ABSTRAK
31
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
32
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
menggabungkan doktrin persamaan hak salah satu teori sastra. Teori-teori feminis,
bagi perempuan yang menjadi gerakan sebagai alat kaum perempuan untuk
yang terorganisasi untuk mencapai hak memperjuangkan hak-haknya, yang erat
asasi perempuan dengan sebuah kaitannya dengan konflik ras, khususnya
ideologi transformasi sosial yang konflik gender. Artinya, antara konflik
bertujuan untuk menciptakan dunia kelas dengan feminisme memiliki asumsi-
bagi perempuan. Upaya melawan pranata asumsi yang sejajar, mendekonstruksi
sosial sebagai institusi rumah tangga sistem dominasi dan hegemoni,
untuk perkawinan maupun upaya wanita pertentangan antara kelompok yang
untuk mengakhiri kodratnya. lemah dengan kelompok yang dianggap
Secara umum feminisme adalah lebih kuat (Ratna, 2006: 186).
pembebasan wanita karena yang melekat
dalam semua pendekatannya adalah B.1 Sasaran Kajian Feminisme
keyakinan bahwa wanita mengalami Tujuan utama kajian sastra feminis
ketidakadilan karena jenis kelamin. Kaum adalah menganalisis relasi gender, situasi
perempuan melalui gerakan feminis dan ketika perempuan berada dalam
teori feminis menuntut agar kesadaran dominasi laki-laki. Dalam pengertian
kultural yang selalu memarginalkan yang paling luas, feminis adalah gerakan
wanita dapat diubah sehingga kaum perempuan untuk menolak segala
keseimbangan yang terjadi adalah sesuatu yang dimarginalisasikan,
keseimbangan yang dinamis. disubordinasikan, dan direndahkan oleh
Feminisme lahir untuk mengakhiri kebudayaan dominan, baik dalam bidang
dominasi laki-laki terhadap kaum politik dan ekonomi, maupun kehidupan
perempuan. “Menurut Abrams sosial pada umumnya (Ratna, 2004: 184).
Feminisme sebagai aliran pemikiran dan Djajanegara (2000: 4) inti tujuan
gerakan berawal dari kelahiran era feminisme adalah meningkatkan
Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh kedudukan dan derajat perempuan
Lady Mary Wortley Montagu dan agar sama atau sejajar dengan kedudukan
Marquis de Condorcet. Perkumpulan serta derajat laki-laki. Perjuangan serta
masyarakat ilmiah untuk perempuan usaha feminisme untuk mencapai tujuan
pertama kali didirikan di Middelburg, ini mencakup berbagai cara. Salah satu
sebuah kota di selatan Belanda pada caranya adalah memperoleh hak dan
tahun 1785. Menjelang abad ke-19, peluang yang sama dengan yang dimiliki
feminisme lahir menjadi gerakan yang laki-laki.
cukup mendapatkan perhatian dari para Peran dan kedudukan perempuan
perempuan kulit putih di Eropa. tersebut akan menjadi sentral pembahasan
Perempuan di negara-negara penjajah kajian sastra.
Eropa memperjuangkan apa yang “Endraswara (2008: 148) terdapat
mereka sebut sebagai universal lima sasaran penting dalam analisis
sisterhood (Arivia, 2006: 18-19).” feminisme sastra, (1) mengungkap karya-
Feminisme, di samping sebagai karya penulis wanita masa lalu dan masa
gerakan kultural juga dianggap sebagai kini agar jelas citra wanita yang merasa
33
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ditekan oleh tradisi; (2) mengungkap Eropa. Dia melupakan tradisi dan adat
berbagai tekanan pada tokoh wanita Jawanya. Hal tersebut sempat membuat
dalam karya yang ditulis oleh pengarang geram ayahnya yang merupakan Bupati B
pria; (3) mengungkap ideologi pengarang sementara ibunda mendukung anaknya
wanita dan pria, bagaimana mereka Minke agar melaksanakan apa yang ia
memandang diri sendiri dalam kehidupan cita-citakan. Di sini Minke mengalami
nyata; (4) mengkaji dari aspek ginokritik, pencarian jati dirinya, seorang pribumi
yakni memahami bagaimana proses tapi pengagung Eropa.
kreatif kaum feminis; dan (5) Robert Surhof teman sekaligus
mengungkap aspek psikoanalisis feminis, akan menjadi lawan, teman yang memiliki
yaitu mengapa wanita, baik tokoh niat picik, serakah dan ingin mendapatkan
maupun pengarang, lebih suka pada hal- apapun yang dia inginkan dengan
hal yang halus, emosional, penuh kasih menghalalkan segala cara. Suatu hari
sayang, dan sebagainya.” Robert Surhof mengajak Minke
Berdasarkan beberapa pendapat di berkunjung ke Wonokromo, sebuah
atas dapat disimpulkan bahwa kritik perkebunan tebu dan perusahaan
sastra feminis adalah memperjuangkan perdagangan, peternakan milik Nyai
hak-hak perempuan di semua aspek Ontosoroh (Nyai adalah sebutan bagi
kehidupan dengan tujuan agar kaum gundik-gundik kompeni). Perkebunan
perempuan mendapatkan kedudukan yang yang begitu luas dengan rumah yang bagai
sederajat dengan kaum laki-laki. istana. Pertemuan pertama Minke dengan
Annelies (putri dari Nyai Ontosoroh)
B.2 Bumi Manusia menjadi poin penting dalam novel ini.
Novel Bumi Manusia menceritakan Kisah Cinta pada pandangan pertama
tentang seorang keturunan Jawa, Minke, digambarkan oleh Pram begitu romantis.
yang sering diperolok-olok kaum totok Annelies dideskripsikan oleh Pram
Belanda karena kulitnya. Pram sebagai Gadis Indo-Belanda yang
memberikan karakter Minke sebagai memiliki paras yang sangat elok, bertubuh
manusia pribumi yang terpelajar, melawan langsing, berambut pirang dan lurus,
penindasan terhadap dirinya, terhadap dikatakan bahwa kecantikannya melebihi
orang lain dan terhadap bangsanya. Minke Ratu Wilhemnia (Ratu Belanda).
bersekolah di HBS (Hogere Burger Walaupun taraf pendidikan Annelies tidak
School) yaitu sekolah yang setara SMA sampai HBS akan tetapi dia memiliki
yang tidak semua kaum pribumi bisa pesona luar biasa lainnya, yaitu di usia
bersekolah sampai sejauh itu. Hanya yang masih belia dia mampu mengurusi
keturunan minimal ningrat yang boleh perkebunan dan peternakan dan membantu
bersekolah di HBS. Minke anak dari ibunya menjalankan perusahaan, karena
bupati kota B (disebutkan dalam ayahnya, Mellema, kelakuannya berubah
novelnya) karena itulah dia dapat 180 derajat yang dikatakan akibat
bersekolah di HBS. Hidup di tengah- pengaruh hobinya pelesiran dan mabuk-
tengah pergaulan Eropa menjadikan mabukan pada saat itu.
pandangan Minke menjadi pengagung
34
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
35
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
laki-laki dikaitkan dengan bekerja. keadaan perempuan pribumi pada saat itu.
Feminisme yang sekarang cenderung Wanita pribumi saat itu (awal abad ke 19)
digambarkan sebagai bentuk hanya sedikit sekali yang dapat
pemberontakan kepada kaum laki-laki. mengenyam pendidikan, yang
Upaya melawan pranata sosial sebagai mengenyam pendidikan hanya
institusi rumah tangga untuk perkawinan perempuan dari golongan priyayi saja.
maupun upaya wanita untuk mengakhiri Nyai Ontosoroh pun merupakan
kodratnya. Hal tersebut merupakan gambaran perempuan modern, yang
anggapan yang salah karena feminisme keluar dari peodalisme sikap perempuan
merupakan upaya untuk mengakhiri Pribumi pada umumnya yang kaku,
penindasan dan eksploitasi wanita (Fakih, segan, dan sungkan berbicara dengan
2008: 78-79). Secara umum feminisme tamu pria. Nyai Ontosoroh sangat
adalah pembebasan wanita karena yang berbeda, ia nampak sangat ramah,
melekat dalam semua pendekatannya terbuka, dan seperti perempuan Eropa
adalah keyakinan bahwa wanita terpelajar.
mengalami ketidakadilan karena jenis Sebagai ibu, Nyai Ontosoroh figur
kelamin. yang baik, halus, bijaksana, dan terbuka.
Novel Bumi Manusia banyak Hal ini dapat dilihat saat Annelis
mengusung nilai-nilai feminisme, bentuk mengadu padanya bahwa Minke
feminisme tersebut dapat terlihat dalam memujinya cantik. Nyai Ontosoroh tidak
kutipan-kutipan di bawah ini. marah, malah membenarkan pujian
Minke. Nyai Ontosoroh secara terbuka
“Nyai Ontosoroh pergi lagi melalui bertanya pada Minke apa yang harus
pintu belakang, aku masih dikatakan perempuan saat dipuji. Sikap
terpesona melihat seorang wanita Nyai Ontosoroh menggambarkan aspek
pribumi bukan saja bicara bahasa feminisme. Perempuan harus
Belanda, begitu baik, lebih karena menonjolkan sisi keperempuannya,
tidak mempunyai suatu kompleks terutama saat menjalani perannya sebagai
terhadap tamu pria. Di mana lagi ibu. Ia harus bersikap halus dan
bisa ditemukan wanita semacam bijaksana, sedangkan sebagai perempuan
dia? Apa sekolahnya dulu? Dan dapat berpikir terbuka.
mengapa hanya seorang Nyai,
seorang gundik? Siapa pula yang “Aku tunggu-tunggu meledaknya
telah mendidiknya jadi begitu bebas kemarahan Nyai karena puji-pujian
seperti wanita Eropa”? (Bumi itu. Tapi ia tidak marah. Tepat
Manusia, 34) seperti Bunda, yang tidak pernah
marah padaku. Terdengar
Tokoh Nyai Ontosoroh seorang peringatan pada kuping batinku:
wanita pribumi, gundik yang dapat bicara awas jangan samakan dia dengan
bahasa Belanda begitu baik, tidak Bunda. Dia hanya seorang nyai-
memiliki kompleks terhadap tamu pria. nyai, tidak mengenal perkawinan
syah, melahirkan anak-anak tidak
Hal ini sangat bertolak belakang dengan
36
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
syah, sejenis manusia dengan kadar memang harus mandiri, baik itu dalam
kesusilaan rendah, menjual hal bisa melakukan pekerjaan tanpa selalu
kehormatan untuk kehidupan mengandalkan laki-laki, maupun mandiri
senang dan mewah…. Dan tidak dari segi ekonomi. Berikut kutipan
dapat aku katakan dia bodoh. pendapat Nyai Ontosoroh.
Bahasa Belandanya cukup fasih,
baik dan beradab; sikapnya pada “Berbahagialah dia yang makan
anaknya halus dan bijaksana, dan dari keringatnya sendiri bersuka
terbuka, tidak seperti ibu-ibu karena usahanya sendiri dan maju
pribumi; tingkah lakunya tak beda karena pengalamannya sendiri.”
dengan wanita Eropa terelajar. Ia (Bumi Manusia, 59)
seperti seorang guru dari aliran
baru yang bijaksana itu. Beberapa Ciri feminisme adalah perempuan
guruku yang keranjingan kata dapat secara terbuka mengemukakan
modern sering mengedepankan pendapatnya dan dapat memperjuangkan
contoh tentang manusia jaman keadaan yang diinginkannya.
modern ini mungkinkah Nyai
mereka masukan ke dalam “Memang bukan nyai sembarang
daftarnya?” (Bumi Manusia, 38) nyai. Dia hadapi aku, siswa H.B.S
tanpa rendah diri. Dia punya
Dari perbincangan antara Annelies keberanian menyatakan pendapat.
dan Minke diketahui bahwa Nyai Dan dia sadar akan kekuatan
Ontosoroh melakukan semua pekerjaan pribadinya.” (Bumi Manusia, 102)
kantor, mengurus administrasi, buku
dagang, surat-menyurat bank. Sungguh “Memang ada sangat banyak wanita
hal yang luar biasa yang bisa dilakukan hebat. Hanya saja baru Nyai
oleh seorang perempuan Pribumi, yang Ontosoroh yang pernah kutemui.
tidak pernah bersekolah. Menurut cerita Jean Marais wanita
Aceh sudah terbiasa turun ke medan-
“Apa pekerjaanmu sesungguhnya?” perang melawan Kompeni. Dan rela
“Semua, kecuali pekerjaan kantor. berguguran di samping pria. Juga di
Mama sendiri yang lakukan itu.” Bali. Di tempat kelahiranku sendiri
Jadi Nyai Ontosoroh melakukan wanita petani bekerja bahu-
pekerjaan kantor. Pekerjaan kantor membahu dengan kaum pria di
macam apa yang dia bisa? sawah dan ladang. Namun semua itu
“Administrasi?” tanyaku mencoba- tidak seperti Mama-dia tahu lebih
coba. daripada hanya kampung depan
“Semua. Buku, dagang, surat- hamannya sendiri.” (Bumi Manusia,
menyurat, bank.. (Bumi Manusia, 45) 106)
“Beberapa kali jurutulis Sastrotomo
Pram melukiskan tokoh Nyai datang menengok. Mama menolak
Ontosoroh sebagai tokoh perempuan yang menemi. Sekali istrinya datang,
mandiri, tangkas, dan ulet. Perempuan melihatnya pun aku tak sudi. Tuan
agar terbebas dari dominasi laki-laki Mellema tidak pernah menegur
37
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
38
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
39
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
40
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
41
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
terlihat dengan kasat mata. Perempuan menjadi atasan atau mador yang baik
dapat melahirkan, laki-laki tidak. Secara karena perempuan luwes, dan lebih
psikologis, laki-laki biasanya lebih aktif, komunikatif. Melalui tokoh Annelies pun
agresif dan lebih rasional. Perempuan pembaca disadarkan bahwa apabila hati
sebenarnya memegang peran penting. kita tidak kuat, rapuh, maka kita akan
Namun, peran tersebut bersifat abstrak. mudah dipatahkan oleh ujian-ujian hidup
Ibarat seorang pelatih yang mengatur para yang menerpa. Selain itu ada juga tokoh
pemainnya, perempuan pun memiliki Magda Peter, Sarah dan Miriam de la
peran yang signifikan untuk mencetak Croix yang berwawasan luas dan bercita-
generasi yang cerdas dan berakhlak. Oleh cita luhur mengajak pembaca untuk
karena itu, perempuan lebih bisa kembali memancang cita-cita terluhur
memahami kondisi lingkungan di dalam diri. Fiksi adalah suatu bentuk
sekitarnya. Sebagai sosok yang karya kreatif, maka bagaimana pengarang
memahami kondisi di sekitanya, dia akan mewujudkan dan mengembangkan tokoh-
memosisikan dirinya dengan baik. tokoh ceritanya pun tak lepas dari
kebebasan kreativitasnya. Fiksi
D. SIMPULAN mengandung dan menawarkan model
Penokohan perempuan dalam kehidupan seperti yang disikapi dan
novel Bumi Manusia sangat menarik. dialami tokoh-tokoh cerita sesuai dengan
Tokoh-tokoh perempuan yang pandangan pengarang terhadap kehidupan
ditampilkan Pramoedya Ananta Toer itu sendiri.
adalah karakter perempuan yang kuat, Dalam novel Bumi Manusia
tangguh, cerdas, dan berani. Karakter spirit feminisme sangat kental terasa,
tersebut nampak pada tokoh Nyai feminisme dapat terlihat jelas dalam
Ontosoroh, menganalisis karakter Nyai segala ucapan, pikiran, dan tindakan para
Ontosoroh membuat penulis terpukau. tokoh perempuan dalam novel ini
Betapa tokoh Ontosoroh telah terutama pada tokoh Nyai Ontosoroh.
membelalakkan pikiran, bahwa Segala ucapan, sikap, dan tindakan yang
perempuan juga dapat mengubah dilakukannya yang mengarah pada sikap
kemalangan hidupnya menjadi keadaan perempuan modern yang tidak ingin
yang lebih baik, dengan kerja keras, tergantung dengan orang lain, ulet,
dengan keuletan dan kemauan keras tangguh dalam menekuni pekerjaan,
untuk belajar. Dari karakter tokoh berani melawan penindasan dan
Ontosoroh juga penulis dapat ketidakadilan yang menimpanya.
pemahaman bahwa sebagai perempuan,
perempuan tidak selalu harus diam saat
kita diperlakukan tidak adil oleh hukum
atau oleh manusia siapapun. Sebagai
manusia, perempuan pun harus berani
melawan.
Melalui Tokoh Annelies kita dapat
melihat bahwa perempuan pun dapat
42
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
43