Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERBANDINGAN KRITIK SOSIAL DALAM CERPEN

“SENYUM KARYAMIN” KARYA AHMAD TOHARI DENGAN PUISI


“ORANG-ORANG MISKIN” KARYA WS. RENDRA

Dina Sari Hardiyanti Lutfi Fadilla

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan

Surel: dinasarihardiyantilutfi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan masyarakat


Indonesia di pedesaan maupun di kota. Mengetahui persamaan dan
perbedaan kondisi latar belakang yang pernah dialami kedua pengarang
tersebut. Sehingga lahirlah sebuah karya berupa cerpen “Senyum
Karyamin” dan puisi “Orang-Orang Miskin” sebagai sumber data.
Penelitian ini mengandung unsur kritik sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia berupa status sosial, kemiskinan, dan kesewenang-
wenangan pemerintah. Penelitan ini adalah penelitian kualitatif
menggunkan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
berhubungan dengan masalah tersebut. Analisis data yang dilakukan
dengan membaca keseluruhan cerpen dan puisi untuk memahami peristiwa
dan permasalahan yang ada, dan mencatat data pada tabel identifikasi
persamaan dan perbedaan yang meliputi unsur-unsur cerpen dan puisi,
menganalisis data dengan metode deskriptif, dikembangkan menggunakan
bahasa secara rinci dan sistematis, kemudian mengaitkan hasil penelitian,
dan memberikan pendapat akhir tentang hasil penelitian. Penelitian ini
menghasilkan data persamaan dan perbedaan dari kedua unsur sastra
meliputi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Perbandingan tersebut
memiliki kemiripan dari dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis
tokoh. Oleh karena itu kedua pengarang tidak saling berinteraksi maka
kemiripan yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor analogi dan latar
belakang yang pernah dialami oleh kedua pengarang tersebut.

Kata kunci : Sastra perbandingan, kritik sosial, kemiskinan, analogi


Pendahuluan
Sastra perbandingan merupakan. Penelitian ini menggunakan teori
sastra perbandingan dengan berlandaskan adanya proses pengaruh karya
satu dengan karya lainnya yang menjadi objek kajian. Sehingga peneliti
mencari persamaan dan perbedaan pada cerpen “Senyum Karyamin” karya
Ahmad Tohari dan puisi “Orang-Orang Miskin” karya WS. Rendra melalui
unsur-unsur pembangun di dalamnya.
Karya sastra merupakan hasil cipta manusia dengan media bahasa
tertulis maupun lisan, bersifat imajinatif, dan disampaikan secara khas.
Digunakan oleh pengarang untuk menyampaiakn gagasan atau ide dan
pengalamannya. Karya sastra memiliki unsur keindahan untuk dinikmati
dan bukan hanya menjadi hiburan yang menyenangkan, melainkan berguna
menambah pengalaman batin bagi pembacanya. Sebagai karya imajinasi
fiksi, pengarang ingin menampilkan berbagai permasalahan yang terjadi di
masyarakat setempat. Sehingga karya sastra dijadikan gambaran dan realitas
kehidupan yang mencakup nilai-nilai sosial dan realitas yang ada dalam
lingkungan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang diwujudkan
kembali dalam bentuk karya sastra yang sesuai dengan pandangannya.
Menurut Wellek dan Warren, 1994 (dalam Wiyatmi, 2013:47-48), isi
karya sastra yang berkaitan dengan masalah sosial, dalam hal ini sering
kali dipandang sebagai dokumen sosial, atau sebagai potret kenyataan
sosial. Jadi, karya sastra dapat menjadi saksi atas apa yang terjadi, salah
satunya adalah masalah sosial yang menjadi sasaran para sastrawan untuk
dijadikan bahan kritikan dalam karyanya.
Karya sastra yang akan menjadi objek penelitian dalam tulisan ini
adalah puisi dan cerpen. Hal ini dikarenakan dalam kedua sastra imajinatif
tersebut memuat masalah dalam realita kehidupan sosial masyarakat yang
mengandung nilai sosial. Memberikan sebuah gambaran kondisi sosial
masyarakat di Indonesia pada masa terciptanya karya tersebut. aspek yang
dikritik meliputi aspek kemiskinan, status sosial masyarakat, dan masalah
pemerintahan. Pengarang mengungkapkan dalam sebuah karya yang
melukiskan keadaan masyarakat Indonesia di pedesaan dan di kota (pada
masa orde baru hingga masa kini).
Kritik sosial merupakan sindiran, tanggapan yang ditujukan pada
suatu hal yang terjadi dalam masyarakat mana kala terdapat sebuah
konfrontasi dengan realitas berupa kepincangan atau kebobrokan (Amalia
dalam Pratiwi, dkk,). Dari analogi cerpen “Senyum Karyamin” dan puis
“Orang-Orang Miskin”

Metode Penelitian
Jenis penelitan ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
dengan menelaahan terhadap buku, literatur, catatan, laporan yang
berhubungan dengan masalah tersebut. Adapun analisis data yang
dilakukan dengan langkah-langkah yang akan ditempuh sebagai berikut :
membaca keseluruhan cerpen dan puisi untuk memahami peristiwa dan
permasalahan yang ada, mengumpulkan atau mencatat data-data melalui
tabel identifikasi persamaan dan perbedaan yang meliputi unsur-unsur
cerpen dan puisi, menganalisis data dengan metode deskriptif dan
dikembangkan menggunakan bahasa secara rinci dan sistematis, kemudian
mengaitkan hasil penelitian, dan memberikan pendapat akhir tentang hasil
penelitian. Selain itu peneliti sebagai alat pengumpul data utama yang
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penganalisis data. Digunakan
juga beberapa instrumen bantu seperti buku catatan, dan laptop. Penelitian
ini menghasilkan data berdasarkan persamaan dan perbedaan dari kedua
unsur-unsur karya sastra meliputu : tema, rasa (feeling), nada, amanat,
imaji, diksi, bahasa figuratif (gaya bahasa), tipografi, rima dan ritma,
citraan, aspek biografi, aspek sosial, aspek historis, aspek psikologis, aspek
nilai, penokohan, alur, setting, suasana.

Hasil dan Pembahasan

ORANG-ORANG MISKIN

Orang-orang miskin di jalan,


yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.


Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,


di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya


karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.


Mereka akan menjadi pertanyan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,


bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim

Yogya, 4 Pebruari 1978


Potret Pembangunan dalam Puisi
Karya : WS. Rendra

“SENYUM KARYAMIN”
Karya : Ahmad Tohari

Cerpen ini bercerita tentang tokoh Kayamin seorang pria pekerja keras.
Bekerja sebagai pengumpul batu dengan kondisi tubuh yang loyo, karena
kelaparan, ia sering menjadi bahan tertawaan dan ledekan oleh kawan-
kawan di sekitarnya. Dengan tertawa bersama. Mereka, para pengumpul
batu itu, memang pandai bergembira dengan cara menertawakan diri mereka
sendiri. Namun Karyamin tidak ikut tertawa, melainkan cukup tersenyum.
Bagi mereka tawa atau senyum sama-sama sah menjadi perlindungan
terakhir. Tawa dan senyum mereka adalah simbol kemenangan terhadap
tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinya tanjakan.
Keadaan perut yang melilit dan matanya berkunang-kunang Karyamin
berhasil membangun fatamorgana kemenangan dengan senyum dan
tawanya. Pagi itu Karyamin meninggalkan tumpukan batu karena ingin
pulang, padahal Karyamin tidak tahu betul mengapa ia harus pulang dan
Saidah si penjual pecel tak tega melihat kondisi bibirnya yang membiru dan
kedua telapak tangannya yang pucat. Saidah menawarkan makanan namun
Karyamn menolaknya karena ia tidak memiliki uang untuk membayar
hutang-hutang yang dulu. Karyamin mendadak berhenti, membayangkan
istrinya yang sakit harus menghadapi dua penagih bank harian yang tak
mampu membayar kewajibannya hari ini, hari esok, hari lusa. Maka pelan-
pelan Karyamin membalikkan badan, siap kembali turun. Namun di bawah
sana Karyamin melihat seorang lelaki, lelaki itu adalah Pak Pamong yang
menagih setoran uang dana Afrika. Dana itu untuk menolong orang-orang
kelaparan di sana. Dengan keadaan yang sulit Karyamin dihadapkan situasi
yang pekik dan terlihat lucu bagi Karyamin dengan Senyuman Karyamin
punya pak Pamong merasa dihina padahal Karyamin untuk makan saja sulit
malah disuruh membayar uang dana Afrika.

Persamaan
1. Tema
Persamaan tema cerpen “Senyum Karyamin” dan puisi “Orang-Orang
Miskin” sangat penting dalam menganalisis perbedaan dan persamaan
kedua karya tersebut. Tema yang digunakan sama-sama menceritakan
perjuangan hidup seseorang untuk bertahan hidup dan realita keadaan
sosial masyarakat Indonesia yang kesusahan, miskin, dan kelaparan.
Tema dari kedua karya tersebut mengambarkan wajah Indonesia di
pedesaan kehidupan orang-orang kecil yang lugu dan sederhana yang
memperjuangkan hidup dan di perkotaan banyak sebagaian dari
Indonesia yang merasa terpinggirkan oleh penguasa.
2. Amanat
Amanat cerpen “Senyum Karyamin” dan puisi “Orang-Orang Miskin”
diciptakan sebagai bentuk kritik sosial, agar mereka para penguasa atau
pemerintah lebih peduli. Bahwa mereka yang tinggal di pedesaan atau di
pinggiran perkotaan sama-sama rakyat Indonesia yang membutuhkan
perhatian, dan bantuan dari uluran tangan mereka. Jangan merasa
merdeka bersenang-senang di atas penderitaan orang lain jika mereka
tertindas karena kemiskinan. Amanat kedua karya tersebut melalaui
penggambaran tokoh dan penyampaian melalui sajak-sajak yang
ditujukaan kepada kita semua agar peduli terhadap sesama, tidak
memiliki sikap acuh tak acuh, dan saling menghormati.
3. Bahasa Figuratif
Kedua karya tersebut menggunakan majas dan gaya bahasa. Kesamaan
penggunaan majas pada kedua karya tersebut mengandung kritikan
tentang kehidupan masyakat yang ada di pedesaana atau di perkotaan.
Sedangkan perbedaan pada gaya bahasa yang digunakan secara lugas,
jernih dan sederhana sehingga majas yang digunakan kedua karya sastra
tersebut menggunakan majas perbandingan, pertentangan, sindiran,
penegasan, metafora dan ironi.
Contoh :
4. Aspek Sosial
Persamaan kedua karya sastra tersebut meliputi stratifikasi sosial berupa
gaya hidup, tempat tinggal, jabatan dan kekuasaan, perbedaan hak dan
akses dalam memanfaatkan sumber daya, kemampuan. Menafsirkan
secara sosiologis yakni dengan menganalisis gambaran tentang dunia
dan masyarakat pada saat karya itu diciptakan sehingga menghasilkan
antologi dari cerpen dan puisi tersebut yang menggambarkan keadaan
sebenarnya. Terdapat kesenjangan sosial bahwa orang-orang miskin
perlu diperhatikan oleh pemerintah. Kondisi yang memprihatinkan ini
sebagai kritik untuk ditujukan kepada pemerintah agar tidak semena-
mena kepada rakyat miskin yang seharunya menjadi tanggung jawab
oleh negara. Adanya politik dan kekuasaan menjadi senjata untuk
merampas hak setiap warga yang menjadi korban berbalut kepentingan
untuk memperkaya diri sendiri.
5. Suasana
Persamaan pada kedua karya tersebut menggambarkan keadaan yang
memprihatinkan. Padahal Indonesia telah merdeka namun hak untuk
hidup yang layak belum mereka dapatkan secara merata. Suasana sedih,
kasihan, sengasara, yang mereka rasakan ketika berjuang melawan
kemiskinan dan kerasnya hidup. Senyuman dan tawa menjadi
perlindungan terakhir ketika menghadapi takdir dan situasi yang pelik.

Hasil analisis data pada artikel ini membahas tentang membandingkan


dua karya sastra yaitu cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari dan
puisi “Orang-Orang Miskin” karya WS. Rendra. Dua karya sastra tersebut dikaji
menggunakan kajian yang diperoleh data perbedaan dan persamaan bahwa
terdapat bentuk-bentuk hubungan yang saling terkait, untuk menemukan
adanya unsur-unsur intrinsik antara satu teks dengan teks lain yaitu pada
tema, imaji, latar dan amanat.

Perbedaan
1. Aspek biografi
Biografi pada kedua penyair memiliki asal usul yang berbeda.. Ahmad
Tohari (Banyumas, 13 Juni 1948) dari keluarga santri yang memiliki
hobi menulis hingga kuliah beliau menekuni dengan menulis cerpen
karena ingin menyelami dunia batin manusia yang tertuang dalam narasi
dan tokoh-tokoh yang mengalami konflik internal sangat mendar
sedangkan WS. Rendra (Solo, Solo, Hindia Belanda, 7 November 1935)
sejak muda sudah menulis puisi. Sehingga karya yang diciptakan sama-
sama mengangkat dari realita kehidupan yang pernah dialami oleh
penyari tersebut, dan pemikiran di tengah keprihatinan dan kondisi
batinnya yang gundah melihat situasi dan kondisi masyarakat di
sekitarnya. Kedua penyair tersebut menggunakan unsur latar sosial
budaya, kehidupan orang-orang kecil pedesaan maupun di kota, adalah
wujud fisik religiositas yang hakiki, pencarian eksistensial mengenai
makna hidup. Lingkup kehidupannya, atmosfer sosiologis-antropologis
yang kental memberi warna latar cerpen-cerpennya untuk mengisahkan
tokoh-tokoh yang bergulat dengan dunia batin.
2. Aspek Psikologis
Kedua penyair tersebut mengalami aspek psikologis yang dialami
melalui gambaran secara langsung oleh penciptanya. . Orang-orang desa
yang lugu, yang mudah ditindas dan diperlakukan semena-mena oleh
orang-orang memiliki kekuasaan dan jabatan tidak melihat kondisi
kesusahan yang tengah dialami. Melalui senyum yang mereka punya
mengalihkan sebagian dunianya, untuk tetap bekerja keras, berjuang,
dan menertawakan kehidupannya sendiri. Penyair sangat mengerti sekali
bagaimana posisi dan kondisi (psikologis) orang orang pinggiran yang
tidak diperhatikan oleh pemerintah. Orang orang pinggiran yang
tertindas akibat acuhnya orang orang yang sserakah akan jabatan.
Mereka hanya perduli dengan nasib mereka sendiri tanpa memikirkan
kehidupan orang orang yang berada di bawahnya. Dan naasnya, orang
orang pinggiran ini hanya bisa tertipu dengan janji jani busuk yang
dilontarkan oleh mulut mulut kotor tak bertanggung jawab.
3. Nada
Perbedaan dapat dilihat dalam pembawaan ketika membaca puisi atau
pun cerpen itu sendiri. Puisi “Orang-Orang Miskin” terdapat nada yang
memelas, sedih, melambangkan ketidakberdayaan ekonomi. Sedangkan
cerpen memberi kesan kasihan, menertawakan keadaan yang serba
kesusahan.
4. Imaji (Daya Bayang)
Kedua imaji karya tersebut memiliki imajinasi yang menarik untuk
dibaca dan memiliki arti tersendiri pada masing-masing makna dalam
cerita. Pada Perbedaan imaji cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad
Tohari meiliki imaji yang bersifat fiktif. Melalui senyum karyamin agar
pengarang memberikan imajinasi senyum yang seperti apa di dalam
cerita tersebut. Sedangkan Puisi “Orang-Orang Miskin” karya WS.
Rendra terdapat imaji visual dan imaji auditif yang dipadukan oleh
penulis dengan sangat indah sehingga menggugah hati para pembaca.
Dapat dilihat pada :

Bila kamu remehkan mereka,


di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Pada larik yang berbunyi Bila kamu remehkan mereka, di jalan kamu
akan diburu bayangan. Pembaca seolah merasakan adanya bayangan
dari orang orang miskin tersebut memburu dan membuntuti.

Terdapat juga imaji auditif, yaitu pada larik

dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Seolah – olah pembaca membayangkan ketika berada pada posisi


tersebut, suara – suara akan terdengar sama. Tidak ada lagi perbedaan
dari keseluruhan suara yang kita dengar. Sehingga, pembaca seolah
merasa menjadi seorang yang menderita gangguan pendengaran.

Orang-orang miskin di jalan


yang tinggal di dalam selokan

Kata “selokan’ memimpin imajinasi kepada suasana perkampungan


kumuh.
5. Tipografi
Perbedaan tipografi dapat dilihat pada penggunaan tata letak, jenis,
huruf, tanda baca, dan tampilan. Cerpen lebih bersifat komunikatif dan
menggunakan EYD yang sesuai. Sedangkan puisi menggunakan huruf
besar dan huruf kecil dan tanda baca lengkap. Sebagian baitnya
menjorok ke kanan.
6. Rima dan Ritma
Ritma dan rima digunakan pada puisi “Orang-Orang Miskin” yang
sebagian besar puisi di atas berakhir dengan bunyi /a/ dan /n/. bunyi
tersebut bermaksud untuk memberikan efek penegasan terhadap realita
sosial yang terjadi di negeri kita ini. Sedangkan cerpen tidak memiliki
unsur rima dan ritma.

Puisi menggambarkan tentang orang-orang miskin yang digambarkan


tinggal ditempat yg tidak layak,orang yang kalah dengan keadaan,
bahkan diibaratkan kalah dengan impiannya sendiri. Bahkan elemen
alam digambarkan ikut menghina keadaan mereka. Sebagai manusia
tidak boleh saling meremehkan, tidak boleh menggeneralisir, serta tidak
boleh apatis dengan keadaan sekitar. Keadaan lain bila bertemu
penguasa maka kita tidak seharusnya menyembunyikan keadaan yang
sebenarnya.Seperti berupaya berpenampilan rapi untuk
menyembunyikan kemiskinan maka hal tersebut

diibaratkan sebagai orang asing yang tidak menggambarkan diri sendiri,


sehingga tampilah sesuai dengan keadaan saja.

Ikon : miskin, kalah, trompah dan blacu


Indeks : orang miskin
Simbol : Menceritakan tentang kemiskinan.

Puisi menggambarkan tentang orang-orang miskin yang digambarkan


tinggal ditempat yg tidak layak,orang yang kalah dengan keadaan,
bahkan diibaratkan kalah dengan impiannya sendiri.

bahkan elemen alam digambarkan ikut menghina keadaan mereka.

Sebagai manusia tidak boleh saling meremehkan, tidak boleh


menggeneralisir, serta tidak boleh apatis dengan keadaan sekitar.

Keadaan lain bila bertemu penguasa maka kita tidak seharusnya


menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
Seperti berupaya berpenampilan rapi untuk menyembunyikan
kemiskinan maka hal tersebut
diibaratkan sebagai orang asing yang tidak menggambarkan diri sendiri,
sehingga tampilah sesuai dengan keadaan saja.

Ikon : miskin, kalah, trompah dan blacu


Indeks : orang miskin
Simbol : Menceritakan tentang kemiskinan.
Simpulan
Persantunan
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memiliki keistimewaan
dan pemberian segala kenikmatan, baik nikmat iman, kesehatan dan
kekuatan dalam menyusun artikel ini. Sholawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kehadirat baginda rasul kita Muhammad SAW.
Dalam penulisan tugas akhir ini, banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi
penulis namun berkat ridho Allah SWT, ketekunan dan kesabaran menjadi kunci
untuk menyelesaikan artikel yang berjudul “Analisis Perbandingan Kritik Sosial
Dalam Cerpen “Senyum Karyamin” Karya Ahmad Tohari Dengan Puisi
“Orang-Orang Miskin” Karya WS. Rendra”.
Tak lupa pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Yosi Wulandari selaku dosen pembimbing mata
kuliah sastra perbandingan pada semester V ini yang senantiasa membimbing dan
memberi petunjuk kepada kami saat melakukan tahap demi tahap penyusunan
artikel. Terima kasih juga untuk orang tua saya yang senantiasa berdoa tiada henti
untuk kelancaran menyelesaikan tugas akhir tersebut, serta teman-temanku Ayu
Puspita H.P, Kiki Aria Dewi, Moh. Iqbal Setiawan dan Ferry Ady S, yang selalu
mengingatkan, memberi support, dan dapat diajak berdiskusi untuk mengerjakan
artikel ini sehingga terinspirasi dan termotivasi untuk saling menumbuhkan
semangat dalam menganalisis sampai waktu yang telah ditentukan.

Daftar Pustaka
Contoh:

JUDUL (HURUF KAPITAL)

Nama Penulis Artikel (tanpa gelar)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan

Surel: yosi.wulandari@pbsi.uad.ac.id

ABSTRAK

Abstrak ditulis satu paragraf yang memuat hasil kajian secara ringkas dan ditulis
satu spasi. (maksimal 200 kata)

Kata kunci: empat kata

Pendahuluan
Pendahuluan memuat alasan membandingan dua teks tersebut, dapat didukung
penelitian terdahulu, dan menunjukkan perbedaan yang akan dilakukan.
Pendahuluan juga memuat teori yang digunakan dan disertai tujuan penulisan.

Metode Penelitian
Metode penelitian ini menguraikan jenis penelitian yang dilakukan, tahapan
pengambilan data, dan analisis data yang dilakukan. (cukup ditulis dalam 1
paragraf saja)

Hasil dan Pembahasan (dapat dirincikan dengan subbab)


Hasil dan pembahasan dapat dibuat dalam rincian sesuai dengan tujuan penulisan
artikel. Hasil dan pembahasan dibuat dengan detail sesuai dengan aspek yang
dibahas, yaitu memuat temuan dan pembahasan. Pada bagian ini juga dapat
memperkuat pembahasan dengan teori atau hasil penelitian terdahulu.

A. Sub Bab 1
B. Sub Bab 2
C. Dst.

Simpulan
Simpulan bukan meringkas hasil, melainkan menyampaikan kebaruan atau hal
yang ditemukan dari hasil dan pembahasan yang telah diuriakan. Simpulan dapat
disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Persantunan
Persantunan merupakan bagian yang menyampikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian Anda.

Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis dengan menggunakan aplikasi mendeley dengan style APA.

Anda mungkin juga menyukai