Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS CERPEN PEREMPUAN BERCAHAYA KARYA RINA RATIH

DENGAN PENDEKATAN TEORI FEMINIS RADIKAL


Oleh:
Nursulaiman
1800003147/ Kelas D

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dan


bentuk-bentuk perjuangan dalam mempertahankan rumah tangganya untuk melawan kekerasan
dan penindasan terhadap tokoh. Tindakan kekerasan yang terkait dengan istilah gender based
violence (La Pona dkk., 2002:9). Kekerasan tersebut dibedakan menjadi dua bentuk, yakni
kekerasan fisik yang dapat mengakibatkan luka pada fisik hingga mengakibatkan kematian, dan
kekerasan psikologis yang berakibat timbulnya trauma berkepanjangan pada korban yang
dialaminya. Kemudian berdasarkan situs terjadinya, kekerasan terhadap perempuan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kekerasan domestik, kekerasan dalam rumah tangga dan
kekerasan publik kekerasan dengan orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, atau
perkawinan meskipun dilakukan di dalam rumah. Metode penelitian yang digunakan adalah
feminis metode deskriptif bentuk kualitatif dengan menggunakan pendekatan kritik sastra
feminis. Analisis data dilakukan dengan cara teknik analisis data yaitu : membaca teks cerpen
secara keseluruhan, mengelompokkan data, dan menganalisis teks cerpen tersebut secara
seksama. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan sebai berikut :

1) Bentuk ketidakadilan gender terdapat 6 judul teks dalam kumpulan cerpen “Perempuan
bercahaya” Karya Rina Ratih.

2) Bentuk perjuangan perempuan pertama untuk melawan penindasan terdapat pada tokoh
1.Tokoh Ti dalam “Perempuan Bercahaya”. 2. Tokoh Anonim dalam “Perempuan
Kedua”. 3. Tokoh Mona dalam “Perempuan Pengambil Hati”. 4. Tokoh Kasih dalam
“Perempuan Pemuja Ketampanan” 5. Tokoh Lasmi dalam “Malaikat Penjaga
Perempuan” 6. Tokoh Nurlita “Perempuan itu Bernama Evie”.
Pendahuluan

Feminisme adalah kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang tertuju oleh kaum
perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Abrams (1981) bahwa feminisme sebagai
aliran pemikiran dan gerakan berawal dari kelahiran era Pencerahan di Eropa yang dipelopori
oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Feminisme sebagai aspirasi
untuk menuntut persamaan hak anatara laki-laki dan perempuan. Tujuan feminisme untuk
menyetaakan derajat antara perempuan dan laki-laki.

Kritik sastra feminis aliran perempuan sebagai pembaca (woman as reader) memfokuskan
kajian pada adalah citra dan stereotipe perempuan dalam sastra, pengabaian dan
kesalahpahaman tentang perempuan dalam kritik sebelumnya, dan celah-celah dalam sejarah
sastra yang dibentuk oleh laki-laki (Showalter, 1986: 130).

Feminisme radikal mendasarkan pada suatu tesis bahwa penindasan terhadap perempuan
berakar pada ideologi patriarki sebagai tata nilai dan otoritas utama yang mengatur hubungan
laki-laki dan perempuan secara umum. Oleh karena itu, perhatian utama feminisme radikal
adalah kampanye anti kekerasan terhadap perempuan.

Kumpulan cerpen “Perempuan Bercahaya” Karya Rina Ratih, sebagai peneliti terdapat tokoh-
tokoh yang menduduki perempuan pertama untuk melawan penindasan dalam hubungan laki-laki
dan perempuan. Terdiri dari : 1.Tokoh Ti dalam “Perempuan Bercahaya”, 2. Tokoh Anonim
dalam “Perempuan Kedua”, 3. Tokoh Mona dalam “Perempuan Pengambil Hati”. 4. Tokoh
Lasmi dalam “Malaikat Penjaga Perempuan”.

menggambarkan perempuan pertama adalah sosok yang kuat dan tegar walaupun mendapat
penganiayaan dari suaminya, ia difitnah berselingkuh dengan lelaki lain. Namun ia tidak ingin
untuk balas dendam dan memilih memendam lukanya dalam-dalam. Perempuan memiliki dunia
batin yang kompleks dan kadangkala tindakan atau pilihannya tidak dapat dinilai dengan cara
biasa. Dalam kumpulan cerpen tersebut penggolongan tokoh dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kelompok “perempuan pertama” dan “perempuan kedua”. Maksud dalam pengelompokkan
tersebut adalah perempuan pertama terdiri dari perempuan yang menjadi istri pertama dan
perempuan kedua adalah perempuan yang menjadi istri ke dua, istri simpanan, ataupun
selingkuhan. Salah satu kumpulan yang terdapat cerpen Perempuan Bercahaya yaitu “Malaikat
Penjaga Perempuan” merupakan bagian dari perempuan kelompok pertama. Tokoh Lasmi
mengalami pergolakan batin yang sangat hebat akibat penganiayaan yang dilakukan oleh
suaminya. Memilih bertahan hidup sendiri meninggalkan rumah dan teguh pada pendiriannya
untuk tidak tinggal bersama lagi dengan suaminya. Kekerasan terhadap perempuan hal yang
lazim terjadi dipicu oleh relasi gender yang timpang, ketidakadilan dalam hubungan antar jenis
kelamin, yang berkaitan dengan kekuasaan. Sehingga laki-laki memiliki hak istimewa seolah-
olah menjadikan perempuan sebagai barang milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan
dengan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan berasal
dari budaya patriarki. Dalam patrriarki melekat ideologi yang menyatakan bahwa laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan, bahwa perempuan harus dikontrololeh laki-laki, dan bahwa
perempuan adalah bagian dari milik laki-laki. (Bhasin, 1996:4).

Cerpen adalah cerita prosa yang berbentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang langsung
menuju pada tujuan ceritanya. Tulisan yang mengekspresikan perasaan, merangsang imajinasi,
dan memberi pandangan lain terhadap kehidupan di masyarakat. Sastra dijadikan bagian dari
pengalaman hidup manusia, mengekspresikan pengalaman batinnya ke dalam karya sastra
mengenai kehidupan masyarakat dalam waktu dan situasi budaya tertentu. Terdapat kekasaran
domestik, di mana tokoh Lasmi menerima bentuk-bentuk penganiayaan, kekerasan emosional
terhadap perempuan. Kritik sastra feminis yang merupakan salah satu ragam kritik sastra yang
mendasarkan pada pemikiran feminisme yang menginginkan adanya keadilan dalam
memandang eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastranya.

METODE PENELITIAN :

Penelitian pada kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya karya Rina Ratih menggunakan
pendekatan kritik sastra feminis radikal. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kritik sastra
feminis radikal karena melalui pendekatan ini, peneliti dapat mengungkapkan aspek-aspek
feminisme. Kritik sastra feminis menjadi kesadaran bagi pembacanya sebagai wanita, yakni
kesadaran pembaca bahwa terdapat perbedaan makna dalam jenis kelamin. Pendekatan tersebut
digunakan untuk membantu membongkar bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh
perempuan dan bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan oleh tokoh utama perempuan untuk
melepaskan diri dari dominasi patriarki.

menggunakan kajian struktural menitikberatkan kepaduan antar unsur instrinsik cerpen.


Antara Tema, latar, plot, sudut pandang, dan tokoh harus memiliki hubungan timbal balik,
menentukan, dan memengaruhi satu sama lain sehingga membentuk sebuah cerpen yang utuh.
Selain menganalisis menggunakan kajian struktural, peneliti juga akan meneliti dan
mendeskripsikan nilai-nilai moral yang ingin disampaikan penulis cerpen kepada pembaca. Nilai
moral bisa berupa pesan religius ataupun kritik sosial.

Sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen Malaikat Penjaga Perempuan.
Diterbitkan tahun 2011, 57 halaman, penerbit diterbitkan atas kerjasama antara Masyarakat
Poetika Indonesia dengan Penerbit Pustaka Pelajar. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua kutipan cerpen berupa kata, frasa, kalimat dan paragraf dalam cerpen Malaikat
Penjaga Perempuan yang menggambarkan: a) bentuk-bentuk ketidakadilan gender tokoh utama
dalam cerpen Malaikat Penjaga Perempuan. ; b) bentuk perjuangan tokoh utama untuk melawan
penindasan dalam cerpen Malaikat Penjaga Perempuan. Hal itu sesuai dengan masalah pada
penelitian feminisme.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik langsung
yaitu perhatian penelitian langsung pada kumpulann cerpen Perempuan . Supaya peneliti
mendapatkan data sesuai dengan yang diperlukan, dengan cara menelaah karya sastra menjadi
sumber penelitian.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen
utama dan hasil membaca dan menelaah kumpulan cerpen “Perempuan Bercahaya Perempuan”.
Catatan hasil pengamatan yang berupa data selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan masalah
penelitian, yang meliputi: bentuk ketidakadilan gender tokoh utama perempuan dalam cerpen
Malaikat Penjaga Perempuan. dan bentuk perjuangan tokoh utama perempuan untuk melawan
penindasan dan kekerasan yang ia alami dalam Malaikat Penjaga Perempuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya terdapat bentuk perjuangan perempuan pertama
untuk melawan penindasan terdapat pada tokoh

Cerpen Pertama adalah Tokoh Ti dalam “Perempuan Bercahaya” dalam tokoh Ti adalah
seorang istri yang merindukan sosok suami yang mampu menjadi iman dalam sholat, pintar
mengaji, dan dapat dijadikan panutan dalam kehidupannya. Namun kerinduan itu membuat Ti
berhasil mempertahankan pernikahannya selama tiga puluh tahun hingga akhirnya suaminya
meninggal. Kemudian Ti tetap teguh pada pendiriannya jika ia masih mengharapkan iman dalam
sholatnya, keinginan itu terwujud pada saat Ti dengan sopirnya menunaikan ibadah haji setelah
kepulangannya ke tanah air untuk silaturahmi menemui tetangga Ti dan sopirnya menyempatkan
sholat bersama dan saat itu juga kerinduan Ti terhadap suaminya terwujud.

Cerpen kedua adalah Tokoh Anonim dalam “Perempuan Kedua”. Cerpen Perempuan Kedua
terdapat tokoh anonim (yang tidak diketahui) sosoknya, diceritakan sebagai perempuan pertama
seorang istri mas Tami yang memiliki anak. Perkawinannya dikhianati oleh Sri yang mau
dijadikan istri simpanan. Sebagai perempuan kedua atau perempuan simpanan terjamin akan
materi yang ia punya seperti rumah, mobil dan hanya dijadikan pemuas nafsu laki-laki saja.
Sebagai perempuan pertama memiliki karakter yang kuat dan tabah dalam mempertahankan
perkawinannya yang sudah dikhianati oleh suaminya Mas Tami. Cerpen “Perempuan Kedua”
dapat dikatakan sebagai kritik feminisme Radikal di mana tokoh anonim (istrinya yang tidak
disebutkan dalam cerita). Menggambarkan sebagai perempuan yang ditindas oleh keogoisan
laki-laki terhadap perempuan demi memenuhi kepuasan batin. Perempuan pertama dikategorikan
perempuan yang kuat dan tegar jika kelakuan suaminya diketahui olehnya.
Cerpen ketiga adalah Tokoh Mona dalam “Perempuan Pengambil Hati” Tokoh Mona yang
ditinggalkan setelah oleh suaminya untuk menikah lagi, Mona tetap berjuang bekerja keras
menghidupi kedua anaknya. Meskipun ia ingin membalas dendam atas perbuatan suaminya, ia
kemudia mengurungkan niatnya tersebut setelah mengetahui suaminya sakit-sakitan. “Sudah dua
tahun ini, Mas Yusuf tidak bekerja.” “kenapa?” tanyaku tidak percaya, karena, laki-laki itu
seorang pekerja keras dan bisnisnya terus berkembang dan kaya raya. “Sakit. Awalnya hanya
darah tinggi, tapi mungkin karena Mas Yusuf terlalu cape, makan tidak teratur, banyak kerja
lembur, sering tugas luar kota,…” keluar masuk rumah sakit kehidupan Mas Yusuf menjadi pas-
pasan, rumah saja ngontrak.” Mendengar hal tersebut perempuan itu mengurungkan kepalan
tangan untuk meninjunya. Mona mengambil keputusan bodoh ia menerima kembali laki-laki
yang jelas sudah menyakiti hati dan meninggalkan Mona dan kedua anaknya yang sakit-sakitan.
Hal tersebut mengambarkan bagaimana sosok perempuan pertama yang tersiksa oleh keegoisan
laki-laki. Sebagai perempuan pertama ingin disetarakan kedudukannya ingin dihormati dan
dihargai

Cerpen keempat adalah Tokoh Lasmi dalam “Malaikat Penjaga”. Kumpulan cerpen dalam
Malaikat Penjaga Perempuan terdapat feminisme radikal di mana tokoh Lasmi menjadi seorang
istri dan memiliki seorang anak perempuan dari suami yang memiliki perawakan gagah perkasa,
laki-laki pemecah batu yang berkulit hitam legam yang tega mefitnah istrinya jika Mini anak
semata wayangnya adalah hasil dari perselingkuhan dengan si Tarno. Perempuan setengah baya
itu mengalami pergolakan batin yang sangat hebat akibat penganiayaan yang dilakukan oleh
suaminya. Namun, ia tetap bertahan hidup meskipun akhirnya tidak mau memenuhi keinginan
suaminya yang sedang sakit. “Ya Allah”, bisikan dalam hati, “Beri saya kekuatan untuk menjadi
diri sendiri. Saya telah memaafkan laki-laki yang berbaring lemah ini, tapi haruskah saya
kembali hidup bersama laki-laki yang telah menyiksa, selalu menyakiti, dan tidak setia ? cinta
memang buta, tapi saya tidak ingin lagi dibutakan oleh yang namanya cinta.” Dialog tersebut
sebagai bentuk pengharapan kepada diri sendiri agar mampu memaafkan suami yang telah
menyakitinya, yang tega membuang ke sungai yang diselamatkan oleh perantara malaikat.
Dengan tenang dan penuh keyakinan, perempuan itu menggeleng. “Tidak Kang! Saya sudah
punya rumah!” Bentuk penolakan dan keteguhan hatinya untuk tidak lagi hidup bersama namun
mau memaafkan suaminya.

Cerpen Malaikat Penjaga Perempuan terdapat tokoh Lasmi, perempuan setengah baya
yang memiliki anak perempuan buah hasil dari suaminya, laki-laki renta yang memiliki tubuh
perkasa yang dulu membopongnya ke kamar pengantin dengan penuh cinta, tetapi juga
menggendongnya lalu membuangnya ke sungai.terdapat kekasaran domestik, di mana tokoh
Lasmi menerima bentuk-bentuk penganiayaan, kekerasan emosional terhadap perempuan.
Kritik sastra feminis yang merupakan salah satu ragam kritik sastra yang mendasarkan pada
pemikiran feminisme yang menginginkan adanya keadilan dalam memandang eksistensi
perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastranya.
KESIMPULAN.

Pada konfli-konflik yang terjadi dalam kumpulan cerpen Perempuan Bercahaya


menunjukkan Feminisme radikal mendasarkan pada suatu tesis bahwa penindasan terhadap
perempuan berakar pada ideologi patriarki sebagai tata nilai dan otoritas utama yang mengatur
hubungan laki-laki dan perempuan secara umum. Oleh karena itu, perhatian utama feminisme
radikal adalah kampanye anti kekerasan terhadap perempuan. Tokoh-tokoh tersebut dalam
kumpulan cerpen menunjukkan sebagai perempuan pertama.

Anda mungkin juga menyukai