Anda di halaman 1dari 11

Ollo Si Beruang*

Di dalam hutan, hiduplah seekor beruang bernama Ollo. Ia memiliki dua sahabat yaitu Imut si
semut dan Acil si kelinci. Mereka bertiga bersahabat baik, sering bermain dan bercerita bersama.
Setiap malam, mereka bertiga berbaring di atas undukan batu dan menatap langit malam yang penuh
dengan bintang. Ollo, yang suka sekali melihat langit malam, kemudian bercerita kepada Imut dan
Acil tentang rasi bintang. Terkadang, Ollo bercerita tentang Orion si Pemburu, Sirius si Anjing
Langit, atau pohon di bulan.

Suatu malam, Ollo tiba-tiba membangunkan teman-temannya. “Imut, Acil, Aku ingin ke bulan.
Ingin mencari pohon itu,” katanya antusias. Imut dan Acil yang sudah terlelap, jadi begitu kaget.

“Ollo, aku kira ada kebakaran di hutan. Kamu mengganggu saja,” sahut Acil sambil berusaha
kembali tidur. Imut bahkan tidak peduli. Ia tetap saja nyenyak dalam tidurnya.

“Teman-teman, dengarkan. Aku ingin ke luar angkasa. Aku ingin ke tempat bintang-bintang dan
bulan,” katanya lagi. Sangat antusias.

“Ollo, tidurlah. Sudah sangat larut. Besok pagi saja ceritanya,” ujar Acil.

Tapi Ollo tidak lagi mendengar komentar Acil. Ia telah yakin tentang mimpinya. Sambil
menggelung memandang langit, sebuah bintang berkedip di atasnya. Ia tersenyum dalam tidurnya.
“Bintang…” gumamnya dalam mimpi.

Esok paginya, ia dengan semangat menceritakan keinginannya ke langit. Menjangkau bulan dan
bintang.

“Ollo, itu sesuatu yang mustahil,” kata Acil. “Tidak ada beruang yang pernah menjelajah luar
angkasa. Apalagi ingin mengunjungi bulan dan bintang.”

‘Iya, Ollo. Acil benar. Tapi, mengapa tiba-tiba kamu mau ke bulan dan bintang-bintang itu?” Tanya
Imut penasaran.

“Aku ingin tahu apakah ada pohon di bulan. Selain itu, aku ingin memetik satu bintang kecil di
langit untuk kusimpan. Di dalam hutan ini, Aku ingin menyimpannya di buku tulisku, “ jelas Ollo.

“Bintang itu tidak sekecil itu Ollo. Mungkin dari atas batu ini kita melihat mereka begitu kecil. Tapi
bintang tidak ada bedanya dengan bumi. Bintang juga sangat besar. Hanya saja tempat kita sangat
jauh darinya sehingga kita melihatnya begitu kecil, ” tutur si Imut.

Ollo tampak sedih. Ia membenarkan pendapat teman-temannya. Tapi ia telah jatuh cinta pada langit,
bulan, dan bintang. “Apa yang harus lakukan? Aku sangat menyukai kelip mereka. Aku ingin
menyimpannya di antara buku-buku bacaannku. Di dalam buku-buku tulisku,” katanya sedih.
“Begini saja. Kamu kan pintar mendongeng. Nah, buatlah dongeng tentang bintang dan bulan.
Kamu tulis di buku. Bukankah itu sama dengan meyimpang cahaya bulan dan kerlip bintang?” saran
Acil.

“Ya, benar. Itu saran bagus, Cil. Langit juga takkan pernah meninggalkan kita. Ia akan tetap di atas
sana. Kita masih bisa melihat bulan dan bintang tiap malam tanpa kamu harus memilikinya,” sahut
Imut.

Ollo pun tersenyum sumringah. Teman-temannya telah memberikan solusi bijak. Ia akan
menuliskan dongeng tentang bintang-bintang. Juga tentang bulan. Dan juga langit. Ia tak perlu
mengambil bintang di langit. Biarlah dia tetap di sana. Ia yakin tak hanya dirinya sendiri yang
menyukai pemandangan langit malam.

Sore itu, ia mulai menuliskan dongengnya. Sambil memandang langit, ia menulis dongeng tentang
putri bintang. Ia telah menambahkan satu bintang lagi. Bintang di buku ceritanya. Bintang di langit
tampak berkerlap kerlip menyambut bintang baru di buku cerita Ollo.

Begitulah, setiap kali Ollo mempunyai impian maka ia akan membuat dongeng tentang impiannya.
Ia menuliskannya agar impiannya selalu dekat bersamanya.
Pendekar Katrok

Di sebuah desa terpencil tinggallah seorang pemuda bernama Kakashi bersama kakeknya bernama
Hasirama Senju dengan keadaan pas-pasan. Kakashi menjalani hidup layaknya orang-orang
pedesaan pada umumnya yang keseharian bekerja di ladang serta mencari kayu bakar. Tetapi, di
tengah kesibukkannya, ia selalu menyempatkan waktu untuk berlatih bela diri ninjutsu dari
kakeknya. Ia memiliki tekat api dalam belajar bela diri yang diharapkan suatu ketika akan berguna
untuk menolong sesama.

Suatu sore Kakshi termenung sambil duduk di atas dahan pohon, ia memikirkan akan masa depanya
yang kurang baik bila hanya tinggal dan bekerja di desa saja. Di dalam pikirannya timbul keinginan
untuk mengadu nasib ke Kota Konoha, di mana kota tersebut adalah ibukota dari negara Api dan
pusat perdagangan maupun industri terbesar.

Akhirnya, Kakashi membulatkan tekat serta meminta izin kepada kakeknya untuk merantau. Dia
berkata kepada si kakek, "Kek, aku ingin pergi merantau untuk menyongsong masa depan kita agar
lebih baik." Kakek pun kaget atas ucapan cucu semata wayan tersebut, "Apa? Kamu mau merantau,
Cu? Apa kamu sudah enggak sayang dengan kakek?" Iapun menjawab dengan nada lembut dan
meyakinkan, "Bukan begitu, Kek. Kakashi hanya ingin mengubah keadaan ekonomi kita dan kelak
kalau sudah sukses kakekpun akan aku bahagiakan. Aku juga takut jika terus hidup dalam
kemiskinan seperti ini tidak ada wanita yang mau denganku dan akupun akan menjadi jones akut."

Dengan perasaan bingung dan takut kehilangan cucu sekaligus keluarga satu-satunya namun tetap
memikirkan keinginan Kakashi, kakeknyapun menjawb, "Sebetulnya kakek tidak rela bila kamu
harus pergi jauh. Tapi bila itu kemauanmu dan pilihan terbaik bagimu apa boleh buat, aku cuma bisa
memberikan restu."

Keesokan harinya ia berangkat ke kota dengan menaiki kereta Chennai Exspres. Di dalam kereta
tersebut ia satu bangku dengan pria seumurannya. Kakashipun menyapa dan bermaksud memulai
obrolan untuk menghangatkan suasana, " Mas, kenalin saya Kakashi. Nama kamu siapa?" Pria
itupun menjawabnya, "Saya Lee Min Ho. Kamu mau cari kerja di kota juga?" Percakapanpun terus
berlanjut, mereka saling bercerita tentang latar belakang dan tujuannya merantau hingga masalah
lain.

Akhirnya sampailah di Stasiun Kota Konoha dan mereka berdua berpisah untuk menuju tujuan
masing-masing. Kakashi yang katrok dia merasa keheranan melihat suasana kota yang megah
dipenuhi gedung-gedung tinggi, air mancur, dan kendaraan canggih. Dalam hatinya dia bertanya, "
Rumah tumpuk-tumpuk gini kok enggak ambruk, ya? Itu air kok muncrat-muncrat terus apa jangan-
jangan kesurupan jin?"

Singkat cerita Kakashi akhrinya terbiasa dengan kehidupan kota besar dan dia juga sudah
mendapatkan pekerjaan menjadi satpam rumah seorang jenderal dengan nama Minato. Kakashi
menikmati hari-harinya bekerja sebagai petugas keamanan hingga di suatu malam kejadian tak
disangka olehnyapun terjadi.

Malam ini seperti biasanya, dia berjaga di pos sambil mendengarkan lagu Lingsir Wengi hingga jam
11 malam waktu dia untuk beristirahat tiba. Setelah waktu istirahat tiba diapun ke kamar dan
merebahkan tubuhnya di atas lantai beralas karpet tipis. Ia memejamkan matanya namun ada hal
aneh yang ia dengar seperti langkah kaki beberapa orang lewat di belakang kamar. Tanpa pikir
panjang, Kakashi memutuskan untuk bangun dan mengintip keadaan di luar melalui jendela kamar.
Dia terkejut melihat ada 7 orang berpakaian serba hitam mengendap-endap ke arah rumah
juragannya.

Tanpa pikir panjang dia beranjak keluar kamar untuk memastikan keadaan. Ia mengikuti
gerombolan orang yang menuju rumah tuannya dengan hati-hati, tetapi tanpa sengaja dia menginjak
botol Coca Cola dan menimbulkan suara. Suara itu didengar oleh gerombolan orang tersebut dan
menoleh kebelakang. Tanpa kata-kata 3 orang langsung menyerang Kakashi dengan senjata tajam
namun Kakashi berusaha menghindar dan ia menyerang 2 orang memakai pukulan Chidori yang
membuat keduanya terpental sampai 20 meter. Satu orang sisa yang menyerangnya diangkat lalu
dilemparkan ke arah belakang.

Tanpa disadari 4 orang sisanya ternyata ada yang membawa senjata api dan menembakkannya
mengenai tangan Kakashi. Kakashi merasa kesakitan dan terjatuh. Seketika itupun ia mengingat saat
belajar bela diri dengan kakeknya ia pernah diajarkan sebuah mantra yang hanya boleh digunakan
saat terdesak. Dia lalu membaca mantra. Setelah selesai membacanya perasaan aneh merasuki
dirinya, ia merasa ada siluman rubah yang masuk dalam tubuhnya. Diapun langsung mengamuk
tanpa ampun kepada orang-orang tersebut hingga ada yang patah tulang, maupun tewas.

Akibat kerusuhan tersebut bos Kakashi keluar dan terkejut melihat orang-orang tergeletak tak
berdaya dan melihat Kakashi yang bersimbah darah. Dengan cekatan langsung meminta bantuan
pada warga sekitar untuk membawa orang tak dikenal tersebut ke kantor polisi dan membawa
Kakashi ke rumah sakit.

Sesudah Kakashi sembuh tuannya mengucapkan rasa terima kasih atas pertolongan dan kesetiaan
melindungi nyawanya dari orang-orang jahat yang menurut keterangan polisi ingin membunuhnya.
Tak sampai di situ Kakashipun akan dinikahkan dengan anak terakhirnya bernama Sunade. Ia juga
diminta melatih bela diri tentara bawahan tuannya.

Sampailah menjelang hari pernikahan, Kakashi menjemput kakeknya dan membawanya ke kota.
Kakashipun resmi menjadi menantu seorang Jendral dan mendapatkan pekerjaan dari mertuanya
menjadi instruktur bela diri. Hari-hari selanjutnya Kakashi dan keluarganya hidup bahagia dan
berkecukupan ia juga memiliki keturunan wanita diberi nama Sakura.
Arloji ajaib

Disebuah desa, hiduplah satu keluarga kecil. Ada ayah, ibu, dan keempat anak- anaknya. Anak-
anak tersebut bernama, Charlie, Clara, Carryn, dan Christo. Mereka semua hidup dengan rukun.
Dan pada suatu hari, disaat Charlie akan segera berulang tahun ia diberi satu arloji berwarna hitam
dari orang tuanya. Tentunya Charlie sangat senang karena kalau dia tidak mempunyai arloji, dia
selalu lupa waktu disaat bermain- main bersama ketiga adik- adiknya. Charlie sangat suka dengan
warna hitam serta tulisan “K” yang terdapat di arloji tersebut. Sehingga Charlie selalu mamakainya
kemanapun ia pergi.

Charlie, Clara, Carryn, dan Christo selalu berpiknik setiap minggunya. Jadwal- jadwal yang mereka
pakai semua bedasarkan arloji milik Charlie. Tapi anehnya selama 2 minggu ini mereka selalu
pulang terlambat walau sudah mengikuti jam milik Charlie. Charlie sudah membenarkannya selama
berkali- kali, tapi tidak ada perubahan. Ia juga sudah membawanya kekios jam arloji tetapi kata sang
pegawai, tidak ada masalah terhadap arloji tersebut.

Hingga suatu malam, disaat mereka berempat bersama- sama akan membetulkan arloji milik Charlie
dengan menggunakan buku panduan. Malam itu juga mereka merasakan bahwan mereka ada
didalam sebuah lonceng yang sangat besar. Dan mereka hanya bisa keluar dengan cara menuruni
tangga- tangga dan rel- rel yang ada didalam lonceng tersebut, dan keluar melewati pintu kecil
dilantai paling bawah. Untungnya mereka bisa menuruni tangga dan rel dengan lancar. Tapi
ternyata, dibawah ada 2 orang penjaga yang bertubuh tinggi besar, dengan wajah yang mengerikan.

Mereka berempat jadi ragu- ragu untuk keluar melewati pintu tersebut. Mereka sempat ingin keluar
lewat pintu belakang yang tak sengaja terlihat disaat mereka berempat dilantai paling bawah. Tetapi
hanya dipintu depanlah terdapat kereta terbang yang akan membantu mereka pergi dari lonceng
besar ini. Akhirnya dengan terpaksa mereka memberanikan diri mereka untuk keluar dari pintu
depan, dan ternyata penjaga- penjaga tersebut bukanlah orang yang mengerikan. Mereka berdua
malah membantu Charlie, Clara, Carryn, dan Christo untuk tahu jalan keluar selanjutnya. Karena
kata sang penjaga akan ada beberapa rintangan lagi unutk bisa keluar dari pulau ini.

Akhirnya mereka sampai disebuah tempat kecil, setelah kereta terbang menurunkan mereka. Tempat
itu tampak aneh, dan sepertinya ada penghuni didalamnya. Tempat tersebut juga terlihat seperti kios
jam yang Charlie datangi, mereka berempat memasuki tempat itu. Didalamnya terasa sangat sunyi
dan terdapat banyak sekali tumpukan barang- barang didalamnya. Dan terdapat seorang pria yang
menangis, pria tersebut mirip dengan pegawai di kios jam. Ternyata dia menangis karena seluruh
barang- barang jualannya diambil oleh penguasa pulau, yaitu Karra. Karra adalah penguasa pulau
yang sangat jahat dan rakus, Karra selalu mengambil harta warga setiap bulannya, dan ia tinggal di
pulau serbang yang sangat besar. Pria tersebut berkata “semua bisa bebas bila Karra kembali ke
tempat semulanya”. Maka Charlie, Clara, Carryn, dan Christo ingin mencoba untuk menyelamatkan
masyarakat pulau tersebut, karena mereka juga berharap mereka berempaat bisa “bebas” dari tempat
ini, sesuai dengan perkataan sang pria.

Mereka berangkat kepulau seberang menggunakan kereta terbang, mereka melewati awan- awan
yang tebal dan kumpulan burung yang banyak. Sesampainya disana, mereka memasuki istana jam
besar dan mereka yakin bahwa Karra ada disana. Disana, ada pelayan- pelayan yang menyuruh
mereka bersikap tenang. Pelayan- pelayan tersebut memberikan satu kantong berisi bubuk ajaib,
pelayan tersebut percaya kalau Charlie, Clara, Carryn, dan Christo adalah anak yang pemberani.
Bubuk itu berfungsi untuk memusnahkan Karra, dengan menyemburkan bubuk tersebut ke Karra,
dengan begitu Karra akan musnah dalam sekejap. Pelayan- pelayan itu terlihat sangat kasihan,
sehingga Charlie, Clara, Carryn, dan Christo akan berusaha sebaik mungkin.

Charlie, Clara, Carryn, dan Christo sampai disebuah ruangan dimana ada kursi besar didalamnya.
“Pastinya itu kursi tahta milik Karra”, kata Carryn tapi tidak ada Karra diruangan tersebut.
“plakk...plokk..plakk...plok” terdengar suara hentakan kaki, Charlie dan adik- adiknya langsung
bersembunyi dibalik tiang- tiang. Dan ternyata itu adalah suara hentakan kaki milik Karra yang
sedang menuju kursinya. Karra memakai baju baja yang tertulis “K” mirip seperti yang ada dijam
arloji milik Charlie. Karra juga bertubuh besar dan dia berkumis panjang. Charlie, Clara, Carryn,
dan Christo sudah memikirkan misi yang akan mereka pakai untuk menyerang Karra. Karena Karra
suka sekali makan, mereka berempat mengumpan Karra dengan makanan yang ada didalam tas
Carryn. Dan setelah Karra kenyang, Clara membacakan dongeng tidur untuk Karra sampai ia
terlelap. Dengan begitu, Christo dan Charlie dapat menuangkan bubuk ajaib, dalam beberapa detik
Karra pun menghilang.

Mereka kaget, karena ternyta Karra hanyalah seorang yang rakus dna bodoh. Tapi mereka berhasil
menyelamatkan warga dengan mengembalikan harta- harta mereka, masyarakat pulau itu senang
dan bangga pada mereka berempat. Tapi ternyata mereka berempat sadar kalau mereka hanya ada
didalam sebuah mimpi.
Gajah Vs Semut

Pada suatu hari di hutan yang rindang terdapat Aliansi semut yang damai. Semut-semut ini
sangat makmur dan tentram. Semut-semut ini tinggal di sebuah lahan tebu. Semut ini memiliki Raja
yang bernama Nasake.

"Mentri bagaimana persediaan makanan kita untuk bulan ini" ucap raja sambil menatap mata
mentri.

Mentri pun langsung menjawab dengan wajah cemas "raja kita telah kehabisan makanan".

Raja pun langsung bergegas mencari makanan bersama segerombolan semut, sementara mentri tetap
di kerajaan semut untuk mengontrol rakyat lainnya.

Beberapa jam kemudian

"Dom dom" suara hentakan kaki gajah

Para semut langsung ketakutan dan bergegas bersembunyi "ayo semuanya sembunyi gajah akan
datang untuk mengambil tebu di wilayah kita" teriak mentri ke seluruh rakyat.

Gajah pun datang dan menghancurkan wilayah kekuasaan semut itu.

Raja pun pulang bersama gerombolan semut "Hai mentri mengapa wilayah kita hancur seperti ini"
ucap Raja dengan raup wajah yang bingung.

Akhirnya mentri menceritakan hal yang telah terjadi

"Ooo jadi Gajahlah yang menyebabkan semua ini"

Raja semut pun langsung menemui Raja Gajah. Akhirnya semut pun bertemu Raja Gajah yang
sedang tertidur pulas "hei raja gajah! he he he bangun bangun" teriak semut membangunkan raja
Tetapi Raja Gajah masih saja tidak bangun, setelah lama akhirnya raja gajah pun bangun

"Ada apa semut kau datang kemari" ucap Raja Gajah menayakan pada semut
Semut menjawab "aku ingin kau memberi tahu pada rakyat mu agar tidak mencari makan di
kawasan tebu sebelah utara, itu adalah kawasan kami kalau kau" Raja Gajah langsung memotong
pembicaraan " kalau kau apa! Kalau kau mau kami tidak mencari makanan di kawasan mu mari kita
bertempur" ucap Raja Gajah dengan tegasnya, semut menjawab "ok kau kira aku takut besok mari
kita bertempur!!!!!".
Keesokan harinya pasukan Gajah datang "hai Raja semut menyerahlah sebelum kau kalah"
"Kami tidak akan menyerah sebelum kami menang" ucap Raja Semut dengan penuh keberanian

Akhirnya perangpun dimulai


"Seeeraaaang !" ucap Raja Gajah
"Maju!" Ucap Raja Semut membalas perkataan Raja

Perang pun berlangsung lama.

Semut hampir mengalami kekalahan.


"Hahahaha semut percuma kau menggigit kami kulit kami nih keras tak kan mempan kau menggigit
kami" ucap Gajah menganggap remeh

Raja semut pun membuat rencana


Raja semut memerintah kan pada pasukan gajah untuk menyerah sebelum mereka mengalami
kesakitan "hai Gajah! Menyerahlah"
Gajah menjawab "hahahaha kami tak kan menyerah"

Akhirnya Raja Semut menyuruh pasukan semut jangan menggigit tubuh Gajah melainkan Belalai
nya.
"Ahhh sakit sekali" ucap Gajah kesakitan

Akhirnya semut pun menang dan semut kembali makmur


Sedangkan Gajah lari dengan membawa malu dan kekalahan
LEGENDA PERI BULAN

Wulan adalah seorang gadis desa yang miskin. Wajahnya agak suram, sebab ia menderita penyakit kulit di
wajahnya. Orang-orang desa sering takut jika berpapasan denganya. Wulan akhirnya selalu menggunakan
cadar.

Pada suatu malam, Wulan bermimpi bertemu dengan pangeran Rangga. Putra Raja itu terkenal dengan
keramahannya dan ketampanannya. Wulan ingin berkenalan dengannya. Ia pun makin sering memimpikan
Pangeran Rangga.

“Sudahlah, Wulan! Buang jauh-jauh mimpimu itu!“ kata Ibu Wulan, ketika melihat anaknya termangu di
depan jendela kamar. “Ibu tidak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu boleh menyukai siapa saja. Tapi Ibu
tidak ingin akhirnya kamu kecewa,“ tutur Ibu Wulan lembut.

Sebenarnya Wulan juga sadar. Mimpinya terlalu tinggi. Orang-orang desa saja takut melihatnya, apalagi
pangeran Rangga. Pikir Wulan.
Pada suatu malam, Wulan melihat pemandangan alam yang sangat indah. Bulan bersinar terang di langit.
Cahayanya lembut keemasan. Di sekitarnya, tampak bintang-bintang yang berkelap-kelip. Malam itu begitu
cerah.

“Sungguh cantik!“ gumam Wulan. Matanya takjub memandang ke arah bulan.


Tiba-tiba saja Wulan teringat pada sebuah dongeng tentang Dewi Bulan. Dewi itu tinggal di bulan. Ia sangat
cantik dan baik hati. Ia sering turun ke bumi untuk menolong orang-orang yang kesusahan. Di desa Wulan,
setiap ibu yang ingin mempunyai anak perempuan, selalu berharap anaknya seperti Dewi Bulan.

Dulu, ketika Wulan masih kecil, wajahnya pun secantik Dewi Bulan, menurut Ibu Wulan.
“Aku ingin memohon kepada Dewi Bulan agar aku bisa canti lagi seperti dulu. Tapi…, ah.., mana mungkin!
Itu pasti hanya dongeng!” wulan segera menepis harapannya. Setelah puas menatap bulan, Wulan
menutup rapat jendela kamarnya. Ia beranjak untuk tidur dengan hati sedih.

Wulan adalah gadis yang baik. Hatinya lembut dan suka menolong orang lain. Suatu sore, Wulan bersiap-
siap pergi mengantarkan makanan untuk seorang nenek yang sedang sakit. Meski rumah nenek itu cukup
jauh, Wulan rela menjenguknya.
Sepulang dari rumah si nenek, Wulan kemalaman di tengah perjalanan. Ia bingung karena keadaan jalan
begitu gelap. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba, muncul ratusan kunang-kunang. Cahaya dari tubuh mereka
begitu terang.

“Terima kasih kunang-kunang. Kalian telah menerangi jalanku!“ ucap Wulan lega.
Ia berjalan, dan terus berjalan. Namun, meski sudah cukup jauh berjalan. Wulan tidak juga sampai di
rumahnya. Wulan tidak juga mememukan rumahnya.
“Kusara aku sudah tersesat!“ gumamnya panik. Ternyata para kunang-kunang telah mengarahkannya
masuk ke dalam hutan.
“Jangan takut, Wulan! Kami membawamu kesini , agar wajahmu bisa disembuhkan,“ ujar seekor kunang-
kunang.
“Kau?Kau bisa bicara?“ Wulan menatap heran seekor kunang-kunang yang paling besar.
“Kami adalah utusan Dewi Bulan,“ jelas kunang-kunang itu.
Wulan akhirnya tiba di tepi danau. Para kunang-kunang beterbangan menuju langit. Begitu kunang-kunang
menghilang, perlahan-lahan awan hitam di langit menyibak. Keluarlah sinar bulan purnama yang terang
benderang.
“Indah sekali!“ Wulan takjub. Keadaan di sekitar danau menjadi terang.
Wulan mengamati bayang-bayang bulan di atas air danau. Bayangan purnama itu begitu bulat sempurna.
Tak lama kemudian, tepat dari bayangan bulan itu muncullah sosok perempuan berparas cantik.
“Si...siapa kau?“ tanya Wulan kaget.
“Akulah Dewi Bulan. Aku datang untuk menyembuhkan wajahmu,“ tutur Dewi Bulan lembut. “Selama ini
kau telah mendapat ujian. Karena kebaikan hatimu, kau berhak menerima air kecantikan dariku. Usaplah
wajahmu dengan air ini!“ lanjut Dewi Bulan sambil memberikan sebotol air.
Dengan tangan gemetar Wulan menerimanya. Perlahan-lahan Dewi Bulan masuk kembali ke dalam bayang-
bayang bulan di permukaan air danau. Kemudian ia menghilang.
Wulan segera membasuh wajahnya dengan air pemberian Dewi Bulan. Malam itu, Wulan tertidur di tepi
danau.

Akan tetapi, sungguh ajaib! Esok harinya. Ia telah berada di kamarnya sendiri lagi. Ketika bercermin, ia
sangat gembira melihat kilit wajahnya telah halus lembut kembali seperti dulu. Ia telah canti kembali.
Ibunya heran dan gembira.
“Bu, Dewi Bulan ternyata benar-benar ada!“ cerita Wulan.
Dengan cepat kecantikan paras Wulan tersebar kemana-mana. Bahkan sampai juga ke telinga Pangeran
Rngga. Karena penasaran, Pangeran Rangga pun mecari Wulan. Keduanya akhirnya bisa bertemu. Wulan
sangat gembisa bisa bersahabat dengan pangeran pujaan hatinya.
Nindi, Mia, dan Pohon Ajaib

Disebuah desa terpencil hiduplah seorang anak yatim piatu bernama Nindi. Ia hidup bersama
neneknya bernama Nenek Minah. Nenek Minah mengalami sakit lumpuh sehingga semua pekerjaan
rumah harus dikerjakan Nindi, termasuk mengurus neneknya.
Disuatu hari Nindi disuruh neneknya untuk mencuci. Iapun langsung berangkat ke sungai untuk
mencuci. Saat diperjalanan Nindi bertemu dengan Mia. Mia adalah seorang anak yang angkuh dan
suka iri dengan kelebihan orang lain. "Hehh Nindi, sini kamu!" cetus Mia. "Iya Mia ada apa?" jawab
Nindi. "Sekarang kamu ambilin buah rambutan di pohon itu!" suruh Mia dengan kata yang kasar.
"Ta..ta..tapi akukan harus mencuci baju" jawab Mia. "Tapi tapi sekarang kamu ambilin rambutan
itu! Cepat!" Paksa Mia. Dengan terpaksa Nindipun harus mengambilkan rambutan itu. Saat
memanjat pohon tiba tiba Nindi terpeleset "bukkkk". Nindi terjatuh di kubangan lumpur yang
berada di sebelah pohon rambutan. "Hahaha...kasian deh!" Kata Mia mengejek Nindi. Nindi
langsung berlari pulang sambil menahan tangisannya. Sesampai di rumah Nindi bertemu dengan
neneknya. "Nindi kamu kenapa? Kenapa wajahmu terkena lumpur semua?" Tanya nenek. "Nenek
tadi aku disuruh Mia mengambilkan rambutan dan aku terjatuh di kubangan lumpur" jawab Nindi
sambil menangis. "Sudahlah jangan menangis lagi, maafkan saja semua perbuatan Mia, jangan
sampai kamu balas dendam" jelas nenek sambil mengelus rambut Nindi.
15 tahun kemudian Nindi tumbuh menjadi anak yang sangat cantik dan juga baik. Disuatu hari di
desa tersebut diadakan kontes kecantikan. Semua warga desa berkumpul untuk melihat
pengumuman pelaksanaan kontes tersebut. Disana terlihat Mia yang sedang membaca pengumuman
sambil berpikir "jika aku mengikuti kontes ini aku pasti akan kalah dan Nindi akan menang" ujar
Mia didalam hati. Diperjalanan pulang Mia masih memikirkan permasalahan itu. Tiba tiba ada suara
yang berasal dari pohon besar. "Hahaha kamu pasti akan kalah". Kata si pohon. "Hahh ka..kamu
siapa?" Tanya Mia ketakutan. "Akulah pohon ajaib,yang bisa mengubah wajah menjadi cantik" kata
si pohon. "Hahh pohon ajaib?sekarang buktikan jika kamu pohon ajaib, ubah wajahku menjadi
cantik melebihi Nindi" tantang Mia. "Hahh itukan perkara yang sangat mudah" kata si pohon
meremehkan perkara Mia. "Tapi ada syaratnya,kamu tidak boleh sombong kepada siapapun" jelas si
pohon. "Baiklah aku akan memenuhi semua syaratmu" jawab Mia. Keesokan harinya kontes
dimulai, wajah Mia pun menjadi cantik. "Mia kamu cantik sekali" kata Nindi memuji Mia.
"Kenapa? kamu iri ya sama aku" jawab Mia sombong. "Kok kamu berpikirnya begitu sih" kata
Nindi. Seketika perilaku Mia berubah menjadi sombong. Tiba tiba petir menyambar "jdrrr". Wajah
Mia berubah menjadi jelek dan penuh luka. Ia menangis menyesali perbuatannya. Apa boleh buat
lagi nasi sudah menjadi bubur.
Ia langsung berlari pulang sambil menangis. Nindipun mengejarnya. "Kenapa kamu mengikutiku?
kamu ingin mengejek aku?" ujar Mia. "Kamu kok berpikirnya gitu sih". Jawab Nindi dengan sabar.
"Aku disini membawakan obat untuk wajahmu. Oleskan semua obat ini diwajahmu" jelas Nindi.
"Nindi maafkan aku, selama ini aku selalu berbuat jahat kepadamu" minta maaf Mia kepada Nindi.
"Aku sudah memaafkan kesalahanmu kok. Semua manusiakan pasti pernah berbuat kesalahan"
jawab Nindi. Akhirnya mereka berdua saling memaafkan dan menjadi teman baik.

Anda mungkin juga menyukai