iii
iv
v
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang bagaimana budaya nongkrong dan representasi
ruang yang ada pada sebuah kedai kopi, bisa menyediakan ruang representasional
bagi para pelanggan yang ada di kedai kopi di Tangerang Selatan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dan memperoleh data dengan
melakukan observasi di lapangan serta wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana proses keseluruhan interaksi yang terjadi ketika
nongkrong di kedai kopi, termasuk apa saja unsur-unsur yang berhubungan
dengan representasi ruang kedai dari berbagai aspek, serta bagaimana ruang
representasional yang berhasil diciptakan oleh kedai kopi bagi para
pelanggannya.. Penelitian ini menggunakan teori yang di gagas oleh Henri
Lefebvre yang salah satunya membahas “Triad Konseptual”. Hasil dari penelitian
memperlihatkan bahwa kedai kopi sebagai tempat nongkrong tenyata dapat
menyediakan ruang sosial yang begitu kompleks melalui Triad Konseptual.
Banyak aspek yang bisa dilihat, dari bagaimana pertimbangan pemilihan kedai
kopi sebagai tempat nongkrong, suasana dan waktu kedai kopi, identitas dan
jaringan sosial para pelanggan kedai kopi, serta penjelasan bagaimana budaya
nongkrong dapat disebut sebagai bagian dari kegiatan sosial.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
panjatkan atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga peneliti dapat
Ruang Atas Kedai Kopi Serta Ruang Representasional Bagi Para Pelanggan Kedai
Kopi (Studi Kasus : 3 Kedai Kopi di Tangerang Selatan) ”. Shalawat serta salam
peneliti selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga,
Untuk yang paling istimewa, Ayahanda Supriadi dan Ibunda Sri Maharani
tersayang. Terima kasih juga untuk kedua Adik tersayang Bilal Muhamad Raihan
dan Salsabila Maharani. Terima kasih telah memberikan bantuan materi dan
Skripsi ini bukan hanya hasil karya peneliti seorang diri, karena banyak
penelitian ini, maka peneliti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang bersangkutan dengan penyelesaian skripsi ini dan juga kepada
orangtua dan kawan-kawan. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak dan Ibu Wakil
vii
Dekan, serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN
studi peneliti.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi
dan Icha yang telah bersedia menjadi Informan dalam penelitian ini.
6. Teman SMA Bella dan Rezha. Serta teman kecil Fitri, Dinda, dan Thea.
Terimakasih sudah selalu ada hingga saat ini dan selalu memberikan
viii
9. Teman-teman KKN Sunshine yang telah memberi warna sepanjang
11. Semua pihak yang telah berinteraksi kepada peneliti dan memberikan
bagi pembaca.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Zhafira Rahmayani
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK. ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
BAB I
PENDAHULUAN
x
2. Informan Penelitian .......................................................................... 35
3. Lokasi Penelitian .............................................................................. 37
4. Waktu Penelitian .............................................................................. 38
5. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 38
6. Jenis dan Pengumpulan Data ........................................................... 42
7. Analisis Data……………………………………………………..43
8. Sistematika Penulisan....................................................................... 44
BAB II
KEDAI KOPI SEBAGAI TEMPAT NONGKRONG
BAB III
BUDAYA NONGKRONG DI KEDAI KOPI
A. Faktor-Faktor yang menjadi tolak ukur dalam memilih Kedai Kopi ..... 70
B. Perbedaan Suasana Ruang dan Waktu di Kedai Kopi ........................... 73
C. Identitas dan Jaringan Sosial Para Pelanggan Kedai Kopi..................... 75
D. Nongkrong Sebagai Kegiatan Sosial ...................................................... 79
BAB IV
NONGKRONG DI KEDAI KOPI DAN KAITANNYA DENGAN “TRIAD
KONSEPTUAL”
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 99
B. Saran............................................................................................................ 101
xi
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. xv
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
meminum satu cangkir kopi bisa membuat masyarakat mulai dari kalangan
berbagai pekerjaan, hingga diskusi untuk presentasi tugas sekolah atau kuliah.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh New York Times tentang
keramaian dari salah satu tempat perbelanjaan yang ada di Jakarta “in many
ways, … that there is a word sitting, chatting, and generally doing nothing:
Nongkrong” (Schonhard, 2012 : 12) . Berita yang di terbitkan oleh artikel ini
menuliskan bahwa kegiatan nongkrong dapat dilihat sebagai gaya hidup dari
1
masyarakat Indonesia. Walaupun kegiatan nongkrong tidak hanya dilakukan
dikedai kopi saja, melainkan bisa dilakukan dipinggiran trotoar jalan, ditaman,
teras rumah, dan berbagai tempat lainnya. Budaya nongkrong sudah tidak lagi
sambil ngopi, pemerhati gaya hidup dan juga makanan Kevin Soemantri
dikutip dari artikel Kompas yang berjudul “Gaya Hidup Masyarakat Masa
Kini”, mengatakan bahwa saat ini tren pergi ke bar di berbagai negara sudah
kopi ini berhasil untuk menciptakan wacana bahwa meminum kopi tidak
hanya bisa dilakukan dirumah, dan nongkrong itu tidak harus ke bar. Dilansir
dari artikel soal strategi pemasaran Starbucks yang di tulis oleh Fery
produk premium, selain itu juga mereka melakukan strategi pemasaran yang
tidak biasa seperti iklan yang jor-joran, gimmick ala Starbucks, serta
2
Perkembangan kedai kopi di Indonesia sudah di prediksi sejak mulai
tahun 2003. Salah satu contohnya adalah dengan munculnya kedai kopi milik
artis ibu kota di daerah Blok M. Dilansir dari Financial Times yang di tulis
oleh male.id, pertumbuhan kedai kopi yang diprakarsai oleh para artis
lapangan, kedai kopi yang di beri nama “Filosofi Kopi” memiliki tempat tidak
terlalu luas dan terletak di sekitar daerah Blok M Jakarta Selatan. Hanya
terdiri dari satu kavling ruko dengan meja bar, beberapa bangku, rak
merchandise, serta toilet didalamnya. Kedai kopi ini hampir tidak pernah sepi
disebabkan ketika film yang di bintangi kedua aktor tersebut yang berjudul
Filosofi Kopi, yaitu Rio Dewanto dan Chico Jericho meledak dipasaran, dan
Kata “Ngopi yuk” sendiri saat ini bukan lagi menjadi hal yang asing di
telinga. Hal ini juga di bahas di dalam buku yang di tulis oleh Edy Pangabean
dengan judul “The Secret of Barista (Rahasia Meracik Kopi ala Barista
Profesional)”. Ajakan ngopi atau meminum kopi saat ini seakan menjadi
Ajakan “Ngopi yuk” nyatanya juga menjadi pintu awal sebuah interaksi
3
terjadi. Meskipun ketika seseorang mengisyaratkan kata “Ngopi yuk”
terhadap temannya, belum tentu jenis minuman yang ia pesan adalah benar-
sebagai kata istilah untuk merujuk pada kegiatan pertemuan, obrolan, atau
pergeseran budaya ngopi yang terjadi dikalangan anak muda. Penelitian ini
4
Hal ini tentu sangat relevan dengan fenomena nongkrong yang ada
pada masyarakat saat ini. Kegiatan nongkrong sebagai bagian dari gaya hidup
dengan gaya hidup yang dimilikinya. Ia bisa menunjukan pada orang lain
siapa dirinya sesuai dengan yang diinginkan melalui gaya hidup (Kabalmay,
2006 :17). Seperti nongkrong dikedai-kedai kopi yang saat ini telah banyak
Budaya nongkrong sambil ngopi saat ini telah telah menjadi kegiatan
mengisi waktu luang, untuk diskusi dengan teman kerja, mahasiswa, dan
pelajar, atau bercengkrama bersama teman atau keluarga (Fauzi dkk, 2016 ,7).
oleh para masyarakat untuk melakukan interaksi sosial dan berkumpul dengan
meneliti sebuah kedai kopi yang berada di salah satu sekolah berjurusan Ilmu
Hukum. Studi ini melihat bahwa salah satu kedai kopi yang ada disana
menjadi tempat untuk bersosialisasi bagi para murid dan juga sebagai tempat
5
memperluas jaringan mereka bisa mendapatkan identitas diri yang diinginkan,
maka hal ini dapat dikaitkan dengan teori yang di kaji oleh tokoh Sosiolog
Konsep ini membahas bagaimana sebuah ruang dapat menjadi tempat untuk
ruang sosial maupun ruang publik tidak akan dapat muncul begitu saja tanpa
adanya sebuah kontruksi yang menjadi pondasinya. Kedai kopi yang tidak
hanya dijadikan sebagai produksi ruang, juga dapat dilihat kaitannya dengan
wujud representasi ruang dari sebuah kedai kopi serta bagaimana ruang
6
yang ada didalam teori Henri Lefebvre dapat dikaitkan dengan budaya
nongkrong dikalangan para pelanggan, dan juga bagi para masyarakat, yang
B. Pertanyaan penelitian
Fenomena ini bisa dilihat dibanyak kedai-kedai kopi yang berjejer di pinggir-
fasilitas yang beragam seperti Wi-fi, ruangan ber AC, smoking area, dan
masih banyak lagi. Maka hal itu yang menjadi daya tarik banyak pelanggan
datang ke kedai kopi. Mereka bisa menghabiskan waktu hingga ber jam-jam.
terkadang beberapa dari mereka tetap memesan menu minuman lain dikedai
kopi tersebut.
kalangan dan latar belakang dari masyarakat muda hingga tua. Semua
golongan masyarakat dari berbagai profesi, usia, laki-laki dan perempuan bisa
7
mahasiswa dan pelajar, mereka banyak menghabiskan waktunya untuk
nongkrong di kedai kopi. Hal yang mereka lakukan banyak, mulai dari
Henri Lefebvre terhadap para pelanggan yang ada pada kedai kopi
C. Tujuan Penelitian
sudah di bentuk oleh para pelaku usaha pemilik kedai kopi itu sendiri,
pelanggannya.
8
2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman terhadap
D. Manfaat Penelitian
2. Menambah khasanah ilmu sosial atas kajian ruang sosial terutama dalam
perspektif Lefebvre.
E. Tinjauan Pustaka
yang membahas tentang bagaimana budaya nongkrong dan ngopi yang ada didalam
masyarakat. Dalam bagian tinjauan pustaka ini adalah beberapa studi berupa artikel
penelitian yang menjelaskan bagaimana budaya ngopi yang ada didalam masyarakat
menjadi gaya hidup dan sebagai wadah sosial bagi para masyarakat. Bagian dari
tinjauan pustaka ini juga dijadikan oleh peneliti sebagai jawaban sementara dari
pertanyaan penelitian yang sudah dibuat. Beberapa bagian penelitian yang sudah
dilakukan terdahulu juga membahas seputar ruang publik, dan ruang sosial yang
terbentuk.
9
Studi pertama bertema “Space of Connection and belonging young
people’s perspective on the role of youth cafes in their live “ oleh Bernadine
Brady, dkk (2017). Penelitian ini melihat bahwa café juga sebagai tempat atau
Club/Bar. Hal itu dikarenakan Club/Bar memiliki dampak negatif karena bisa
dianggap lebih bisa menyediakan fasilitas yang sama dengan Club/Bar tanpa
mendekatkan para remaja kedalam dunia alkohol dan narkotika. Penelitian ini
juga menggunakan perspektif social capital teori, dimana kaum muda bisa
Penelitian ini mengkaji adanya “Coffee Break” atau waktu istirahat untuk
meminum kopi yang disediakan oleh suatu perusahaan di Denmark, yaitu para
pekerja di bidang sosial dan hukum. Istilah “Coffee Break” dibuat untuk
memenuhi kesejahteraan sosial dan pribadi dalam faktor emosional dalam diri
10
masing-masing pekerja. Kemudian dampak dari adanya “Coffee Break” ini
kopi bisa menciptakan komunitas yang merujuk pada aktivitas coping. Yang
bekerja saat waktu “Coffee Break” tiba. Penelitian dengan metode kualitatif
merupakan karyawan, dan 1 orang pria yang merupakan head office, dengan
Break” dan aktivitas coping, “Coffee break” dan komunitas yang terbentuk di
Urban Sociability” yang dilakukan oleh Jan Rath dan Wietze Gelmers (2016).
11
menjamur, bisa terjadi dihampir setiap negara termasuk Amsterdam. Dimana
kegiatan ngopi ini bukan hanya soal meminum minuman yang mengandung
kafein. Tapi juga mencakup bagaimana pemilihan soal gula merah, tambahan
menu makanan, jenis kopi seperti latte, ukuran jenis kopi yang diinginkan,
masyarakat Amsterdam.
Banyak faktor lain soal pemilihan kopi yang dipilih oleh masyarakat
urban seperti rasa dan flavor, dan pemilihan jenis biji kopi yang ingin diolah.
Banyak sekali kedai kopi lokal yang muncul dari setiap kota di Amsterdam
dan mereka memiliki konsep unik tersendiri. Selain itu, juga tersedia kedai
dilakukan oleh siswa yang meluangkan waktunya selama sekian ratus jam
itu juga mereka menggunakan media sosial untuk melihat responden yang
lain-lain.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa coffee shop bisa dijadikan
tempat untuk interaksi bagi manusia di ruang urban publik. Dimana makna
12
interaksi sosial dan lingkungan atmosfer sosialnya masih bisa dan tetap
representasi ruang yang sebenarnya di dalam coffee shop, hal ini bisa dilihat
dari penjelasan mengenai jenis-jenis kopi dengan berbagai cita rasa yang di
Kemudian studi keempat yang masih bertema warung kopi di Indonesia yang
Bagansiapiapi” oleh Cita (2015). Warung kopi ternyata memiliki fungsi yang lebih
luas dari sekedar duduk santai sambil meminum secangkir kopi hangat. Penelitian ini
dalam masyarakat. Penelitian ini mengambil 15 orang informan. Selain itu, penelitian
ini juga memperjelas apa saja faktor-faktor yang menyebabkan para pelanggan datang
ke warung kopi. Seperti faktor pertemanan, harga kopi yang murah, dan juga faktor
lingkungan. Warung kopi juga dilihat oleh masyarakat memiliki fungsi lain, sebagai
13
Penelitian yang mereka lakukan menjelaskan keberadaan Alun-Alun di Kota
konsep besar dari Ruang publik Juergen Habermas dan Produksi Ruang Sosial
dari Henri Lefebvre. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa taman alun-
alun Bandung menurut Lefebvre tidak hanya dilihat sebagai ruang atau
salah satu perspektif yang digunakan dalam penelitian ini. Namun penelitian
ini hanya menjelaskan beberapa aspek dari keseluruhan teori Lefebvre, tanpa
lebih lanjut proses pembangunan aspek sosial sebagai salah satu dari poin
14
saat bulan Ramadhan berlangsung. Studi yang menggunakan pendekatan
kualitatif ini memperlihatkan masing-masing ciri khas dari ketiga mall dan
ketika momen Ramadhan tiba, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
sosial yang ada di kedai kopi dengan para pengisi ruang kedai kopi itu sendiri.
Seperti para pelanggan yang datang, para staff, dan lain sebagainya.
kesamaan dengan apa yang ingin dikaji oleh peneliti. Penelitian sebelumnya
fenomena yang saat ini, menjadi gaya hidup oleh masyarakat. Beberapa
penelitian seperti penelitian yang ditulis oleh Adiprasetio dan penelitian dari
15
nongkrong di kedai kopi, namun teori yang digunakan memiliki kesamaan
dengan teori yang ingin digunakan yaitu konsep triad dari Henri Lefebvre.
Hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lain, ialah belum
terdapat penelitian yang membahas secara spesifik yang melihat bahwa budaya
nongkrong di kedai kopi juga bisa dilihat sebagai wujud representasi ruang sebuah
kedai koi bagi para pelangganya, serta bagaimana peran ruang representasional serta
praktik spasial bagi para pelanggan yang nongkrong di kedai kopi. Dengan
menggunakan kajian teori dari Lefebvre, kita dapat mengaitkan bagaimana budaya
nongkrong dikedai kopi dijadikan tempat oleh para pelanggan untuk mewujudkan
ruang sosial mereka. Dengan atau tanpa sadar, menggunakan “Triad Konseptual”.
16
kaum muda alkohol dan juga
dalam proses narkotika.
adatasi di
tempat
pergaulan
baru.
17
3 Jan Rath dan Trendy Coffee 2016 Kualitatif Penelitian ini Hasil penelitian ini
Wietze Shops and menggunakan menunjukan bahwa
Gelmers Urban konsep apa Coffee Shop bisa
Sociability saja faktor- dijadikan tempat
faktor para untuk interaksi secara
pelanggan virtual bagi ara
mau dating ke pelanggannya tanpa
kedai kopi. menghilangkan
Serta lebih atmosfer sosial dan
melihat ruang publik
bagaimana sebagaimana para
para pelanggan biasanya
pelanggan berinteraksi langsung
menikmati dengan teman
ruang ngobrolnya di kedai
sosialnya di kopi.
kedai kopi
dengan cara
interaksi
virtual.
18
lain, seperti tempat
untuk bersosialisasi,
mencari informasi,
sumber penghasilan,
dan tempat untuk
melakukan transaksi.
19
kontekstual mall
selama bulan
Ramadhan.
Menunjukkan
bagaimana
(production of)
ruang diisi dengan
simbol-simbol
ideologis, bergerak
melalui imajinasi
sosial dan
bernegosiasi.
F. Definisi Konseptual
1. Nongkrong
bersandar, berjongkok, dan duduk disuatu tempat. Namun dalam makna yang
lain istilah nongkrong menjadi lebih luas, kegiatan yang dilakukan dari mulai
aktif hingga pasif yang kemudian berkembang dari sekedar duduk atau
jongkok, seperti seeing, seating, standing , staying, and hearing (Jan Gehl,
1987 :18). Kegiatan nongkrong biasanya melibatkan orang lain untuk kumpul
20
Dikutip dari artikel yang membicarakan kegiatan nongkrong
generasi muda maupun orang dewasa di suatu tempat untuk berkumpul dan
merupakan suatu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh para kaum usia
produktif seperti para remaja maupun orang dewasa. Kegiatan ini dapat
Nongkrong bagi para generasi muda masa kini merupakan salah satu upaya
2. Ngopi
kegiatan rutin yang bisa dilakukan ketika menghabiskan waktu luang maupun
waktu beraktifitas sehari - hari (Meliala, 2017 :17). Dari latar belakang
kehidupan yang beragam, kegiatan ngopi memiliki peran sebgai wadah untuk
3. Kedai Kopi
Dilansir dari artikel Kompas, Kedai kopi adalah kedai yang sering
21
macam latar belakang, wawancara, minum bersama untuk mendapatkan suatu
dan coffee shop terletak pada tampilan tempatnya. Kedai kopi memiliki
tampilan yang sederhana dan lebih friendly. Kedai kopi tidak terlalu memiliki
furniture atau konsep yang terkesan “wah”, namun cita rasa kopi yang
disajikan sama dengan kopi yang ada di kafe-kafe dengan harga yang lebih
terjangkau. Kedai kopi bisa dijadikan tempat bertemu dalam suasana yang
utama bagi para kalangan atas yang ingin menikmati kopi dengan fasilitas
yang benar-benar bagus, tempat yang sudah memiliki nama dan sudah dikenal
22
G. Kerangka Teori
Triad Konseptual
adanya teori yang sesuai dan relevan. Teori yang akan digunakan ialah teori
sela-sela antara dua (deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di bawah
kolong rumah) : rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang (1990).
Henri Lefebvre merupakan salah satu sosiolog yang menjadikan Karl Marx
sebagai salah satu acuan dalam serangkaian pemikirannya. Maka dari itu ia
lahir pada tahun 1901 dan meninggal pada tahun 1991. Semasa hidupnya, ia
pada tahun 1920. Setelah lulus, ia sempat bekerja menjadi professor sosiologi
23
dan salah satu yang paling terkenal ialah The Production of Space dimana
Lefebvre merupakan salah satu tokoh sosiolog yang ikut andil dalam
perluasan pemikiran Marxis saat itu. Didalam karya nya “The Production of
Space” Lefebvre melihat ada beberapa tingkatan dari sebuah ruang, mulai dari
yang paling abstrak, kasat mata, ruang alamiah, hingga menuju ruang yang
(abstraksi formal tentang ruang), dan ruang sosial (ruang interaksi manusia)
24
dijelaskan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut Minan, reproduksi sosial
pada umumnya lebih mengacu pada produksi barang dan jasa sebagai suatu
mengenai reproduksi budaya dan sosial ialah Pierre Bordieu dalam satu
Daily Life”, yang ditulis oleh (Aisyah dkk, 2012) menjelaskan bahwa
reproduksi dalam hal ini menyangkut dua hal, yang pertama pada tataran
tertentu. Dan pada akhirnya nanti, proses dari adaptasi akan berkaitan dengan
yang ada.
Persepsi atas sebuah ruang juga nyatanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan
25
(environment) yang dibangun jaringan (networks) yang mengaitkan aktivitas-
aktivitas sosial seperti pekerjaan, kehidupan pribadi (private life), dan waktu
material yang jelas. Proses simbolisasi terhadap suatu konsep yang kemudian
membentuk kondisi material yang biasanya kita sebut sebagai “ruang”. Ruang
yang selama ini kita pahami selain dari konsep terhadap keilmuwan, juga
dipengaruhi oleh pengalaman hidup manusia yang terus berjalan (Sani, 2013
:13). Pada intinya, keberadaan mengenai social space (ruang sosial) tidak
akan pernah muncul tanpa adanya kontruksi sosial yang dibentuk oleh
manusia.
beberapa jenis ruang yang berhasil dikonstruk oleh manusia. Empat jenis
1. Ruang Sakral, ruang ini merupakan ruang yang biasanya dianggap sebagai
tempat kegiatan sakral dan suci, seperti rumah ibadah, gereja, masjid, ataupun
vihara.
menjadikannya sebagai tempat menetap, seperti istana raja dan rumah tinggal.
26
3. Ruang Profan, ruang ini merupakan ruang yang biasanya jadi tempat kegiatan
melakukan interaksi dan produksi relasi yang luas, seperti pasar, kedai kopi,
Bila sebelumnya sudah dijelaskan jika setiap ruang atau tempat dalam
sosial yang dibentuk dalam konsep yang disebut “Triad Konseptual”, yaitu
konsep ini juga merupakan penjelasan tentang bagaimana sebuah ruang dapat
berikut :
1. Representasi Ruang
muncul dan terbentuk, pada tahap ini sebelum ruang dapat terbentuk akan ada
melewati ruang imajiner manusia (Kusno dan Abidin, 2009 :8) dalam jurnal
27
“Representation implies the world of abstraction, what’s in the head
rather than in the body. This is always a conceived space: usually
ideology, power, and knowlwdge lurk within its representation”
(Lefebvre, 2006:109)
Dimana kemudian representasi ruang juga bisa disebut sebagai dunia
memainkan peran penting dalam menciptakan ruang yang dapat terlihat dalam
yang tadinya tidak hadir secara fisik, dan hanya dalam bagian pikiran
manusia, menjadi terealisasi dalam dunia nyata (Lazawardi, 2012: 10). Ruang
ini juga disebut sebagai conceived space atau ruang yang dikonsepsikan,
dimana ruang dapat muncul dari pemikiran yang sebelumnya sudah dibentuk.
sebuah tempat dapat tercipta dan terbentuk, tataran ini juga membahas
tempat. Selain itu juga representasi ruang ini juga menjelaskan hal-hal lain
28
seperti deskripsi dari dari tempat itu sendiri. Wacana tentang ruang yang telah
kesehariannya.
2. Ruang Representasional
hari. Ruang ini adalah ruang di mana setiap subyek manusia membangun
suatu sistem sosial. Di ruang ini, sistem sosial bisa mulai terbangun oleh
setiap manusia yang berada di dalamnya, ruang sosial terbentuk dan kemudian
sifatnya simbolik saja. Maka ketika sebuah ruang bisa dikatakan kehilangan
karena telah diambil alih oleh berbagai abstraksi melalui pemaknaan simbolik
dan praktik simbolik yang dilakukan oleh kelompok dominan (Kusno dan
29
merupakan ruang yang di rasakan. Dimana ruang pada kenyataannya dapat
dan tindakan. Dalam ruang ini, penciptaan interaksi yang dihasilkan oleh para
penghuni tempat menjadi poin penting, karena hal tersebut yang kemudian
dapat merujuk pada bagaimana proses para penghuni tempat nantinya akan
bisa merepresentasional kan dirinya di hadapan penghuni yang lain, dan akan
begitu seterusnya.
menghasilkan berbagai hal yang baru seperti relasi dan informasi baru. Ruang
30
ruang juga dibahas. Bagaimana modal apa saja yang dibawa oleh para pengisi
3. Praktik Spasial
ruang menjadi tempat. Secara geografis dan geopolitik, ruang yang telah
sosial mengacu pada produksi dan reproduksi hubungan spasial antara objek
penekanan pada proses mengenai jaringan dan juga pola interaksi yang
praktik spasial juga bisa disebut sebagai “ruang yang hidup”. Dimana ruang
31
ini menunjukan dunia sebagaimana dialami oleh manusia dalam praktik
Selain itu, dalam praktik spasial juga bisa membahas adanya dominasi
yang terjadi secara sangat halus yang terjadi diantara para penghuni (ruang)
itu sendiri dengan mempergunakan berbagai modal yang mereka punya untuk
saling menguasai tempat itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Henri
Lefebvre :
produksi juga terdapat kontrol sosial sehingga sebuah ruang dapat memuat
dominasi dan kekuatan yang dimiliki seperti modal yang ada dalam diri aktor
misalnya.
32
Gambar 1.1 Interpretasi Kerangka Teori
Kedai Kopi
Sebagai
(Ruang)
Menciptakan
Budaya Nongkrong
dan Ngopi
Dilihat dari :
d. Ruang Publik
33
H. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
sebagai instrument kunci. Analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
1).
berbaur dengan informan. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan
34
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini bersifat deskriptif, karena
Selain itu, penelitian ini mengambil metode kualitatif karena atas pengalaman
pribadi dan sosial, baik dari peneliti maupun partisipan (Munazzah, 2015).
penyajian laporan tersebut. Yang mana data tersebut, mungkin berasal dari
catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Ghony dan Almanshur,
2016). Penelitian ini memilih tiga jenis kedai kopi yang ada di Kota
beberapa pelanggan kedai kopi yang ada di Kota Tangerang Selatan sebagai
informan penelitian.
2. Informan Penelitian
berikut : 1) Pelanggan pergi ke kedai kopi minimal dua kali atau lebih dalam
satu minggu. 2) Usia dari pelanggan yang datang ke kedai kopi, memiliki
rentang usia dari 20 hingga 24 tahun. Hal itu dilakukan sesuai dengan hasil
35
observasi peneliti ketika di lapangan. Mayoritas pelanggan yang datang ke
tentang apa saja kegiatan dan presepsi yang dimiliki para informan lewat
proses interaksi serta wawancara santai di beberapa kedai kopi yang dituju
oleh peneliti, disekitar kota Tangerang Selatan. Selain itu, peneliti juga
kedai kopi bagi mereka. Atas informasi dan observasi lapangan tersebut
36
22 tahun
3. Lokasi Penelitian
kopi Titik Nyeduh (Paku Alam, Tangerang Selatan), Setetes Kopi (BSD
Selatan). Peneliti memilih kedai kopi tersebut karena ketiga kedai kopi dilihat
sebagai kedai kopi yang lebih ramai pengunjung dibandingkan dengan kedai-
kedai kopi yang ada disekitar wilayah tersebut. Selain itu, ketiga wilayah ini
merupakan area tinggal dimana para pelajar, atapun kaum muda yang
waktu. Selama menghabiskan waktu peneliti juga melihat suasana yang ada di
37
peneliti melakukannya sambil melakukan kegiatan nongkrong sambil ngopi
dengan teman.
4. Waktu Penelitian
Penelitian lapangan ini dilakukan kurang lebih selama lima bulan yang
dilakukan pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober. Pada akhir
siapa saja yang akan menjadi target informan sesua dengan criteria yang telah
dilakukan oleh peneliti selesai hingga awal bulan September 2019. Kemudian
peneliti melakukan pengolahan data dan analisis dari rentang waktu akhir
a. Observasi
dari observasi (Sugiyono, 2014 : 64). Pada tahap observasi ini, dilihat
38
mengamati hal-hal yang berkaitan dengan tempat, ruang, kegiatan, pelaku,
Almanshur : 2016)
penelitian ini, data yang diambil dari hasil observasi dilapangan juga
peneliti sehari-harinya.
maupun ketika datang seorang diri. Hal yang dilihat oleh peneliti ketika
39
melakukan observasi seorang diri ialah bagaimana suasana di masing-
masing kedai kopi, mulai dari ramai-sepi nya pelanggan, konsep yang
dipakai oleh kedai kopi, kisaran harga yang ada, fasilitas, dan lain
b. Wawancara
Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapat kepercayaan, dan rasa
dan peneliti dapat leluasa berdiskusi dengan santai dan akrab. Sebagai
40
langkah awal pendekatan, peneliti membuat perjanjian terlebih dahulu
tetapkan berdasarkan kriteria yang telah dibuat. Hari demi hari wawancara
berhasil dilakukan.
satu kali, hal ini dikarenakan peneliti kurang mendapat informasi yang
peneliti temui lebih dari satu kali. Proses ketika wawancara pun
informan.
c. Dokumentasi
41
Meleong dalam (Hardiansyah, 2010 : 143). Tujuan dari dokumentasi yaitu
catatan yang didapat oleh peneliti saat melakan observasi, dan rekaman
a. Data Primer
asli, data ini dicari dan didapatkan melalui informan yang merupakan
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung dari adanya data primer (Arikunto,
42
penemuan yang ada di lapangan dan juga untuk melengkapi informasi
penelitian.
7. Analisis Data
tiga kali ke beberapa kedai kopi. Tahap kedua peneliti melakukan wawancara
informan.
anaisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan
43
8. Sistematika Penelitian
membuat sistematika khusus yang terdiri atas empat bab. Adapun sistematika
44
teori yang digunakan oleh peneliti, terhadap hasil data yang
diperoleh di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
45
BAB II
(coffee shop) dan restoran di Kota Surabaya. Diikuti pula dengan kafe-kafe
dan Denpasar. Bahkan, di Jakarta dalam penelitian yang dilakukan oleh (Fauzi
dkk, 2016) setidaknya terdapat lebih dari 300 kafe yang beroperasi (Lim,
2014). Melalui beragam penyebutan, seperti kedai kopi, coffee shop, bahkan
lokasi pelaku usaha kuliner termasuk Kedai Kopi/Coffe Shop. Bisnis kedai
kopi di Kota Tangerang Selatan saat ini mengusung beragam jenis konsep,
kedai kopi/ coffee shop mengungkapkan cita rasa dan keaslian kopi adalah
yang paling utama. Ibu Maya Elsera, S.STP, M.Si selaku Kepala Bidang
46
Raya Serpong Utara Kota Tangerang Selatan, ini Ibu Maya Elsera
diseluruh belahan dunia, bahkan hal itu sudah terjadi sejak beratus-ratus tahun
yang lalu. Dilansir dari Ottencoffee.co.id, pada tahun 1475 kedai kopi mulai
muncul di negara bagian Istanbul dan dinamai Kiva Han, saat itu rasa yang
dimiliki kopi hanya sebatas hitam, kuat, dan pahit. Kemudian pada tahun 1529
kedai kopi mulai merambah ke negara bagian Eropa oleh seseorang bernama
Franz Georg. Dibukanya kedai kopi di Eropa saat itu dipengaruhi oleh
banyak sekali pasokan kopi. Pada saat itu rasa kopi mulai memiliki inovasi
baru dengan tambahan susu dan gula. Selain di Austria, penyebaran kedai-
kedai kopi juga melebar hingga Inggris pada tahun 1652, disana kedai-kedai
menjajah Amerika, kedai kopi tidak lagi sekedar dijadikan pusat komunitas
pada tahun 1878. Dilansir dari male.co.id, kedai pertama di Indonesia diberi
47
nama Warung Tinggi Tek Sun Ho. Dikuti dari Coffeeland, sebenarnya kedai
kopi sudah muncul sejak empat abad yang lalu. Khususnya di Indonesia
sendiri, ketika India mengirimkan biji kopi Arabika pada pemerintah belanda
tahun 1696.
kopi, dijelaskan dalam jurnal yang ditulis oleh Elly HerIyana (2010) yang
tempat yang menjual berbagai jenis kopi dan minuman lainnya di tempat yang
nyaman, dengan suasana yang santai, dan di lengkapi dengan alunan musik.
Hal itu yang kemudian membuat kedai kopi saat ini telah menyatu menjadi
gaya hidup masyarakat, khususnya kaum muda. Tidak hanya rasa kenikmatan
kopi yang dicari tetapi juga fasilitas yang disediakan di kedai-kedai kopi.
pesat kedai-kedai kopi salah satunya adalah kota Aceh. Seperti penelitian
yang di lakukan oleh Laila (2015) tentang “Budaya Ngopi di Kedai Kopi pada
muncul di kota Aceh. Hal itu terjadi karena masyarakat Aceh memiliki tradisi
48
sebagian dari mereka akan pergi ke kedai-kedai kopi yang ada di sekitar untuk
tahun 2014. Kevin Soemantri sebagai pemerhati gaya hidup dan makanan
memprediksi tren ini dapat bertahan hingga 10 tahun kedepan. Selain itu,
kegiatan festival kopi dan coffee cupping juga turut diadakan oleh kedai-kedai
kopi demi menarik minat pelanggan untuk datang ke kedai kopi mereka.
mengobservasi rasa sebelum kopi disajikan kepada penikmat kopi. Hal itu
untuk meminum kopi. Hal itu tentu sangat sesuai dengan kondisi dilapangan
49
Gambar 2.2 Konsumsi Kopi di Indonesia
Terhitung sejak mulai tahun 2000 hingga 5 tahun terakhir hingga kini,
masyarakat Indonesia berada di garis stabil dengan jumlah kurang lebih 3 juta
kilogram sebelum akhirnya semakin meningkat hingga ditingkat 4,5 juta pada
tahun 2016.
Selain itu, salah satu artikel Kompas yang membahas kedai kopi dari
masa ke masa juga menyatakan bahwa pada tahun 2012, permintaan kopi di
Indonesia sendiri mencapai lebih dari dua ratus lima puluh ribu ton. Selain itu
segmen bisnis kedai kopi kini memiliki presentasi lebih dari 100%, hal itu
tentu memberi tanda bahwa bisnis kedai kopi memiliki potensi yang sangat
50
Data yang didapat dari Internasional Coffee Organization (ICO)
mencatat bahwa pertumbuhan rata-rata kopi di Indonesia lebih besar, hal ini
juga didukung dengan data dari salah satu e-commerce jual beli barang yang
sebanyak tiga kali lipat, dari yang sebelumnya sekitar 40 ribu pada tahun 2016
menjadi 120 ribu produk selama 2017. Dari tahun ke tahun kebutuhan
mengkonsumsi kopi memang semakin meningkat dan pesat, hal ini diperkuat
Indonesia.
Alzhaimer, hal ini di sebutkan dalam studi yang dikepalai oleh Dr. Chuanhai
Cao dari University South Florida. Kedua, meminum kopi bisa meningkatkan
51
Gambar 2.3 Ekspor Kopi Indonesia
kedalam salah satu dari 10 komoditi utama yang menjadi bahan ekspor dari
Dikutip dari artikel yang ditulis oleh Helianti Hilman (2009) tentang Aroma
Dijelaskan bahwa luas lahan perkebunan kopi sekitar 1,3 juta hektar.
52
kg biji kopi per hektarnya. Sedangkan biji kopi Arabika juga memiliki jumlah
yang sama yaitu sebesar 700 kg biji kopi per hektar setiap tahunnya.
penelitian yang dilakukan oleh Devvany dan Ivana (2017) dengan tema
salah satu jenis tempat kopi lesehan dengan lapak yang kecil di kota
Jogjakarta. Salah satu menu andalan kopi nya ialah kopi arang bakar. Yaitu
secangkir kopi hitam yang disajikan bersama arang bakar yang dicelupkan
bersamaan dengan kopi. Budaya kedua ialah budaya rumpi di warung kopi.
Mereka mengambil studi kasus di warung kopi didaerah kota Medan, dimana
suatu hal.
kopi, yang bernama Losari Coffee Plantation di Kota Magelang Jawa Tengah.
sambil meminum olahan biji kopi dengan campuran gula aren. Budaya ke
53
empat yaitu meminum kopi di wadah yang terbuat dari batok kelapa yang ada
larutan kopi dicampur dengan sebatang kayu manis. Yang kemudian dapat
Selain itu, kopi ternyata juga bisa digunakan untuk berbagai keperluan
selain untuk di konsumsi. Misalnya sebagai kebutuhan ritual adat, hal itu bisa
dilihat dari kegiatan Keraton Kota Solo yang setiap hari Selasa dan Kamis,
rutin membuat sesajen yang terdiri dari beberapa jenis bunga dan kopi
dengan keyakinan bahwa dengan adanya sajian sesaji diyakini dapat membuat
oleh peneliti, pada bagian ini peneliti juga mengambil data dari beberapa
ditawarkan kepada para pelanggan. Selain itu, profil kedai kopi yang sudah
dimasukan dalam penelitian ini juga merupakan hasil temuan data peneliti
54
1. Titik Nyeduh
Kedai Titik Nyeduh merupakan kedai kopi yang terletak di daerah Paku
Alam, Tangerang Selatan. Titik Nyeduh mulai beroperasi sejak tahun 2016. Kedai
kopi ini mempunyai jam operasional dari pukul 13:00 hingga 00:00. Kedai ini
memasok bahan biji kopi yang berasal dari beberapa daerah yaitu dari Gunung
Halimun Jawa Barat dan dari para petani di Jawa Tengah. Kopi yang disajiakan
sangat beragam, mulai dari jenis V60 hingga Latte. Selain itu juga tersedia banyak
minuman lain diantaranya Red Velvet, taro, serta makanan ringan seperti kentang,
mie, dan lain sebagainya. Kedai kopi ini memiliki struktur organisasi yang di kepalai
oleh owner sepasang suami istri dan sekaligus manager dan akuntan dari kedari kopi
Titik Nyeduh itu sendiri, kemudian di lengkapi oleh satu orang Headbar dan dua
orang Barista.
55
Gambar 2.5 Bagian Bar di Kedai Kopi Titik Nyeduh
Selain menyajikan menu kopi sebagai sajian utamanya, Titik Nyeduh juga
menyuguhkan konsep suasana seperti berada didalam rumah. Selain itu, kedai kopi
ini juga dilengkapi fasilitas seperti wi-fi dan ruang ber AC, smoking area, kamar
mandi, sofa, musholla hingga beberapa alat permainan dan buku-buku bacaan.
Sasaran pelanggan yang menjadi target kedai kopi ini berasal dari semua kalangan.
Namun dari hasil observasi peneliti, sebagian besar pelanggan yang datang
56
Gambar 2.6 Suasana Pelanggan di Kedai Kopi Titik Nyeduh
luar dan area merokok. Berdasarkan hasil observasi peneliti, pelanggan yang
datang ke kedai kopi ini memiliki jam-jam ramai dan padat setiap harinya. Salah
satu barista yang bekerja disana mengatakan bahwa jam 21.00 hingga 23.00
adalah waktu dimana suasana kedai kopi mulai ramai, walaupun pelanggan di
hingga ke trotoar seberang jalan kedai ketika pada hari-hari tertentu seperti hari
sabtu malam dan minggu malam. Rata-rata pelanggan berasal dari kalngan pelajar
SMA, Mahasiswa, dan beberapa karyawan. Selain itu kisaran harga kopi yang
57
Tabel II.D.3 Harga Menu di Kedai Kopi Titik Nyeduh
No. Jenis Kopi Range Harga
58
2. Setetes Kopi
Kedai kopi Setetes Kopi merupakan kedai kopi yang terletak di sekitar
Selatan. Setetes Kopi mulai beroperasi pada awal tahun 2019, awal mula
berdiri kedai ini masih menggunakan gerobak sebagai lapaknya, namun pada
bulan Febuari kedai kopinya kini telah memiliki tempat disebuah ruko kecil
satu lantai berukuran 10 x 4,5 m dan terletak dipinggir jalan. Kedai ini
Americano, dan minuman jenis lain seperti lemon tea. Kedai kopi ini hanya
khusus menyajikan minuman saja tanpa kudapan sebenarnya, namun ada satu
jenis kue ringan setiap harinya yang diletakan di etalase kecil bar mereka.
59
Seperti saat peneliti melakukan observasi ke lokasi, terdapat kudapan kue
harinya. Pemilik dari kedai kopi ini terdiri dari tiga orang mahasiswa aktif
Tempat ini juga difasilitasi alat permainan seperti kartu UNO, monopoli, ular
tangga dan sebagainya. Selain itu juga tersedia kamar mandi, ruang ber AC, 4
kursi dengan meja panjang, dan satu buah sofa, serta area merokok di luar
60
Gambar 2.9 Suasana Pelanggan di Kedai Kopi Setetes Kopi
Meskipun para pelanggan yang datang di kedai kopi ini tidak sepadat
seperti kedai kopi Titik Nyeduh, kedai kopi Setetes Kopi juga cukup memiliki
banyak pelanggan tetap yang hampir setiap hari datang untuk memesan kopi
dari kedai kopi. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,
owner kedai kopi ini juga mengatakan bahwa sebagian besar pelanggan yang
sering datang masih dalam satu lingkaran kolega atau pertemanan dengan
owner dari kedai kopi ini. Selain itu, mayoritas pelanggan yang datang
merupakan pelajar SMA dan mahasiswa. Kemudian kisaran harga kopi yang
61
Tabel II.D.4 Harga Menu di Kedai Kopi Setetes Kopi
V60,Aeropress,French
Press,Clever Dripper
62
3. Adara Coffee
pada awal tahun 2019. Kedai kopi yang bertemakan minimalis ini
memiliki konsep taman didalam kedai kopi. Hal ini merupakan salah satu
terobosan baru karena pada umumnya taman atau wilayah outdoor terletak
didepan kedai kopi. Kedai kopi ini memiliki jadwal operasi setiap hari,
dari senin hingga jumat, buka pukul 08.00 pagi hingga 23.00 malam.
Sedangkan hari sabtu dan minggu, kedai kopi buka pukul 09.00 pagi
dibandingkan kedai kopi Titik Nyeduh dan Setetes Kopi. Adara Coffee
juga menyajikan berbagai macam makanan berat seperti nasi goreng, sop
63
daging sapi, spaghetti, serta beberapa cemilan ringan seperti roti bakar,
Kedai kopi ini dimiliki oleh seorang ibu yang bekerja sebagai
salah satu anaknya yang masih berstatus mahasiswa disalah satu perguruan
memiliki satu orang Headbar dan 4 orang barista, serta 2 orang juru masak
difasilitasi ruangan ber AC dengan sofa dan karpet bulu, smoking area
dengan beberapa bangku memanjang, serta area taman yang diberi tikar
dan dilengkapi dengan bantal besar untuk duduk ditaman. Selain itu sama
seperti kedai-kedai kopi lain, Adara Coffee juga dilengkapi oleh kamar
64
Gambar 2.12 Suasana Pelanggan di Kedai Kopi Adara
hasil observasi peneliti, selama masa pembukaan kedai kopi diawal tahun
hingga saat ini, kedai kopi ini hampir selalu ramai setiap harinya.
Pelanggan yang datang ke kedai kopi ini juga beragam tidak hanya
sekedar mahasiswa dan para pelajar. Hal itu dikarenakan letak kedai kopi
ini persis dipinggir jalan raya protokol yang menghubungkan BSD ( Bumi
Serpong Damai ) dan Ciater. Berbeda dengan kedai kopi sebelumnya yaitu
dan Setetes Kopi yang terletak dipinggir jalan dimana jalan tersebut
65
Tabel II.D.5 Harga Menu di Kedai Kopi Adara
No. Jenis Kopi Range Harga
Diantara tiga profil kedai kopi yang telah dipilih oleh peneliti,
kedai kopi “Adara Coffee” adalah yang paling besar ukurannya disbanding
kedai kopi “Setetes Kopi” dan kedai kopi “Titik Nyeduh”. Selain itu,
ketiga kedai kopi tersebut memiliki situasi yang ramai pelanggan hampir
setiap harinya terutama ketika sore menjelang malam. Hal itu dikarenakan
keberadaan atau lokasi kedai koi tidak berada diwilayah yang ramai akan
usaha kedai kopi. Sehingga para pelanggan lebih mudah tertuju pada
kopi nyatanya menjadi tempat nongkrong yang saat ini diincar oleh
66
memiliki banyak arti, seperti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
raya, di taman kampus, dan di tempat lainnya. Hal ini yang nantinya
masing kedai kopi pun beragam. Kedai kopi “Titik Nyeduh” perharinya
bisa menghasilkan lebih dari 700.000 ribu per harinya, kemudian kedai
67
BAB III
mengenai bagaimana gambaran dan suasana yang ada pada kedai kopi
pada umumnya. Untuk itu, dalam bab ini peneliti akan lebih menganalisa
dan mengaitkan kenyataan yang ada dilapangan dengan kajian teori yang
Selain itu, yang menjadi dasar analisis selain data yang di dapat
dilapangan juga terkait dengan penelitian yang di lakukan oleh Gelora Cita
utama warung kopi adalah sebagai wadah atau tempat untuk bersosialisasi.
Termasuk dengan semua interaksi yang ada di dalamnya. Hal itu pun yang
kemudian menjadi garis besar bagi peneliti untuk menganalisis lebih jauh
hasil konstruk dari manusia, menurut teori Lefebvre kedai kopi sendiri
masuk ke dalam jenis ruang profan dan ruang publik. Dimana kedua ruang
68
ini merupakan tempat kegiatan manusia untuk melakukan berbagai
Dalam bagian kedai kopi juga ternyata memiliki tempat atau ruang
atau ruang beribadah yang disediakan bagi para pelanggan yang datang ke
kedai kopi. Dari ketiga kedai kopi yang telah dijelaskan dibagian
gambaran umum terhadap kedai kopi dalam penelitian ini, kedai kopi
kopi dan stok biji kopi sebagai tempat shalat bagi pelanggan yang ingin
shalat, bagi pelanggan yang ingin shalat harus beraknjak dahulu dari sana
Tentu menjadi hal yang menarik ketika ruang sakral yang berada di
sebuah kedai kopi pada fungsinya, nyatanya lebih sakral adalah ngopi
dengan hasil observasi peneliti, dimana tempat atau ruang yang disediakan
keadaan kedai kopi sedang dalam situasi ramai pelanggan. Hanya terlihat
menggunakan ruang atau tempat shalat yang disediakan oleh kedai kopi.
69
Selanjutnya, konsep Triad yang dibuat oleh Lefebvre secara tidak
produksi sosial atas ruang berkaitan dengan mode produksi dan budaya
didalamnya (Cak Tarno : 2014). Sesuai dengan hasil data yang didapat
Kopi
menjadi tolak ukur para pelanggan ketika datang ke kedai kopi untuk
1. Faktor Kenyamanan
secangkir kopi di kedai kopi cukup menjadi hal yang sangat penting.
tempat atau konsep yang di suguhkan oleh pihak kedai kopi. Kemudian
fasilitas apa saja yang tersedia, dan lain sebagainya. Keadaan atau suasana
yang tercipta di kedai kopi juga ternyata menjadi faktor penting bagi para
sebagai berikut :
“ yang buat nyaman kalo kedai kopi sih yang ngga terlalu rame
ya.. soalnya biasnaya kalo gue kesana itu kalo lagi ada tugas atau
70
kerjaan aja, dan kalo rame kayak ngga enak gitu. Menurut gue pas
minum kopi sambal ngerjain tugas gitu kek bisa ngebantu gue buat
nemuin inspirasi. Yang penting tempatnya nyaman dan ngga
terlalu sumpek “ (Wawancara pada 15 Oktober 2019).
Suasana yang tidak terlalu ramai menjadi pilihan Ica dalam
dibeberapa kesepatan yang lain suasana ramai juga bisa menjadi pilihan
2. Faktor Harga
sebuah kedai kopi pada umumnya seperti yang sudah dijelaskan pada bab
informan yang bernama Albert “ Pertama dari tempat sih asik apa engga,
dan harga nya juga yang standar-standar aja gitu ngga mahal ngga
3. Fasilitas yang tersedia dan Konsep yang dipakai oleh Kedai Kopi
wawancara, ada beberapa informan terkait dengan alasan apa saja yang
menjadi salah satu faktor penting untuk menarik para pelanggan. Seperti
71
sama bersih, ada msuhola, toilet, sama smoking area, ada juga yang AC.
‘’kalo buat gua, ada paduan konsep gitu kayak misalnya konsep
jogja sama Jakarta. Kayak punya tempat indoor yang ber AC,
sama yang out door yang buka 24 jam, nyediain musholla, sama
jual marchendise nya mereka gitu. Dan kalo bisa ada kegiatan tiap
bulan yang dibuat gitu yang diselenggarain sama pihak kedai kopi
nya, ada music, sama sajian kopi nya yang banyak variasi’’
(Wawancara pada 10 Juli 2019).
pelanggan. Hal itu juga dipengaruhi oleh konsep atau tema yang di ambil
oleh pihak kedai kopi ketika mereka memutuskan untuk membuka usaha
kedai kopi. Kedai kopi dengan konsep yang unik dan berbeda dari kedai-
kedai lainnya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan untuk
datang dan betah berlama-lama disana. Seperti yang dikatakan oleh Sonia :
‘’hm apa ya, enak aja gitu..gua suka aja ama tempat-tempatnya,
lucu-lucu. Nah gua juga kalo lagi nugas nih, skripsian ya nyaman
aja. Gua kan nge kos juga jadi ya kalo di kos an mulu sepi, yang
ada tidur hahaha. tempatnya sih pw apa engga, kek aesthetic gitu,
sama paling kalo ada rekomendasi makanan atau kopinya enak
dari temen gua’’ (Wawancara pada 12 Oktober 2019).
Keunikan atau ciri khas dari suatu konsep yang di bangun oleh
ketiga kedai kopi yang dijadikan tolak ukur bagi peneliti, salah satu kedai
kopi yang menurut peneliti memiliki daya tarik tersendiri bagi pelanggan
ialah kedai kopi Adara. Dimana kedai kopi ini memiliki tempat yang luas
untuk bagian ruang ber AC dan bagian area merokok nya, mereka memilih
72
konsep minimalis di hampir sebagian bangunan kedai kopinya. Selain itu
hamparan rumput hijau yang lumayan luas, serta beberapa tikar dan meja
memiliki banyak pilihan soal dimana mereka ingin duduk. Sedangkan dua
kedai kopi lainnya yaitu Setetes Kopi dan Kedai kopi Titik Nyeduh juga
memiliki dua area ber-AC serta Smoking Area. Namun kedua kedai kopi
ini memiliki konsep yang banyak dimiliki oleh kedai kopi pada umumnya.
Berbeda dengan kedai lainnya, kedai kopi Adara yang memiliki macam-
macam tempat duduk yang bisa digunakan oleh para pelanggan. Mulai
dari sofa, tempat duduk yang dibuat dengan semen dan batako dan
diletakan di area luat taman, hingga tempat duduk yang dibuat dari
waktu juga menjadi faktor yang tidak kalah penting. Hal ini di buktikan
lebaran Idul Fitri bisa merubah pemaknaan ruang-ruang Mall yang ada
73
disekitar kota Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Leonie ini
oleh Focault dan Ruang menurut Lefebvre. Menurutnya, teori ruang yang
esensi sebuah ruang mall berubah ketika momen Lebaran Idul Fitri.
dan usaha ekonomi, kemudian ketika momen lebaran tiba, konsep dan
tema dari ruang mall seketika di sulap dengan berbagai konsep islami
momen lebaran Idul Fitri yang dijadikan momentum. Tetapi waktu, kapan
kedai kopi kebanyakan ramai dan datang ketika sore menjelang malam.
Sekitar dari jam 16:00 sore hingga malam, bahkan tidak jarang beberapa
pelanggan pulang ketika kedai kopi sudah ingin tutup. Walaupun bukan
berarti ketika siang kedai kopi tidak di datangi pelanggan sama sekali,
dengan aktivitas lain seperti kuliah, ataupun kerja di kantor dan lain
74
saat siang hari, sebagian dari mereka datang hanya untuk sekedar
lebih ramai dari pada hari-hari yang lain. Waktu di akhir pekan merupakan
utama mereka seperti kerja, sekolah, ataupun kuliah. Lama waktu para
serius. Dan pernah juga sampe pindah.. jadi mislanya gua lagi di kedai
kopi, nah ampe udah mau tutup gua lanjut lagi dah tuh di warkop
75
1. Identitas sosial
seperti yang dikatakan oleh Basit “ hm gw rasa sih karna satu pokok
bahasan ya, sama mungkin gilanya sama gitu kayak gw.. kalo sama Lutpi
gw nyambung banget soal motor sama gunung kalo udah diskusi atau
ngobrol. Nah kalo sama si Rija gw lebih suka diskusi kalo lagi nongkrong
karna dia anaknya buku banget, jadi gw lebih banyak nambah banyak
wawasan aja kalo ngobrol sama dia “ (Wawancara pada 19 Juli 2019).
Selain Basit hal yang sama juga dirasakan oleh Baihaki yang
dari sanak saudara nya sendiri yaitu para sepupunya, “ hmm sepupu gua
sih, si doni sama rima. Karena bacotnya sih…. Hahaha bisa punya banyak
76
Bella merasa bahwa ketika ia nongkrong di kedai kopi dengan
para sepupu nya, selain bisa menjadi teman, ia bisa mengutarakan berbagai
dengan bercerita. Meski begitu, ia tetap merasa bahwa sedikit beban yang
dengan berbagai karakter unik yang dimiliki seperti, Bimbey janda bertato,
Akiko yang banci, dan Gerry yang tukang mabuk. Walaupun setiap dari
itu, secara keseluruhan adanya rasa kepercayaan yang ada diantara para
2. Jaringan Sosial
77
“ Jarang banget deh gw kayaknya bahkan ga pernah gitu kalo lagi
main ke Bar atau kedai-kedai kopi terus bayar gitu.. karena ya
kebanyakan kedai-kedai kopi yang biasa gw datengin buat
nongkrong, sebagian besar staff nya kayak baristanya atau
mungkin malah ownernya itu temen gw. Jadinya ya sering gratis
deh hehehe “ (Wawancara pada 8 Agustus 2019)
Dari hal tersebut terlihat bahwa sebenarnya, ketika seseorang
memiliki jaringan yang semakin luas, maka hal itu berdampak juga ketika
kedai kopi, membuat ia sering tidak perlu bayar ketika memesan kopi. Hal
juga nyatanya bisa dijadikan tempat atau wadah dimana seseorang bisa
pelanggan bisa bertemu dan berkenalan dengan orang baru. Seperti yang
78
bukan tidak mungkin mereka akhirnya memutuskan untuk berteman,
pola obrolan atau interaksi yang ada di ada di antara pelanggan dan teman-
persoalan yang ada pada seseorang, baik dari sisi positif maupun negatif.
seseorang yang saat itu tidak hadir, namun beberapa kali selama obrolan
79
Salah satu contoh interpretasi pada hasil wawancara yang
“ sejauh ini kalo pola kayak gitu, Cuma pas ditongkrongan tapi
yang gw omongin hal-hal krusial kayak misalnya pemira kan
biasanya ada mapping gitu.. nah itu baru tuh obrolan di bawah
satu arahan dari satu orang, sedangkan yang lain kebanyakan
Cuma dengerin sama nyimak. Atau ya kalo gw lagi nongkrong
sama orang-orang yang usianya lebih tua dari gw juga, ya
kebanyakan peran gw selama ngobrol lebih banyak sebagai
pendengar aja “ (Wawancara pada 19 Juli 2019).
Ketika obrolan yang dilakukan oleh Basit di kedai kopi masuk ke
kontrol sosial kepada para adik juniornya. Dengan modal sosial yang
teman yang lain secara otomatis menyimak apapun yang disampaikan oleh
para seniornya. Namun di lain waktu dan kesempatan, Basit juga dapat
80
gimana sih kalo udah semester-semester atas hahaha.. ya gw disitu
posisinya lebih banyak ngomong, lebih banyak sharing, trus
mereka lebih banyak dengerin dan nyimak” (Wawancara pada 19
Juli 2019).
Hal yang telah dijelaskan oleh informan tersebut menunjukan
dimiliki nya tanpa sadar. Adanya relasi kuasa yang terjadi diantara para
mereka.
81
mendapatkan a teman dan
beberapa kenalan baru
pelanggan. ketika
• Disbanding nongkrong)
hari-hari kerja
(Senin-
Kamis), kedai
kopi
mengalami
pelonjakan
pelanggan di
akhir minggu
(Jumat, Sabtu,
dan Minggu)
82
BAB IV
orang, tergantung darimana mereka melihat sisi sebuah kedai kopi itu
sendiri. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang bernama
“’buat gua kedai kopi, tempat belajar karna sering banget bedah
buku, atau talkshow yang diadain di tempat kopi. Nah trus juga
tempat wirausaha, jadi bisa juga jadi tempat transaksi”
(Wawancara pada 10 Juli 2019)
Sedangkan menurut Bella kedai kopi merupakan tempat yang
belajar, karna kan setiap kedai punya barista yang beda-beda, karna gua
bisa dapet cara nyeduh yang beda dari kedai kopi gitu, trus juga ya
Banyak sekali makna atau arti tersendiri terhdap sebuah kedai kopi
bagi para pelanggan. Begitu juga bagaimana sebuah ruang kedai kopi ada
83
A. Representasi Ruang Atas Kedai Kopi
manusia tentang kerangka ruang itu sendiri. Karena sebuah ruang tidak
akan pernah bisa terbentuk tanpa adanya konstruk dari pemikiran manusia
‘’sebenernya udah kebayang sih kalo kedai kopi bakal muncul dan ada
dari tahun 2016, karna gua ngeliat kopi itu udah mulai jadi lifestyle
orang-orang pas waktu itu‘’ (Wawancara pada 10 Juli 2019). Hal ini ia
lontarkan karena ia melihat beberapa dari temannya yang saat ini telah
dibicarakan melalui interaksi manusia. Hal ini diperjelas juga oleh Alizen
sebagai berikut :
‘’buat gua sih satu minggu sering banget ya, misalnya gua nyari
soal varian kopi apa aja sih yang ada di kedai sekitaran ciputat,
dan sering juga diajak nongkrong sama ke kedai-kedai kopi yang
belum pernah gua datengin, sampe ngomongin soal management
kedai kopi. Pokoknya dalam seminggu ngga keitung lah sering
banget’’ (Wawancara pada 10 Juli 2019).
Representasi ruang setara dengan tataran Conceived space, dimana
ruang tidak dapat dipersepsi tanpa dipahami atau diterima dalam pikiran,
84
selain itu pemahaman mengenai ruang selalu juga merupakan produksi
dalam pemikiran selama beberapa waktu yang cukup lama, serta asumsi
dan bayangan bagaimana kedai kopi yang dirasa ideal dan nyaman bagi
keberadaan ruang dari kedai kopi itu sendiri. Selain itu ketika kedai kopi
kedai kopi yang sering diperbincangkan melalui interaksi tidak lagi hanya
tanda, kode, dan relasi lainnya. Hal yang membuat ruang terbelah, dan
85
Representasi ruang membahas banyak sekali hal-hal kompleks
dari hasil interaksi para pelanggan dikedai kopi. Dan hal ini memuat
konsep kedai kopi, serta suasana dan waktu masuk ke dalam unsur-unsur
yang terkait pada bagian representasi ruang ini. “Ruang” kedai kopi yang
dibuat dan dioperasikan sedemikian rupa oleh para pemilik kedai kopi,
berpengaruh bagi kedai kopi saat ini. Sebagian besar pelanggan yang
dikatakan oleh Rezha “ ya gua lebih ke yang penting ada outdoor nya sih,
atau kayak tempat buat ngerokok. Lu tau kan gua ngga bisa banget lama-
2019).
Hal ini juga bisa dilihat dari tiga kedai kopi yang di ambil oleh
dengan mainan, toilet, ruang ber-Ac, area merokok, dan ruang yang
86
hanya terdiri dari area indoor dan outdoor, sedangkan toilet nya berada
diarea ruko samping kedai kopi. Persamaan yang terdapat pada ketiga
kedai kopi ialah memiliki area outdoor dan indoor, dan jam operasional
yang buka setiap hati tanpa hari libur. Dan hal itu cukup memperlihatkan
Area bagi para pelanggan yang sebagian besar dari mereka merokok
harga kopi yang di jual oleh kedai kopi. Penelitian ini tidak menjelaskan
para pelanggan.
87
B. Ruang Representasional bagi Para Pelanggan
wujud hasil dari representasi ruang. Ketika suatu konsep mengenai suatu
ruang sudah dibentuk oleh para pemiliki kedai kopi melalui presepsi dan
pikiran manusia, maka hasil dan perwujudan dari konsep yang sudah
dibentuk ada dalam ruang ini. Kedai kopi yang sebelumnya sudah
diwacanakan melalui pikiran tentang apa itu kedai kopi serta bagaimana
Perceived space, dimana setiap ruang memiliki aspek perspektif dalam arti
praktik sosial. Ruang representasional ini juga masuk kepada Lived space,
dilihat menurut Christian dan Desmiwati (2018) yang ditulis dalam jurnal
dilakukan oleh para manusia (pelanggan) didalam suatu ruang sosial yang
88
Pada tataran ruang representasional ini membahas bagaimana
“ruang” kedai kopi yang telah dibangun oleh para pelaku usaha, dengan
sosial yang ada pada pelanggan kedai kopi. Seperti yang telah dijelaskan
pada rasa nyaman, hingga bisa menghabiskan waktu yang cukup lama
sedikit dari mereka yang datang bersama teman mereka berjumlah lebih
dari 4 orang. Sesuai dengan hasil observasi peneliti selama dilapangan dan
89
juga didukung oleh beberapa data yang berhasil diperoleh dari proses
wawancara.
nongkrong di kedai kopi. Menurut Henri Tajher dan John Turner (1980),
identitas sosial diartikan sebagai satu bagian dari konsep diri individu,
sosial mereka. Identitas sosial yang dimaksud disini lebih mengacu kepada
90
dalam tataran representasi ruang lebih merujuk pada bagaimana sebuah
aspek. Maka pada tataran representasional ruang ini, justru interaksi antar
berlangsung. Hal yang dilihat dapat berupa tindakan fisik, atau melalui
terdapat surplus sisa atau residu yang lolos dari bahasa atau konsep, dan
Tarno , 2014).
spasial juga masuk kedalam klasifikasi Percieved space, dimana tempat ini
91
menjadi tempat social competence yang menjelaskan setiap hubungan
atau tempat bisa muncul yang diukur dengan waktu. Praktik spasial bisa
dijadikan sebagai hasil yang konkret dan jelas dari sebuah tempat. Karena
tataran representasi ruang, setelah itu di wujudkan secara fisik dan segala
tataran praktik spasial ini lah segala ke kompleks an yang ada pada sebuah
ruang atau tempat terjadi melalui hubungan ruang dan manusia itu sendiri.
“ideal” karena ruang itu sendiri secara spasial dalam masyarakat kapitalis
92
Spatial Practice sesuai yang ditulis oleh (Christian dan Desmawati,
keberlanjutannya dan berada dalam derajat yang sama dalam suatu ruang
yaitu ruang mutlak dan ruang abstrak. Ruang mutlak merupakan ruang
93
praktik spasial ini sebagian besar akan merujuk pada bagaimana pola
individu dari pelanggan itu sendiri. Dimana setiap dari mereka memiliki
ternyata juga mempunyai pengaruh kontrol sosial bagi teman atau orang-
Sebagai pusat informasi, sasaran buli, dan pusat humor. Tentu hal-hal itu
94
Spatial Practice dalam penelitian yang di tulis oleh Adiprasetio
produksi dan reproduksi atas relasi spasial yang terjadi diantara objek dan
mereka saling mengobrol, dan bagaimana peran kedai kopi yang mereka
ketika mereka bermain kartu di café shisa, dimana mereka saling berusaha
dari hukuman. Selain itu, sebagian dari mereka juga berusaha untuk
95
mempertahankan kekuasaan maupun kekuatan yang dimiliki seseorang,
96
Gambar 4.13 Refleksi Teoritis
97
Sesuai dengan hasil dari analisa di bab empat menyangkut refleksi
alur atau hasil implementasi dari kajian teori Lefebvre yang digunakan
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya nongkrong di kedai kopi saat ini menjadi salah satu gaya hidup
masyarakat yang sudah sangat lumrah. Para pelaku utama kebanyakan adalah
mereka yang berasal dari kalangan para anak muda yang berlatar belakang
pekerja bisnis, dan orang-orang dewasa, ibu-ibu menjadi para pelanggan kedai
kopi. Adanya hubungan antara kedai kopi sebagai (Ruang Sosial) dengan para
pelanggan yang datang pada akhirnya memunculkan banyak hal yang tidak
kedai kopi hanya dilihat sebagai kegiatan ekonomi semata. Namun setelah
ditelaah lebih jauh, nyatanya banyak aspek-aspek sosial yang bisa dilihat dari
jika di tarik sejalan dengan adanya penelitian ini, maka kedai kopi sebagai
99
sosial, maka bisa di jelaskan pula bagaimana wujud dan bentuk dari
kedai kopi mana yang akan mereka datangi. Seperti faktor kenyamanan, range
harga dari kopi yang di jual, hingga fasilitas dan konsep yang di gunakan
kedai-kedai kopi untuk menarik perhatian para pelanggan. Selain itu juga
adanya penjelasan tentang bagaimana suasana ruang dan waktu yang ada di
kedai kopi, yang juga dapat memperlihatkan kapan dan bagaimana reproduksi
ruang sosial yang terjadi di dalam kedai kopi hidup di beberapa momen atau
waktu-waktu tertentu.
sosial yang dimiliki oleh masing-masing pelanggan yang ada di kedai kopi.
Ketika para pelanggan kedai kopi datang untuk nongkrong, kebanyakan dari
mereka masing-masing. Berkumpul disetiap sudut meja, dan saat itulah ruang
hidup. Kedai kopi yang semula hanya ruang mati, berubah menjadi tempat
100
Didalamnya terdapat kegiatan saling mendominasi, bagaimana pola
jaringan sosial yang ada pada diri masing-masing pelanggan. Hal itu juga yang
kedai kopi. Semua itu dapat dilihat selama interaksi ketika nongkrong yang
dilakukan oleh para pelanggan terus berlangsung. Kedai kopi yang hanya
dilihat sebagai tempat bisnis dan tempat kegiatan ekonomi semata, nyatanya
memiliki sisi lain yang sangat kompleks dari aspek sosial nya.
B. Saran
1. Kepada para pemilik atau Owner dari kedai-kedai kopi, untuk tetap
waktu luang. Selain itu, perhatian terhadap cita rasa dan kualitas dari
kopi yang disajikan juga menjadi faktor penting. Mengingat kedai kopi
saat ini sedang menjadi usaha bisnis yang menjanjikan, dan semoga
101
kedai kopi. Sehingga suasana nyaman ketika nongkrong di kedai kopi
tetap terjaga.
kopi yang ada bisa berjalan dengan baik, baik dari keamanan, serta
102
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Lefebvre, Henri. The Production of Space. T.J Press Lrd, Padstow. Cornwall.
Great Britain. 1991.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Katalog Perpustakaan
BadanPPSDMK Kemenkes RI. 2002.
Narimawati, Umi. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. PT RajaGrafindo
Persada. 2008.
Pangabean, Edy. The Secret of Barista : Rahasia Meracik Kopi ala Barista
Profesional. PT Wahyu Media. Jakarta. 2012.
Rukajat, A. Pendekatan Kualitatif (Qualitative Research Approach). Jakarta.
2018.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung. 2014.
Alfi, Arifin Kamil. 2015. “Perumahan Muslim dan Politik Ruang (Analisis
Produksi Ruang Perumahan-perumahan Muslim di Yogyakarta)”,
Universitas Gadjah Mada. Diakses tanggal 2 Oktober 2019.
Brady, Bernadine, Cormac Forkan, dan Lisa Moran. 2017. “Space of Connection
and belonging young people’s perspective on the role of youth cafes in
their lives”. Diakses tanggal 9 Januari 2020.
xv
Cita, Gelora. 2015. “Studi tentang Fungsi warung kopi bagi masyarakat di Kota
Bagansiapiapi”. Diakses tanggal 11 November 2018.
Devvany dan Ivana. 2017. “Kajian Budaya Minum Kopi di Indonesia”. Diakses
tanggal 11 November 2018.
Dwiyan, Nurazizi Reza. 2013. “Kedai Kopi dan Gaya Hidup Konsumen (Analisis
Simulacrum Jean P Baudrillard Tentang Gaya Hidup Ngopi di Excelso)”.
Diakses tanggal 2 Oktober 2019.
Eder, Donna, Janet Lyne Enke. 1991. “The Structure of Gossip: Opportunities
and Constraints on Collective Expression among”. Diakses tanggal 28
November 2019.
Elly, Herlyana. 2012. “Fenomena Coffee Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Kaum
Muda”. Diakses tanggal 2 Oktober 2019.
Fauzi, Ahmad, I Nengah Punia, dan Gede Kamajaya. 2016. “Budaya Nongkrong
Anak Muda di Kafe”. Diakses tanggal 6 November 2019.
Fidovi Diana, Bahouse Rima. 2015. “Men’s Talk in a Lebanese Shisa Café”.
Diakses tanggal 24 Januari 2020.
Hilman, Helianti. Aroma Kopi Nusantara. 2009. Diakses tanggal 11 Januari 2020.
Irwanti, Said. 2017. “Warung Kopi dan Gaya Hidup Modern”. Diakses tanggal 2
Oktober 2019.
Iwan, Nurhadi dkk. 2019. “Produksi Ruang dan Perubahan Pengetahuan pada
Masyarakat Sekitar Objek Wisata Waterland. Jurnal Kajian Sosiologi
Budaya”. Diakses tanggal 2 Oktober 2019.
Jan, Rath dan Gelmers Wietze. 2016. “Trendy Coffee Shops and Urban
Sociability”. Diakses tanggal 9 Januari 2020.
Justito, Adiprasetio dan Saputra Sandi Jaya. 2017. “Taman Alun-Alun : Produksi
Ruang (Sosial) dan Kepubikan”. Diakses tanggal 2 Oktober 2019.
John, Urry. 2017. “Sosiologi Ruang dan Tempat (penj. Anton Novenanto). Jurnal
kajian Sosiologi Budaya”. Diakses tanggal 2 Oktober 2019.
Kabalmay Yudhi Adithia Dwitama. 2016. “Café Addict : Gaya Hidup Remaja
Perkotaan”. Diakses pada tanggan 1 September 2019.
Kurland, Nancy B, Lisa Hope Pelled. 2000. “Passing the World: Toward a Model
of Gossip and Power in the Workplace”. Diakses tanggal 15 Desember
2019.
xvi
Laila. 2015. “Budaya Ngopi di Kedai Kopi pada Masyarakat Aceh Kecamatan
Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang”. Diakses tanggal 31 Januari
2020.
Lazawardi, Kosa. 2012. “Ruang Yang Tercipta Oleh Para Pesepeda (Studi Kasus
: Bundaran Hotel Indonesia pada Acara Car Freeday)”. Diakses tanggal
18 November 2019.
Leonie, Schmidt. 2012. “Urban Islamic spectacles : transforming the space of the
shopping mall during Ramadhan in Indonesia”. Diakses tanggal 5
September 2019.
Manderson, Desmond dan Sarah Turner. 2006. “Coffee House: Habitus and
Performance Among Law Students”. Diakses tanggal 5 September 2019.
Nancy, B. Kurland dan Pelied Lisa Hope. 2000. “Passing the word : Toward a
Model of Gossip and Power in Workplace”. Diakses Tanggal 10 Januari
2020.
Pramita, Dea Ayu dan Indah Sri Pinast. 2016. “Nongkrong diwarung kopi sebagai
gaya hidup mahasiswa di Mato kopi Yogyakarta”. Diakses tanggal 2
November 2018.
Stroebaek, Pernille S. 2013. “Let’s have a cup of coffee and coping communities
at work”. Diakses tanggal 9 Januari 2020.
xvii
Yoppie, Christian dan Desmiwati. 2018. “Menuju Urbanisasi pulau kecil :
Produksi ruang abstrak dan perampasan”. Diakses tanggal 2 September
2019.
xviii
Ruang Sebagai Produksi Ruang Sosial Henri Lefebvre. Robertus Robert. Diakses
pada 8 September 2019.
https://caktarno.wordpress.com/2014/09/06/ruang-sebagai-produksi-
sosial-dalam-henri-lefebvre/.
Mengapa Harus Penelitian Deskriptif. Firdaus Muqorrobin. Diakses pada 17
Januari. https://www.eurekapendidikan.com/2014/11/mengapa-harus-
penelitian-deskriptif.html.
Kenapa Harus Kualitatif. Zinti Munazzah. Diakses pada tanggal 17 Januari.
https://www.kompasiana.com/zintizinti/552b163df17e612c6cd623cc/ken
apa-harus-kualitatif.
Pengertian Identitas Sosial. Diakses pada tanggal 19 Januari 2020.
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_identitas_sosial.
https://Ottencoffee.co.id. Diakses tanggal tanggal 10 Oktober 2019.
Strategi Pemasaran : Cara Starbucks Menjual Kopi dengan Harga Mahal Tapi
Laku di Pasaran. Diakses pada tanggal 21 Maret 2020.
https://www.paper.id/blog/headline/strategi-pemasaran-starbucks/
Perbedaan Kedai Kopi dan Coffee Shop. Diakses tanggal 21 Maret 2020.
https://www.sadakoffie.com/perbedaan-kedai-kopi-dan-coffee-shop/
Sosiologi Budaya : Understanding Culture in Daily Life. Aisyah Nur Fitriani, dkk.
Diakses tanggal 26 Maret 2020.
https://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/03/06/reproduksi-budaya-2/
xix
LAMPIRAN
A. Wawancara
Informan I
Proses wawancara yang terjadi anatara peneliti dan informan dimulai ketika sore
hari. Sebelumnya peneliti dan informan telah saling bertukar kontak untuk menentukan waktu
dan tempat pertemuan. Proses wawancara berjalan dengan tidak kaku dan banyak diselingi
obrolan-obrolan diluar konteks penelitian, hal ini dilakukan agar suasana obrolan saat
wawancara menjadi santai. Obrolan yang dilakukan sejak sore hingga larut malam dilakukan
disalah satu kedai kopi yang berada didaerah bintaro. Kedai kopi sendiri menyuguhkan
konsep ‘’rumahan’’, bukan di gedung atau diruko-ruko pada konsep biasanya. Pertanyaan-
pertanyaan wawancara yang berkaitan dengan konteks penelitian baru dibahas ditengah-
tengah obrolan sejak awal percakapan terjadi.
Wawancara I
Wawancara
Informan ‘’ emang disini (jogja) toko buku dimana deh? Gua nanya gitu kan
kedia, trus dia jawab ‘’waduh ga tau jen paling ditaman pintar’’. Ya lu
bayangin lah kalo gitu kan gw juga tau ya anjing hahaha.’’
Peneliti ‘’ hahaha parah lu zen’’
Informan ‘’ bukan, maksudnya ya gitu lah. Itu kalo tongkrongan temen-temen gw
yang dijogja ya. Kalo yang dicirebon paling gabut. Gua harus ngomong
apa gitu.’’
Peneliti ‘’ ya lu ikutin alur aja,maksud gw kenapa ngga jadi pendengar yang baik
aja gitu’’
Informan ‘’ iya gua tau,udah gitu kan kalo kayak krik pas nongkrong gua mau
balik juga ga enak yak an, mau ngikutin juga gua ngga nyaman. Ya
ujung-ujungnya paling bahas soal nostalgia. Ya pada akhirnya kan
sekarang gua punya temen-temen baru dan temen-temen lama lah.. tapi
selalu bersinggungan gitu’’
xx
ikut gua kita naik juga.tapi ya mereka maunya gini-gini aja. Dan kita
nyikapinnya juga beda dong. Ada akhirnya ya siapa yang harus ngikutin
gitu, dia? Atau kita? Gitu kan’’
Peneliti ‘’ iya sih, tapi konteksnya kalo menurut gw ya kita atau lu ya kalo bisa
main ke kedua kelompok tongkrongan lu.berusaha buat fleksibel gitu
kan ya’’
Informan ‘’ya iya gua harus selalu combine emang. Sampe dulu gua gedeg banget
ya lagi nongkrong kan pada main game gitu kan. Tapi ini sekarang gua
lagi install lagi sih mobile legend.’’
Informan ‘’ iya’’
Peneliti ‘’ terus menurut lu nih ya, tempat nongkrong tuh buat lu apa sih?
Maksud gw kayak seberapa penting gitu tempat nongkrong atau kegiatan
ngopi gitu. Gw liat kan sering tuh di sg (snapgram) lu kayak pasti sering
lah ngomongin kerjaan ngumpul-ngumpul gitu. Dan kayak kenapa ada
kualifikasi kayak buat orang bisa punya pilihan minum kopi di warkop
atau coffee shop.’’
Informan ‘’ iya jadi ya menurut gua, warkop ya sekelas warkop tuh harusnya bisa
gitu bagaimana caranya dia bisa berdiri sama halnya kayak coffeeshop
gitu. Karena nih ya coffee shop, contohnya tempat ini nih kita ngopi.
Tadi gua sempet nanya dia juga kerja sama soal pemasokan biji kopi
sama coffeshop dari filosofi kopi. Yang mana biji kopi itu di ambil dari
daerah sukabumi, jadi gua mikir ya ternyata realitanya coffeeshop itu
semacam tidak berdiri sendiri mereka punya atau saling memiliki
jaringan gitu lho kan ya.’’
Peneliti ‘’ tapi gw mikir gini sih, kenapa warkop bisa berdiri sendiri karna
mungkin dia ngga ada hal yang perlu di share kyk coffeeshop yang
kayak lu bilang tadi. Karna kan warkop kayak yaudh sekedar jual
gorenngan, minuman sachet, kopi sachet gitu. Jadi itu sih menurut gw
kenapa warkop-warkop kebanyakan individual.’’
Informan ‘’ ya kita kan kombinasi, biar warkop itu bisa panjat sosial juga kayak
halnya coffeeshop. Ya warkop bisa ngga harus berjejaring sama sesame
warkop gitu. Dia bisa mencoba berjejaring sama coffeeshop misalnya.
Ya kayak toko buku lah konsepnya. Nih katakana gramed itu sebuah
coffeeshop ya, misalnya toko buku yang di blok m itu adalah warkop-
warkop tapi kan sekarang udah ada nih toko buku ruko-ruko yang
menjual buku-buku yang biasanya di online in, missal toko buku
kosanta. Kosanta tuh semacam toko buku kecil dipasar kebayoran baru,
tapi dia diatas. Kalo dibilang kumuh ya kumuh namanya juga pasar kan
tapi dia diatas. Dan disana suka ada diskusi juga.’’
Informan ‘’iya’’
xxi
Peneliti ‘’ trus diskuiin apa?’’
Peneliti ‘’ jadi sebenernya ya iya sih, banyak bisnis-bisnis yang emang bukan
untuk mencari laba. Maksud gw ya emang itu untuk mencari
penghasilan tapi bukan sebagai penghasilan utama mereka gitu. Terus
menurut lu gimana buat orang-orang yang mau mencari laba dengan
melakukan usaha yang emang kayak bisa dibilang kayak yang lu bilang
tadi bisa panjat sosial. Kayak tipe-tipe coffeeshop gini.’’
Informan ‘’ ya gimana ya susah ngga susah sih ya. Karna gini, orang-orang yang
buat usaha kayak coffeeshop nih ya mereka punya jaringan banyak,
modal yang cukup, modal dalam segi apapun gitu ya. Tapi ya itu bisa
jadi terobosan gitu buat usaha-usaha baru’’
Informan ‘’ soalnya gua ngalamin, ya ngga cocok gitu kalo lu mau usaha warkop.
Karna gua udah ngebaca aja ya kayak filosofi kopi misalnya, dia yang
punya penulis skrip apa sutradara gitu kan, belum lagi brand
ambasadorya si chico sama rio dewanto. Dan waktu pada jamannya film
itu juga ya lumayan terkenal. Nah dari situ aja kan kita bisa liat gitu,
istilahnya modal ekonomi aja juga ngga cukup gitu kan. Mereka
ngusung dari film, ditambah lagi sama ya artis-artis papan atas gitu.’’
Peneliti ‘’ iya sih ya, jadi ya pada akhirnya orang-orang yang pergi ke warkop
sama ke coffeeshop masih terkualifikasi ya bisa dibilang. Belum bisa
didatangi sama semua kalangan gitu, ya walaupun engga semua’’
Informan ‘’ iya makanya, kayak misalnya coffeeshop dia buka jam 5 sore sampe
jam 12 malam, tapi kan kenyataannya belum bisa kan itu dijadiin tempat
tongkrongan buat ya abang-abang gojek gitu kan. Hanya warkop gitu
yang bisa dinikmatin sama gojek, mahasiswa masuk, belum ada gitu
menengah atas nongkrongnya di warkop. Nah kenapa? Satu, tempat.
Mereka gamau tempat yang ya apa adanya gitu kayak warkop,
menengah atas tuh soal tempat sebenernya. Soal kenyamanan, sementara
orang menengah kebawah dia ngga pilih kenyamanan, yang penting ada
xxii
esensi.’’
Peneliti ‘’ jadi menurut lu ngebangun usaha kayak coffee shop, itu butuh
modalnya bukan hanya sekedar uang ya, ya dibalik itu semua banyak
banget yang harus dipunya.’’
Informan ‘’ nah kayak temen gw buka yang didepan joker itu. Namanya
wartikum’’
Peneliti ‘’oh iya iya, ‘’ berarti dia saingan dong seberang-seberangan gitu’’
Informan ‘’iya’’
Peneliti ‘’ serius? Tapi ramean mana?’’
Informan ‘’ ya masih ramean joker, mungkin karna wartikum itu juga belum lama
kayak joker ya. Ya sama sih, itu yang punya kayak senior gua tapi udah
deket kayak temen lah..dia anaknya dosen, yang satu lagi dia orang ga
punya dari medan ngerantau kesini. Nah ibunya sempet buka warung
nasi, dan dia coba nyatuin konsep warung nasi dengan coffeeshop.
Hanya bukan tempatnya ya, tapi lebih ke kopi-kopinya aja. Nah, disatuin
tuh’’
Peneliti ‘’berhasil?’’
Informan ‘’ ya ngga berhasil, ya warrtikum juga saat ini belum rame. Pertama
dikelola banyak orang kan. Hampir 5 orang yang ngelola wartikum. Dari
5 orang ini hanya satu orang yang kosisten gitu. Dan yang ngelayanin itu
konteksnya bukan 5 orang ini, tapi pelayan lain yang dibara sama
mereka. Nah pelayannya kan ngga ngerti soal kopi.’’
Peneliti ‘’ tapi sekarang konsep itu masih jalan? Nasi sama kopi?’’
xxiii
3 orang paling banyak. Dan itu tuh udah gemuk banget gitu. 3 tuh udah
rawan cekcok lah’’
Informan ‘’ duh duh engga engga gua belum dan jangan lah ruwet ruwet’’
Peneliti ‘’ hahahaha dasar oke oke, oh okey okey, nah ini kan lu semenjak gw
kenal lu addict banget tuh sama kopi ye kan.
Wawancara II
Informan ‘’kalo buat gua pribadi, tempat nongkrong itu jadi ruang komunal ya
buat gua dan temen-temen berinteraksi..karna kan keseharian kita
sebagai mahasiswa disini kan beda-beda gitu ya. Dan kita juga berangkat
dari fakultas yang beda-beda juga. Jadi ngga mungkin kita mengalami
keseharian ditempat yang sama.’’
Peneliti ‘’oke, trus lu suka ngopi ngga? Kalo iya, sejak kapan dan gimana
ceritanya?’’
Informan ‘’ya gua suka ngopi, kalo sejak kapan, mungkin gua mulai suka ngopi
secara keseharian dimasa-masa SMA. Hm sebenernya simple sih karena
ngopi itu kan jadi pertemuan gua dipondok selain kita bertemu dalam
satu keseharian, hm kopi itu bisa mempertemukan gua juga sama temen-
temen dan bikin obrolan jadi makin lancar. Bahkan saat kita lagi
ngumpul dan kopi abis, ya kita bakal saling singgung siapa nih yang
harus nyediain kopi lagi buat melanjutkan obrolan ini makin lancar.
Karna seolah-olah saat kopi abis dan ngga ada yang kita teguk sementara
obrolan masih seru, ya ada hal yang janggal aja gitu buat kita’’
Peneliti ‘’hmm gitu, trus kebiasaan nongkrong lu pernah off untuk beberapa
waktu atau stagnan aja gitu?’’
Informan ‘’kalo gua sih pernah off ya nongkrong, tapi ya ngga lama gitu. Mungkin
karna pas lagi ada kerjaan atau deadline. Kalo lagi ngga ada gitu sih ya
lanjut terus’’
Informan ‘’buat gua sih banyak hal yang bisa gua raup gitu. Jadi habitus akhirnya
buat gua..pertemuan dengan teman. Jadi dapat kabar dan bisa jadi
nongkrong gua itu ngehasilin interaksi sama temen-temen baru yang
baru gua kenal. Nongkrong itu jadi medium buat ketemu, kayak gua
xxiv
dikenalin sama temennya temen gua, (ORANG BARU) nah singkat
cerita pas udah ngobrol sana sini eh dia juga temen gua juga gitu yang
sempet ketemu. Banyak sih, nongkrong tuh kayak pertukaran informasi,
pertukaran kabar yang buat keseharian gua itu bisa didapat.’’
(INFORMASI)
Informan ’’ hm paling di kontrakan gua, tapi itu jarang sih..yang sering tuh ya di
pos komunitas gua. Dideket psanggrahan komunitas mahasiswa
kuningan. Itu disana gua juga bisa dibilang yalumayan sering sih’’
Peneliti ‘’nah dari sebanyak temen yang lu punya, biasanya siapa sih yang sering
nongkrong sama lu. Dan seberapa jauhlu kenal mereka?’’
Informan ‘’kalo buat gua, yang sering nongkrong sama gua lingkup anak-anak
sekitar kontrakan sih..sejauh apa kenal mereka, ya yangsering ngopi ama
gua ya yang gua kenal..intinya intensitas gua ngopi sama orang ya
mempengaruhi seberapa jauh gua kenal sama mereka’’
Peneliti ‘’emang biasanya kalo lagi nongkrong bisa ngabisin waktu berapa
lama?’’
Informan ‘’relatif sih, paling sebentar kisaran 1 atau 2 jam..kalo paling lama bisa 5
sampe 6 jam haha. Ya kadang bisa seharian juga, tergantung sama siapa
dan momen juga sih’’ LAMA WAKTU NONGKRONG
Peneliti ‘’nah kalo mau nongkrong biasanya yang ngajak duluan lu, atau
mereka?’’
Informan ‘’biasanya cenderung gua diajak sih tapi gua langsung kuy aja gitu
hahaha’’
Peneliti ‘’haha dasar luu, ada ga tuh orang yang berpengaruh ditongkrongan lu?’’
Informan ‘’adalah, dan mungkin setiap orang punya pengaruh masing-masing ya.
Karna kalo setiap orang tidak berpengaruh ya, misalnya pengaruhnya dia
sebagai pusat informasi, ada yang karna dia jadi sarang bulli, dan ada
juga dia yang biasanya jadi pusat humor gitu disela-sela pembicaraan.
Macem-macem deh’’ PRAKTIK SPASIAL
Peneliti ‘’oke, trus apa yang lu liat kalo lagi pergi ketempat kopi? Apa dari
nyamannya atau gimana’’
Informan ‘’kalo yang gua liat, mereka penyedia kopi-kopi digiling dan lokal. Trus
faktor tempat, menu, dan harga. Udah sih kayaknya itu hehe’’
xxv
Peneliti ‘’hm wajar ya berarti rata-rata kan emang gitu. Nah ini terakhir gua mau
nanya soal tanggapan lu tentang fenomena kedai-kedai kopi yang
sekarang lagi menjamur?’’
Infroman ‘’ hm tanggapan gua sih, itu semua karna sosial media, sekarang orang
nongkrong itu nga bisa tanpa foto, sementara foto nya itu harus ciamik.
Jad artinya orang-orang akan datang ketempat nongkrong yang sekiranya
buat mereka elok buat foto. Nah karna itu juga banyak akhirnya tempat
nongkrong yang mengusung tempat-tempat yang unik gitu. Jadi saling
membutuhkan sih, orang nongkrong butuh tempat buat post foto. Dan
penyedia tempat nongkrong juga butuh pelanggan untuk kelancaran
bisnis mereka’’
Wawancara III
Peneliti ‘’menurut lu selain untuk tempat nongkrong dan ngopi, kedai kopi itu
apa?’’
Informan ‘’buat gua kedai kopi, tempat belajar karna sering banget bedah buku,
atau talkshow yang diadain di tempat kopi. Nah trus juga tempat
wirausaha, jadi bisa juga jadi tempat transaksi, dan ya tempat ngopi juga
bisa jadi tempat ketemu orang-orang besar kayak LSM, NGO atau
orang-orang lembaga pemerintahan yang biasanya nyari tempat ngopi
buat berjejaring sama mahasiswa’’
Peneliti ‘’pernah kebayang ngga sejak beberapa tahun kebelakang kalo kedai
kopi itu bakal hits kayak sekarang?’’
Informan ‘’pernah, kalo gua belajar dari warkop-warkop yang menyajikan tempat
ngopi yang diolah jadi anak muda banget dan jadi tempat nongkrong
yang lebih asik. Nah asumsi gua kejadian saat ini. Yang didukung sama
alat dan konsep yang banyak banget, sampe ya ada banyak banget jenis-
jenis kopi. Bahkan kan searang yang jadi incaran anak muda bukan lagi
kopi-kopi tubruk, tapi kopi- kopi yang ada campuran susu sama berbagai
rasa kayak moccacino, cappuccino dan sebagainya. Dan akhirnya
sekarang kedai kopi jadi usaha musiman kan sekarang.’’
Peneliti ‘’seberapa sering dalam seminggu lu bahas soal apapun yang berkaitan
dengan kedai kopi?’’
Informan ‘’buat gua sih satu minggu sering banget ya, misalnya gua nyari soal
varian kopi apa aja sih yang ada di kedai sekitaran ciputat, dan sering
juga diajak nongkrong sama ke kedai-kedai kopi yang belum pernah gua
datengin, sampe ngomongin soal management kedai kopi. Pokoknya
xxvi
dalam seminggu ngga keitung lah sering banget’’
Peneliti ‘’buat lu pribadi kedai kopi yang idea; tuh kayak gimana?’’
Informan ‘’kalo buat gua, ada paduan konsep gitu kayak mislanya konsep jogja
sama Jakarta. Kayak punya tempat indoor yang ber AC, sama ya out
door yang buka 24 jam, nyediain musholla, sama jual marchendise nya
mereka gitu. Dan kalo bisa ada kegiatan tiap bulan yang dibuat gitu yang
diselenggarain sama pihak kedai kopi nya, ada music, sama sajian kopi
nya yang banyak variasi’’ DESKRIPSI
Peneliti ‘’pada saat pertama kali lu pergi ke kedai kopi, apa yang ada dalam
pikiran lu?’’
Informan ‘’apa ya, pertama sih mahal sih.. tapi setelah itu mulai nyadar bahwa oh
iya di dukung sama kenyamanan tempat dan desain-desain yang artistic,
dan jadi tau juga ternyata tuh bikin kopi ngga gampang’’
Peneliti ‘’menurut lu, apa sih yang ngebuat kita jadi ga ada batasan kalo lagi
nongkrong di kedai kopi?’’
Informan ‘’buat gua pribadi karna obrolan sih, dan tempat yang bikin betah, sama
temen ngobrol juga sih yang bikin asik, sama soal rasa kopi nya sih’’
Informan II
Wawancara
Peneliti ‘’kenapa bisa sering pergi ke tempat ngopi ? sejak kapan tuh lu punya
kebiasaan nongkrong ?’’
Informan ‘’ dari jaman STM gw sih udah suka nongkrong, kek pulang sekolah ke
warkop, gitu gitu dah’’
Peneliti ‘’ hm oke oke, trus lu tuh orang yang dasarnya suka minum kopi atau
gimana?’’
Informan ‘’ gw sih suka nongkrong, tapi basicnya gw sama kopi biasa aja sih.
Paling kalo lagi nongkrong sama temen aja, Cuma gw ngga yang harus
tiap hari gtu sih minum kopi.. paling kalo dirumah minum kopi ya kalo
lagi mood aja, kalo engga ya engga’’
Peneliti ‘’ trus lu lebih suka order minuman aja atau lu order apalagi gtu?’’
Informan ‘’ engga, gw tuh biasanya kalo lg nongkrong ya order sampe berkali kali
gitu..kalo abis nambah, kalo abis nambah. Makanya gw tuh jeleknya ya
xxvii
kalo sekalinya nongkrong kek boros. Kalo misalnya ngga mau boros ya
gw abis makanan abis ya gw cabut’’
Peneliti ‘’ okay okay.. hm kebiasaan nongkrong lu ini kan dari jaman STM ya,
nah ini stagnan atau pernah lu kek berhenti nongkrong gitu?’’
Informan ‘’ hmm engga sih, gw dari dulu anaknya nongs terus hehehe’’
Peneliti ‘’ tapi selain alasan tadi, kenapa tuh lu lebih suka nongkrong
diwarkop?’’
Informan ‘’ diwarkop ya enak aja, gw ngga terlalu suka di coffee shop gitu sih.
Mungkin belum fasenya kali ya hahaha bisa aja nanti kalo gw udah
sukses gw ngga bakal lagi mau nongkrong diwarkop, atau malah gw
emang sukanya bakal masih diwarkop. Ngga tau sih.. tapi kalo buat
sekarang ya gw lebih suka diwarkop’’
Peneliti ‘’ trus lu ada ga temen temen yang intensitas nongkrongnya sering gitu
dari pada temen temen lu yang lain?’’
Informan ‘’ ada, dari semua orang yang suka gw tongkrongin ya.. paling si lutpi
ama rija’’
Informan ‘’ udah jauh lah.. kalo bisa dibilang gw udah tau tai tainya mereka.
Karena gw tuh gitu fir lebih suka punya temen dikit tapi gw tau dalem
dalemnya dia. Kayak gw tau seluk beluk dia, atau sampe ibunya kadang
suka nyariin gw kok udah jarang main kerumah dia gitu’’ SEBERAPA
JAUH
Peneliti ‘’ haha kayak pacaranya aja lu.. emang apa sih yang bikin lu nyaman
sama mereka?’’
Informan ‘’ hm gw rasa sih satu pokok bahasan sih.. sama mungkin gilanya sama
gitu gw sama mereka..kayak kalo sama lutpi ya gw nyambung banget
soal motor sama gunung, nah kalo sama si rija gw suka diskusi karena
kan si rija buku bacaannya banyak banget, gw suka aja’’ KESAMAAN
Peneliti ‘’ jadi bisa dibilang lah ya lu lebih suka nongkrong sama grup kecil
dibanding gerombolan gitu.. kalo nongkrong emang siapa yang biasanya
xxviii
ngajak nongkrong duluan?’’
Informan ‘’ iya. Paling kalo lagi rame pas nongkrong karena mapping gitu ya,
hmm lebih sering gw sih yang ngajak karena kalo sering dirumah gw tuh
orangnya ngga betahan.’’
Peneliti ‘’ hm gitu, trus pernah ngga lu ada diposisi dimana lu orang yang paling
didengerin pas ngobrol? Atau malah sebaliknya? Ketika lu nongkrong ya
lu sepanjang obrolan lu Cuma dengerin orang ngomong aja?’’
Informan ‘’ ngga sih, sejauh ini kalo pola kayak gitu Cuma pas ditongkrongan tapi
gw ngomongin mapping buat pemira.. nah itu baru satu arahan. Obrolan
dikenadaliin sama beberapa orang aja yang lain nyimak. Atau ya kalo
gw nongkrong sama orang yang lebih tua atau senior misalnya, ya gw
lebih banyak dengerin’’ PRAKTIK SPASIAL
Peneliti ‘’ berarti kalo nongkrong sama yang lebih muda, lu yang biasanya
didengerin?’’
Informan ‘’ ngga sih, gw ngga mau karena ya gw ngga suka. Sama junior ya
paling gw ngobrol biasa.. tetep kayak ngga ada gap lah ya. Kayak gw
ngobrol sama angkatan 17 misalnya, mereka kayak dengerin cerita gw
soal gimana sih klo kuliah udah semester tua. Ya polanya kayak gw tuh
di talkshow in lah gitu..’’
Peneliti ‘’ hm iya iya gw paham.. oh iya lu emang mau diskusi apa soal
endgame?’’
Informan III
Wawancara I
Wawancara
Peneliti ‘’ jadi gini bet, berhubung gw lagi pengen tau lah kebetulan juga
penelitian gw ya ada sangkut pautnya sama budaya nongkrong… nah lu
seminggu nongkrong biasanya berapa kali?’’
Informan ‘’ kira kira ya kalo di range waktu sih ga tentu, tapi dalam seminggu
sabtu minggu.. nah pas libur tuh pasti gw nongkrong. Trus kalo hari hari
biasa belum lagi kan kalo abis kuliah kadang juga baliknya gw
nongkrong dulu’’
Peneliti ‘’ hm iya iya, trus temen nongkrong lu biasanya itu itu aja atau beda
beda?’’
xxix
Informan ‘’ hm keseringan sih ya itu itu aja, tapi nih ya kadang temen gw suka
bawa orang baru atau temennya gitu. Jadi ya gw ama mereka nimbrung
gitu biasanya.’’ ORANG BARU
Informan ‘’ iya langsung nyambung aja gitu, biasanya kalo seterusnya nyambung
ya udah gitu jadi temen nongkrong lama kelamaan’’
Peneliti ‘’ oh iya kalo soal minum kopi, lu tipe yang emang candu banget sama
kopi atau ya biasa aja?’’
Informan ‘’ ya gw biasa aja sih sama kopi, kalo lagi nongkrong ya gw pesen kopi
.. walaupun gw dirumah punya alat kopi yang buat nge apa sih namanya,
vietnam drip sama yang buat nge press gitu gitu tapi ngga pernah gw
pake’’
Informan ‘’ iya gw sering nih beli biji kopi nih arabika atau robusta satu kilo, tapi
kek digilingnya di coffeeshop temen gw ada tuh di Qbig, nah gw minta
digiling disana..jadi ya dirumah tinggal diseduh gitu,pake Vietnam drip
gitu hehehe’’
Peneliti ‘’ nah lu suka kopi yang jenisnya latte kek gini, atau ya kayak semacam
v60, atau Vietnam drip ?’’
Informan ‘’ bukan si,, ya apa ya gw suka aja gitu. Kalo dirumah kan gw ngga bisa
bikin kek digambar gambar gini’’
Peneliti ‘’ siappp. Lu tau kan sekarang coffee shop lagi menjamur banget? Nah
kira kira nih tanggepan lu soal fenomena ini gimana?’’
Informan ‘’ hmm tanggepan gw sih selama hal itu posifit ngga masalah ya, cuman
paling, kita liat dari sisi apanya dulu nih?’’
Peneliti ‘’ ya misalnya nih.. ada orang yang ngga suka ngopi,tapi kan kadang
beberapa diantara mereka kan bela belain datang ke coffee shop karna
ngincer tempatnya yang bisa dibilang instagrameble lah. Itu menurut lu
gimana?’’
Informan ‘’ ya kalo itu sih gimana ya.. engga banget lah, ya buat apa.. misalnya
suatu saat dia ketemu orang trus diajak ngopi? Kalo orientasi dia Cuma
xxx
itu yakan dia ngga bakal ngerti gitu.’’
Peneliti ‘’ iya berarti kan pengaruh coffeeshop gede banget kan buat orang orang
sekarang gitu’’
Informan ‘’ ya kalo ngikutin gaya hidup kan ngga ada habisnya ya.. ya balik lagi
masing masing keorangnya sih kalo kayak gitu… ya realistis aja
gitu,kalo emang dirasa kurang mampu ya jangan lah maksain gitu.tapi
kalo emang dia ngga ada masalah gitu tiap hari nongkrong begini ya no
problem juga gitu.’’
Peneliti ‘’ tapi menurut lu apa yang bikin betah nongkrong ditempat kopi?’’
Informan ‘’ selain minum kopinya..ya kalo kita kesni mungkin suasana tempat
bisa sih jadi patokan gw gitu ya. Karena kebanyakan coffeeshop ya
tempatnya asik gitu’’
Peneliti ‘’ oke, tapi lu itu tipe orang yang kalo ngerjain tugas, atau ngomongin
masalah kerjaan biasanya laringa ke tempat ngopi kayak gini atau
gimana?’’
Informan ‘’ engga, gw ngga bisa.. kalo ngerjain suatu hal harus dirumah..kek
dikamar. Jarang kalo ke coffeeshop. Kalo ke nongkrong ya gw biasanya
ngelepas penat aja gitu..have fun.’’
Peneliti ‘’ beda sih ama gw, hahah kalo gw bener2 mikir biasanya keluar kayak
gini, baru gw bisa focus’’
Wawancara II
Peneliti ‘’menurut lu selain untuk tempat nongkrong dan ngopi, kedai kopi itu
apa?’’
Informan ‘’lebih ke peluang bisnis nih kalo gua ya liat nya, karna kan sekarang
kedai kopi lagi hipe banget tuh’’
Peneliti ‘’pernah kebayang ngga sejak beberapa tahun kebelakang kalo kedai
kopi itu bakal hits kayak sekarang?’’
Peneliti ‘’seberapa sering dalam seminggu lu bahas soal apapun yang berkaitan
dengan kedai kopi?’’
Informan ‘’ngga terlalu sering sih, tergantung sikon aja ngga nentu gitu’’
xxxi
Peneliti ‘’buat lu pribadi kedai kopi yang idea; tuh kayak gimana?’’
Informan ‘’pertama dari tempat sih asik apa ngga, dan harga standar gitu ngga
mahal ngga murah’’ HARGA
Peneliti ‘’pada saat pertama kali lu pergi ke kedai kopi, apa yang ada dalam
pikiran lu?’’
Informan ‘’awalnya yang ngga suka kopi, pas diajak temen yang bekas barista, dan
guadisitu baru ngerasa paitnya beda, dan rasanya lain gitu’’
Peneliti ‘’menurut lu, apa sih yang ngebuat kita jadi ga ada batasan kalo lagi
nongkrong di kedai kopi?’’
Informan ‘’kalo untuk batasan umum, mungkin lebih kalo ngobrol sambil minum
kayak lebih intim lebih enjoy lebih selow’’
Informan IV
Wawancara
Informan ‘’Soalnya itu kan tempat dimana bisa sharing apa aja sama sahabat,
gabut ngabisin bakaran trus freetime bareng mereka gtuu.’’
Informan ‘’ Gak begitu addict sama coffee, tapi gue ngerti banyak soal coffee kok
jadi lo harus nyobain sih coffee di tempat kerja gue di Djournal House
Gunawarman, instagramable sama vinyl abis,,, gokil deh lu harus main
kesana.’’
Peneliti ‘’biasanya kalo lu lagi nongkrong, suka sekalian pesen makanan atau
snack gitu ngga?’’
Informan ‘’Jarang banget deh gue keknya bahkan ga pernah gitu gue kalau lagi
main ke Bar terus bayar gitu, maklum mainnya ke Bar yg staff nya gue
kenal deket. Jadinya gratis gitu.ke coffe shop juga gitu keseringan gratis
kalo misalya gue kenal sama staff nya’’ RELASI
Peneliti ‘’enak dah lu haha, trus gini..kebiasaan nongkrong lu stagnan terus, atau
lu pernah beberapa waktu berhenti nongkrong dengan jangka waktu yang
cukup lama karna beberapa alasan?’’
xxxii
Informan ‘’ Ga pernah deh guee, pd bacot beud bacot kalo ngaret apalagi ga
nongol di tongkrongan.’’
Peneliti ‘’kira-kira apa nih yang ngebentuk lu jadi punya kebiasaan nongkrong?’’
Informan ‘’ Asik beud asix cuyy bikin lingkaran kecil terus ya ngopi, minum
bareng sma orang orang gilaa.’’
Peneliti ‘’emang apaan sih yang buat lu nyaman, asik, kalo lu lagi nongkrong?’’
Informan ‘’ Banyak kek cuci mata ngeliatin cewek cewek wangi, ngitig yg
sepanjang hari kek snoop dogg. Minum minum lucu. Niupp
niupp.hahaha ‘’
Peneliti ‘’biasanya alasan apa yang buat lu, kalo misalnya lagi pergi ke tempat
ngopi gitu bal?’’
Informan ‘’ Ya jadi semua tergantung sama mood pas lagii ngumpul gituu sii
wkwkwk’’
Peneliti ‘’hahahah oke-oke. Biasanya siapa tuh orang-orang yang sering jadi
temen tongkrongan lu? Dan seberapa jauh lu kenal mereka?’’
Informan ‘’ Bimbey si janda bertatto dan punya anak 1, Akiko si bencong yg bucin
tapi duitnya gaada seri nya, Gerry si pk yg kalo ga gits (mabuk) ga idup
katanya. Nongs bareng udah bertaun taun siii, jadi ya istilahnya udah tau
gitu tai-tainya hahaha.’’
Peneliti ‘’emang apa yang ngebuat lu asik dan nyaman nongkrong sama
mereka?’’
Peneliti ‘’biasanya setiap lu mau nongkrong, yang sering ngajak duluan lu, atau
biasanya lu yang diajakin?’’
Informan ‘’biasanya gue sih yang diajakin, tergantung mau nongkrong dimana tapi
gue pertimbangin dulu..kalo asik ya kuy, kalo engga ya gue ngga ikut.
Tapi keseringan gue kuy sih hahahaha’’ SIAPA YANG NGAJAK
Peneliti ‘’hahaha emang kalo lagi nongkrong biasanya lu pada ngomongin apa?’’
Informan ‘’ Banyak klo disebutin. Misalnya kek, soal hari ini gw lagi kenapa,
cerita pengalaman hidup.’’
xxxiii
Peneliti ‘’kalo lagi nongkrong gitu, ada ga temen lu yang suka mulai topik
pembicaraan duluan, biar selalu rame?’’
Informan ‘’ SKYE BAR & LOUNGE di Menara BCA Grand Indonesia, Minum di
tempat kelass Gratizz sampeee Muntah muntah.’’
Peneliti ‘’okey, gila ya ekstrim juga lu gaulnya hahahaha. Aku mah apa.. trus
menurut lu seberapa penting kegiatan nongrong yang sering lu lakuin,
dan mungkin apa sih gitu pengaruhnya?’’
Informan ‘’ apa ya, Menurut gue penting si buat org org gabut yg gapunya tempat
buat nongs..’’
Peneliti ‘’nah..dari sekian banyak tempat yang lu suka datengin, apa yang jadi
pertimbangan kalo lu lagi milih tempat nongkrong?’’
Informan ‘’ Ada event apa enggak, rame atau enggak nya biasanya si ini ngecek
dulu tempatnya kek gmn istilah anak Selatan sih “Cek Ombak”
FAKTOR DATANG
Informan ‘’ Kadang kalau lagi pewe bisa berjam jam, kadang geser tempat juga
kalau udah ga asik. Seharian juga pernah sampe lupa hari aja pernah’’
Informan ‘’hahaha engga juga anjir fir, engga salah lagi. Hahaha’’
Informan ‘’hahahah sans fir, mo nanya berkali kali juga boleh hahahaha’’
Informan V
xxxiv
Wawancara I
Wawancara
Peneliti ‘’tipe lu suka ngopi yang kek gw latte gini, apa yang kek rezha?’’
Informan ’’latte lattean dong, inget ya latte latte an bukan cabe cabe an’’
Peneliti ’’ ahh ilahh lug w pulang ni hahahah. Dalam seminggu lu bisa nongs
berapa kali emang?’’
Informan ’’hahaha akhir akhir ini sih udah sering banget cuy, seminggu bisa kali
tiga kali gua nongkrong’’
Informan ’’sama temen kampus, sama sepupu gua, banyak sih..ama temen SMA,
tapi yang sering ya sama temen kampus sama sepupu’’
Peneliti ’’trus kalo sekalinya nongkrong lu biasanya Cuma kopi atau sama
orderan lain?’’
Informan ’’gw kan jarang makan ya, jadi seringnya sih kopi aja..tapi kalo lagi pas
laper ya sama makanan juga’’
Peneliti ’’ oh iya, lu tipe orang yang jarang makan ya, apa lu ngga mau jajan
banyak banyak?’’
Informan ’’jarang makan, sama ngga mau jajan banyak banyak juga sih bener’
Peneliti ’’ terus kebiasaan nongkrong lu itu biasanya stagnan atau pernah off?’’
Peneliti ’’ ohhh jadi kayak pelarian gitu ya, tapi ketika pergi ketempat
nongkrong lu masih mikirin atau bawa skripsi lu ngga ketempat
nongkrong?’’
Informan ’’engga, gua main aja gitu, nah kalo udah dirumah lagi gua
ngerjain..ada waktunya kok. Nah iasanya gua sekalian kek nyari
inspirasi gitu. Ngerjainnya mah tetep dirumah’’
Peneliti ’’trus kan biasanya kan kalo di insta story lu, sering banget nongkrong
di tempat tempat ngopi, nah selain disana. Punya ngga tempat favorit
xxxv
lain?’’
Informan ’’wc, wkwkwkw. Ngga ada sih, gw emang suka ke tempat ngopi’’
Peneliti ’’ yang ngebuat lu, ngelariin diri ke tempat nongkrong emangnya apa?’’
Informan ’’karna temen ngumpul, dan suasana sih dicoffee shop lebih kesana,
karena apa ya kalo coffe shop kan macem macem tuh, suasananya beda-
beda..gua seneng aja gitu. Kalo di tempat lain kan kayak mac Donald
kan ya sama aja kan dimana mana juga itu itu aja’’
Informan ’’hmm sejauh ini sih sama semua ya, ya sama rata gitu’’
Informan ’’hm gua sih nyari yang nyaman ya suasananya, kopi kedua dah’’
Informan ’’ hm gua sih ngopi bisa ngga ngopi bisa ya, tapi gua bisa dibilang tiap
hari sih ngopi’’
Peneliti ’’trus dari banyak temen temen yang sering lu jadiin temen nongkrong,
ada ga yang lebih sering sama mereka? Kayak lu lebih sering lah sama
mereka?’’
Informan ’’karena bacotnya sih.. haha bisa punya bahan bahasan banyak, dari
gibahin orang,masalah keluarga hahahaha’’ SEBERAPA JAUH SM
TEMEN NONGKRONG
Peneliti ’’dih anjir parah dah lu hahaha. Biasanya kalo nongkrong yang ngajak
duluan siapa?’’
Peneliti ’’tapi mereka kalo lagi nongkrong suka bawa bawa tugas ngga? Apa
kayak lu?’’
Informan ’’ hahaha awalnya sih tugas.. udah bawa bawa buku laptop kan, ujung
ujungnya ya kalo ngga nyadar, udah gibah dah ampe pulang..tau tau
tugas ngga kelar aja. Hahhaha’’
xxxvi
budaya nongkrong buat lu?’’
Informan ’’menurut gua sih ngongkrong ngga terlalu perlu, karna nongkrong itu
kadang apa yah.. kadang kan persepsi orang kan ngga sesuai sama
perilakunya. Ngga sesuai sama sikapnya. Misalnya orang tau kan rokok
itu ya bisa nimbulin banyak efek samping, tapi dia tetep ngerokok kan?
Ya begitu juga sama gua ya wkwkwkw. Ya nongkrong tuh banyak
positifnya juga sebenenrnya, selain ya lu boros ya, tapi nongkrong tuh
bukan kebutuhan’’
Peneliti ’’ tapi sejauh ini ada ngga sih hal yang lu dapetin dari nongkrong?’’
Informan ’’sharing informasi, bisa keluh kesah disitu..lebih enak lebih nyaman,
kalo kita lagi ngerasain ini itu masalah kan. Ya walaupun ilang sebentar
doang. Ntr ampe rumah juga tu masalah ngga bakal kelar hahha. Tapi
ya minimal jadi lega gitu loh..’’ INFORMASI
Peneliti ’’haha iya sih bener gw setuju, nah seberapa jauh impact dari lu sering
nongkrong? Apa ada ngga dampaknya, apa ya biasa aja ngga ada’’
Informan ’’ impactnya paling ya gw sering pulang malem, rugi sih rugi tapi
gimana ya lu pulang malem, tidur lu jadi ngga teratur.. tapi enak gimana
ya hahahaha’’
Informan ‘’ hahaha anjrit lu, sialll, ya intinya buat gua ya coffe shop tuh bukan
buat sekedar nongkrong-nongkrong sampah, kayak kerjaan, tugas
kampus, ya mereka bosen gitu, suasananya tuh itu itu aja. Dari dulu th
orang nungguin kesempatan, apa ini gua kerja gini biar ngga bosen
harus geser kemana, ya itu mungkin ya alasannya buat gua. Ini yan
ditunggu tunggu mereka, coffe shop coffeshop yang lagi pada
menjamur’’
Wawancara II
Peneliti ‘’menurut lu selain untuk tempat nongkrong dan ngopi, kedai kopi itu
apa?’’
xxxvii
Informan ‘’ya biasanya kalo gw di kedai kopi buat ngerjain tugas sekalian
ngerjain tugas, dan nyari suasana baru aja’’
Peneliti ‘’pernah kebayang ngga sejak beberapa tahun kebelakang kalo kedai
kopi itu bakal hits kayak sekarang?’’
Informan ‘’ngga sih, ngga kebayang apa-apa tau-tau hits aja hahaha’’
Peneliti ‘’seberapa sering dalam seminggu lu bahas soal apapun yang berkaitan
dengan kedai kopi?’’
Informan ‘’ngga tentu sih, tapi kalo ketemu temen ya pasti di kedai kopi, ngopi,
ngga keitung sih’’
Peneliti ‘’buat lu pribadi kedai kopi yang idea; tuh kayak gimana?’’
Informan ‘’yang fasilitasnya tuh lengkap dan bersih, ada mushola, toilet, ada
smoking area dan AC. Gitu sih yang penting nyaman’’ DESKRIPSI
Peneliti ‘’pada saat pertama kali lu pergi ke kedai kopi, apa yang ada dalam
pikiran lu?’’
Informan ‘’yang ada dipikiran gw, kayaknya enak nih buat ngerjain tugas trus
bisa juga nih dijadiin bisnis’’
Peneliti ‘’menurut lu, apa sih yang ngebuat kita jadi ga ada batasan kalo lagi
nongkrong di kedai kopi?’’
Informan ‘’yang pasti kedai kopi karna suasananya sih yang santai yang bikin kita
jadi santai gitu jadi ngga kaku sampe lupa waktu kan kalo lg
nongkrong’’
Informan VI
xxxviii
Proses wawancara yang terjadi antara peneliti dan informan dilakukan pada siang hari
hingga sore hari, disebuah kedai makanan dan kopi disekitar sekolah SMAN di daerah Cisauk
Tangerang. Proses wawancara yang santai diselingi dengan berbagai obrolan nostalgia semasa
SMA dikarenakan informan merupakan teman satu kelas dari peneliti. Sehingga isi dari
wawancara yang diambil hanya percakapan-percakapan yang menyangkut topic seputar
pertanyaan wawancara dari peneliti.
Wawancara
Informan ‘’ya dari awal SMP tuh gw jauh kan, rumah di Cisauk. Dapet sekolahan
di Parung panjang lu bayangin.. panjang dah ceritanya. Intinya dari pas
nyari SMP gw tuh telat gitu semua sekolah udah pada tutup nah akhirnya
dari pada ngga sekolah ya gw dapet kan disana. Perjalanan tiap hari naik
angkot tiga kali ganti gw hahaha.’’
Peneliti ‘’gilaaaa perjuangan lu boleh juga hahaha. Itu durasi sekali jalan emang
berapa lama?’’
Informan ‘’ya bisa satu jam, itu kalo ngga macet yaa’’
Peneliti ‘’haha gila juga lu, jadi lu mulai sering nongkrong tuh ya pas pulang gitu
ya?’’
Informan ‘’nah itu, biasanya gw pulang kan jauh nah nongkrong dulu, malah
sering ngga pulang gitu karna males kan dirumah, paling nginep gitu ke
rumah sepupu atau temen bsknya sekolah lagi’’
Informan ‘’kopi suka gw, tapi ngga yang candu sering banget kayak lu gitu
hehehe’’
Peneliti ‘’wahhh lu kurus-kurus makannya banyak banget yah aha. Trus yang
buat lu nyaman dan asik kalo pas lg nongkrong gitu tuh apa?’’
Informan ‘’iya kalo gw gitu hehe. Kalo gw tuh tipe orang yang kemana aja masuk
si.. kayak gw kuliah kan di UNPAM ya, nah itu di kelas gw ada dua grup
xxxix
gitu..yang satu sukanya nongkrong di coffeeshop yang satu mah di
parkiran kampus juga jadi. Nah gw tuh masuk ke dua-dua nya gitu..’’
Peneliti ‘’Tapi pernah ga lu ngerasa kayak ada yang ngomongin karna lu main
kesana sini gitu?’’
Informan ‘’ya ada sih kadang nih misalnya gw main ke yang suka nongkrong di
coffeshop ntar gw diledekin gitu, bercanda sih tumben ngga main sama
yang ono..ya gw mah kewata tawa aja, karna ya gw orangnya emang
fleksibel. Tapi dengan gw kayak gitu kadang ya impact nya temen temen
gw jadi ngga terlalu percaya sama gw gitu kan. Tapi ya ngga papa’’
Peneliti ‘’hmm iya sih pasti gitu, trus kira-kira dari dua grup itu lu lebih punya
kedekatan yang lebih sama siapa? Atau sama aja dua-duanya?’’
Informan ‘’hm kalo gw sih lebih apa ya lebih deket mah sama yang suka
nongkrong dimana aja jadi, haaha diparkiran jadi, pinggir jalan jadi,
coffeshop jadi. Kalo yang satunya tuh kalo nongkrong udah harus wajib
pasti di coffeeshop gitu, ngga pernah ke tempat lain.’’
Peneliti ‘’berarti kan lu kerja di gramed siang ya, berarti lu kuliah ambil kelas
malem ya?’’
Informan ‘’iya makanya gw kalo malem tuh kadang nunggu sampe motor gw bisa
keluar dari parkiran. Lu tau sendiri kan UNPAM kayak gimana
hahahha’’
Informan ‘’enak sih temen-temen mah, paling yang ngebedain enak dan ngga enak
ya manager nya itu kayak manager disatu toko ini enak di toko sana
engga gitu ajaa..’’
Peneliti ‘’hahaha iya sih wajar itu mah, trus lu punya ngga temen-temen yang
intensitasnya sering nongkrong sama lu?’’
Peneliti ‘’hmm okay okay. Tapi emang enak sih bal kalo nempatin diri kita jadi
fleksibel gitu. Emang menurut lu ya.. apa yang ngebuat lu bertingkah
laku fleksibel?’’
Informan ‘’kalo gw sih karna nyari temen sih biar banyak hahaha’’ RELASI
Peneliti ‘’nah biasanya nih kalo lagi nongkrong gitu, yang suka ngajak duluan
siapa? Lu atau mereka?’’
xl
Informan ‘’keseringan mereka sih, tapi kadang gw yang inisiatif ngajak duluan
haha’’
Informan ‘’ya gimana ya, gw kan jenuh gitu kerja kuliah, ya buat ngerefreshing aja
gw ayo ayo aja haha’’
Peneliti ‘’trus ini nih, gw mau nanya soal berapa penting dan seberapa jauh
tempat-tempat yang nongkrong kayak gini buat lu pribadi?’’
Informan ‘’kalo buat gw sih tempat gini pengaruhnya ngga terlalu besar sih, karna
kan gw juga ngeliat lebih ke makanan dari pada tempatnya yang bisa
buat foto gitu hehe’’
Peneliti ‘’haha okey okey jarang nih orang kek lu haha ngga kayak anak anak
jaman sekarang’’
Informan VII
Wawancara I
Wawancara
Peneliti ‘’ya rezha jadi berhubung gw butuh nanya nanya sama lu, jadi langsung
aja ya’’
Peneliti ‘’haha gampang itu mah, oke nih yang pertama..kenapa bisa sering
banget ngelakuin kegiata nongkrong?’’
Informan ‘’karena gua tipe orang yang bosenan dirumah, dan gua suka banget
pergi sendiri buat ketemu orang-orang baru’’
Peneliti ‘’ kan lu ngga terlalu suka sama kopi ya, nah trus kenapa lu bisa tertarik
xli
kerja di bidang per kopian?’’
Informan ‘’karena. Satu gua kuliah dibidang pangan yang menyangkut kopi, nah
bagi gua kopi itu suatu minuman yang punya rasa yang kompleks, jadi
nih satu biji bisa ngehasilin beberapa rasa. Di bidang kopi itu juga lu
ngga selalu jadi barista, tapi bisa jadi konsultan, petani, atau
pembudidaya kopi’’
Peneliti ‘’berarti itu salah satu alasan kenapa lu nyoba-nyoba jadi barista?’’
Informan ‘’awal nyoba sih gua kecemplung haha, karena awal 2017 gua
ngebantuin temen gua ngebuka kedai kopi tapi dia masih belum
sanggup untuk ngebayar barista, jadi gua ya coba-coba aja otodidak
awalnya.’’
Peneliti ‘’trus biasanya kalo lagi nongkrong sukanya order apa dan kenapa?’’
Informan ‘’kalo kopi sih gua lebih suka di manual brewnya, contohnya v60.
Karena ibaratnya gua ngga terlalu suka kopi kecampur susu, soalnya
kalo gitu kan rasanya jadi netral. Nah ketika lu main v60 atau manual
brew disuatu daerah itu pasti punya ciri khas rasa yang berbeda-beda.
Jadi lu bisa milih sesuai yang lu mau.’’
Peneliti ‘’nah kebiasaan lu nongkrong ini stagnan atau pernah off untuk
beberapa waktu yang lama karna suatu alasan?’’
Informan ‘’hmm engga sih, dari awal SMA gua full nongkrong trus’’
Informan ‘’karena rame, dikeramaiannya itu. Gua suka aja kaloke tempat
nongkrong trus orang nya didalem customernya rame. Tapi kalo gua
nongkrong sama temen gua ya jarang rame, paling dua atau tiga orang
aja’’
Peneliti ‘’nah biasanya siapa tuh yang jadi temen nongkrong lu, ada ngga?’’
xlii
Informan ‘’karena apa ya, kalo nongkrong ama dia tuh ngga monoton gitu.. ngga
bicarain satu hal aja. Banyak banget bisa bisa kalo ama dia’’
SEBERAPA JAUH SM TMN NONGKRONG
Infroman ‘’bisa 4 sampe 5 jam kalo bahasannya serius. Dan itu gua sampe
pindah.. jdi misalnya gua di coffeeshop, nah ampe udah mau tutup gua
lanjut lagi dah tuh di warkop langganan gua’’ LAMA NONGKRONG
Peneliti ‘’trus biasanya kalo mau nongkrong gitu yang ngajak duluan siapa?’’
Informan ‘’seringnya ganti gentian sih. Kadang gua kadang dia..ngga ada yang
mendominasi’’
Peneliti ‘’trus tiap lu ketempat kopi nih, yang lu liat atau yang lu nilai itu dari
apanya?’’
Informan ‘’gua lebih ke customer sih, gua kurang suka kalo ada customer lain
yang ram nih misalnya tapi rusuh gitu mengganggu yang lain, kalo
misalnya rame tapi dia tau situasi itu gua ngga papa. Tapi ka nada tuh
customer yang suka rusuh. Nah gua ngga suka, ngga masalah sih gua
tempatnya dimana dan kayak gimana’’
Peneliti ‘’nah ini gw minta pendapat lu soal seberapa penting dan seberapa
jauhnya pengaruh tempat-tempat kopi yang sekarang lagi menjamur
buat lu pribadi?’’
Informan ‘’kalo pengaruh ada sih, karena sekarang kalo bahas tentang kedai kopi
ya ibaratnya, lu bisa mencari semua informasi dari situ, dan lu juga bisa
mencari relasi dari situ juga. Jadi disatu kedai kopi itu dari berbagai
macam orang dan profesi gitu, itu bisa dibilang ngumpul gitu di satu
titik itu buat sekarang ya..karna kan sekarang nge trennya coffeshop.
Kalo ditarik garis lurus sama kerjaan gua,ya itu sih yang bikin pengaruh
besar buat gua pribadi. Karna bayak link dan relasi yag gua dapet’’
Informan ‘’kalo untuk saat ini, ya trennya lagi coffeesho ya. Kalo menurut gua
baik-baik aja sih, asalkan si coffeeshopnya itu konsisten gitu bangun
usaha itu. Ngga Cuma sekedar ngikutin perkembangan zaman aja. Kalo
seumpama tren kopi udah mulai menurun dan dia nutup, wah itu
mending jangan bangun bisnis di ranah kopi gitu’’
xliii
Informan ‘’iyaa selow aja der hahahha’’
Wawancara II
Peneliti ‘’menurut lu selain untuk tempat nongkrong dan ngopi, kedai kopi itu
apa?’’
Informan ‘’menurut gua sebagai tempat belajar, karna kan setiap kedai punya
barista yang beda-beda, karna gua bisa dapet cara nyeduh yang beda
dari kedai kopi gitu, trus juga ya tempat nyari link buat gua’’
Peneliti ‘’pernah kebayang ngga sejak beberapa tahun kebelakang kalo kedai
kopi itu bakal hits kayak sekarang?’’
Informan ‘’sebenernya udah kebayang ya dari tahun 2016, karna gua ngeliat kopi
itu udah mulai jadi lifestyle orang-orang’’
Peneliti ‘’seberapa sering dalam seminggu lu bahas soal apapun yang berkaitan
dengan kedai kopi?’’
Peneliti ‘’buat lu pribadi kedai kopi yang idea; tuh kayak gimana?’’
Informan ‘’meunurut gua yang berjalan sesuai dengan SOP, suasanay nyaman
berasa kek dirumah, trus ada ruang ramai ada ruang yang tenang, sama
cara barista melayani customer juga’’ DESKRIPSI
Peneliti ‘’pada saat pertama kali lu pergi ke kedai kopi, apa yang ada dalam
pikiran lu?’’
Peneliti ‘’menurut lu, apa sih yang ngebuat kita jadi ga ada batasan kalo lagi
nongkrong di kedai kopi?’’
Informan ‘’karena ketika lu udah duduk di kedia kopi itu, udah ngga ada lagi
GAP. Dan semua kalangan manusia itu bisa masuk dan setara gitu kalo
udah nongkrong disana. Karna komunikasi yang kek berbaur aja gitu’’
Informan VIII
Nama : Teddy
xliv
Wawancara
Peneliti ‘’oke langsung aja ya Ted, hehe kenapa bisa sering pergi ketempat
nongkrong?’’
Informan ‘’ya karna gua orangnya emang suka nongkrong, gua orangnya bosenan
drumah..gabetah dirumah aja.’’
Infroman ‘’semenjak gua kerja, karna kan kerjaan gua awal-awal juga jadi
barista..nah pas gua training 3 bulan, otomatis gua sering cuppin kan,
yam au ngga mau kan gua nyoba tuh terus. Yaudah dari situ, barista kan
ngga asal bikin dia harus tau juga gitu kopi yang mau di kasih ke
customer’’
Peneliti ‘’iya sih yaaa bener, trus kalo lagi nongkrong selain kopi apa yang lu
order?’’
Informan ‘’gua ngga pernah mesen makanan berat sih, keseringan kopi aja paling
kalo makanan ya makanan buat nyemil doang si’’
Informan ‘’sebenernya pas gua lulus SMA, kan gua ngga langsung kuliah. Gua
sebenernya ngga mau kuliah, tapi karna orang tua nyuruh kan. Nah gua
ikut apalah tes-tes, sbm, tuh ngga ada yang masuk. Yaudah gua tunda
tuh 2 tahun, sampe sekarang kan nih gua baru daftar di UPJ. Ya itu..pas
2 tahun kan gua gabut dirumah ngga ngapa-ngapain,kerja ngga boleh,
yaudah pas disitu gua sering nongkrong..’’
Infroman ‘’ya kalo sekarang sih masih sering tapi ngga separah dulu,lagian kan
paling gua nongkrong disini kan, ngurusin coffeeshop gua.’’
Informan ‘’gua kalo temen banyak sih,banyak bgt karna kan gua suka nongkrong’’
Peneliti ‘’nah, ada ngga orang yang paling sering nongkrong sama lu?’’
Informan ‘’ada, sejak gua buka setetes kopi ya orang-orang yang disini aja’’
xlv
Peneliti ‘’oke, emangnya apa yag lu dapet dari kegiatan nongkrong,sampe lu bisa
sering banget ngelakuin kegiatan nongkrong?’’
Informan ‘’ya sebernya gua baru sadarnya sekarang sih ya hahaha. Karna gua dulu
sedikit nakal lah bisa dibilang, jadi kalo nongkrong tuh gua ngga pernah
mikirin bakal positif, atau negative ya gua jalan aja gitu. Tapi kalo
sekarang ya gua nongkrong liat dulu gitu, ini berguna ngga buat gua. At
least, kalo un ngga terlalu bermanfaat ya ngga bawa gua ke hal-hal yang
buruk lah gitu senggaknya. Nah dari nongkrong seengaknya gua dapet
link gitu, yang bisa ngebawa gua sampe sekarang’’
Informan ‘’haha sial luu, ya gua sekarang mikirnya gitu..kalo gua nongkrong, pas
gua balik ada yang harus gua dapet pas pulang kerumah’’
Informan ‘’ya karna gua dapet pas di training sama trainer gua pas mau kerja kan,
dia selain ngajarin dan ngasih tau gua tentang kopi-kopi juga ngajarin
gua soal kehidupan anjay hahaha’’
Peneliti ‘’hahaha udah jadi anak baik ya lu sekarang, kalo lagi nongkrong lu bisa
ngabisin waktu berapa lama?’’
Informan ‘’kalo nongkrong kalo udah nyaman banget ya, eaa nyaman banget haha.
Gua orang yang bisa sampe full seharian, bisa cuma 2 sampe 4 jam.’’
Informan ‘’ ya awalnya di coffeeshop gitu kan, kalo udah kelamaan nih atau udah
mau tutup, gua geser dah ke warkop yang 24 jam..atau kemana’’ LAMA
NONGKRONG
Peneliti ‘’gila lu, emang ngomongin apa aja ampe betah banget?’’
Infroman ‘’ gua jujur nih yak haha, biasanya ngobrolin lebh ke gibah haha,
kenikmatan bersosialisasi..ya ngomongin hidup, cewek, mati hahaha’’
OBROLAN
Informan ‘’ada sih, hmm gimana ya sebenernya hahaha gimana ya ceritainnya, jadi
temen gua kan pada jahat ya hahaha. Maksudnya ya hm ada nih satu
orang, sebenernya ngga terlalu berpengaruh besarsih. Tapi kejadian
dihidup dia ada yang bikin gua jadi mikir gitu, sampe gua mikir wah
xlvi
anjir kalo gua jadi dia gimana ya apa yang bakal gua lakuin’’
Peneliti ‘’nah kan lu owner, bekas barista juga, kalo pergi ketempat ngopi apa
yang lu nilai atau yang lu liat?’’
Informan ‘’ ya yang gua liat..pelayanannya, cara dia sama customer gimana, ya itu
yang mau gua ambil soalnya, atau promo-promo apa yang dia lakuin’’
Informan ‘’ ya penting, terutama laki-laki ya..karna yang mesti dia tau ngga cuman
rutinitas dia aja ya, tapi lu juga harus belajar soal kehidupan gitu.
Maksudnya kehidupan yang sebenernya, hidup tuh ngga semudah
sinetron gitu hahaha. Terlepas lu keluar dari pendidikan gitu. Karna dari
nongkrong si menurut gua lu bisa gitu dapetin itu juga’’
Informan ‘’kan yang lagi tren sekarang itu garis besar coffeshop lah ya. Gini,
sebenernya bisa dibilang bukan karna coffeshopnya yang gua perhatiin
ya. Tapi karna social medianya, karna kan anak-anak muda sekarang ya
bisa disebut millennial lah itu perlu yang namanya status sosial. Jadi
ketika dia ngopi, anjing gua ngopi nih sturbucks atau apa gitu yang
keren-keren lah. Itu dia butuh buat rasa gengsi nya. Akhirnya nyebar-
nyebar banyak orang yang mau ikutan kesana sini gitu sampe akhirnya
industry kopi semakin berkembang’’
Peneliti ‘’keren sekalii sih jawaban bapak ini hahaha, makasih ya ted’’
Informan IX
Nama : Sonia
xlvii
Waktu : Sabtu, 12 Oktober 2019
Wawancara
Informan ‘’hm apa ya, enak aja gitu..gua suka aja ama tempat-tempatnya, lucu-
lucu. Nah gua juga kalo lagi nugas nih, skripsian ya nyaman aja. Gua
kan nge kos juga jadi ya kalo di kos an mulu sepi, yang ada tidur
hahaha’’ FAKTOR DATANG
Peneliti ‘’di Jatinangor pasti banyak ya tempat-tempat ngopi gitu? Tapi anak
UNPAD dan temen-temen lu kayak gitu juga ngga sih?’’
Informan ‘’ya banyak sih, apalagi geng an gua..hehe bukan geng si kayak apa ya
yang sering suka ama gua lah kalo ke coffeeshop’’
Peneliti ‘’tapi lu kalo lagi nongkrong disana selalu order kopi atau gimana?’’
Informan ‘’sebenernya sih engga selalu ya, tapi keseringan iya hahaha’’
Peneliti ‘’sama dong ama gw, nah lu sejak kapan jadi sering banget nongkrong
kayak gini?’’
Informan ‘’sebenernya udah dari SMA sih, kan suka sama si Fitri, tapi sekarang
lebih sering banget karna itu tadi gua ngerantau dan ya kalo ke kos an
paling cuma istirahat tidur doangg’’
Peneliti ‘’emang kalo abis nongkrong yang lu dapet apa? Kayak lu dapet
pengalaman atau apa gitu’’
Informan ‘’ya tergantung sih sebenenrya gua nongkrong sama siapa. Kalo sama
kayak anggota Bem gitu ya ngomongin acara kampus kan pasti, kalo
sama temen-temen gua ya, skripsian lah gibah lah hahaha gossip-gosip
gitu atau Cuma curhat-curhatan dah. Si ini putus,si ini jadian haha’’
SAMA SIAPA, OBROLAN, RERU
Peneliti ‘’hahahaha asli emang bener ya cewek emang ya ngga jauh dari sana
pasti. Tapi lu always ditempat ngopi? Atau punya tongkrongan lain?’’
Informan ‘’hmm lebih sering sih di coffeeshop ya, paling selain itu di kampus
doang tapi ga lama abis itu cabut’’
Peneliti ‘’nah kan lu punya nih temen nongkrong yang tadi lu bilang, itu
seberapa jauh lu deket dan kenal mereka?’’
Informan ‘’seberapa jauh sih ngga sejauh gua ke elu sih ya, cuman gua dari pas
maba udah sama mereka, tadinya banyak sih kalo sekarang kan cuma 5
xlviii
sama gua, kalo dulu masih sampe 10 orang. Mereka juga sering tidur di
kos an gua lah pokoknya gitu haha’’
Peneliti ‘’hmm, kalo lagi nongs di coffeshop gitu biasanya berapa lama?’’
Peneliti ‘’diantara 5 itu ada ngga sosok yang rame gitu anaknya, sosokkk
hahahah’’
Informan ‘’kalo itu biasanya gua sih yang diprotes sama temen-temen gua hahaha.
Karna gua yang suka ngoceh ngga jelas dah anaknya aku tuh’’
Peneliti ‘’hahahah iya sih tau gua ngga heran, tapi mereka gimana tuh?’’
Informan ‘’ya kalo lagi santai selow-selow aja. Cuma kalo lagi pada nge gas gitu
gua suka di omelin haha tapi abis itu biasa lagii’’
Peneliti ‘’hahaha dasar..trus kalo lagi ketempat buat ngopi yang jadi daya tarik
buat lu apaan?’’
Informan ‘’tempatnya sih pw apa engga, kek aesthetic gitu, sama paling kalo ada
rekomendasi makanan atau kopinya enak dari temen gua’’ FAKTOR
DATANG
Peneliti ‘’berarti dari penjelasan lu, tempat ngopi penting banget ya buat lu?’’
Peneliti ‘’trus gimana tuh tanggapan lu sekarang dengn ngeliat coffeeshop yang
menjamur gitu?’’
Informan ‘’hm bagus sih menurut gua, jadi sekarang orang-orang terutama
mahasiswa-mahasiswa kayak gua di UNPAD jadi punya tempat
bernaung hahha pelarian selain di kos an dan kampus. Ya walaupun gua
mesti rada turun banget ngga di pas Jatinangor banget, Cuma its okay’’
Peneliti ‘’hahaha anak gaul banget si kakak, oke deh thanks ya kamu’’
Informan ‘’sippp’’
Informan X
Nama : Icha
xlix
Wawancara I
Transkip Wawancara
Peneliti “ kenapa lu sering atau terbiasa ke tempat nongkrong kek kedai kopi
gitu, ceritanya gimana?’’
Informan “ kalo ke kedai kopi ya gw emang untuk nongkrong aja gitu ngopi udah,
kalo emang gw mau makan ya kerestoran.. tapi kalo gw mau nongkrong
lama-lama kayak 1 sampe 2 jam ya gw ke kedai kopi. Karna kan kalo di
kedai kopi, mislanya lu pesen satu cangkir kopi sama satu donat lu bisa
lama-lama disana. Jadi kayak kalo menurut gw enak aja sih dan apalagi
dijakarta udah ada banyak banget kan dimana-mana”
Peneliti ‘’ lu suka atau sering ngopi ngga sih? Kalo iya biasanya order apa?’’
Informan “ kalo dirumah jarang sih karna gw ngga terlalu suka kopi sachet, tapi
kalo di kedai kopi kan kopinya asli dari bijinya gitu ya, jadi ngga bikin
pusing. Nah kalo order kopi biasnaya yang signature nya dari kedai
kopinya itu loh. Biasnaya sih pasti gw pesen yang kopi susu karna gw
nggaterlalu suka yang black coffee’’
Peneliti “ apa yang ngebuat lu nyaman kalo lagi nongkrong gitu? Dan emangnya
apa yang lu liat dari tempat nongkrong atau kedai-kedai kopi gitu sampe
lu suka ngelakuin aktivitas itu?”
Informan “ yang buat nyaman sih kalo kedai kopi tuh ngga terlalu rame ya,
maksudnya soalnya kan kadang gw kalo kesana itu kalo lagi ngerjain
tugas gitu dan kalo rame kan ngga enak gitu. Dan pas minum kopi
sambil ngerjain tugas itu kek bisa dapet inspirasi gitu buat gw. Yang
buat nyaman sih tempatnya yah, bagus dan ngga sumpek.” FAKTOR
DATANG
Peneliti “ biasanya siapa sih yang sering jadi temen nongkrong lu? Dan seberapa
jauh juga lu kenal mereka, dan apa yang ngebuat lu nyaman kalo lagi
nongkrong sama mereka?’’
Informan “ kalo ke kedai kopi lebih sering sama cowok gw, karna temen gw kan
mereka ngga terlalu suka ngopi gitu. Seberapa jauh gw kenal dia ya
gimana ya kalo pacar hahaha deket banget kan pasti. Yang buat percaya
karna cowok gw juga suka sama kopi meskipun bukan coffe addict gitu
ya’’
Peneliti “ nah biasanya kalo mau pergi ngopi gitu yang sering ngajak duluan lu
atau mereka? Dan kalo lagi nongkrong gitu biasanya ngomongin apa
sih? “
Informan “ biasanya kalo ngajak ya dluan gw sih haha. Dan biasnaya paling
random sih ngomongin tentang hidup, ya apa aja lah//”
l
Peneliti “ ada ga sih orang yang menurut lu cukup berpngaruh di lingkaran
tongkrongan lu? Kalo emang ada berpengaruhnya gimana? “
Informan “ sebenernya bingung sih kalo dulu jamannya lulus SMA, nah gw punya
temen baru yang suka ngopi dan ngerokoknya. Kalo sekarang sih udah
ngga dan jarang ketemu mereka. Kalo temen-temen gw yang sekarang
nongkrongnya nga ke kedai kopi sih paling direstoran atau ngga
ngumpul dirumah”
Peneliti “ kalo lu lagi pergi ke kedai kopi gitu, yang jadi penelilain tersendiri
buat terhadap kedai kopi itu apa? “
Informan “ ya sebenernya gw lebih sering cari dari googling sih kalo mau cari
suasana baru. Kalo misallnya ada yang bagus dari segi rating nya dari di
google atau komen-komen kopinya gimana, sama dari segi interiornya
biasanya.. kalo semakin unik ya gw semakin penasaran gitu” FAKTOR
DATANG
Peneliti “ seberapa penting sih tempat kedai-kedai kopi buat lu? Dan ada ga
pegaruhnya buat diri lu sendiri? “
Informan “ ya kedai kopi lumayan penting sih buat gw. Karna kan sekarang lagi
ngerjain skripsi kalo lagi suntuk dirumah gw ke kedai kopi pasti ya buat
ngerjai, dan tipikal orag-orang yang nongkrong di kedai kopi tuh dateng
order kopi emang buat lama –lama gitu, ngga minum kopi trus cabut”
Peneliti “ emang dari kegiatan nongkrong sambil ngopi apa sih yang lu dapet?
Ada kepuasan tersendiri ga sih dari dili lu sendiri?’’
Informan “ kepuasan tersendirinya sih ya lu lebih ngerasa deket aja gitu sama
partner nongkrong lu, cerita tentang banyak hal bisa curhat-curhat”
Peneliti “ gimana tanggepan lu dengan ngeliat fenomena kedai kopi yang lagi
menjamur sekarang ini?’’
Informan “ ya bagus sih ya, karna kan juga gw emang hobi cari referensi kedai-
kedai kopi baru bat skrpsian. Seru aja sih buat gw nyobain satu-satu.
Dan positifnya jadi banyak anak muda kayak kita yang punya waktu
senggang bisa jadi peluang buat kita-kita part time di kedai kopi sambil
ngisi waktu luang, bagus sih’’
Wawancara II
Peneliti ‘’menurut lu selain untuk tempat nongkrong dan ngopi, kedai kopi itu
li
apa?’’
Informan ‘’menurut gw sih ngga ada ya, paling ya itu Cuma buat ngopi dan
nongkrong aja, sama paling buat ngerjain tugas, atau menyendiri’’
Peneliti ‘’pernah kebayang ngga sejak beberapa tahun kebelakang kalo kedai
kopi itu bakal hits kayak sekarang?’’
Informan ‘’hmm ngga kebayang sih ya, karna dulu lu mikirnya kalo lu mau ngopi
kalo ngga dirumah yak e warkop. Dan sekarang kayak warkop tuh di
upgrade gitu dengan penampilan yang fresh’’
Peneliti ‘’seberapa sering dalam seminggu lu bahas soal apapun yang berkaitan
dengan kedai kopi?’’
Informan ‘’paling sekali sih pas weekend nyari-nyari coffeeshop baru gitu’’
Peneliti ‘’buat lu pribadi kedai kopi yang ideal tuh kayak gimana?’’
Informan ‘’versi gw sih, karna ggw butuh coffeeshop untuk nugas atau nongkrong
yang suasananya homie gitu loh yang mengutamakan kenyamanan lah
intinya’’
Peneliti ‘’pada saat pertama kali lu pergi ke kedai kopi, apa yang ada dalam
pikiran lu?’’
Informan ‘’nah pas awal-awal gw dateng ke kopi TUKU karna pernah didatengin
presiden gitu, kesan gw tuh kayak wah ternyata rame ya, seenak itu
emang ya gitu sih’’
Peneliti ‘’menurut lu, apa sih yang ngebuat kita jadi ga ada batasan kalo lagi
nongkrong di kedai kopi?’’
Informan ‘’hm kedai kopi itu pastikan baristanya rata-rata masih muda ya. Dan
sama customer tuh yang rata-rata anak muda juga mereka nyambung.
Jadi kadang mereka juga seneng gitu kalo ngobrol sama pelanggan, jadi
santai. Tapi kalo gw sama temen nognkrong gw ya karna tempatnya enak
nyaman sih jadi ya udah gitu kadang sampe lupa waktu haha’’
B. Dokumentasi
lii
liii
liv