NIM :
KELAS :
UAS KAJIAN PUISI
1. Jelaskan pendekatan poskolonial dalam analisis puisi!
Jawab :
Teori poskolonial merupakan cara-cara yang digunakan untuk menganalisis berbagai
gejala kultural, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan berbagai dokumen lainnya,
yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa modern. Teori postkolonialisme
mempunyai arti penting, yaitu mengungkapkan problematika tersembunyi yang terkandung
dibalik kenyataan yang pernah terjadi. Poskolonialisme membicarakan bagaimana teks-
teks sastra dengan berbagai caranya mengungkapkan jejak-jejak perjumpaan kolonial,
yaitu konfrontasi antar ras, antar bangsa, dan antar budaya dalam kondisi hubungan
kekuasaaan tidak setara, yang telah membentuk sebagian yang signifikan dari pengalaman
manusia sejak awal zaman imperialisme Eropa.
Pendekatan dengan teori poskolonial dalam puisi yang berjudul “Kesaksian Akhir
Abad” karya WS Rendra sangat relevan. Relevansi ditunjukkan dengan teks-teks puisi
tersebut menggambarkan bentuk-bentuk postkolonial. Menurut Taufiq (2013:6) teks karya
sastra poskolonial mempunyai hubungan relasi kekuasaan yang meliputi beberapa aspek
yaitu aspek ideologi, politik, sosial ekonomi maupun budaya.
Selain itu, bentuk kekuasaan dalam postkolonial memberikan kekuatan dominasi yang
sering menyubordinasi kekuatan lain. Dampaknya dari perilaku penguasa tersebut
menimbulkan penderitaan secara struktural dan budaya bagi masyarakatnya. Akhirnya,
masyarakat yang tertindas melakukan perlawanan terhadap kekuasaan. Puisi yang berjudul
“Kesaksian Akhir Abad” karya WS Rendra merupakan bentuk unggkapan kegalauan WS
Rendra yang melihat keadaan Indonesia diakhir abad 20. “Kesaksian Akhir Abad” dibuat
diakhir abad 20, yaitu tahun 1999. Hal ini diungkapkan WS Rendra sebagai berikut.
Pilihan diksi dalam puisi tersebut WS Rendra menggambar kegalauan hati tentang
keadaan Indonesia. Pilihan diksi “bau anyir darah” menggambarkan kegalauan yang
memprihatinkan, yaitu akan terjadinya bencana yang akan menyebabkan pertumpahan
darah, bila kegalauan hati WS Rendra tidak segera ditanggulangi. Kegalauan WS
mempuncak tatkala diungkapkan dengan diksi “Bagaimana aku akan bisa membaca
keadaan ini?”. Kegalauan apa yang dirasakan WS Rendra? Kegalauan WS Rendra
disebabkan keadaan tatanan kehidupan sosial masyarakat yang hancur oleh bentuk-bentuk
kejahatan dan kekerasan yang mengatasnamakan nasionalisme atau “bendera kebangsaan”.
Hal ini berdasarkan kutipan sebagai berikut.
yang porak-poranda.
“Bau anyir darah” yang dimaksud dalam puisi tersebut merupakan darah yang keluar dari
“Wajah wajah-wajah berdarah dan rahim yang diperkosamuncul dari puing-puing tatanan
hidup”. “Wajah wajah berdarah” adalah masyarakat yang tertindas oleh bentuk-bentuk
kejahatan yang dilakuan di pengadilan. Dalam tatanan kehidupan masyarakat di Indonesia,
pengadilan sebagai simbol keadilan ternyata banyak memunculkan bentuk-bentuk
ketidakadilan atau “kejahatan kasat mata”. Contoh bentuk ketidakadilan terhadap
masyarakat di pengadilan, misalnya koruptor yang divonis tidak sesuai dengan
perbuatannya sedangkan rakyat kecil yang mencuri buah kakau dihukum sama dengan
koruptor.
Hal ini dalam teori postkolonial sebagai relasi penjajah dan terjajah bersifat hierarkhis
dominatif. Dalam proses ini, postkolonial digambarkan oleh masyarakat yang mengalami
pemindahan, pengucilan, dan marginalisasi secara tidak langsung. WS Rendra juga
menegaskan bahwa rakyat Indonesia belum merdeka secara hakiki. Walaupun Indonesia
sudah merdeka selama bertahun-tahun. Kemerdekaan yang diperjuangkan dari penjajah
pada 17 Agustus 1945 belum memberikan kemerdekaan secara total kepada rakyat
Indonesia. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.
Berdasarkan gambaran di atas, secara hakikatnya rakyat Indonesia masih terjajah oleh
kekuasaan (pemerintah). Bentuk penjajah-terjajah dalam postkolonial (terhadap
kolonialisme) tidak hanya berbentuk penjajahan secara fisik yang telah melahirkan
berbagai kesengsaraan dan penghinaan hakekat kemanusiaan, tetapi juga bisa melalui
bangunan wacana dan pengetahuan termasuk dalam bentuk bahasa. Postkolonial juga
mengritik pendekatan dikotomi yang merupakan simplifikasi yang menyesatkan. Selain itu,
dampak kolonial masih melekat pada negara jajahan. Hal ini digambarkan WS Rendra
pada elit politik mewarisi watak-watak penjajah yang lebih mementingkan kepentingan
sendiri. Di samping itu, para elit politik berwatak rusuh dan gaduh dalam mementingkan
partai politiknya daripada kepentingan rakyatnya. Bahkan, WS Rendra memberikan
gambaran bahwa elit politik akan menyebabkan negara Indonesia dalam kehancuran
seperti kehancurn yang pernah dialami sebelum-sebelumnya. Hal ini digambarkan WS
Rendra dalam puisinya sebagai berikut.
3. Analisislah puisi K.H. Mustofa Bisri berikut dengan pendekatan Hermeneutika Ricoeur!
KELUHAN