?show=full. Diakses
pada hari Minggu, 9 April 2017

https://su.wikipedia.org/wiki/Sisingaan. Diakses pada hari Selasa, 11 April


2017

http://uun-halimah.blogspot.co.id/2008/09/sisingaan-kesenian-
tradisional.html. Diakses pada hari Minggu, 9 April 2017
25

LAMPIRAN 1

Lembar Wawancara ASR

Narasumber :

1. Bapak Endun, Pengembang Sisingaan Desa Cikidang

Pertanyaan :

1. Mengapa kesenian sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat di Desa Cikidang?

Jawaban: ................................................................................

2. Jenis kesenian apa saja yang paling sering ditampilkan di

Desa Cikidang?

Jawaban: ................................................................................

3. Mengapa jenis kesenian tersebut sering ditampilkan di Desa

Cikidang?

Jawaban: ................................................................................

4. Pada saat apa saja jenis kesenian tersebut ditampilkan?

Jawaban: ................................................................................
26

5. Sudah berapa lama kesenian Sisingaan dikenal oleh

masyarakat di Desa Cikidang?

Jawaban: ................................................................................

6. Bagaimana sejarah kesenian Sisingaan?

Jawaban: ................................................................................

7. Bagaimana cara masyarakat Desa Cikidang belajar kesenian

Sisingaan?

Jawaban: ................................................................................

8. Dimana masyarakat Desa Cikidang belajar kesenian

Sisingaan?

Jawaban: ................................................................................

9. Bagaimana sejarah masuknya kesenian Sisingaan ke Desa

Cikidang?

Jawaban: ................................................................................

10. Siapa yang pertama kali menampilkan kesenian Sisingaan di

Desa Cikidang? Mengapa yang bersangkutan menampilkan

kesenian Sisingaan tersebut?

Jawaban: ................................................................................
27

11. Untuk kegiatan apa saja kesenian Sisingaan di tampilkan di

Desa Cikidang?

Jawaban: ................................................................................

12. Apa saja keuntungan yang didapat masyarakat dengan

mengadakan kesenian Sisingaan?

Jawaban: ................................................................................

13. Dalam kegiatan apa kesenian Sisingaan sering ditampilkan?

Dan mengapa kesenian Sisingaan ditampilkan pada

kegiatan tersebut?

Jawaban: ................................................................................

14. Jika ada masyarakat yang tidak sanggup mengadakan, apa

yang akan terjadi dengan orang tersebut saat ini?

Bagaimana dimasa lalu?

Jawaban: ................................................................................

15. Adakah makna tertentu dengan ditampilkannya kesenian

Sisingaan pada kegiatan tersebut?

Jawaban: ................................................................................
28

16. Adakah makna tertentu dari tiap prosesi kesenian

Sisingaan?

Jawaban: ................................................................................

17. Adakah perubahan prosesi kesenian Sisingaan yang

pertama kali ditampilkan dulu dengan yang ditampilkan

sekarang? Jika ada perubahan mengapa?

Jawaban: ................................................................................

18. Begitu pula dengan kostum pemainnya, apakah hal tersebut

juga mengalami perubahan? Atau bebas dalam pemilihan

kostum?

Jawaban: ................................................................................

19. Apa saja upaya yang sudah dilaksanakan untuk menjaga

dan melestarikan kesenian Sisingaan?

Jawaban: ................................................................................

20. Bagaimana cara mengajak generasi muda untuk menjadi

pelestari kesenian Sisingaan?

Jawaban: ................................................................................
29

LAMPIRAN 2

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Desa Cikidang

Gambar 2. Boneka Sisingaan


30

Gambar 3. Sound system

Gambar 4. Boneka Sisingaan berbentuk naga


31

Gambar 5. Penopang boneka Sisingaan

Gambar 6. Baju penari pada masa lampau


32

Gambar 7. Baju penari setelah mengalami perubahan

Gambar 8. Baju penari pada masa kini


33

Gambar 9. Penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Karawang

Gambar 10. Penghargaan festival budaya dan pariwisata


34

Gambar 11. Piala juara 2 kompetisi Sisingaan RW 8

Gambar 12. Padepokan atau Sanggar Seni Mekar Budaya

Anda mungkin juga menyukai