Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dewa Ayu Agung Ratih Sunyantari

NIM : 2012011002

Prodi/Kelas : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/4A

SASTRA BANDINGAN

Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, gerakan politik, dan ideologi yang


memiliki tujuan memperjuangkan hak-hak wanita, yaitu untuk mendefinisikan, membangun,
dan mencapai perlakuan gender yang sama di lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial.
Feminisme menggabungkan posisi bahwa masyarakat memprioritaskan sudut pandang laki-
laki, dan bahwa perempuan diperlakukan secara tidak adil di dalam masyarakat tersebut.
Feminisme merupakan perjuangan untuk mengakhiri penindasan terhadap perempuan
(Jenainati dan Groves, 2007: 3). Sejalan dengan Jenainati dan Groves, Ross (2009) melihat
feminisme sebagai semua usaha yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi perempuan.
Dengan mengaitkan definisi umum feminisme dari Gamble (2006), Jenainati dan Groves
(2007) dan Weedon (1987), feminisme dapat dirumuskan sebagai keyakinan, gerakan dan
usaha untuk memperjuangkan kesetaraan posisi perempuan dan laki-laki dalam masyarakat
yang bersifat patriarkis. Namun perlu diingat bahwa feminisme bukanlah gerakan universal
dengan konsep homogen yang dapat mewakili seluruh perempuan. Seperti yang ditekankan
Tong (2009), feminisme merupakan konsep yang sangat luas dan majemuk. Feminisme
merupakan sebuah kata yang memayungi berbagai pendekatan, pandangan, dan kerangka
berpikir yang digunakan untuk menjelaskan penindasan terhadap perempuan dan jalan keluar
yang digunakan untuk meruntuhkan penindasan tersebut (Tong, 2009: 1). Adapun pembagian
feminisme menjadi gerakan feminisme awal, feminisme gelombang kedua, dan feminisme
gelombang ketiga seperti yang dilakukan Gamble (2006) merupakan salah satu usaha untuk
menarik benang merah perkembangan feminisme secara kronologis.

Sampai saat ini budaya menomorduakan perempuan dibandingkan laki-laki semakin


menjadi tidak terkontrol. Perempuan dikesampingkan dalam banyak hal dan hanya dipandang
manusia yang harus berada di dapur dan kasur. Padahal jika dilihat dari pengertian hak asasi
manusia yang memberikan setiap manusia kesempatan untuk mengutarakan pendapat,
kemampuan dan keputusannya seharusnya perempuan bisa melakukan hal itu. Namun,
ternyata realitasnya perempuan tidak bisa melakukan itu semua secara penuh karena
terhalang sebuah perspektif masyarakat. Kita dapat melihat hal itu dalam berbagai sudut,
misalnya saja dalam sebuah keluarga. Banyak keluarga yang lebih mengunggulkan akan laki-
lakinya dibandingkan anak perempuan karena mereka berfikir laki-laki lebih dapat
diandalkan dan menjadi tulang punggung keluarga, sedangakan perempuan adalah menusia
yang lemah dan suatu hari akan meninggalkan kelurganya. Persamaan hak pun menjadi
sangat timpang, seperti dalam mendapatkan pendidikan. Banyak perempuan dalam sebuah
keluarga yang tidak terlalu dijamin pendidikannya oleh orang tuanya karena mereka berfikir
hal tersebut akan sia-sia saat anak perempuannya suatu saat meninggalkan rumah dan
menikah dengan pasangannya. Sedangkan anak mereka yang laki-laki akan diupayakan agar
mencapai pendidikan setinggi mungkin. Mungkin saja hal ini tidak terjadi pada semua
keluarga, namun banyak keluarga yang memiliki perspektif seperti ini.

Dalam karyaa sastra seperti puisi, cerpen novel dan lainya banyak yang mengangkat
tema/isu fenimisme. Isu ini sangat menarik untuk dibicarakan dan juga dijadikan bahan
analisis. Seperti contoh dalam cerpen feminis berjudul “Di Persimpangan Pantura” dan
Cerpen dengan judul “Ibu Pulang”. Dua cerpen ini adalah cerpen yang mengangat isu
femisisme dengan sangat kental dan kentara. Ada beberapa data-data yang dapat menjadikan
dua cerpen ini disebut mengangkat tema fenimisme melalui kalimat, kata atau frasa sebagai
berikut:

1) Cerpen “Di Persimpangan Pantura”


 “Sebelas tahun usiaku waktu itu, ketika dengan kejamnya Lik Sol
mengenalkan arti perih sesungguhnya. Ego yang berbalut nafsu itu biang
keladinya”. Dalam penggalan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa perempuan
dipaksa untuk memuaskan nafsu laki-laki.
 “Pemuda-pemuda desa menggodaku dengan kata-kata kotor. Mata mereka
isyaratkan birahi”. Dalam penggalan cerpen tersebut menyatakan bahwa
perempuan dijadikan objek untuk memuaskan mata banyak laki-laki.
 “Aku tak mau lagi pergi bermain, keluar rumah hanya untuk sekolah atau
disuruh simbok ke warung”. Dalam penggalan cerpen tersebut dapat dilihat
bahwa perempuan tidak bisa melakukan sesuatu sesuai keinginannya,
perempuan dibatasi oleh hal yang hanya diperbolehkan.
 “Aku ingat selalu mandi berlama-lama karena merasa tak pernah bisa bersih
lagi”. Dalam penggalan cerpen tersebut perempuan dipaksa untuk membenci
dirinya karena doktrin perspektif masyarakat yang menganggap bahwa jika
perempuan diperkosa artinya perempuan tersebut yang salah.
 ”Toh kamu sudah pernah disentuh laki-laki.” Dalam penggalan tersebut
mengartikan bahwa jika perempuan sudah pernah disentuh laki-laki, maka
perempuan tersebut tidak ada harganya lagi dan boleh disentuh oleh laki-laki
manapun lagi.
Penggalan cerpen di atas merupakan beberapa data-data dalam berbagai bentuk untuk
membuktikan bahwa tema/isu yang diangkat dalam cerpen “Di Persimpangan
Pantura” adalah isu fenimisme.
2) Cerpen “Ibu Pulang”
 ”Aku belum siap memiliki kamu. Sementara dia menginginkanmu begitu kami
menikah”. Dalam kutipan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa perempuan
selalu dipaksa untuk memenuhi keinginan semua orang terutama suaminya.
 “Dalam kegelapan, aku membayangkan kehidupanku jika Ibu tak pernah
pergi”. Dalam penggalan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa seorang anak
perempuan tidak dapat mengutarakan apa yang dirasakannya secara langsung
dan hanya bisa dipendam.
 Ibu pergi karena tidak pernah memaafkan dirinya sendiri. Dalam penggalan
cerpen tersebut dapat dilihat bahwa perempuan selalu merasa bersalah seumur
hidupnya jika apa yang dilakukan tidak sesuai perspektif masyarakat.
Penggalan cerpen di atas merupakan beberapa data-data dalam berbagai bentuk
untuk membuktikan bahwa tema/isu yang diangkat dalam cerpen “Di Persimpangan
Pantura” adalah isu fenimisme.

Anda mungkin juga menyukai