Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN FEMINISME MELALUI PENDEKATAN KRITIK SASTRA FEMINIS

DALAM NOVEL CINTA SEPANJANG AMAZON KARYA MIRA W

Oleh:

Kelompok 7 Kelas A

1. Miftakhul Aman (1001040010)


2. Yesita Rahmani (1001040011)
3. Atin Rahmiastuti (1001040023)
4. Afit Yuneti (1001040029)
5. Cicilia Kiki W (1001040050)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2012
PENDAHULUAN

Novel adalah karya sastra berbentuk prosa dan memiliki rangkaian cerita (plot) yang
rumit dan kompleks. Seorang novelis biasanya mencerminkan sebuah zamannya. Dengan
melihat zamannya maka pembaca akan mengetahui untuk apa dan bagaimana karya sastra
tersebut diciptakan. Dengan demikian pemahaman akan sebuah karya sastra akan semakin
dimengerti jika pembaca terlebih dahulu memaknainya. Secara stilistika, novel menekankan
pentingnya detail, dan bersifat mimesis dalam arti yang sempit (Wellek, 1998: 289).
Todorov (1996: 7) mengartikan sebuah novel sebagai makhluk hidup, utuh, dan berkelanjutan
seperti semua organisme. Ia mengatakan bahwa novel itu hidup karena di dalam setiap
bagiannya tampak sesuatu dari bagian bagiannya yang lain.

Mira W adalah salah satu pengarang populer yang produktif menulis novel dari tahun
1970-an hingga tahun 2000-an. Keberadaan novel populer telah berkembang sekitar tahun
1970 1980-an. Pada saat itu kemunculan pengarang perempuan menjadi awal kebangkitan
novel novel yang ditulis oleh kaum perempuan.

Kemunculan para pengarang perempuan dalam sastra populer membawa warna baru
bagi kesusastraan di Indonesia. Warna yang ditampilkan berupa tema tema percintaan,
masalah rumah tangga, dan persahabatan. Kehadiran tema tema tersebut cenderung bersifat
fiktif dan fantasi belaka dengan cerita yang dilebih lebihkan (artifisial) karena pengarang
sastra populer tidak memerlukan riset dan mengumpulkan bahan serta participant observer.
Inilah sebabnya penulis novel hiburan merasa tidak perlu untuk menceritakan kehidupan
yang sebenarnya (Sumadjo, 1982:47). Oleh karena itu, novel yang dihasilkan oleh para
pengarang novel populer tidak banyak mengangkat tema sosial, filsafat, sejarah, dan mistik.

Wacana perempuan yang sering kali dikedepankan dalam sastra populer juga terdapat
pada novel Mira W berjudul Cinta Sepanjang Amazon. Represi yang dimunculkan dalam
novel ini adalah paradigma kritik sastra feminis liberalis. Kritik sastra feminis liberalis
menekankan argumentasinya pada pribadi manusia sebagai rasional. Mill mengatakan bahwa
konstruksi gender yang berdasarkan kodrat (nature) di mana posisi perempuan menjadi
subordinat dari posisi laki laki tidak lain merupakan buatan sosial saja (Awuy, 2002: 30).

Secara etimologi, feminis berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan
(tungal), yang berjuang untuk memperjuangkan hak hak kaum perempuan (jamak), sebagai
kelas sosial (Ratna, 2009: 184). Secara leksikal feminisme berbicara tentang penyamaan
derajad dan kesetaraan kedudukan antara perempuan dan laki laki dalam bidang politik dan
ekonomi maupun gerakan sosial budaya pada umumnya. Dalam ilmu sastra, feminisme ini
berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus
analisis kepada perempuan (Sugihastuti, 2000: 37). Untuk mengkaji represi, subordinasi,
marginalisasi serta ketidakadilan gender dalam sebuah karya sastra (puisi, cerpen, roman atau
novel) maka pendekatan yang paling tepat dengan menggunakan kritik sastra feminis. Secara
teoritis, kritik ini menitik beratkan pada ilmu sastra, feminisme berhubungan dengan konsep
kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisis kepada perempuan.

Wacana tentang perempuan ditemukan dalam novel Cinta Sepanjang Amazon karya
Mira W. Gejala gejala yang ditemukan adalah tentang penderitaan perempuan dalam novel
ini dengan sumber data utama novel Mira W. Gejala feminisme inilah yang kemudian
memberikan kesan bahwa permasalahan feminisme tidak hanya berada di area sastra serius
(adiluhung), tetapi juga dikaji dalam sastar populer. Sebagai sastra populer, novel novel
Mira W tidak bisa dianggap sebagai karya picisan.

Keberhasilan Mira W dalam karya populer tidak terlepas dari beberapa unsur
pendukung lainnya, yaitu adanya pergerakan kaum perempuan pada tahun 1980-an tentang
sastra populer dan munculnya majalah majalah perempuan (Femina, Kartini, Shintia, Dewi
dan sebagainya). Pada masa itu, majalah majalah perempuan tersebut, memenuhi tingkat
tingkat keterpelajaran para perempuan Indonesia. Jumlah kaum perempuan terpelajar inilah
yang memungkinkan lahirnya bacaan bacaan ringan berupa novel yang lembut, halus,
sopan, terpelajar, dan jelas. Pada tahun 1970-an adanya pergerakan pengarang perempuan
dalam sastar populer menimbulkan pertumbuhan dekade novel perempuan dalam
kesusastraan Indonesia. Dalam dekade tersebut, novel novel yang berciri romance, digarap
secara halus, lembut dan plot yang jelas merupakan ciri yang sesuai dengan selera perempuan
(Sumardjo, 1982: 144).

Munculnya pengarang populer juga tidak lepas dari masyarakat pembacanya. Pada
tahun 1970-an hingga sekarang Mira W produktif menghasilkan novel populer. Hal ini
menunjukkan salah satu ciri sastra populer yaitu mengikuti keinginan pasar. Sebab utama
larisnya novel novel perempuan adalah timbulnya massa pembaca perempuan terpelajar,
situasi sosial politik yang relatif tenang dan masuknya tekhnologi modern (Sumardjo, 1982:
143). Berbeda dengan pengaruh adilihung atau sastra serius, pengarang sastra populer tidak
bisa mengedepankan ideologi kepengarangangannya karena dipengaruhi oleh faktor
masyarakat pembacanya. Walaupun begitu, sastra populer tidak bisa dianggap sebagai karya
picisan atau rendahan jika disejajarkan dengan sastra adiluhung.

Dalam wacana feminisme saat ini, perempuan seringkali menjadi korban jika
dihadapkan pada sistem gender dan patriarkal. Kata patriarki secara harfiah memiliki arti
kekuasaan ayah atu patriarch (kepala keluarga), dan sejak semula digunakan untuk
menggambarkan keluarga yang didominasi oleh laki laki. Perempuan menjadi tidak berdaya
atau dianggap sebagai kelas ke dua (inferior) dalam masyarakat. Di samping itu, perempuan
identik dengan penindasan, penderitaan, marginalisasi, atau pun subordinasi. Penderitaan
perempuan terlihat pada sektor domestik. Artinya perempuan sebagai ibu rumah tangga yang
mengurusi segala keperluan rumah tangga seakan akan telah menjadi kodratnya. Padahal
perempuan boleh memasuki sektor publik karena ada konsep lebih tingginya nilai nilai
maskulin. Maksudnya, perempuan menjadi maskulin lebih berterima daripada laki laki
yang feminin (Prabasmoro, 2006: 33). Perempuan boleh bekerja di sektor publik, tetapi tetap
melaksanakan pekerjaan domestiknya.

Hampir semua novel novel Mira W mengedepankan perempuan sebagai tokoh


utama. Perempuan sering kali dijadikan korban oleh pengarang perempuan. Sementara itu,
seperti diuraikan Damono pengarang laki laki cenderung menginterpretasikan perempuan
seperti konsep perempuan atau tidak terpaku pada konsep perempuan. Ia mengatakan,
pengarang perempuan akan membuat perempuan menjadi lemah atau merepresentasi apa
yang dialami pengarangnya. Sedangkan pengarang laki laki menggambarkan perempuan
sebagai konsep perempuan. Artinya perempuan digambarkan sebagai sosok yang kuat dan
tegar. Pendapat lain mengatakan bahwa baik laki laki maupun perempuan, seorang penulis
mungkin dapat menampilkan perempuan yang mandiri atau perempuan yang tradisional. Para
penulis novel dapat menulis dengan kata kata menyindir atau ironis, dengan nada komik
atau optimistik atau pesimistik (Djajanegara 2000: 54). Oleh karena itu, seorang peneliti
seyogyanya harus bersikap dan berpikir kritis dalam menyikapi sebuah pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli atau pun buku buku feminisme.

Hal utama yang mendasari munculnya konflik yang dibumbui tema percintaan dalam
novel Mira W mengakibatkan penderitaan bagi perempuan sebagai tokoh utamanya.
Penderitaan tersebut terjadi secara psikis/mental dan fisik. Penderitaan perempuan yang
dimunculkan dalam novel novel Mira W inilah yang menjadi wacana menarik untuk
mendeskripsikan penderitaan perempuan dari kajian sastar populer.
PEMBAHASAN

Dalam novel-novelnya, Mira W menitikberatkan ceritanya kepada kaumnya, yakni


kaum perempuan/ wanita. Meski demikian Mira W tidak memiliki tujuan atau pesan secara
khusus kepada kaumnya. Ia hanya menginterpretasikan dirinya sebagai perempuan dan apa
yang biasa dialami oleh kaumnya dalam kehidupan. Tetapi dalam novel-novelnya tersebut,
dia menampilkan kesan bahwa seorang wanita itu adalah kaum yang tertindas baik oleh
sesama kaumnya maupun oleh laki-laki, baik dalam kehidupan percintaannya maupun
kehidupan sosialnya. Banyak novel Mira W yang berkisah tentang penderitaan wanita, wanita
yang hanya menjadi tempat pelampiasan laki-laki maupun menjadi pihak yang sering
menderita dan dirugikan atas semua perbuatan maupun kesalahan baik yang dilakukannya
maupun sebagai akibat perbuatan laki-laki. Hal tersebut kembali diangkat oleh Mira W dalam
novelnya yang berjudul Cinta Sepanjang Amazon. Kali ini, tokoh sentral dalam ceritanya
adalah seorang wanita bernama Vania. Vania merupakan wanita yatim piatu yang berjuang
hidup mandiri hingga akhirnya harus mengalami banyak penderitaan akibat kisah cintanya
dengan Aries yang memiliki latar belakang sosial yang sangat berbeda dengan dirinya. Vania
berasal dari keluarga miskin dan bahkan ia hidup seorang diri, sedangkan Aries merupakan
putra kebanggaan dari ayahnya yang dikenal sebagai konglomerat. Perbedaan itu dapat dilihat
pada kutipan:

Dan melihat ruang makan yang lebih mewah dari semua restoran yang pernah
disinggahinya, Vania menyumpah-nyumpah dalam hati. Dengan hanya menekan
berbagai tombol di remot control yang digenggamnya, Aries bisa menurunkan tirai
jendela, menyalakan lampu, bahkan menghidupkan home tgetre. Tv dan streo set
langsung keluar dari tempatnya bersembunyi. Music disko yang berdentam-dentam
mengiringi gambar pasangan yang sedang asik bergoyang di layar televise lima puluh
dua inci membuat dahi Vania berkerut meredam sakit kepala.

Namun Mira W tidak hanya menampilkan sosok Vania sebagai wanita yang hidup
seorang diri, akan tetapi ia ingin menampilkan sosok wanita yatim-piatu yang kuat, cerdas,
mandiri serta ulet dalam menjalani kehidupanya. Sosok tersebut dapat dilihat melalui kutipan
berikut:

Aku kagum padanya, Tur. Mahasiswi fikom konsentrasi jurnlistik sudah semester
tujuh, yatim-piatu, mesti cari duit sendiri. Keuletan dn kepintarannya sudah hmpir jadi
legenda. Makanya dapet beasiswa dan dapat ijin khusus buka warnet di kampus.
Di sini digambarkan betapa Vania bisa menjadi sosok wanita yang mandiri dan kuat meski
harus sendiri menghadapi kerasnya hidup. Berbeda dengan sosok Aries yang ditampilkan
sebagai sosok laki-laki yang manja, tidak dewasa dan memandang remeh banyak hal karena
latar belakang kehidupan keluarganya yang serba mewah dan penuh dengan kemudahan.
Seperti dalam kutipannya sebagai berikut:

karena terlalu dimanja oleh ibunya, Aries tumbuh menjadi anak mama, lembek, tidak
serius dan tidak tahan banting

Awal penderitaan hidup Vania dimulai dari ia harus menjadi yatim piatu, kemudian
ditambah lagi dengan pertemuanya dengan Aries. Awalnya Vania sangat bahagia ketika
dipertemukan dengan Aries, sosok laki-laki yang ia cintai. Tetapi kebahagiaan itu hanya
datang sesaat. Meskipun mereka saling mencintai satu sama lain, bahkan cinta Aries pada
Vania dapat diterjemahkan seperti aliran sungai sepanjang Amazon, akan tetapi karena
perbedaan-perbedaan Aries dan Vanialah yang melahirkan banyak permasalahan yang
akhirnya mengundang penderitaan-penderitaan dalam kehidupan Vania. Ketika masih
berpacaran, pernah sesekali Aries menghina Vania. Mungkin kata-kata yang menghina Vania
tersebut tidak sengaja keluar dari mulutnya, karena mereka sedang dalam pertengkaran. Akan
tetapi hal itu tetap saja menyakiti hati Vania. Kata-kata yang keluar dari mulut Aries ketika
mereka sedang bertengkar adalah sebagai berikut:

Cowok kayak gitu yang mau jadi pacarku? desis Vania antara marah dan kecewa.
Jangan terlalu tinggi menghargai dirimu! Bentak Aries sengit.

Kata-kata itu merupakan hal pertama yang dilakukan Aries dan menyakiti hati Vania.
Sat itu mereka memang masih berpacaran, dan mungkin krena status sosial mereka yang
berbeda maka Aries dengan mudah mengeluarkan kata-kata itu kepada Vania.

Penderitaan Vania, dimulai sejak awal kehidupan rumah tangganya dengan Aries.
Vania harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya tidak mampu menghidupinya, dia harus
tetap menopang kehidupannya sendiri bahkan sekarang menjadi lebih berat akibat ditambah
dengan menghidupi suaminya dan Guntur sebagai sahabat setia suaminya tersebut. Aries
yang memiliki latar belakang keluarga kaya raya dan hidup mewah membuatnya tidak
mampu hidup mandiri apalagi untuk menghidupi istri yang seharusnya menjadi tanggung
jawabnya. Vania memang tidak mengalami penderitaan secara fisik tetapi dia mengalami
tekanan batin akibat tingkah suaminya yang selalu membela sahabatnya yang justru
sebenarnya menjadi benalu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Banyak konflik yang
timbul karena hal tersebut yang mengakibatkan kehidupan Vania menjadi tidak bahagia, jauh
dari bayanganya tentang idealnya kebahagiaan sebuah perkawinan. Hampir setiap hari Vania
dan Aries bertengkar karena mempermasalahkan keberadaan Guntur di tengah rumah tangga
mereka. Akan tetapi Aries tidak bisa untuk tidak membela Guntur, karena bagaimana pun
juga, Guntur adalah sahabat sekaligus pengawalnya sejak kecil Aries lebih memilih untuk
bertengkar dengan Vania setiap hari. Mereka bertiga hidup bertiga di dalam rumah Vania
yang kecil dan sempit.

Beberapa kali Aries mencari pekerjaan, tetapi tidak ada yang didapat. Ia justru
semakin menyusahkan Vania. Karena Vanialah yang harus mengganti uang kerusakan atau
ganti rugi yang dilakukan oleh suaminya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan:

Terpaksa Vania yang membayar, siapa lagi? Daripada suaminya kena urusan? Masuk
penjara atau paling sial dipermak.

Setiap hari terjadi pertengkaran antara Vania dan Aries karena mempermasalahkan
keberadaan Guntur. Selain rumahnya menjadi kotor dan bau asap rokok Guntur, juga karena
Vania tidak bisa bebas berduaan dengan suaminya, karena di luar kamarnya ada Guntur yang
senantiasa berada disekeliling Aries dan Vania.

Suatu ketika Aries dan Vania mengalami pertengkaran dan kemudian Aries pergi dari
rumah. Karena Guntur merasa sebagai pelindung dan sekaligus sahabat Aries, maka ia
memarahi Vania. Namun Vania melawan Guntur dan akhirnya terjadi pertengkaran fisik
antara keduanya. Akan tetapi pertengkaran itu justru berakhir pada pemerkosaan yang
dilakukan oleh Guntur terhadap Vania. Vania tidak bisa melawan kekerasan Guntur dan
akhirnya Vania pasrah terhadap perlakuan Guntur. Hal tersebut tergambar dalam kutipan:

Dia menelikung kedua belah lengan Vania dan mendorong tubuhnya dengan
kasar sampai punggungnya membentur dinding dibelkangnya. Vania merasa
punggungnya dikoyak rasa sakit yang menggigit. Tapi dia tidak mengaduh. Dia masih
beruasaha meronta ketika, tiba-tiba Guntur melakukan sesuatu yang tidak disangka-
sangka. Guntur memagut bibirnya dengan kasar dan mengulumnya.

Dari sekian banyak penderitaan yang dialami Vania, satu-satunya penderitaan fisik yang
harus dialaminya adalah penderitaan akibat pemerkosaan yang dilakukan oleh Guntur, yang
tidak lain adalah sahabat dari suaminya sendiri. Lebam dan memar menjadi bukti atas
kekerasaan fisik yang dialaminya tersebut.

Peristiwa pemerkosaan ini tidak hanya menimbulkan penderitaan fisik tetapi juga
penderitaan psikologis karena kejadian tersebut menyebabkan Vania hamil. Betapa ia harus
menanggung penderitaan serta beban karena bayi yang dikandungnya. Vania sangat
mencintai Aries tetapi dia merasa sangat bersalah terhadap suaminya tersebut. Sehingga
Vania berusaha menggugurkan kandunganya. Hal tersebut diketahui oleh Aries dan Aries
sangat marah dengan perbuatan yang tidak manusiawi yang akan dilakukan oleh Vania.
Memang Aries tidak mengetahui bahwa anak yang dikandung oleh istrinya bukanlah anaknya,
melainkan anak Guntur sahabatnya. Peristiwa itu benar-benar menyakitkan hati Vania.

Setelah peristiwa itu kemudian Aries berniat untuk menceraikan Vania. Vania sangat
bingung, apa yang harus dia lakukan supaya Aries tidak menceraikanya. Akan tetapi
keputusan Aries tidak bisa diganggu gugat. Ia benar-benar tidak bisa menerima perbuatan
Vania yang hendak membunuh anak mereka. Setelah anak mereka lahir, Aries akan
meneceraikan Vania dan mengambil anaknya. Vania ingin sekali mengatakan yang
sebenarnya, akan tetapi ia tidak sanggup mengatakan kepada suaminya, dan bisa juga dia
malah dituduh memfitnah Guntur karena saat itu Guntur sudah meninggal dunia. Karena hal
tersebut kemudian Vania memilih untuk diam dan menanggung penderitaanya seorang diri.
Penderitaan Vania ini terdapat dalam kutipan:

Aku tidak sanggup lagi menanggung semua ini, keluh Vania putus asa. Kalau
dulu dia tidak mampu membalas tatapan mata suaminya, kini dia malah tidak sanggup
lagi berada didekatnya.
Rasanya seluruh tubuhnya memancarkan bau busuk yang menyengat hidung.
Rasanya bayi dalam rahimnya ibarat bom waktu yang setiap saat dapat
meledakmenghancurkan tubuhnya sampai berkeping-kepingmeluluhlantahkan
perkawinananya.
Bagaimana mengatakan kepada Aries anak siapa yang tengah dikandungnya?

Selain menampilkan sosok Vania sebagai kajian feminisme, pengarang juga


menampilkan Sagitaria dan Taurina yang merupakan kaka beradik dari Aries. Mereka berdua
adalah sosok wanita yang termarjinalkan dalam keluarganya. Sagitaria yang merupakan
kakak dari Aries yang seharusnya memegang perusahaan milik ayahnya, akan tetapi ayahnya
tidak bisa mempercayakan perusahaan kepada anak perempuanya. Karena ayahnya
menganggap bahwa wanita tidak bisa memimpin sebuah perusahaan. Oleh karena itu ayahnya
hanya mempercayakan perusahaan keluarga mereka kepada Sagitaria untuk sementara waktu
sampai pada saatnya Aries siap untuk memegang perusahaan ayahnya. Hal tersebut terdapat
dalam kutipan:

justru itu yang membuatku tidak puas. Aku merasa diperlakukan tidak adil!
Mengapa bapak memilih Aries? Padahal dia tidak ada apa-apanya dibandingkan kita.
Karena dia laki-laki, dengus Taurina muram. Makanya aku bilang tidak adil.

Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian feminis pada novel Cinta Sepanjang
Amazon adalah bahwa Mira W mengangkat kisah perempuan yang mengalami penderitaan
dalam hidupnya serta termajinalkan oleh kaum laki-laki. Dia berusaha menceritakan kepada
pembaca tentang apa dan bagaimana yang akan dialami oleh seorang perempuan jika dalam
hidupnya ia tidak bisa mensejajarkan dirinya dengan laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai