Anda di halaman 1dari 2

Apakah kehendak bebas benar-benar ada? Apakah manusia bebas benar-benar ada?

_ Okky Madasari

“Aku mengurung jiwa dan pikiran ku. Aku membangun tembok-tembok tinggi, aku
mengikat tangan dan kaki ku sendiri”. Begitu Sasana memperlakukan dirinya sendiri. Di tengah
pergolakan yang terjadi di antara dua sisi dirinya sendiri. Bentuk ideal keluarga yang sempurna
bagi orang normal pada umumnya, tapi tidak bagi Sasana. Yang ia inginkan hanya pikiran dan
jiwa yang bebas tanpa diatur dengan kunkungan keluarga nya yang seakan sempurna.

Tidak jauh berbeda dengan perjuangan hidup yang dialami oleh Jaka Wani. Kerasnya
hidup sebagai seorang buruh pabrik, yang membuat dirinya seperti mesin bernyawa. Sebagian
besar hidupnya hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, sama-sama menjadi
kacung, demi bisa menyisihkan upah mingguannya untuk membayar sewa kontrakan dan sewa
perempuan di ujung kota setiap akhir pekan.

Dua tokoh dari cerita yang berbeda, di kemas dengan sudut pandang orang pertama.
Sasana dan Jaka Wani sama-sama menceritakan dengan penuh pelik tentang kehidupan mereka
yang berbelit. Sasana yang berusaha membebaskan dirinya dari belenggu tuntutan orang tua, ia
memilih pergi dari rumah demi bisa menjadi biduan impiannya, merasakan “gila” nya bersama
orang-orang gila di rumah sakit jiwa, dengan tetap mempertahankan hasrat “biduannya”. Jaka
Wani yang menjalani hidup sebagai buruh pabrik, hingga memutuskan untuk tinggal satu atap
dengan perempuan yang setiap akhir pekan di “sewa” nya dari ujung kota. Gairahnya hanya bisa
memuncak dengan Elis, perempuan sewaannya.

Alur cerita dari buku ini ditulis dengan alur maju menggunakan dua penokohan. Bagian
pertama, menjelaskan awal mula perjalanan hidup serta keresahan dalam jiwa seorang Sasana,
anak laki-laki yang terlanjur memiliki hasrat jiwa seorang anak perempuan saat ia masih kecil.
Kemudian di bagian ke dua, menceritakan awal mula kepelikan hidup seorang Jaka Wani sebagai
buruh pabrik. Bagian ketiga di sambung lanjutan cerita dari Sasana, dan begitu seterusnya. Para
pembaca dibuat merasa miris dengan kehidupan mereka berdua. Deskripsi situasi, emosi yang
ada pada tokoh sangat tertata dengan rapih dan sempurna, sehingga dapat membuat imajinasi
pembaca berlangsung dengan mulus.

Sepenggal cerita yang ditulis Okky Madasari tentang dua orang manusia dalam
mengusahakan kebebasan diri yang sebenarnya, serta melepaskan diri dari belenggu tubuh dan
pikiran, tradisi dan keluarga, norma dan agama, hingga dominasi ekonomi dan belenggu
kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai