Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FEMINISME NOVEL NAYLA KARYA DJENAR

MAESA AYU
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fiksi,
misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari
pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering
mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta
refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Meskipun demikian, karya sastra yang diciptakan
pengarang kadang-kadang mengandung subjektivitas yang tinggi.
Imajinasi yang tertuang dalam karya sastra, meski dibalut dalam semangat kreativitas, tidak luput
dari selera dan kecenderungan subjektif, aspirasi, dan opini personal ketika merespons objek di luar
dirinya, serta muatan-muatan khas individualistik yang melekat pada diri penulisnya sehingga ekspresi
karya bekerja atas dasar kekuatan intuisi dan khayal, selain kekuatan menyerap realitas kehidupan.
Itulah sebabnya di dalam sebuah cerita, cerpen atau novel, seorang pengarang sering mengangkat
fenomena yang terjadi di masyarakat. Dengan harapan para pembaca dapat mengambil hikmah dari
fenomena tersebut.
Pada dasarnya isi sebuah karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh
cerita. Sangat beragam perilaku manusia yang bisa dimuat dalam cerita. Kadang-kadang hal ini terjadi
perulangan jika diamati secara cermat. Pola atau keterulangan inilah yang ditangkap sebagai fenomena
dan seterusnya diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu seperti gejala kejiwaan, sosial, dan
masyarakat. Sebagai misal perilaku yang berhubungan gejala kejiwaan yaitu fenomena frustrasi atau
kekecewaan (anxienty). Pemahaman fenomena frustrasi ini dapat dilakukan dengan mengadakan
pendekatan psikologis.
Novel atau cerpen sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita di dalamnya terjadi
peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Realita sosial, realita psikologis,
realita religius merupakan terma-terma yang sering kita dengar ketika seseorang menyoal novel sebagai
realita kehidupan. Secara spesifik realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran fenomena kejiwaan
tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespons atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan.
Sebagai contoh, penampakan gejala jiwa dapat penulis temui di dalam novel Nayla oleh Djenar Maesa
Ayu. Tokoh utama Nayla adalah seorang perempuan muda, yang harus meninggalkan ibunya sejak
berumur 13 tahun untuk belajar hidup mandiri. Nayla, demikian nama tokoh utama cerita, mengalami rasa
kecewa ketika ia teringat dengan sosok ibunya yang menjebloskan dirinya ke rumah Perwawatan Anak
Nakal dan Narkotika. Sejak itu ia menjadi frustrasi. Ia meninggalkan ibunya dan belajar hidup mandiri.
Dalam menjalani kehidupan, Nayla mulai berhadapan dengan berbagai konflik/pertentangan batin, baik

pertentangan terhadap dirinya sendiri maupun reaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Di dalam diri tokoh
kadang-kadang timbul persepsi negatif tentang makna kehidupan. Dari berbagai fenomena yang dialami
oleh tokoh cerita, muncul kekuatan mental dan pemahaman baru tentang cara memaknai kehidupan.
Karena terus dirundung berbagai konflik, akhirnya telah menghasilkan perubahan sikap pada sang tokoh
cerita. Ia akhirnya larut dalam kehidupan malam, bekerja sebagai penata lampu di sebuah nite club. Apa
yang dilakukan oleh Nayla, sang tokoh cerita adalah sebagai bentuk pelarian dari lingkungan keluarga
sehingga lama kelamaan ia hanyut dalam lingkungan yang baru yang serba gemerlapan yang kini selalu
menghantui hidupnya.
Novel Nayla karangan Djenar Maesa Ayu sangat menarik bila dikaji dengan pendekatan
psikologis, khususnya dalam analisis frustrasi. Novel ini mempunyai kelebihan di antaranya ialah tokoh
utama cerita ternyata mampu dan tegar menghadapi berbagai fenomena hidup meskipun di dalamnya
banyak terjadi konflik. Di lain pihak, melalui tokoh cerita pengarang ingin menyampaikan pesan moral
kepada pembaca bahwa pentingnya orang tua memberikan pendidikan yang baik kepada anak. Hanya
saja pada akhir cerita, pengarang tidak memberikan penilaian bahwa apa yang diperbuat oleh sang tokoh
cerita merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap susila agama sehingga apa yang diperbuat oleh
sang tokoh cerita semata-mata akibat dari rasa frustrasi dan kecewa yang berat dengan kedua orang
tuanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan feminisme?
2. Bagaimanakah kandungan feminisme dalam novel Nayla?
3. Apa sajakah gaya bahasa yang terdapat dalam novel Nayla?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Feminisme

1. Pengertian Feminisme
a. Feminisme adalah suatu aliran yang membicarakan bahwa wanita bisa melakukan semuanya
tanpa lelaki atau kemampuan wanita mampu mengalahkan lelaki.
b. Feminisme adalah sebuah keyakinan bahwa tidak ada perbedaan seks, yaitu menentang adanya
posisi hierarki yang menyebabkan posisi superior dan inverior diantara jenis kelamin.
c. Feminisme adalah menggugat perbedaan yang mencampuradukkan seks dan gender sehingga
perempuan dijadikan sebagai kelompok tersendiri dalam masyarakat.
Pada dasarnya tujuan dari feminisme adalah menyamakan kedudukan atau derajad perempuan dan
laki-laki. Feminisme memperjuangkan kemanusiaan kaum perempuan, memperjuangkan perempuan
sebagai manusia merdeka secara utuh. Nilai-nilai yang terkandung dalam feminisme yaitu pengetahuan
dan pengalaman personal, misalnya antara perempuan berkulit putih dan hitam tentu saja akan berbeda.

Kemudian rumusan tentang diri sendiri, yaitu perempuan berhak merumuskan tentang dirinya. Dan
selanjutnya adalah kekuasaan personal, yaitu perempuan memiliki kekuasaan atas dirinya dan segala
yang ia punya baik pikiran, perasaan, dan tubuhnya. Berikutnya adalah otentitas bahwa feminisme
menghormati keadilan. Sedangkan kreatifitas berarti bahwa feminisme adalah proses mengusung nilainilai perjuangan baru yang luas dan terbuka. Dan yang terakhir personal is political apabila kita
memahami antara sosialitas dan subyektifitas politik situasi perempuan, maka juga akan memahami
penulisan, tema, genre, dan struktiur penulis wanita. Selain itu ada pula kritik sastra feminis psikoanalitik
yang biasanya ditempatkan pada tulisan wanita karena tokoh wanita biasanya merupakan cerminan
penciptanya.

B. Feminisme yang Terkandung dalam Novel Nayla dan Majas yang Digunakan Penulis.

Halaman 5
1. Otak laki-laki memang kerdil. Senggama bagi mereka hanya berkisar diseputar kekuatan otot
vagina.
Dari kutipan tersebut tergambarkan bahwa pikiran bejat laki-laki.
Bermajas sarkasme.

2. Mereka mengira saya perawan. Padahal hati saya yang perawan, bukan vagina saya. Meskipun
usia saya masih muda.
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa seorang perempuan yang sudah tidak perawan secara lahir
tetapi dia masih perawan secara batin.
Bermajas metonomia
Halaman 6
3. Lebih baik saya memilih mencintai Juli ketimbang laki-laki yang menginginkan selaput dara saja.
Dari kutipan tersebut tergambarkan seorang wanita yang lebih nyaman menjalin kasih sayang dengan
sesama perempuan dari pada berhubungan dengan laki-laki yang hanya mementingkan mitos
keperawanan.
Bermajas metafora.

4. Akan kubuktikan kepadanya, anakku, bahwa aku bisa berdiri sendiri tanpa perlu ia mengulurkan
tangan.

Dari kutipan tersebut terdapat sebuah keinginan seorang wanita khususnya yang tergambar disana
adalah seorang istri yang bertekat untuk dapat mencukupi hidup dan kehidupannya tanpa bergantung
sepenuhnya pada suami. Hal tersebut menunjukkan keinginan wanita untuk dapat menyetarakan gender
dengan pria dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup secara mandiri dan tidak selalu mengharapkan
bantuan dari kaum pria.
Bermajas klimaks.

5. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya.
Dari kutipan tersebut tergambarkan bagaimana bejatnya seorang laki-laki yang telah bercinta dengan
perempuan sehingga perempuan itu hamil tapi tak mau mengakui perbuatannya. Begitu tak adilnya,
begitu tragisnya kehidupan perempuan. Begitu kejamnya laki-laki.
Bermajas sarkasme

6. Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada dalam kandungan. Aku yang
membesarkanmu dengan penuh ketegaran. Aku menafkahimu. Aku menafkahimu. Aku
memberimu tempat berteduh yang nyaman. Aku menyediakanmu segala kebutuhan sandang dan
pangan.
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa perempuanpun sanggup menjalani tugas laki-laki sebagai ayah
yang membuktikan bahwa perempuan itu tidak lemah.
Bermajas klimaks
Halaman 7
7. Selamanya kamu hanya akan menjadi bulan-bulanan laki-laki.
Dari kutipan tersebut tergambarkan mitos yang berlaku di masyarakat bahwa wanita yang tidak memiliki
bekal hidup mental, fisik, dan pengetahuan akan mudah dijajah oleh laki-laki.
Bermajas Hiperbola
Halaman 8
8. Akan ada banyak laki-laki seperti ayahmu yang kelak mencampakkanmujika kamu tak sekuat
dan sepandai aku.

Kutipan tersebut menunjukkan adanya perilakuan yang sewenang-wenang dari lakilaki kepadaperempuan. Dalam hal ini berkaitan dengan kesetiaan seorang suami kepada istrinya
dan perlakuan yang tidak senonoh yang dilakukan seorang ayah kepada anak perempuannya.
Akan tetapi sosok perempuan yang tampak dalam kutipan tersebut mencoba menghadapi dan
mengantisipasi segala kemungkinan dengan sikap yang ia miliki sebagai seorang perempuan atau
istri yaitu mencoba untuk kuat dan pandai mencari kebahagiaan untuk dirinya meskipun bukan
dari suaminya. Dengan keberhasilan dalam kepandaiannya memperoleh kebahagiaan tersebut
menunjukkan bahwa perempuan juga mampu bermain main dalam hal kesetiaan.

Bermajas aliterasi, apofasis


Halaman 21
9. Hampir tiga bulan saya terkurung dalam barak itu, hanya melakukan upacara pagi, menjahi,
mencuci, mengepel, dan menyapu. Heran, kenapa cuma keterampilan itu yang mereka bekali ke
perempuan.
Dari kutipan tersebut menjelaskan dahulu perempuan itu hanyalah orang yang bertindak didapur saja
walaupun perempuan itu sudah berpendidikan tetapi akhirnya juga akan didapur juga.
Bermajas Litotes
Hal 39-41
10. Ibu tinggal memasak dan meyediakan hidangan khusus.
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa tugas seorang perempuan hanyalah memasak didapur dan
menyediakan hidangan khusus (melayani suami).
Bermajas Tautologi
11. Gimana kamu bisa ngatur orang lain kalau ngatur diri kamu sendiri aja gak bisa. Tidur kurang.
Ngerokok gak berhenti. Aku udah bilang berkali-kali, perempuan harus bisa rawat diri.
Dari kutipan tersebut menjelaskan sebagai seorang perempuan hendaknya bisa merawat diri, mengatur
diri demi kebaikan diri sendiri.
Bermajas Sarkasme
Halaman 54-55
12. Saya rindu ibu. Tapi saya tau, pasti ini bukan saatnya cengeng-cengengan. Seperti ibu bilang,
kita harus kuat jika ingin bertahan.
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa perempuan harus kuat menjalani asam garam kehidupan tidak
mudah menangis dan putus asa.
Kalimat tersebut tidak mengandung majas atau bersifat denotatif.
Halaman 77
13. Tapi bisa jadi Anda tak bisa menjawab. Karena Anda tidak tahu. Kenapa bisa tidak tahu? Karena
Anda perempuan. Kenapa kalau perempuan tidak tahu? Karena alat kelamin perempuan tidak
seperti alat kelamin laki-laki.
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa dimasyarakat perempuan itu terlalu banyak batasan tidak boleh
ini itu padahal perempuan dan laki-laki itu sama hanya berbeda pada jenis kelamin tidak ada perbedaan
yang bisa membatasi untuk hal-hal yang seharusnya perempuan juga bisa.
Bermajas Inuendo
Halaman 78-79

14. Persoalannya tak hanya sebatas perbedaan alat kelamin. Tapi represi terhadap alat kelamin
perempuan telah membuat mereka kesulitan mengenali tubuhnya sendiri. Persoalannya tak
hanya sebatas perbedaan alat kelamin. Tapi mitos!
Dari kutipan tersebut, penulis ingin mengngkat bahwa di masyarakat kita terjadi mitos seperti itu. Mitos
bahwa
Bermajas Eksklamatio
15. Bagaimana perempuan bisa menikmati hubungan seksual jika sejak awal mereka sudah ditakuttakuti oleh mitos keperawanan? Sejak awal mereka sudah dibodohi secara massal bahwa
hubungan seksual dihari pertama sakitnya tak terkira akibat robeknya selaput dara. Jika selaput
dara sobek, vagina mengeluarkan darah. Itulah bukti kesucian yang harus dijaga sampai tiba
saatnya malam pertama. Padahal kenyataannya, banyak sekali perempuan yang vaginanya tidak
mengeluarkan darah ketika pertama kali melakukan hubungan seksual. Bahkan banyak yang
tidak merasakan sakit seperti informasi yang mereka terima. Selain itu, selaput dara tidak hanya
robek akibat hubungan seksual. Hal-hal kecil seperti mengendarai sepeda atau menari ballet
sekalipun bisa mengakibatkan selaput dara pecah.Tak heran masih banyak orang tua yang tidak
setuju putrinya ikut les tari ballet, karena takut putrinya tak lagi suci dimalam pengantin.
Dari kutipan tersebut menjelaskan betapa menyedihkannya kehidupan seksual perempuan, selalu
dijadikan objek, selalu keperawanan yang dijadikan patokan kesucian perempuan dan kepuasan laki-laki.
Bermajas Simbolik
16. Akhirnya perempuan berusaha keras mengatasi kelebihan cairan dan kelenturan otot vagina.
Mereka minum jamu. Mereka ikut senam seks dan body language. Mereka memasukkan tongkat
madura kedalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual selama lima menit. Mereka
merendam vagina kedalam air daun sirih. Dan paling parah dari semua itu, perempuan takut
terangsang. Perempuan menahan rangsangan supaya bisamengelabui reaksi tubuh agar
vagina tak terlalu mengeluarkan banyak cairan. Alhasil, perempuan melakukan apapun hanya
untuk dinikmati tanpa diberi kesempatan untuk menikmati.
Dari kutipan tersebut menjelaskan betapa sulit dan seriusnya perempuan dalam melakukan sesuatu
untuk membahagiakan laki-laki tetapi perempuan tidak pernah mendapatkan kebahgiaan yang
seharusnya ia dapatkan dari laki-laki. Selalu perempuan yang mengorbankan hati dan perasaan bagi lakilaki.
Bermajas Klimaks
Halaman 82
Halaman 84
17. Karena Anda perempuan. Kenapa perempuan tidak bisa mengatakan kebenaran? Karena
perempuan tidak dibiarkan tahu kebenaran.

Kutipan tersebut memberikan gambaran bahwa perempuan tidak dibiarkan tahu kebenaran, karena
biasanya yang berhak untuk mengetahui kebenaran secara bebas adalah laki-laki.
Bermajas Inuendo

Halaman 85
18. Syarat-syarat menjadi perempuan yang mudah mendapat laki-laki sudah merakyat secara turun
menurun.Bahwasannya perempuan harus perawan, harus pandai mengatur keuangan, harus
sabar, harus bisa memasak, harus bisa memberi keturunan, harus pandai memuaskan suami
diranjang.

Dalam kutipan tersebut tampak bahwa adanya tuntutan tentang kriteria yang harus dipenuhi
wanita jika ingin menjadi seorang istri, yang memosisikan wanita dalam posisi yang sangat
pelik. Seolah-olah wanita sebagai satu-satunya penentu ketuntasan seluruh urusan rumah tangga.
Adanya kriteria-kriteria yang tersebut dalam kutipan di atas menunjukkan adanya perbedaan
gender yang sangat jelas antara wanita dan pria. Pria selalu diposisikan dalam keadaan yang
serba simpel, enak, dan seolah mendominasi wanita.
Bermajas Repitisio
Halaman 86
19. Anak-anak perempuan di bawah umur yang tidak diberi pembelajaran tentang seks dan tidak
pernah mengetahui fungsi alat kelamin, dengan mudah ditipu oleh pelaku pelecehan seksual
dengan mengatakan penisnya adalah permen loli.
Dari kutipan tersebut menjelaskan perempuan yang dibodohi karena tidak mendapatkan pendidikan seks
yang penting untuk menjaga dirinya.
Kalimat tersebut tidak mengandung majas atau kalimat denotatif

20. Vagina adalah neraka dan penis adalah setan.


Dari kutipan tersebut, tersirat bahwa antara vagina dengan penis merupakan pasangan.
Bermajas sarkasme
Halaman 90
21. Nayla menerkam Ben. Menghajar mukanya. Menjambak rambutnya. Ben mempertahankan diri
dengan memegangi tangan Nayla. Nayla semakin brutal. Digigitnya tangan Ben, berusaha
melepaskan pegangan tangannya. Pegangan tangan Ben terlepas. Nayla meraih botol bir dan
memecahkannya lalu mengacungkannya ke depan muka Ben.

Dari kutipan tersebut menjelaskan perempuan yang berusaha membela diri agar tidak dilecehkan oleh
laki-laki.
Bermajas Klimaks

22. Saya perempuan, tapi saya tidak lebih lemah daripada laki-laki.
Dari kutipan tersebut tergambar sosok perempuan yang tidak ingin dicap lemah. Perempuan tidak lebih
lemah dari laki-laki. Perempuan juga sejajar dengan laki-laki.
Bermajas metafora.

23. Karena, saya tidak mengisap puting payudara ibu. Saya mengisap penis ayah. Dan saya tidak
mengisap air susu ibu. Saya mengisap air mani ayah.
Dari kutipaan tersebut menjelaskan perempuan yang tidak menukmati kasih sayang ibu dan merasakan
kekejaman seorang ayah.
Bermajas Tautologi
Halaman 95
24. Ibu bisa menjadi seorang ibu sekaligus ayah.
Dari kutipan tersebut digambarkan betapa hebatnya seorang ibu. Seorang ibu yang sanggup pula
menjadi sosok/ seorang ayah, perempuan yang bisa kuat, sama dengan laki-laki.
Bermajas Repitisio
25. Sebagai seorang peragawati ternama di jamannya, ibu mampu membagi waktu antara pekerjaan
dan mengurus rumah.
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa perempuan itu bisa mengatur waktu tidak hanya bisa mengurus
rumah tapi juga bisa bekerja mencari nafkah.
Kalimat tersebut tidak mengandung majas atau termasuk kalimat denotaif
Halaman 111
26. Ibu memang orang yang kuat. Tak akan pernah saya sekuat Ibu.
Dari kutipan tersebut menjelaskan perempuan bukanlah kaum yang lemah, perempuan juga bisa kuat
seperti laki-laki. Perempuan bukanlah kaum yang lemah yang bisa dijajah lai-laki.
Bermajas Litotes

27. Saya tak pernah melihat Ibu begitu mencintai laki-laki seperti ia mencintai Om Indra.

Dari kutipan tersebut menjelaskam bahwa seorang perempuan memiliki hati yang begitu mulia, ia akan
menyerahkan jiwa raga serta perasaannya jika sudah menemukan pilihyan hatinya.
Bermajas Asosiasi
28. Saya tak merasakan apa-apa. Vagina saya sudah terbiasa dengan tusukan peniti Ibu dulu yang
walaupun lebih kecil namun lebih tajam dan tidak dimasukkan pada tempatnya sehingga sakitnya
melebihi penis Om Indra yang merasuk kuat kedalam lubang vagina saya.
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa perempuan itu memiliki perasaan yang lebih senditif dari lakilaki, apabila perempuan disakiti ia akan terus mengingat rasa sakit itu terus dan akan susah untuk
melupakannya.
Bermajas Hiperbola

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Melalui kutipan di atas dapat kita simpulkan bahwa dukungannya terhadap feminisme dan peran
serta kedudukan tokoh perempuan dalam novel Nayla menurut perspektif feminisme adalah sebagai
berikut:
a) Kedudukan Nayla sebagai anak. Peran yang dilakukannya, yaitu mematuhi orang tua, memunculkan
sisi kuat dari dalam dirinya, dengan harapan agar menutupi kelemahannya sebagai perempuan, tentunya
karena tidak ingin dikatakan sebagai perempuan lemah.
b) Kedudukan Nayla sebagai penulis novel. Peran yang dilakukannya, yaitu ingin membuktikan kepada
ibunya bahwa dirinya bukanlah sosok perempuan yang lemah. Selain itu juga ingin membuktikan bahwa
penulis perempuan tidak kalah hebat jika di banding dengan penulis laki-laki.
Deskripsi nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam Novel Nayla adalah nilai religius, nilai moral,
nilai estetis dan nilai sosial.

Anda mungkin juga menyukai