Anda di halaman 1dari 11

REVIEW JURNAL

PENGKREASIAN STIKER VULGAR SEBAGAI TINDAKAN BERMORAL


MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK
KELOMPOK DISKUSI VARIASI BAHASA VULGAR

DISUSUN OLEH :

1. FERRY ADY SETIAWAN 1800003126


2. DINA SARI HARDIYANTI L.F. 1800003130
3. AYU PUSPITA HARNOTO P. 1800003135
4. MUKHAMMAD RIZAL S.P. 1800003144
5. KIKI ARIA DEWI SAGITA 1800003149
6. MUHAMMAD NUR AZIZ 1800003150
7. MOHAMMAD IQBAL S. 1800003162

DOSEN PENGAMPU :
Dra., SITI SALAMAH, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
A. INFORMASI JURNAL

1. Judul Jurnal : Pengkreasian Stiker Vulgar Sebagai Tindakan Bermoral


2. Penulis : Agus Budi Wahyudi
3. Tahun Terbit : 2016
4. Diterbitkan : Google Shcolar – Jurnal Bahastra

B. ISI REVIEW
I. Latar Belakang Teori dan Tujuan
Bermula dari stiker vulgar yang ditempel atau dipasang di helm dan
bagian sepeda motor yang dilakukan pelajar SMA se-Surakarta. Merupakan
bentuk tindakan yang tidak bermoral dikalangan terpelajar. Cara termudah
untuk mendapatkan suatu perhatian dari sekitarnya yang melihat dan
membacanya, bentuk dari keinginanya untuk diakui dan sebagai bentuk
ekspresi anak agar terlihat hebat atau famous. Stiker vulgar ini jika terus
dilakukan oleh siswa akan memberikan pengaruh yang negatif, mereka tidak
mengedepankan etika berbahasa sebagai pelajar, muncul sikap acuh terhadap
lingkungan sebagai pemerhati, dan kurangnya pemahaman bahwa yang
dilakukan mengundang esistensi orang lain menilai negatif.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk meneliti bentuk penyajian stiker
vulgar dan teknik pengkreasian stiker vulgaryang diwujudkan sebagai
tindakan bermoral. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan data berupa kata-kata, frasa, kalimat yang terdapat dalam
stiker. Dengan objek penelitian yang berupa kata atau ungkapan yang
berkonotasi negatif atau vulgar yang digunakan anak didik SMA
Muhammadiyah di Surakarta, peneliti melakukan olah makna, baik dari aspek
semantik maupun pragmatis.
Data primer yang berupa satuan lingual stiker vulgar dan data sekunder
dari hasil wawancara observasi di SMA Muhammadiya se-Surakarta dengan
peserta didik, kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru bimbingan
konseling, petugas parkir, dan masyarakat sekitar. Teknik dokumentasi berupa
penggalian stiker yang terjual ke siswa-siswi SMA. Teknik keabsahan data
kualitatif menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknis analisis
mengguanakan metode padan dan teknik Focus Group Descussin (FGH). Hasil
penelitian yang digunakan berupa stiker tidak vulgar dan stiker vulgar. Stiker
vulgar dapat dikreasikan menjadi stiker bijak, karena stiker vulgar akan
mempengaruhi moral siswa-siswi
II. METODELOGI PENELITIAN

Penelitian yang digunakan dalam jurnal “Pengkreasian Stiker Vulgar


Sebagai Tindakan Bermoral” menggunakan jenis penelitian kuliatatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif mengacu
pada peristiwa yang dialami oleh subjek penelitian dalam bentuk kata, frasa,
kalimat yang terdapat dalam stiker. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan
stiker vulgar dengan mengolah kata, meliputi berbagi aspek linguistic.

Kata atau ungkapan konotasi negative atau vulgar yang menempel pada
helm sepeda motor siswa SMA Muhammadiyah di Surakarta merupakan
wujud objek sebuah penelitian. Sehingga dalam penelitian yang berjenis
kualitatif membutuhkn data baik primer ataupun sekunder. Data primer berupa
stiker vulgar yang terdapat dalam stiker berupa frasa, klausa, kalimat.
Sedangkan data sekunder berupa informasi lisan dari pengguna stiker siswa
didik di SMA, serta hasil wawncara yang diperoleh untuk mendeskripsikan
makna dan maksud stiker yang megandung desfemia.

Aspek penelitian kualitatif menggunakan pendekatan berupa


pengamatan dan interpretasi hasil pengamatan hal itu dapat dapat dilakukan
dengan :

1. Melakukan teknik pengamatan atau observasi di sekolah SMA Muhammadiyah


se- Surakarta khususnya di tempat parkir sepeda motor siswa.
2. Melakukan wawancara kepada siswa, kepala sekolah, wakasek, bidang kesiswaan,
guru bimbingan konseling, petugas parkir dan masyarakat.
3. Melakukan teknik dokumentasi kepada siswa SMA yang membeli stiker vulgar.
4. Keabsahan data kualitatif menggunakan teknik triangulasi yaitu berupa triangulasi
sumber, peneliti memilih ungkapan vulgar dalam stiker yang belum pernah dikaji
oleh peneliti lain.
5. Menggunakan teknik analisis dengan metode padan yaitu teknik daya pilah
sebagai penentu referen yaitu berupa mitra wicara. Selain itu juga teknik focus
juga dibutuhkan.

III. Hasil dan Pembahasan

1) Wujud Stiker Vulgar yang Beredar di SMA Muhammadiyah se-


Surakarta.
Siswa SMA dalam usianya yang tergolong labil ini memiliki banyak
kepribadian yang beragam, sehingga anak tersebut cenderung ingin diberi
pengakuan ketika ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Sehingga
adanya stiker vulgar yang ditempel untuk menghias helm dan sepeda motornya,
akan menjadi perhatian bagi sekitar yang melihat dan membacanya. Hal tersebut
menjadi bukti bahwa siswa yang memasang stiker vulgar akan mendapat perhatian
dari sekitarnya. Karena stiker yang mengandung ungkapan vulgar menjadi sarana
berekspresi oleh siswa. Disadari atau tidak stiker mengundang banyak arti yang
negative bagi yang membacanya walaupun tujuannya hanya untuk guyonan. Hasil
pemetaan stiker vulgar yang digunakan siswa dapat dilihat pada tabel 1 terdiri dari
stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro dan identitas.
Dapat dilihat contoh stiker vulgar di kalangan SMA se-Surakarta :
1. Helm milik siswa SMA Al Islam Surakarta, berbentuk frasa, yaitu “pemburu
kimcil” kata pemburu’ yang berarti berburu’ dan kata kimcil” akronim dari frasa
“kemaluan cilik” (dalam bahasa Indonesia berarti “kemaluan wanita yang kecil”).
Kemudian berarti seseorang yang senang memburu remaja di bawah umur yang
berperilaku seperti halnya wanita tunasusila. Hal tersebut tidak pantas
diungkapkan oleh siswa yang terpelajar. (Disertai bukti foto stiker).
2. “Kimcil gila” yang ditempel belakang sepeda motor. Merupakan akronim dari
frasa “kemaluan cilik” (dalam bahasa Indonesia berarti “kemaluan wanita yang
kecil”) yang berarti remaja dibawah umur yang berperilaku seperti halnya wanita
tunasusila. Kata “gila” berarti “gangguan jiwa‟. Stiker vulgar ini mengandung
pisuhan, menyinggung dan mengganggu harga diri wanita. (Disertai bukti foto
stiker).
3. Stiker vulgar di SMA Al Islam Surakarta dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
“cinta monyet (cintanya udah pergi, tinggal monyetnya lagi baca tulisan ini!”.
Cinta monyet berkaitan dengan hubungan asmara para remaja. frasa “cintanya
udah pergi”. Maka yang tertinggal hanya “monyet”nya. Monyet yang dimaksud
“seseorang yang membaca tulisan stiker‟. Makna stiker itu penghinaan terhadap
setiap orang yang membaca stiker. (Tidak disertai bukti foto stiker).
4. Stiker vulgar satuan lingual “Jancok (jangan anggap nilai cintaku omong kosong)”
di temukan di SMA Batik 1 Surakarta. Maksud stiker tersebut adalah agar
seseorang yang dicintainya tidak menganggap omong kosong atau bualan. Makna
stiker ini positif namun terdapat akronim “jancok” yang berwujud pisuhan atau
mengungkapkan kejengkelan atau kemaran seseorang kepada ornag lain. (Disertai
bukti foto stiker).
2) Teknik Pengkreasian Stiker Vulgar Menjadi Stiker Bijak

Stiker vulgar banyak diminati anak didik SMA karena bahasa tersebut
merupakan bahasa yang sering muncul baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam media sosial. Pengkreasian stiker yang inovatif, kreatif, dan membangun
moral sangat penting dilakukan guna pencegahan peredaran stiker vulgar. Berikut
variasi hasil bentukan dari data stiker vulgar.

1. Cinta GW Sama Loe sama besar kepadanya


Maknanya “cinta seseorang kepada pacarnya ternyata sama besar kepada orang
lain”. Hal itu ditandai penggunaan imbuhan-nya pada kepadanya. Imbuhan-nya
dapat disubstitusi dengan teman loe sehingga dihasilkan stiker hipotetis sebagai
berikut :
a. Cinta GW sama Loe sama besar kepada teman loe, stiker tersebut masih belum
berubah maknanya, yakni cinta yang diduakan. Keduanya menunjuk pada
makhluk ciptaan Allah.
b. Cinta GW sama Loe tak sebesar cinta GW kepada-Nya
c. Cinta GW kepada Loe tak sebanding cinta-Nya pada kita
d. GW cinta pada Loe, tapi GW lebih cinta kepada-Nya
e. GW cinta pada Loe karena GW penuhi cinta-Nya
Dari b-e ada penggantian pronominal imbuhan-nya yang mengacu pada makhluk,
imbuhan-Nya mengacu pada Sang Khalik.
2. Kalah Pinter kalah Bagus kalah Sugih
Makna dari kalimat tersebut adalah seseorang yang kalah dalam segala hal
berkaitan dengan fisik. Kata Pinter, Bagus, dan Sugih berasal dari bahasa jawa
yang berarti pintar, tampan, dan kaya. Jadi arti dari kalimat tersebut yaitu
seseorang yang kalah dalam segala hal, baik dari segi kepintaran, ketampanan, dan
kekayaan. Variasi stiker tersebut dapat dibentuk menjadi stiker yang
menumbuhkan sikap optimis seperti pada kalimat berikut :
a. Kalah Pinter kalah Bagus kalah Sugih, tapi menang Iman dan Taqwanya atau
dalam Bahasa jawanya kalah pinter, bagus, lan sugih, nanging menang imane
Kreasi bentukan stiker.

3. Motor Loe Bagus Muke Loe Enggak!


Makna stiker diatas berupa ungkapan ejekan yang dilakukan oleh penempel
stiker kepada pembaca. Kalimat tersebut merupakan salah satu ungkapan dialek
Jakarta atau Betawi bermakna wajah yang tidak sebagus motornya. Ungkapan wajah
yang tidak sebagus motornya termasuk salah satu ungkapan vulgar dan bisa saja si
pembaca stiker merasa tersinggung atas tulisan tersebut. Tulisan stiker tersebut dapat
dikreasikan menjadi beberapa bentuk.
a. Motor Loe Bagus Muke Loe Enggak Jauh Beda
Kreasi bentuk stiker (a) mengungkapkan adanya pujian terhadap motor yang
dimiliki pembaca tulisan stiker dan sekaligus memuji wajah yang tidak jauh
beda dengan motornya. Kreasi tersebut tidak banyak menubah tulisan, tetapi
hanya menambahkan beberapa kata sehingga menjadi kesatuan makna yang
lebih halus
b. Motor dan Muke Loe Sama Bagusnya
Kreasi bentuk stiker (b) memiliki tulisan yang lebih efektif dan mudah
dipahami. Makna yang diungkapkan langsung mengungkapkan motor yang
dimiliki pembaca dan wajah pembaca samasama bagus.

4. Cukup kenal kowe..!


Makna stiker tersebut merupakan ungkapan seseorang yang hanya mau kenal
satu orang saja tanpa mau kenal yang lainnya dengan adanya tanda seru menjadi
penguat ungkapan bagian akhir tulisan. Hal itu dianggap kurang baik atau sebagai
salah satu stiker vulgar apabila diterapkan oleh seseorang karena hidup dalam suatu
masyarakat seharusnya menyayangi Allah dan masyarakat juga. Tulisan stiker
tersebut dapat dikreasikan menjadi beberapa bentuk.
a. Tak cukup kenal Kowe..! penting, diriNya
Pada ungkapan kalimat (a) mengemukakan pengenalan yang tidak hanya cukup
satu orang saja atau mengarah kepada manusia, melainkan lebih penting
mengenal pada Tuhan
b. Tak cukup kenal Kowe..! Nanging konco liyane
Ungkapan kalimat (b) dikreasikan dengan tujuan untuk lebih bersosial mengenal
teman lainnya selain satu orang yang dimaksud.

5. I Love Ndasmu
Makna pada stiker tersebut mengandung ungkapan pisuhan, ditunjukkan dalam
kata Ndasmu yang dalam bahasa Jawa berarti kepalamu‟. Ungkapan ini bermakna
kasar dan bersifat sarkasme jika ditujukan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi makna kecintaan kepada seseorang
dan kepada Allah sebagai berikut :
a. I love akhlakmu
b. I love karena Allah
c. I Love Allah

6. Muda Berbahaya
Ungkapan pada stiker (6) mengandung makna yang menunjukkan agresivitas
seorang anak muda, ditunjukkan dari kata berbahaya. Adapun alternatif stiker yang
lebih mendidik
a. Muda Berbudaya, supaya tidak berbahaya
b. Muda Beretika, jauh dari bahaya
c. Muda Beragama, terhindar dari bahaya
d. Muda ituTidak Berbahaya

7. 100% milik pribadi


Makna pada ungkapan kalimat (7) menunjukkan adanya karakter seorang yang
serakah, dan menunjukkan kecintaan yang berlebihan terhadap sisi duniawi dan
antisosial pada sesama.Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang
lebih bernilai mendidik sebagai berikut.
a. 100% milik pribadi titipanNya
b. TitipanNya, 100% milik pribadi.

8. Get away from me!!!


Makna pada ungkapan kalimat (8) menunjukkan makna sikap yang juga
antisosial terhadap orang lain. Terlihat dari arti ungkapan tersebut dalam bahasa
Indonesia “menjauhlah dariku‟. Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi
stiker yang lebih positif dan bernilai mendidik bagi remaja seperti menjahui maksiat
dan narkoba sebagai berikut :
a. Get away from me, if you use drug.
b. Get away from me, if you far from God.

9. Warning! Masih galau belum bisa move on

Makna yang diungkapkan pada stiker (9) ini dinilai dinilai tidak mendidik dan
justru akan menimbulkan sugesti kepada pembaca untuk tidak bersemangat pula.
Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang memiliki ajakan
semangat pembaca untuk tidak berlama-lama larut dalam situasi tidak nyaman dan
ajakan selalu mengingat Allah, sebagai berikut :

a. Warning! Anti galau, semangat move on


b. Warning! Anti galau, selalu ingat Allah untuk move on

10. 24 jam pria beralkohol


Makna pada stiker (10) mengungkapkan cerminan kepribadian yang negative,
membawa pengaruh negatif pula bagi perkembangan psikologi remaja yang
notabene masih mencari jati diri, mementingkan ego, dan belum bisa memilah
secara baik hal mana yang bermanfaat bagi mereka terlihat pada ungkapan stiker
bahwa pria tersebut pecandu alcohol. Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan
menjadi stiker yang memiliki makna positif sebagai berikut :
a. 24 jam pria berprestasi, tanpa beralkohol
b. 24 jam pria berlogika dan tak beralkohol

11. Cinta monyet. Cintanya sudah pergi tinggal monyetnya lagi baca tulisan ini
Makna pada stiker (11) menunjukkan adanya ungkapan yang menghina
pembaca, terlihat dari klausa “monyetnya lagi baca tulisan ini”. Pada penggalan kata
“monyet‟ jelas bukan monyet bermakna “binatang‟, tetapi lebih kepada pembaca
(manusia) yang diolok-olok sebagai monyet.Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan
menjadi stiker yang memiliki makna positif sebagai berikut :
a. Cinta monyet. Monyetnya sudah pergi, tinggal cintanya hanya untuk Allah.
b. Lagi baca tulisan ini! Monyet sudah pergi, tinggal Allah yang ada di hati ini

12. Ragagas!!!
Pada stiker (12), ungkapan “Ragagas!!!‟ memiliki makna yang luas
penafsirannya. Salah satu penafsiran yang paling dekat dengan remaja adalah
cerminan sikap mereka yang masih berada diluar kendali dan tidak memikirkan
baik-buruk dampaknya ketika mereka melakukan suatu hal. Ada baiknya jika
ungkapan pada stiker ini diperluas agar jelas maknanya dan bernilai motivasi atau
ajaran yang bermanfaat bagi perkembangan remaja. Adapun alternatif yang
disarankan sebagai berikut.
a. Ragagas pacaran, fokus kuliah.
b. Ragagas alkohol, fokus Al-Quran

13. Gila Kimcil


Makna pada stiker (13) tersebut bernilai disfemia. Kimcil memiliki makna yang
sama dengan "pelacur‟, artinya seorang yang sangat menyukai kimcil atau orang
yang dekat dengan pergaulan yang bebas. Adapun alternatif stiker yang sudah
bergeser makna disfemianya sebagai berikut.
a. Gila belajar
b. Gila prestasi

14. Galau
Makna pada stiker (14) menggambarkan perasaan gundah yang dialami remaja
karena sebuah permasalahan. Dikatakan vulgar karena tidak adanya nilai pendidikan
atau motivasi yang didapat dari stiker tersebut. Alternatif stiker yang lebih bermakna
positif dan menimbulkan semangat bagi remaja sebagai berikut.
a. Galau, gak lah yau
b. Anti
15. Let’s gage ngopo wae
Makna yang terkandung dari stiker di atas adalah mengajak pembaca untuk
melakukan aktivitas yang mengutamakan kesenangan semata, terlihat dari tidak
adanya kontrol yang diajarkan kepada remaja. Adapun alternatif stiker yang lebih
bermakna positif mengajak remaja untuk melakukan kebaikan sebagai berikut.
a. Let‟s gage ngaji wae
b. Let‟s gage sekolah wae

16. Pelan-pelan saja jaga jarak Anda (dengan gambar hewan anjing)
Pada stiker (16) makna yang diungkapkan berupa himbauan agar pengendara
motor lebih berhati-hati dalam berkendara. Namun, stiker tersebut bernilai disfemia
karena gambar yang ditampilkan adalah gambar anjing.
a. Pelan-pelan saja jaga jarak Anda (tanpa gambar hewan anjing)
b. Anda pelan-pelan dan jaga jarak (tanpa gambar hewan anjing)

17. ASU (Aku Sayang Kamu)


Stiker pada data (17) memanfaatkan bentuk akronim, ASU merupakan bentuk
singkat yang terbentuk dari kalimat “Aku Sayang Kamu‟. Walaupun bentuk ini dapat
dikatakan kreatif tetapi akronim ASU mengandung nilai disfemia. Asu dalam bahasa
Jawa berarti “anjing‟ dalam bahasa Indonesia. Adapun alternatif stiker yang
ditawarkan sebagai berikut.
a. AYU (Aku saYang kamU)
Alternatif stiker masih mempertahankan kreasi dalam bentuk akronim. Hanya
saja bentuk akronimnya diganti dengan kosakata yang lebih sopan dibanding dengan
akronim "ASU‟. Misalnya dalam akronim “AYU‟ diambil dari huruf “A‟ pada kata
pertama “Aku‟, huruf “Y‟ diambil dari huruf ketiga kata “saYang‟, sedangkan huruf
“U‟ diambil dari huruf terakhir kata “kamU‟.
C. KESIMPULAN

Setelah kami membaca dan memahami jurnal Pengkreasian Stiker Vulgar Sebagai
Tindakan Bermoral Oleh Agus Budi Wahyudi. Jurnal tersebut telah mencakup ciri-ciri jurnal
ilmiah yang terdiri dari :

1. Judul, nama penulis lengkap dengan alamat email, serta asal organisasi penulis.
2. Terdapat abstract, pendahuluan, metodologi penelitian, pembahasan dan hasil, penutup
dan daftar pustaka.
3. Jurnal tersebut tidak tertera header atau footer yang berisi informasi isi tentang nama
jurnal, edisi, ISSN, oganisasi penerbit jurnal dan tahun.

Stiker vulgar yang menjadi sebuah tren gaul di kalangan. Berawal dari ungkapan-
ungkapan bahasa pisuhan, yang kemudian dikemas oleh beberapa masyarakat dalam bentuk
stiker. Stiker vulgar tersebut berbentuk frasa, terdiri dari dua kata atau lebih. Dalam hal ini,
peneliti memparafrase suatu data yang berupa stiker vulgar kemudian memilah-milahkan
struktur FN untuk dijadikan suatu data penelitian yang dianalisis. Terdapat akronim yang
mengandung makna negatif. Meningkatnya stiker vulgar yang beredar di kalangan
masyrakat, membuat peneliti terinspirasi untuk meneliti struktur FN dalam stiker vulgar.

Ragam bahasa dapat dipahami sebagai variasi bahasa yang digunakan oleh pemakainya.
Vulgar termasuk sesuatu yang dianggap kasar atau tidak sopan. Maka dari itu bahasa vulgar
adalah bahasa yang digunakan oleh masyrakat yang bersifat tidak sopan atau kasar.

Penelitian ini menggunakan jenis penelittian kualitatif yang bersifat deskriptif dan
terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk meneliti di antaranya teknik observasi yang
dilakukan di sekolah SMA Muhammadiyah se-Surakarta khususnya di tempat parkir sepeda
motor siswa. Teknik wawancara kepada anggota sekolah guna mencari informasi. Teknik
dokumentasi sebagai bukti siswa yang membeli. Keabsahan data kualitatif menggunakan
teknik triangulasi dan teknik analisis dengan metode padan. Teknik tersebut sudah
mencakup untuk meneliti jurnal tersebut.

Terdapat tabel 1 yang memberikan data menggambarkan pemetaan stiker vulgar, tidak
vulgar, komunitas, distro dan mengenai identitas.

Anda mungkin juga menyukai