Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN FEMINISME TERHADAP NOVEL

PERAWAN REMAJA DALAM CENGKERAMAN MILITER


KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Mentari Asih Lina Ayu Safitri


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email: asihmentari96@gmail.com

Abstract

The purpose of this research is to describe the position of female characters, the forms of
profeminism and the plan of the implementation of the research results of the novel of the
Adolescent Virgin in Military Clutch by Pramoedya Ananta Toer in Indonesian Language and
Literature Learning in Higher Education. This research is useful theoretically and practically.
The theory used in this research is the understanding of novels, elements of novel builders,
literary criticism, feminism, position of women, profeminisme, feminism culture, criticism of
feminism literature, and literary learning.This research uses descriptive method, qualitative,
with criticism approach of feminism literature. The source of the data is the Novel of the
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer by Pramoedya Ananta Toer's Military Clutches
with data in the form of quotations that indicate the position of female characters and the forms
of profeminism expounded in the words, phrases and sentences in the novel of the Perawan
Remaja dalam Cengkeraman Militer by Pramoedya Ananta Toer. Data collection techniques
using indirect techniques, in the form of documentary techniques and data collection tools is
the researcher himself as the main instrument. Techniques to test the validity of data using
observational persistence, triangulation, reference adequacy, and peer review through
discussion.

Keywsords: feminism study, position of women, profeminisme

Feminisme merupakan kesadaran


terhadap ketidakadilan gender yang menimpa perempuan-perempuan yang seharusnya dapat
kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun melahirkan generasi penerus bangsa,
masyarakat. Feminis sebagai jembatan untuk penganiayaan terhadap fisik dan mentalnya.
menuntut persamaan hak antara perempuan Perawan remaja dilahirkan sebagai pembawa
dengan laki-laki. Feminis memiliki makna perubahan terhadap keterpurukan dirinya,
lebih luas dari pada emansipasi. Emansipasi keluarganya bahkan bangsa justru dihancurkan
cenderung digunakan sebagai istilah yang pada saat mereka berusia belia. Tidak ada
menuntut persamaan hak dalam aspek pengampunan bagi gadis yang berasal dari
kehidupan masyarakat. Emansipasi hanya mana pun, perawan remaja dijadikan alat
menekankan partisipasi perempuan tanpa pemuas para militer Jepang.
mempersoalkan ketidakadilan gender, Novel Perawan Remaja dalam
sedangkan feminis sudah mempersoalkan hak Cengkeraman Militer karya Pramoedya
serta kepentingan perempuan yang selama ini Ananta Toer karena novel ini menceritakan
dinilai tidak adil. pelecehan yang dihadapi para perawan remaja
Perawan Remaja dalam Cengkeraman pribumi khususnya dari jawa. Novel ini
Militer merupakan satu di antara karya menjadi inspirasi terutama bagi peneliti
Pramoedya Ananta Toer. Novel ini adalah sebagai pelajaran. Selain itu, isi dari novel ini
suatu bentuk keprihatinannya atas pelecehan mengingatkan peneliti pada sejarah negeri,
terhadap perawan remaja Indonesia khususnya kehidupan dalam serba kekurangan dan
yang berada di daerah Jawa pada masa keterpurukan. Alasan lainnya peneliti memilih
penjajahan Jepang. Penganiayaan terhadap novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman
Militerkarya Pramoedya Ananta Toer, karena
novel ini mengangkat kehidupan dan Perempuan seringkali dikaitkan dengan
perjuangan tokoh utama yaitu perempuan. keberadaan genre yang menjadi sebuah daya
Perempuan merupakan sosok yang sangat tarik sendiri untuk diceritakan dari banyak hal,
luar biasa untuk dibicarakan dan dibahas. termasuk perempuan sebagai manusia dengan
hak-haknya. Sastra Indonesia memandang tumbuhnya apresiasi sastra yang secara
peran perempuan menjadi dua bagian kategori. langsung ikut menopang tercapinya tujuan
Kategori pertama adalah peran perempuan pendidikan.
dilihat dari segi biologisnya sebagai istri, ibu, Goefe berpendapat bahwa feminis ialah
dan anak atau berdasarkan tradisi lingkungan. teori tentang persamaan antara laki-laki dan
Kedua, bahwa perempuan berkedudukan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial sosial atau kegiatan terorganisasi yang
bukan sebagai pendamping suami. memperjuangkan hak-hak serta kepentingan
Perjuangan perempuan untuk perempuan (Sugihastuti, 2008:18), sedangkan
mewujudkan persamaan hak dengan laki-laki menurut Yubahar Ilyas (1997:11), feminisme
dengan cara mengembangkan kemampuan adalah kesadaran atau ketidakadilan genre
secara optimal selaras dengan prinsip yang menimpa kaum perempuan, baik dalam
perjuangan feminis. Kelemahan dan kebodohan keluarga maupun masyarakat, serta tindakan
kaum perempuan bukan karena kodrat sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk
melainkan karena tidak dibiasakan dan tidak mengubah keadaan tersebut.
diberi kesempatan yang sama dengan kaum Berdasarkan pendapat tersebut dapat
laki-laki, namun perbedaan yang jelas antara disimpulkan bahwa kedudukan seorang
konsep jenis kelamin telah melahirkan perempuan itu sama dengan seorang laki-laki.
ketidakadilan baik kaum laki-laki, terutama Emansipasi seorang perempuan juga begitu
perempuan. Disadari atau tidak, ketika gagasan penting dalam kehidupan dalam bidang apa
feminis ini dilihat secara sekilas, sepertinya pun. Seorang laki-laki juga dapat menjadi
perempuan yang menjadi korban konsep- pendukung kaum perempuan selama ia
konsep genre tersebut. Sikap laki-laki yang memiliki rasa kepedulian dan tolerir terhadap
kontras feminis terlihat dari tingkah laku kaum perempuan.
mereka yang tidak menghargai perempuan, Tujuan kajian feminisme adalah
bahkan cenderung semena-mena. meningkatkan kedudukan dan derajat
Hasil penelitian dengan objek karya perempuan agar sama atau sejajar dengan
sastra khususnya novel jika dikaitkan dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Menurut
pembelajaran sastra di perguruan tinggi maka Endaswara (2003:148), dominasi pria terhadap
hasil penelitian dapat dijadikan sebagai perempuan telah mempengaruhi kondisi sastra
pembelajaran sastra pada mata kuliah Metode lain: (1) konvensi sastra didominasi oleh
Penelitian Sastra semester enam, terutama di kekuasaan pria, sehingga perempuan selalu
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra berada pada posisi berjuang terus-menerus ke
Indonesia FKIP Untan. Mata kuliah Metode arah ke setaraan gender, (2) perempuan selalu
Penelitian Sastra memaparkan beberapa meteri dijadikan objek kesenangan sepintas oleh laki-
diantaranya yaitu (1) Paradigma Penelitian laki, (3) perempuan adalah figur yang menjadi
Sastra, (2)Metode Penelitian Sastra, (3) bunga-bunga bangsa, sehingga sering terjadi
Pendekatan Penelitian Sastra, dan (4) tindak asussila pria, seperti pemerkosaan dan
Macam-macam Penelitian Sastra meliputi: (a) sejenisnya yang akan memojokkan perempuan
Penelitian Strukturalisme Sastra, (b) Penelitian pada posisi lemah. Gerakan feminis adalah
Estetik dan Stilistik, (c) Pendekatan Sosiologi suatu gerakan untuk mendobrak tataran sosial
Sastra, (d) Penelitian Psikologi Sastra, (e) secara keseluruhan terhadap nilai-nilai
Penelitian Antropologi Sastra, (f) Penelitian perempuan agar mendapatkan kedudukan dan
Pragmatik dan Resepsi Sastra, (g) Penelitian derajat yang sama baik dalam bidang sosial
Sastra Bandingan, (h) Penelitian Feminisme politik, ekonomi, dan hukum seperti yang
Sastra, dan (i) Penelitian sastra dengan diperoleh oleh kaum laki-laki.
AWK. Dengan demikian diharapkan Feminisme dalam penelitian ini bukan
berarti sebagai perlawanan dari kaum
perempuan terhadap kaum laki-laki dari segi
perbedaan jenis kelamin mereka. Namun
kesadaran akan persamaan yang dimiliki oleh
laki-laki dan perempuan yang memiliki
keududukan yang sering menimpa kaum
perempuan, baik dalam lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat. Fakta
sebenarnya banyak di antara kaum laki-laki perempuan. Hal yang mendasari konsep ini
mendukung teori feminisme. Kaum laki-laki karena teori feminisme lebih mementingkan
dapat dikatakan sebagai kaum feminis selama diri pada berharganya kesadaran mengenai
ikut memperjuangkan hak-hak kaum persamaan hak antara perempuan dan laki-laki
dalam semua bidang. Feminisme memperjuangkan dua hal
Istilah feminisme sering dikacaukan yang selama ini tidak dimiliki kaum
dengan istilah gender. Dalam hubungan ini, perempuan pada umumnya, yakni (1)
feminisme adalah sebuah teori. Sedangkan memperjuangkan persamaan derajat
gender adalah permasalahan penelitian. perempuan dengan laki-laki, dan
Masalah-masalah gender adalah masalah (2) memperjuangkan otonomi perempuan
hungan antara laki-laki dan perempuan dan untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.
sebaliknya, dianalisis dengan menggunakan Analisis dalam kajian feminisme hendaknya
teori feminisme. Adapun sasaran penting mampu mengunkapkan aspek-aspek
dalam teori feminisme dalam sastra sedapat penindasan wanita atas diri kaum pria. Isu
mungkin berhubungan dengan hal-hal berikut feminisme selalu dikaitkan dengan persamaan
ini, yakni (1) mengungkapkan karya-karya hak dan kesetaraan gender. Kedua, teori kritik
sastra para penulis perempuan masa lalu dan sastra feminisme. Kritik sastra feminisme
masa kini agar jelas citra wanita yang merasa adalah kritik terhadap karya-karya sastra, yang
tertekan oleh tradisi, dominasi budaya mana pengkritik memandang sastra dengan
pratiakhat harus terungkap secara jelas dalam kesadaran khusus bahwa ada jenis kelamin
analisis, (2) mengungkap tekanan pada tokoh yang banyak berhubungan dengan budaya
wanita dalam karya sastra yang ditulis oleh sastra dan kehidupan. Jenis kelamin yang
pengarang pria, (3) mengungkap ideology membuat perbedaan di antara semuanya yang
pengarang wanita dan pria, bagaimana mereka membuat perbedaan pengarang, pembaca,
memandang diri-sendiri dalam kehidupan perwatakan, dan pada faktor luar yang
nyata, (4) mengkaji dari aspek ginokritik, yakni mempengaruhi situasi karang-mengarang.
memahami bagaimana proses kreatif kaum Kritik sastra feminisme adalah alasan yang
feminis, apakah pengarang wanita akan kuat untuk menyatukan pendirian bahwa
memiliki kekhasan dalam gaya dan ekspresi seorang perempuan dapat membaca sebagai
atau tidak, dan (5) mengungkap aspek perempuan, mengarang sebagai perempuan,
psikoanalisis feminis, yaitu mengapa wanita, dan menafsirkan karya sastra sebagai
baik tokoh wanita maupun pengarang wanita perempuan.
lebih suka terhadap hal-hal yang halus, Kritik sastra feminisme diawali dari
emosional, penuh kasih saying, dan sebagainya. kesadaran kaum perempuan akan sistem
Meski perempuan memiliki keseragaman tradisi yang mengalami ketimpangan, kemudia
pengalaman, ras, dan budaya, namun mereka kritik sastra feminisme digunakan sebagai
memiliki pandangan yang berbeda mengenai suatu gerakan perempuan dalam menyuarakan
ideology feminism. Bisa saja sekelompok kebebasan melalui karya sastra. Secara garis
orang tertentu, memiliki ras yang sama, tetapi besar Culler (dalam Sugihastuti, 2015:5)
memiliki perspektif yang berbeda tentang menyebutnya sebagai reading as a woman,
perempuan, maka dari itu feminisme membaca sebagai perempuan. Konsep ini
membangkitkan kesadaran bersama terhadap dilakukan melalui sebuah pendekatan yang
ideology dan praktek yang rasis dan merugikan beruasaha membuat pembaca menjadi kritis
keolompok minoritas tertentu. sehingga menghasilkan penilaian.
Berkaitan dengan teori feminisme, ada Kritik sastra feminis menawarkan
dua fokus yang menjadi pusat perhatian, yakni pandangan bahwa para pembaca perempuan
teori analisis sastra feminisme dan teori kritik dan kritikus perempuan membawa para
sastra feminisme. Pertama, teori analisis sastra pembaca perempuan dan kritikus perempuan
feminism. Feminisme adalah gerakan kaum membawa persepsi. Kajian sastra feminis
perempuan untuk memperoleh otonomi atau mempunyai dua fokus. Pertama, menggali,
kebebasan menentukan dirinya sendiri. mengkaji serta menilai karya penulis-penulis
perempuan dari masa silam. Mereka
mempertanyakan tolak ukur apa saja yang
dipakai pengkritik sastra terdahulu sehingga
konon sastra didominasi penulis laki-laki.
Tujuan kedua mengkaji karya-karya tersebut
dengan pendekatan feminis. Ketiga, pengritik
sastra feminis terutama berhasrat mengetahui
bagaimana cara menerapkan penilaian estetik,
letak nilai estetiknya serta apakah nilai estetik Berdasarkan ketiga tujuan tersebut, dapat
yang telah dilakukan sungguh-sungguh sah. disimpulkan bahwa apa yang dikehendaki
Singkatnya menilai tolak ukur yang digunakan pengkritik sastra feminis adalah hak yang sama
untuk menentukan cara-cara penilaian lama. untuk mengungkapkan makna-makna baru yang
mungkin berbeda dari teks-teks lama. Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi dokumenter. Teknik studi
METODOLOGI PENELITIAN dokumenter dilakukan dengan cara menelaah
Metode yang digunakan dalam karya sastra yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif, karena penelitian. Menurut Margono (2008:181)
data di dalam penelitian ini berupa kata-kata, “Teknik dokumenter adalah cara
dan kalimat bukan berupa angka-angka sebagai mengumpulkan data melalui peninggalan
hasil perhitungan statistik. Metode deskriptif tertulis, seperti arsip-asrip dan termasuk juga
digunakan untuk mendeskripsikan keadaan buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau
objek yang diteliti dengan menguraikan hal-hal hukum-hukum, dan lain-lain yang berhungan
yang menjadi pusat perhatian yang mendukung dengan masalah penelitian.”\
objek penelitian. Penelitian ini akan Alat pengumpulan data dalam proposal
menghasilkan data deskriptif yang kemudian ini ialah peneliti sebagai instrumen kunci,
data tersebut akan memberikan gambaran dan maksudnya peneliti berkedudukan sebagai
paparan yang dimaknai dan ditafsirkan oleh perencana, pelaksana, pengumpul data,
peneliti secara mendalam sehingga peneliti penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya
akan melaporkan tentang bentuk penelitian. pelapor penelitian (Moleong, 2011:173).
Bentuk penelitian yang digunakan adalah Selain itu penulis juga menggunakan alat
penelitian kualitatif, karena bentuk penelitian lainnya beruapa kartu pencatat dan alat tulis.
ini akan menghasilkan data dalam bentk kata- Pengecekkan terhadap keabsahan data perlu
kata maupun kalimat dan tidak dalam bentuk dilakukan agar data yang diperoleh benar-
angka-angka atau pun mengadakan benar objektif sehingga hasil penelitian dapat
perhitungan. Peneiltian ini menggunakan dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini,
pendekatan kritik sastra feminis. Menurut teknik yang digunakan untuk pengecekkan
Sugihastuti (2000:202) kritik sastra feminis keabsahan menggunakan empat teknik yaitu
merupakan kesadaran membaca sebagai ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukup
perempuan sebagai dasar menyatukan referensi, pemeriksaan sejawat melalui
pendirian bahwa perempuan dapat membaca diskusi.
dan menafsirkan sastra sebagai perempuan. Teknik analisis data adalah proses
Kritik sastra feminis adalah membaca sebagai mengatur urutan data menggolongkannya ke
perempuan, yakni kesadaran pembaca bahwa dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
ada perbedaan penting dalam jenis kelamin dasar (Moleong, 2011:248).Teknik analisis
paka makna dan perebutan makna karya sastra. data bertujuan untuk menjawab masalah
Sumber data penelitian ini adalah novel penelitian pada penelitian ini.
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
karya Pramoedya Ananta Toer dengan tebal HASIL PENELITIAN DAN
246 halaman diterbitkan oleh KPG PEMBAHASAN
(Kepustakaan Populer Gramdeia), Jakarta
2011. Menurut Syam (2011:12) di dalam Hasil Penelitian
penelitian sastra terdapat beberapa sumber data Dasar pemikiran dalam penelitian sastra
yang berasal dari teks sastra. Data dalam berperspektif feminis adalah upaya
penelitian ini adalah kedudukan tokoh pemahaman kedudukan dan peran perempuan
perempuan, bentuk-bentuk profeminisme yang seperti tercermin dalam karya sastra. Pertama,
tergambar dalam kata, frasa, dan kalimat- kedudukan dan peran para tokoh perempuan
kalimat dalam novel Perawan Remaja dalam dalam karya sastra Indonesia menunjukkan
Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta masih didominasi oleh laki-laki. Kedua, secara
Toer. sepintas terlihat bahwa para tokoh perempuan
dalam karya sastra Indonesia tertinggal dari
laki-laki, misalnya dalam hal latar sosial,
pendidikannya, pekerjaannya, perannya dalam
masyarakat. Ketiga, penelitian sastra Indonesia
telah melahirkan banyak perubahan analisis
dan metodoginya, satu di antaranya adalah
penelitian sastra yang menganut feminis. Teori
feminisme yang dipersembahkan untuk
menciptkan kultur perempuan yang radikal dan Menurut Endaswara (2003:148),
terpisah. Feminisme kultural mendeskripsikan dominasi laki-laki terhadap perempuan telah
bagaimana kultural perempuan yang kuat di mempengaruhi kondisi sastra antara lain: (1)
dalam berbagai bidang kehidupan. nilai dan konvensi sastra didominasi oleh
kekuasaan laki-laki, sehingga perempuan selalu sama dengan laki-laki baik dalam bidang
berada pada posisi berjuang terus-menerus intelektual maupun bidang lainnya. Sebagai
kearah kesastraan genre, (2) perempuan selalu hasil pada saat sekarang sudah banyak kaum
menjadi objek kesenangan oleh kaum laki-laki, perempuan yang kedudukannya lebih tinggi
(3) perempuan adalah sosok yang menjadi dibandingkan kaum laiki-laki.
bunga-bunga bangsa, sehingga sering terjadi
tindak asussila laki-laki, seperti pemerkosaan, Pembahasan Penelitian
pernikahan dibawah umur, bahkan dijadikan Sebagian kaum feminisme berpendapat
seorang pelacur. bahwa laki-laki dapat menyatakan diri mereka
Hubungan wanita dan masyarakat feminis sepanjang mereka ikut berjuang bagi
dimulai dari hubungannya dengan orang- kepentingan kaum perempuan. Sekelompok
seorang, antar orang, sampai kehubungan feminis lain beranggapan bahwa laki-laki tidak
dengan masyarakat umum. Termasuk ke dalam dapat menjadi feminis karena tidak mengalami
hubungan orang-seorang, adalah hubungan diskiminasi dan penindasan sebagaimana
wanita dengan pria dalam masyarakat dialami kaum perempuan. Oleh kerana itu,
(Sugihastuti, 2015: 125). Kedudukan kaum laki-laki yang ikut berjuang melawan
perempuan dalam aspek keluarga, perempuan penindasan terhadap perempuan lebih tepat
berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai dikatakan sebagian kelompok profeminis
anggota keluarga masing-masing peran (Sugihastuti, 2002:242).
mendatangkan konsekuensi sikap sosial yang Secara sederhana bisa dikatakan bahwa
satu dengan yang lainnya bergayutan. Sebagai mereka adalah laki-laki yang secara aktif
istri misalnya, wanita mencintai suami, kesetaraan dan keadailan gender. Pandangan
memberikan motifasi, dan sebagai pendamping profeminis muncul karena adanya gerakan
dalam kehidupan suami. kaum feminis yang menolak keterlibtan laki-
Kedudukan perempuan dalam keluarga laki dalam penyetaraan masalah gendre.
berperan sebagai istri mepunyai hak-hak yang Manurut sofia (2003:35), inti tujuan feminis
sama dengan suami. Hak-hak tersebut antara dengan kedudukan serta derajat perempuan
lain: (1) dalam memperoleh cinta, kasih agar sama sejajar dengan kedudukan serta
sayang, dan perhatian, (2) memperoleh derajat laki-laki. Laki-laki pun bisa menjadi
kesetiaan, (3) berpendapat, dan (4) feminis jika sikap dan tingkah laku mereka
memperoleh dukungan suami dalam menjalani menunjukkan sikap menghargai dan
kehidupan (Sugihastuti, 2000:116). Kedudukan menghormati perempuan. Istilah profemins
perempuan dalam sikap sosialnya berbentuk bagi kalangan feminis di Indonesia masih
karena pengalaman pribadi dan budaya. sangat baru dan belum terdengar akrab di
Berdasarkan pendapat tersebut dapat telinga, itupun baru beberapa pergerakan
disimpulkan seorang istri berhak mendapatkan feminis dan belum sampai pada taraf yang
seperti yang didapatkan seorang suami namun intensif yang berupa pengembangan wacana
seorang istri dalam kehidupan sosialnya akan yang kritis dan analisis sifatnya apalagi
lebih jelas karena adanya pengalaman pribadi masalah feminis laki-laki.
dan kebudayaan yang didapatkan. Pembedaan perlakuan antara laki-laki
Kesadaran terhadap nasib, cita-cita, dan dan perempuan kita sebut dengan
hak membuat perempuan bangkit untuk ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender
memperjuangkan kesetaraan yang dipelihara dengan bermacam cara,
menjadikannya sebagai perempuan yang kuat ketidakadilan gender seperti kekerasan
atau kuasa. Perempuan yang kauasa dapat langsung (perkosaan, kekerasan domestik) dan
digambarkan sebagai perempuan yang diskriminasi struktural (pemisahan atau
menyadari bahwa ia mempunyai potensi yang pembagian kerja, serta tidak adanya jaminan
kesejahteraan atau kesehatan) Peterson dalam
Djajanegara, 2015:18). Ketidakadilan gender
dalam berbagai bentuk, yaitu proses
pemiskinan ekonomi, anggapan tidak penting
dalam keputusan politik, merupakan
pemberian label yang memojokkan kaum
perempuan, kekerasan dan penyiksaan kaum
perempuan baik secara fisik/pemerkosaan
maupun secara mental. Proses ketidakadilan memosisikan perempuan dalam derajat yang
gender yang tumbuh secara umum tesebut sama dengan laki-laki.
menjadi alasan utama munculnya gerakan Pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi
feminis di dunia. Gerakan ini berusaha memiliki nilai penting yang sama seperti
kelompok mata kuliah lainnya, yaitu kelompok sastra dan sejarah sastra, atau pengetahuan
mata kuliah kebahsaan dan pembelajaran. tentang sastra. Pengajaran apresiasi langsung
Pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi menyarankan pada pengertian bahwa
khususnya di FKIP Program Studi Pendidikan mahasiswa langsung dihadapkan pada berbagai
Bahasa dan Sastra Untan mencakup Teori, jenis karya sastra.
Aresiasi, Interrestasi, Metodologi, dan Berdasarkan pendapat tersebut dapat
Pembelajaran Sastra. disimpulkan bahwa agar mahasiswa dapat
Menurut Rahmanti (1988;15-16) mengapresiasikan diperlukan bekal teoretis,
pembelajaran sastra dapat memberikan kemampuan mahasiswa untuk mengapresiasi
sumbangan yang besar untuk memecahkan karya sastra akan lebih berarti daripada
masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk sekedar pengetahuan tentang sastra dengan
dipecahkan di dalam masyarakat melalui cara bekal kemampuan itu, mahasiswa akan mampu
yang tepat. Oleh karena itu, rancangan menimba berbagai pengalaman kehidupan
pembelajaran sastra diperlukan untuk mencapai melalui berbagai karya sastra secara sendiri
tujuan tersebut. dan langsung, tak terbatas pada lingkup dan
Menurut Burhan Nurgiyantoro waktu di kelas. Pengajaran apresiasi sastra
(2001:321) secara umum bagaimana bunyi yang bersifat langsung haruslah lebih
tujuan pengajaran sastra, atau apa yang ditekankan.
diinginkan dicapai melalui pengajaran sastra, Menurut Abidin (2012:26)”metode
kiranya orang tak akan lagi berdebat. Kita telah merupakan rencana keseluruhan bagi
mempunyai kesepakatan bahwa tujuan penyajian bahan bahasa rapi dan tertib, yang
pengajaran sastra secara umum ditekankan, tidak ada bagian-bagiannya yang
atau demi terwujudnya, kemampuan mahasiswa berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan
untuk mengapresiasi sastra secara memadai. pada pendekatan terpilih.” Media secara
Tujuan tersebut walau bersifat umum, paling umum adalah semua bentuk perantara yang
tidak telah memberi arah terhada tujuan-tujuan dipakai orang sebagai penyebar
yang lebih khusus dan operasional, dengan kata
ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu
lain semua tujuan yang lebih khusus dan
operasional harus diarahkan dan mendukung samapai pada penerima.
tercapainya tujuan umum tersebut. Kaitan antara komponen tujuan, bahan,
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dengan penilaian dalam pengajaran sastra data
disimpulkan bahwa tujuan pengajaran sastra menjadi lebih tajam. Penilaian dalam hal ini
penting sebab ia akan memberikan pedoman data berfungsi ganda: (i) mengungkapkan
bagi pemilihan bahan yang sesuai. Pemilihan kemampuan apresiasi sastra mahasiswa, dan
bahan pengajaran, dan juga bahan untuk (ii) menunjang tercapainya tujuan pengajaran
diteskan, harus menopang tercapainya tujuan. apresiasi sastra.
Menurut Burhan Nurgiyantoro Penilaian hasil belajar sastra lebih
(2001:321) secara garis besar bahan pengajaran ditekankan, atau bahkan mencakup, ranah
sastra di Perguruan Tinggi dapat dibedakan ke kognitif saja. Ranah psikomotoris dan terlebih
dalam dua golongan: (i) bahan apresiasi tak lagi afektif kurang mendapat perhatian.
langsung, dan (ii) bahan apresiasi langsung. Menilai dan mengukur hasil belajar yang
Bahan pengajaran aresiasi sastra yang tak bersifat kognitif memang lebih mudah
langsung terutama berfungsi untuk menunjang daripada kedua ranah yang lain, khususnya
berhasilnya pengajaran apresiasi sastra yang tingkatatan kognitif yang lebih awal. Akan
bersifat langsung. Bahan apresiasi yang tak tetapi, hal itu tidaklah dibenarkan jika
langsung menyarankan pada bahan pengajaran kemudian diartikan sebagai tak perlunya
yang bersifat teoretis dan sejarah, teatnya: teori penilaian terhadap ranah afektif dan
psikomotoris (Burhan Nurgiyantoro
(2001:327).
Novel Perawan Remaja dalam
Cengkeraman Militer karya Pramoedya
Ananta Toer dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi
semester ganjil dengan memperhatikan
beberapa aspek yaitu, kurikulum, tujuan
pembelajaran sastra, pemilihan bahan ajar, dan Pendidikan disusun oleh masing-masing satuan
keterbacaan. Berikut pemaparan dari aspek- pendidikan Indonesia, sehingga pengembangan
aspek tersebut. kurikulum untuk mata pelajaran Bahasa dan
Pembelajaran bahasa dan sastra Sastra Indonesia pada Kurikulum Tingkat
Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Satuan Pendidikan dapat dikembangkan oleh
otoritas daerah atau sekolah. Novel Perawan Melalui watak yang ditampilkan oleh
Remaja dalam Cengkeraman Militer karya tokoh di dalam novel Perawan Remaja dalam
Pramoedya Ananta Toer ini dapat dijadikan Cengkeraman Militer karya Pramoedya
bahan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Ananta Toer, khususnya watak tokoh-tokoh
Satuan Pendidikan. Pembelajaran tersebut perempuan, siswa dapat mencontoh setiap
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan watak yang baik untuk ditiru. Seperti watak
tertuang dalam RPS Mata Kuliah Metode tokoh sumiyati, satu di antara perempuan yang
Penelitian Sastra semester 6. dibawa oleh Jepang dan dimasukkan kedalam
Pembelajaran sastra memiliki empat kekejian, tetapi ia tidak putus asa dan terus
macam tujuan yaitu, membantu keterampilan berjuang demi kehidupannnya.
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, Bahan pembelajaran yang akan
mengembangkan cipta dan rasa, serta disampaikan kepada peserta didik pada
menunjang pembentukan watak, Melalui dasarnya disesuaikan dengan kemampuan
pembelajaran sastra siswa akan memperoleh peserta didik. Terdapat tiga kriteria dalam
perbendaharaan kata yang baru. Hal tersebut pemilihan bahan pembelajaran sastra Novel
dapat dilakukan dengan membaca novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer dapat dijadikan
karya Pramoedya Ananta Toer karena, di dalam bahan ajar pada peserta didik di Perguruan
novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Tinggi. Bahasa yang digunakan dalam novel
Militer karya Pramoedya Ananta Toer terdapat Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
penggunaan bahasa Inggris, Latin, dan bahasa karya Pramoedya Ananta Toer adalah bahasa
yang berkaitan dengan ilmu di bidang sains. Indonesia selain itu juga memiliki beberapa
Sehingga siswa dapat menambah kata atau istilah asing yang dimuat di dalam
perbendaharaan kosa kata baru yang belum percakapan. Tetapi disebutkan penjelasannya.
pernah diketahuinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa novel
Melalui kisah yang diceritakan di dalam Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman karya Pramoedya Ananta Toer dapat dijadikan
Militer karya Pramoedya Ananta Toer siswa sebagai bahan pembelajaran sastra untuk
dapat mengetahui perbedaan budaya anak muda Perguruan Tinggi.
yang hidup di Negara Indonesia dangan budaya Pemilihan bahan ajar harus disesuaikan
anak muda yang hidup di Negara Barat, dangan tingkatan psikologi peserta didik.
khususnya budaya yang menampilkan Tahap perkembangan psikologi berpengaruh
kehidupan perempuan. Sehingga siswa dapat terhadap daya ingat, kemauan, kesiapan, dan
mengambil nilai-nilai positif daro nudaya yang kemungkinan pemahaman dalam pemecahan
dimuat di dalam novel Perawan Remaja dalam masalah. Oleh karena itu, guru hendaknya
Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta dapat menyajikan karya sastra yang secara
Toer. Melalui perjuangan tokoh-tokoh yang psikologi dapat menarik minat peserta didik.
ada di dalam novel Perawan Remaja dalam Perkembangan psikologi peserta didik di
Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta Perguruan Tinggi secara umum sudah
Toer, khususnya tokoh-tokoh perempuan, dapat tergolong ke dalam tahap generalisasi. Hasil
menginspirasi siswa untuk menjadi orang yang penelitian ini diterapkan pada peserta didik
terus berjuang agar dapat mencapai cita-cita yang telah mampu mencapai tahap generalisasi
dan tidak melupakan diri mereka sebagai mencermati, memahami, dan menemukan serta
seorang anak yang harus mengahrgai dan menganalisis. Sehingga pemilihan novel
menghormati orang tua. Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
karya Pramoedya Ananta Toer sebagai bahan
pembelajaran sastra dapat digunakan pada
peserta didik di Perguruan Tinggi.
Pemilihan karya sastra sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran sastra perlu
disesuaikan dengan latar belakang budaya
yang dikenal siswa, namun hendaknya
pembelajaran sastra juga dapat mengarahkan
siswa untuk memeroleh berbagai pengetahuan
dari kebudayaan lain. Novel Perawan Remaja
dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya negeri sendiri sekaligus mengetahui budaya
Ananta Toer yang memuat latar belakang lain. Sehingga novel Perawan Remaja dalam
budaya timur dan budaya barat dapat Cengkeraman Militer karya Pramoedya Ananta
mengarahkan siswa untuk mengenal budaya Toer dapat dijadikan bahan ajar dalam
pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi. pembelajaran kepada siswa. Selanjutnya guru
Pemilihan bahan ajar berdasarkan aspek menugaskan siswa untuk membaca novel
keterbacaan didasari atas kemudahan siswa Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
untuk memahami inti pembelajaran sastra. dan menganalisis unsur-unsur intrinsik
Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman maupun ekstrinsik novel Perawan Remaja
Militer merupakan karya sastra yang ditulis dalam Cengkeraman Militer. Metode diskusi
oleh seorang penulis terkenal dari zaman membuat kegiatan pembelajaran lebih
penjajahan sampai zaman kemerdekaan bahkan interaktif. Metode penugasan digunakan pada
sampai saat ini, yaitu Pramoedya Ananta Toer. saat kegiatan penutupan pembelajaran agar
Sehingga cerita yang diangkat di dalam novel dapat mengetahui sejauh mana siswa
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer menyerap pembelajara.
dilatarbelakangi oleh kehidupan masa Media pembelajaran merupakan alat
peperangan dan hidup dalam kekurangan sesuai yang digunakan untuk menyampaikan materi
dengan kondisi nyata masyarakat, khususnya pembalajaran. Media yang ditawarkan peneliti
kehidupan kaum perempuan masa kini. ialah media visual yakni papan tulis dan LCD.
Model pembelajaran merupakan suatu Papan tulis digunakan untuk menuliskan
pola yang digunakan sebagai pedoman untuk pokok-pokok materi pembelajaran.
merencanakan pembelajaran. Model Penggunaan LCD bertujuan untuk menarik
pembelajaran yang ditawarkan penliti dalam perhatian siswa dengan menampilkan
rencana pelaksanaan pembelajaran ini adalah powerpaint yang dibuat dengan tampilan yang
model pembelajaran kontekstual. Model menarik.
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah suatu
yang holistik dan bertujuan membantu siswa kegiatan dalam rangka mempertimbangkan
untuk memahami makna materi ajar dengan penilaian dengan menggunakan kriteria
mengaitkan terhadap kontekstual kehidupan tertentu untuk menilai pengetahuan dan
mereka sehari-hari. Pembelajaran dengan keterampilan siswa setelah melaksanakan
menggunakan model kontekstual menekankan kegiatan pembelajaran. Adapun evaluasi
pada pemahaman terhadap makna, hal tersebut pembelajaran yang ditawarkan peneliti ialah
relevan dengan materi yang akan diajarkan bentuk tes tertulis yang berisi penilaian
yaitu menganalisis unsur intrinsic dan unsur pengetahuan dan penilaian keterampilan.
ekstrinsik novel. Kegiatan dalam model Bentuk tes tertulis digunakan untuk menilai
pembelajaran kontekstual melibatkan siswa sejauh mana pemahaman siswa terhadap
secara aktif, pembelajaran dikaitkan dengan materi menganalisis unsur-unsur feminisme
kehidupan sehari-hari, selalu mengaitkan khususnya kedudukan perempuan dan unsur-
informasi dengan pengetahuan yang dimiliki unsur profeminisme novel Perawan Remaja
siswa, dan siswa diarahkan untuk mengerjakan dalam Cengkeraman Militer.
tugas melalui kerja mandiri.
Metode pembelajaran dapat diartikan SIMPULAN DAN SARAN
sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah Simpulan
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan Berdasarkan analisis tentang kajian
praktis agar mencapai tujuan pembelajaran. feminisme dalam novel Perawam Remaja
Metode yang ditawarkan peneliti dalam dalam Cengkeraman Militer karya Pramoedya
rencana pelaksanaan pembelajaran ini ialah Ananta Toer maupun kaitannya dengan
metode tanya jawab, ceramah, penugasan, dan pembelajaran sastra di perguruan tinggi, maka
diskusi. Metode tanya jawab dan ceramah dapat disimpulkan Tidak hanya saling
digunakan ketika guru menjelaskan materi berinteraksi sebagai makhluk sosial manusia
juga diharapkan dapat saling membantu jika
dibutuhkan. Perempuan adalah objek
kesenangan bagi kaum laki-laki satu di
antaranya dijadikan sebagai istri yang sah dan
dengan cara yang baik pula. Sebutan istri
diperoleh perempuan setelah menikah dengan
seorang laki-laki, selain menjadi istri
tokoh perempuan juga hanya dijadikan objek
kesenangan kaum laki-laki. Memperistri mendapat seorang istri adalah dengan
seorang perempuan dapat dilakukan dengan memperjualbelikan perempuan berdasarkan
beberapa cara. Satu diantara cara yang harga yang telah disepakati oleh kedua belah
dilakukakan oleh laki-laki di pulau Buru untuk pihak. Perempuan selalu berada pada posisi
berjuang terus-menerus sehingga kedudukan DAFTAR RUJUKAN
tokoh perempuan sebagai ibu tidak pernah Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa
dianggap atau pun di dengar.Perempuan Berbasis Pendidikan Karakter.
adalah sosok yang menjadi bunga-bunga bagi Bandung: PT Refika Aditama.
bangsanya, sehingga sering terjadi tindak Djajanegara, Soedarajat. 2003. Kritik Sastra
asussila laki-laki, seperti pemerkosaan, Feminis sebuah Pengantar. Jakarta:
pernikahan di bawah umur, bahkan dijadikan Ikhar Mandiri.
seorang pelacur. Pada masa kedudukan Jepang Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi
kewajiban yang harus dituruti dan dilakukan Peneilitian Sastra, Edisi Revisi. Jakarta:
sebagai seorang anak khususnya anak MedPres.
perempuan adalah meneruskan sekolah sesuai Hollows, Joanne. 2010. Feminisme, Feminitas,
perjanjian pemerintah Jepang.Sifat yang dan Budaya Populer. Yogyakarta:
dimiliki setiap manusia adalah sifat yang tidak Jalasutra.
dapat disamakan satu dengan yang lain. Setiap Hum, Maggie. 2002. Ensiklopedia Feminisme.
manusia memiliki sifat yang berbeda-beda Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
sesuai dengan kepribadian yang dimilikinya. Kosasih. Strategi Belajar dan Pembelajaran
Sebagai makhluk yang memiliki kepribadian, Implementasi Kurikulum 2013.
kedudukan perempuan dalam masyarakat Bandung: Yrama Widya.
memiliki hak untuk menentukan langkahnya Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian
sendiri tanpa pengaruh orang lain. Sebagai Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:
makhluk sosial seorang manusia diharapkan Remaja Rosda Karya.
dapat berinteraksi dengan manusia yang Nurgiyantoro, Burhan. 20013. Teori
lainnya. Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Saran Sofia dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan
Berdasarkan hasil penelitian ini, Sastra. Bandung: Kataris.
diajukan beberapa saran untuk penelitian Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra
selanjutnya. Adapun saran-sarannya yaitu, Feminis. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Toer, Pramoedya Ananta. 2011. Perawan
perkembangan dalam penulisan karya sastra. Remaja dalam Cengkeraman Militer:
Penulis dapat dijadikannya sebagai acuan agar Catatan Pulau Buru. Jakarta: KPG
dapat menyajikan tulisan yang tidak hanya (Kepustakaan Populer Gramedia).
bersifat menghibur, tetapi juga memberikan
muatan nilai-nilai kehidupan di dalamnya.
Penelitian tentang novel Perawan Remaja
dalam Cengkeraman Militer dapat dilanjutkan
dengan menggunakan berbagai teori dan
pendekatan lain sesuai keahlian si peneliti.
Bagi masyakarat secara umum, penelitian ini
dapat membantu memahami dalam menikmati
karya sastra. Tujuannnya, selain memperoleh
hiburan, masyarakat juga
mendapatkan pemahaman tentang nilai
kehidupan setelah membaca karya sastra.
Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan masukan pengajaran sastra.

Anda mungkin juga menyukai