DISUSUN OLEH :
1. FERRY ADY SETIAWAN 1800003126
2. DINA SARI HARDIYANTI L.F. 1800003130
3. AYU PUSPITA HARNOTO P. 1800003135
4. MUKHAMMAD RIZAL S.P. 1800003144
5. KIKI ARIA DEWI SAGITA 1800003149
6. MUHAMMAD NUR AZIZ 1800003150
7. MOHAMMAD IQBAL S. 1800003162
DOSEN PENGAMPU :
Dra., SITI SALAMAH, M.Si.
B. ISI REVIEW
I. Latar Belakang Teori dan Tujuan
Bermula dari stiker vulgar yang ditempel atau dipasang di helm dan bagian
sepeda motor yang dilakukan pelajar SMA se-Surakarta. Merupakan bentuk
tindakan yang tidak bermoral dikalangan terpelajar. Cara termudah untuk
mendapatkan suatu perhatian dari sekitarnya yang melihat dan membacanya,
bentuk dari keinginanya untuk diakui dan sebagai bentuk ekspresi anak agar
terlihat hebat atau famous. Stiker vulgar ini jika terus dilakukan oleh siswa akan
memberikan pengaruh yang negatif, mereka tidak mengedepankan etika berbahasa
sebagai pelajar, muncul sikap acuh terhadap lingkungan sebagai pemerhati, dan
kurangnya pemahaman bahwa yang dilakukan mengundang esistensi orang lain
menilai negatif.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk meneliti bentuk penyajian stiker
vulgar dan teknik pengkreasian stiker vulgaryang diwujudkan sebagai tindakan
bermoral. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
dengan data berupa kata-kata, frasa, kalimat yang terdapat dalam stiker. Dengan
objek penelitian yang berupa kata atau ungkapan yang berkonotasi negatif atau
vulgar yang digunakan anak didik SMA Muhammadiyah di Surakarta, peneliti
melakukan olah makna, baik dari aspek semantik maupun pragmatis.
Data primer yang berupa satuan lingual stiker vulgar dan data sekunder dari
hasil wawancara observasi di SMA Muhammadiya se-Surakarta dengan peserta
didik, kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru bimbingan konseling,
petugas parkir, dan masyarakat sekitar. Teknik dokumentasi berupa penggalian
stiker yang terjual ke siswa-siswi SMA. Teknik keabsahan data kualitatif
menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknis analisis mengguanakan metode
padan dan teknik Focus Group Descussin (FGH). Hasil penelitian yang digunakan
berupa stiker tidak vulgar dan stiker vulgar. Stiker vulgar dapat dikreasikan
menjadi stiker bijak, karena stiker vulgar akan mempengaruhi moral siswa-siswi.
II. METODELOGI PENELITIAN
Siswa SMA dalam usianya yang tergolong labil ini memiliki banyak kepribadian
yang beragam, sehingga anak tersebut cenderung ingin diberi pengakuan ketika ia
merasa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Sehingga adanya stiker vulgar yang
ditempel untuk menghias helm dan sepeda motornya, akan menjadi perhatian bagi
sekitar yang melihat dan membacanya. Hal tersebut menjadi bukti bahwa siswa yang
memasang stiker vulgar akan mendapat perhatian dari sekitarnya. Karena stiker yang
mengandung ungkapan vulgar menjadi sarana berekspresi oleh siswa. Disadari atau
tidak stiker mengundang banyak arti yang negative bagi yang membacanya walaupun
tujuannya hanya untuk guyonan. Hasil pemetaan stiker vulgar yang digunakan siswa
dapat dilihat pada tabel 1 terdiri dari stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro dan
identitas.
Dapat dilihat contoh stiker vulgar di kalangan SMA se-Surakarta :
1. Stiker yang berbentuk frasa, yaitu “pemburu kimcil” kata pemburu’ yang berarti
berburu’ dan kata kimcil” akronim dari frasa “kemaluan cilik” (dalam bahasa
Indonesia berarti “kemaluan wanita yang kecil”). Kemudian berarti seseorang yang
senang memburu remaja di bawah umur yang berperilaku seperti halnya wanita
tunasusila. Hal tersebut tidak pantas diungkapkan oleh siswa yang terpelajar. (Disertai
bukti foto stiker).
2. Stiker “Kimcil gila”. Merupakan akronim dari frasa “kemaluan cilik” (dalam bahasa
Indonesia berarti “kemaluan wanita yang kecil”) yang berarti remaja dibawah umur
yang berperilaku seperti halnya wanita tunasusila. Kata “gila” berarti “gangguan
jiwa‟. Stiker vulgar ini mengandung pisuhan, menyinggung dan mengganggu harga
diri wanita. (Disertai bukti foto stiker).
3. Stiker vulgar di SMA Al Islam Surakarta dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
“cinta monyet (cintanya udah pergi, tinggal monyetnya lagi baca tulisan ini!”. Cinta
monyet berkaitan dengan hubungan asmara para remaja. frasa “cintanya udah pergi”.
Maka yang tertinggal hanya “monyet”nya. Monyet yang dimaksud “seseorang yang
membaca tulisan stiker‟. Makna stiker itu penghinaan terhadap setiap orang yang
membaca stiker. (Tidak disertai bukti foto stiker).
4. Stiker vulgar satuan lingual “Jancok (jangan anggap nilai cintaku omong kosong)” di
temukan di SMA Batik 1 Surakarta. Maksud stiker tersebut adalah agar seseorang
yang dicintainya tidak menganggap omong kosong atau bualan. Makna stiker ini
positif namun terdapat akronim “jancok” yang berwujud pisuhan atau mengungkapkan
kejengkelan atau kemaran seseorang kepada ornag lain. (Disertai bukti foto stiker).
2) Teknik Pengkreasian Stiker Vulgar Menjadi Stiker Bijak
Stiker vulgar banyak diminati anak didik SMA karena bahasa tersebut merupakan
bahasa yang sering muncul baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam media
sosial. Pengkreasian stiker yang inovatif, kreatif, dan membangun moral sangat penting
dilakukan guna pencegahan peredaran stiker vulgar. Berikut variasi hasil bentukan dari
data stiker vulgar.
1. Cinta GW Sama Loe sama besar kepadanya
Maknanya “cinta seseorang kepada pacarnya ternyata sama besar kepada orang
lain”. Hal itu ditandai penggunaan imbuhan-nya pada kepadanya. Imbuhan-nya dapat
disubstitusi dengan teman loe sehingga dihasilkan stiker hipotetis sebagai berikut :
a. Cinta GW sama Loe sama besar kepada teman loe, stiker tersebut masih belum
berubah maknanya, yakni cinta yang diduakan. Keduanya menunjuk pada makhluk
ciptaan Allah.
b. Cinta GW sama Loe tak sebesar cinta GW kepada-Nya
c. Cinta GW kepada Loe tak sebanding cinta-Nya pada kita
d. GW cinta pada Loe, tapi GW lebih cinta kepada-Nya
e. GW cinta pada Loe karena GW penuhi cinta-Nya
Dari b-e ada penggantian pronominal imbuhan-nya yang mengacu pada makhluk,
imbuhan-Nya mengacu pada Sang Khalik.
Makna dari kalimat tersebut adalah seseorang yang kalah dalam segala hal berkaitan
dengan fisik. Kata Pinter, Bagus, dan Sugih berasal dari bahasa jawa yang berarti
pintar, tampan, dan kaya. Jadi arti dari kalimat tersebut yaitu seseorang yang kalah
dalam segala hal, baik dari segi kepintaran, ketampanan, dan kekayaan. Variasi stiker
tersebut dapat dibentuk menjadi stiker yang menumbuhkan sikap optimis seperti pada
kalimat berikut :
a. Kalah Pinter kalah Bagus kalah Sugih, tapi menang Iman dan Taqwanya atau dalam
Bahasa jawanya kalah pinter, bagus, lan sugih, nanging menang imane Kreasi
bentukan stiker.
Makna stiker diatas berupa ungkapan ejekan yang dilakukan oleh penempel stiker
kepada pembaca. Kalimat tersebut merupakan salah satu ungkapan dialek Jakarta atau
Betawi bermakna wajah yang tidak sebagus motornya. Ungkapan wajah yang tidak
sebagus motornya termasuk salah satu ungkapan vulgar dan bisa saja si pembaca stiker
merasa tersinggung atas tulisan tersebut. Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan
menjadi beberapa bentuk.
a. Motor Loe Bagus Muke Loe Enggak Jauh Beda
Kreasi bentuk stiker (a) mengungkapkan adanya pujian terhadap motor yang
dimiliki pembaca tulisan stiker dan sekaligus memuji wajah yang tidak jauh beda
dengan motornya. Kreasi tersebut tidak banyak menubah tulisan, tetapi hanya
menambahkan beberapa kata sehingga menjadi kesatuan makna yang lebih halus
b. Motor dan Muke Loe Sama Bagusnya
Kreasi bentuk stiker (b) memiliki tulisan yang lebih efektif dan mudah dipahami.
Makna yang diungkapkan langsung mengungkapkan motor yang dimiliki pembaca
dan wajah pembaca samasama bagus.
Makna stiker tersebut merupakan ungkapan seseorang yang hanya mau kenal satu
orang saja tanpa mau kenal yang lainnya dengan adanya tanda seru menjadi penguat
ungkapan bagian akhir tulisan. Hal itu dianggap kurang baik atau sebagai salah satu
stiker vulgar apabila diterapkan oleh seseorang karena hidup dalam suatu masyarakat
seharusnya menyayangi Allah dan masyarakat juga. Tulisan stiker tersebut dapat
dikreasikan menjadi beberapa bentuk.
a. Tak cukup kenal Kowe..! penting, diriNya
Pada ungkapan kalimat (a) mengemukakan pengenalan yang tidak hanya cukup satu
orang saja atau mengarah kepada manusia, melainkan lebih penting mengenal pada
Tuhan
b. Tak cukup kenal Kowe..! Nanging konco liyane
Ungkapan kalimat (b) dikreasikan dengan tujuan untuk lebih bersosial mengenal
teman lainnya selain satu orang yang dimaksud.
5. I Love Ndasmu
Makna pada stiker tersebut mengandung ungkapan pisuhan, ditunjukkan dalam kata
Ndasmu yang dalam bahasa Jawa berarti kepalamu‟. Ungkapan ini bermakna kasar dan
bersifat sarkasme jika ditujukan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tulisan stiker
tersebut dapat dikreasikan menjadi makna kecintaan kepada seseorang dan kepada Allah
sebagai berikut :
a. I love akhlakmu
b. I love karena Allah
c. I Love Allah
6. Muda Berbahaya
Makna pada ungkapan kalimat (7) menunjukkan adanya karakter seorang yang
serakah, dan menunjukkan kecintaan yang berlebihan terhadap sisi duniawi dan antisosial
pada sesama.Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang lebih bernilai
mendidik sebagai berikut.
a. 100% milik pribadi titipanNya
b. TitipanNya, 100% milik pribadi.
Makna pada ungkapan kalimat (8) menunjukkan makna sikap yang juga antisosial
terhadap orang lain. Terlihat dari arti ungkapan tersebut dalam bahasa Indonesia
“menjauhlah dariku‟. Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang lebih
positif dan bernilai mendidik bagi remaja seperti menjahui maksiat dan narkoba sebagai
berikut :
a. Get away from me, if you use drug.
b. Get away from me, if you far from God.
Makna yang diungkapkan pada stiker (9) ini dinilai dinilai tidak mendidik dan justru
akan menimbulkan sugesti kepada pembaca untuk tidak bersemangat pula. Tulisan stiker
tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang memiliki ajakan semangat pembaca untuk
tidak berlama-lama larut dalam situasi tidak nyaman dan ajakan selalu mengingat Allah,
sebagai berikut :
a. Warning! Anti galau, semangat move on
b. Warning! Anti galau, selalu ingat Allah untuk move on
10. 24 jam pria beralkohol
11. Cinta monyet. Cintanya sudah pergi tinggal monyetnya lagi baca tulisan ini
Makna pada stiker (11) menunjukkan adanya ungkapan yang menghina pembaca,
terlihat dari klausa “monyetnya lagi baca tulisan ini”. Pada penggalan kata “monyet‟
jelas bukan monyet bermakna “binatang‟, tetapi lebih kepada pembaca (manusia) yang
diolok-olok sebagai monyet.Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang
memiliki makna positif sebagai berikut :
a. Cinta monyet. Monyetnya sudah pergi, tinggal cintanya hanya untuk Allah.
b. Lagi baca tulisan ini! Monyet sudah pergi, tinggal Allah yang ada di hati ini
12. Ragagas!!!
Pada stiker (12), ungkapan “Ragagas!!!‟ memiliki makna yang luas penafsirannya.
Salah satu penafsiran yang paling dekat dengan remaja adalah cerminan sikap mereka
yang masih berada diluar kendali dan tidak memikirkan baik-buruk dampaknya ketika
mereka melakukan suatu hal. Ada baiknya jika ungkapan pada stiker ini diperluas agar
jelas maknanya dan bernilai motivasi atau ajaran yang bermanfaat bagi perkembangan
remaja. Adapun alternatif yang disarankan sebagai berikut.
a. Ragagas pacaran, fokus kuliah.
b. Ragagas alkohol, fokus Al-Quran
Makna pada stiker (13) tersebut bernilai disfemia. Kimcil memiliki makna yang
sama dengan "pelacur‟, artinya seorang yang sangat menyukai kimcil atau orang yang
dekat dengan pergaulan yang bebas. Adapun alternatif stiker yang sudah bergeser makna
disfemianya sebagai berikut.
a. Gila belajar
b. Gila prestasi
14. Galau
Makna pada stiker (14) menggambarkan perasaan gundah yang dialami remaja
karena sebuah permasalahan. Dikatakan vulgar karena tidak adanya nilai pendidikan atau
motivasi yang didapat dari stiker tersebut. Alternatif stiker yang lebih bermakna positif
dan menimbulkan semangat bagi remaja sebagai berikut.
a. Galau, gak lah yau
b. Anti
Makna yang terkandung dari stiker di atas adalah mengajak pembaca untuk
melakukan aktivitas yang mengutamakan kesenangan semata, terlihat dari tidak adanya
kontrol yang diajarkan kepada remaja. Adapun alternatif stiker yang lebih bermakna
positif mengajak remaja untuk melakukan kebaikan sebagai berikut.
a. Let‟s gage ngaji wae
b. Let‟s gage sekolah wae
16. Pelan-pelan saja jaga jarak Anda (dengan gambar hewan anjing)
Pada stiker (16) makna yang diungkapkan berupa himbauan agar pengendara motor
lebih berhati-hati dalam berkendara. Namun, stiker tersebut bernilai disfemia karena
gambar yang ditampilkan adalah gambar anjing.
a. Pelan-pelan saja jaga jarak Anda (tanpa gambar hewan anjing)
b. Anda pelan-pelan dan jaga jarak (tanpa gambar hewan anjing)
Stiker pada data (17) memanfaatkan bentuk akronim, ASU merupakan bentuk
singkat yang terbentuk dari kalimat “Aku Sayang Kamu‟. Walaupun bentuk ini dapat
dikatakan kreatif tetapi akronim ASU mengandung nilai disfemia. Asu dalam bahasa
Jawa berarti “anjing‟ dalam bahasa Indonesia. Adapun alternatif stiker yang ditawarkan
sebagai berikut.
a. AYU (Aku saYang kamU)
Alternatif stiker masih mempertahankan kreasi dalam bentuk akronim. Hanya saja
bentuk akronimnya diganti dengan kosakata yang lebih sopan dibanding dengan akronim
"ASU‟. Misalnya dalam akronim “AYU‟ diambil dari huruf “A‟ pada kata pertama
“Aku‟, huruf “Y‟ diambil dari huruf ketiga kata “saYang‟, sedangkan huruf “U‟ diambil
dari huruf terakhir kata “kamU‟.
C. KESIMPULAN
Setelah kami membaca dan memahami jurnal “Pengkreasian Stiker Vulgar Sebagai
Tindakan Bermoral” Oleh Agus Budi Wahyudi. Jurnal tersebut telah mencakup struktur
jurnal ilmiah. Namun Jurnal tersebut tidak tertera header atau footer yang berisi informasi
isi tentang nama jurnal, edisi, ISSN, oganisasi penerbit jurnal dan tahun.
Stiker vulgar yang menjadi sebuah tren gaul di kalangan remaja. Berawal dari
ungkapan-ungkapan bahasa pisuhan, yang kemudian dikemas oleh beberapa masyarakat
dalam bentuk stiker. Stiker vulgar tersebut berbentuk frasa, terdiri dari dua kata atau lebih.
Dalam hal ini, peneliti memparafrase suatu data yang berupa stiker vulgar kemudian
memilah-milahkan struktur FN untuk dijadikan suatu data penelitian yang dianalisis, dan
terdapat akronim yang mengandung makna negatif. Meningkatnya stiker vulgar yang
beredar di kalangan masyarakat, membuat peneliti terinspirasi untuk meneliti struktur FN
dalam stiker vulgar.
Ragam bahasa dapat dipahami sebagai variasi bahasa yang digunakan oleh
pemakainya. Vulgar termasuk sesuatu yang dianggap kasar atau tidak sopan. Maka dari itu
bahasa vulgar adalah bahasa yang digunakan oleh masyrakat yang bersifat tidak sopan
atau kasar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
dan terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk meneliti di antaranya teknik
observasi yang dilakukan di sekolah SMA Muhammadiyah se-Surakarta khususnya di
tempat parkir sepeda motor siswa. Teknik wawancara kepada anggota sekolah guna
mencari informasi. Teknik dokumentasi sebagai bukti siswa yang membeli. Keabsahan
data kualitatif menggunakan teknik triangulasi dan teknik analisis dengan metode padan.
Teknik tersebut sudah mencakup untuk meneliti jurnal tersebut.
Dapat kembali dilihat pada tabel 1 memberikan data yang menggambarkan pemetaan
stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro dan mengenai identitas. Namun kami
menemukan data tersebut tidak relevan antara banyaknya angka yang tertera pada tabel
dan pemaparan pada pembahasan oleh sang peneliti. Hal ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa stiker vulgar yang bahas lebih sedikit, kemudian dialihkan dengan stiker bijak
mengandung makna positif dibalik stiker yang memiliki makna konotatif. Maraknya stiker
vulgar yang ditempel atau dipasang di helm dan sepeda motor oleh kaum pelajar
merupakan tindakan yang sangat disayangkan. Karena hal ini dapat merusak moral
generasi bangsa akibat tidak memperhatikan bahasa dengan bijak, dan acuh terhdap
lingkungan sekitar sebagai pemerhati. Harapannya sosialisasi oleh pihak sekolah sangat
dibutuhkan kepada siswa-siswi di sekolah tersebut.
Oleh:
Agus Budi Wahyudi
ABSTRACT
The purpose of this study (a) the presentation of vulgar stickers, and (b) technical
pengkreasian vulgar stickers as moral action. Innovation decal sticker vulgar become wise
charged educate becomes the moral responsibility of the author stickers, teachers in schools,
and communities. It is as a form of moral action that is not potentially omission but
potentially significant effect on the handling of the psychosocial condition of the students in
the community. Stickers used high school students and posted / attached to the helmets and
motorcycles. This research is qualitative research. Descriptive qualitative type of data in the
form of words, phrases, sentences contained in the sticker. Researchers pengkreasian sticker
though vulgar meaning implement, both from the aspect of semantic nor Mr pragmatic. The
object of this research are words or expressions or the negative connotation used vulgar didi
child SMA Muhammadiyah Surakarta. The primary data of the unit lingual stickers vulgar
and secondary data from the wawancaraData Observation in SMA Muhammadiyah
Surakarta and interviews with pupils, the school principal, vice principal field of student
affairs, counseling teachers, parking attendants, and community. Mechanical excavation
documentation in the form of stickers were sold to high school students. The validity of
qualitative data using a triangulation technique that is source triangulation. Techniques of
analysis using a unified method. Padan pragmatic method by means of deciding the referent
in the form of dialogue partners. In addition to these methods dignakan techniques
Descoussin Focus Group Discussion (FGD). Stickers research results used in the form of
stickers and stickers vulgar not vulgar. Stickers used vulgar didi son-SMA Muhammadiyah
Surakarta potentially affect the morale of the students. The vulgar stickers sticker can
dikreasikan be wise. Stickers wise this is socialized to become a rival sticker vulgar.
Principals, vice principals, teachers, counseling teachers, and community parties involved in
the socialization of sage stickers (stickers pengkreasian results vulgar) this.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini (a) penyajian stiker vulgar dan (b) teknik pengkreasian stiker vulgar
sebagai tindakan bermoral. Pengkreasian stiker vulgar menjadi stiker bijak yang bermuatan
mendidik menjadi tanggung jawab moral si penulis stiker, guru di sekolah, dan masyarakat.
Hal ini sebagai wujud tindakan bermoral yang tidak berpotensi pembiaran tetapi berpotensi
penanganan yang nyata terhadap kondisi psikososial anak didik di masyarakat. Stiker
digunakan anak didik SMA dan dipasang/ditempel di helm dan sepeda motor. Penelitian ini
1
2
penelitian kualitatif. Kualitatif deskriptif jenis data berupa kata-kata, frasa, kalimat yang
terdapat dalam stiker. Peneliti pengkreasian stiker vulgar dengan melaksanakan olah makna,
baik dari aspek semantis maupuan pragmatis. Objek penelitan ini berupa kata atau ungkapan
berkonotasi negatif atau vulgar yang digunakan anak didi SMA Muhammadiyah di Surakarta.
Data primer berupa satuan lingual stiker vulgar dan data sekunder hasil wawancaraData
Teknik observasi di SMA Muhammadiyah se-Surakarta dan wawancara dengan anak didik,
kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru bimbingan konseling, petugas parkir, dan
masyarakat. Teknik dokumentasi berupa penggalian stiker yang terjual ke anak didik SMA.
Keabsahan data kualitatif menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber. Teknik
analisis menggunakan metode padan. Metode padan yang pragmatis dengan alat penentu
referen yaitu berupa mitra wicara. Selain metode tersebut dignakan teknik Focus Group
Descoussin (FGD). Hasil penelitian stiker yang digunakan berupa stiker tidak vulgar dan
stiker vulgar. Stiker vulgar digunakan anak didi SMA Muhammadiyah se-Surakarta
berpotensi mempengaruhi moral anak didik. Stiker vulgar tersebut dapat dikreasikan menjadi
stiker bijak. Stiker bijak inilah yang disosialisasikan sehingga menjadi tandingan stiker vulgar.
Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, guru bimbingan konseling, dan masyarakat
menjadi pihak yang terlibat dalam penyosialisasian stiker bijak (hasil pengkreasian stiker
vulgar) ini.
yang serta merta bertujuan mengatasi yang luhur menjadi dambaan, dan
semuanya. Peredaran stiker vulgar perlu kesopansantunan berbahasa menjadi modal
dibatasi, pengkreasian stiker vulgar perlu bagi perkembangan bangsa Indonesia yang
dilakukan dalam rangka mengantisipasi luhur di mata dunia. Manfaat inilah yang
bahasa pengaruh negatif yang ditimbulkan dicapai secara nyata dalam aktivitas
oleh stiker vulgar. pengkreasian stiker vulgar.
Stiker bijak yang bermuatan nilai Masalah yang diurakan dalam
pendidikan beredar pula di masyarakat, artikel ini yaitu (a) penyajian stiker vulgar
namun respon anak didik kurang sekali. dan (b) teknik pengkreasian stiker vulgar
Artikel ini mengangkat sebagian dari sebagai tindakan bermoral. Pengkreasian
aktivitas penelitian yang sudah dilakukan stiker vulgar menjadi stiker bijak yang
mengenai stiker vulgar. Ada empat bermuatan mendidik menjadi tanggung
masalah yang telah dianalisis dalam jawab moral si penulis stiker, guru di
penelitian sebelumnya yaitu berawal dari sekolah, dan masyarakat. Hal ini sebagai
pemetaan stiker vulgar, peminimalisasian wujud tindakan bermoral yang tidak
stiker vulgar, pengkreasian stiker vulgar, berpotensi pembiaran tetapi berpotensi
dan penggalian dampak stiker vulgar penanganan yang nyata terhadap kondisi
(Wahyudi, Yakub, 2016). Oleh karena itu, psikososial anak didik di masyarakat.
artikel ini fokus mengenai pengkreasian Kajian stiker vulgar (Wahyudi dan
stiker vulgar sebagai tindakan bermoral. Yakub, 2015) ditemukan ragam stiker,
Teknik pengkreasian stiker vulgar yakni vulgar dan tidak vulgar, komonitas,
ditonjolkan dalam rangka merealisasi distro (gaya hidup), dan tentang identitas.
upaya pengkreasian. Pemakaian stiker vulgar berbarengan
Masyarakat yang bermoral menjadi pemunculan komunitas-komunitas baru,
harapan, kepribadian masyarakat Indonesia baik bersifat identitas maupun gaya hidup
(distro). Siker vulgar jadi pilihan anak didik SMA dibanding stiker tidak vulgar.
TABEL 1.
PEMETAAN STIKER DI SMA
No. Identitas Stiker Tidak Komunitas Distro Identitas Jumlah
Sekolah Vulgar Vulgar
1 SMA Batik 1 14 10 7 12 9 52
Surakarta
2 SMA Al- 27 20 11 11 13 82
Islam 1
Surakarta
3 SMA 40 24 20 4 4 82
Muhammadi
yah 1
Surakarta
7
stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro, „orang yang senang memburu remaja yang
dan mengenai identitas. Selain itu, berperilaku seperti halnya wanita tunasusila‟.
masalahan baru mengenai komunitas baru, Stiker ini vulgar karena kandungan
baik bersifat identitas maupun gaya hidup makna dalam frasa tersebut tidak pantas
tiker
vulgar
ukan di helm milik siswa SMA Al Islam merupakan akronim dari frasa “kemaluan
Surakarta. Satuan lingual berbentuk frasa, cilik” (dalam bahasa Indonesia berarti
yaitu “pemburu kimcil”. Frasa ini terdiri kata “kemaluan wanita yang kecil”) yang berarti
pemburu„orang yang kerjanya berburu‟ dan remaja dibawah umur yang berperilaku
kimcil. Kata kmcil” akronim dari frasa seperti halnya wanita tunasusila. Kata “gila”
“kemaluan cilik” (dalam bahasa Indonesia berarti „kurang baik ingatan‟. Stiker ini
berarti “kemaluan wanita yang kecil”) yang vulgar karena mengandung pisuhan,
berarti remaja dibawah umur yang menyinggung dan mengganggu harga diri
bualan.Cinta
dikatakan sebagai
cinta yang
sungguh-
sungguh. Makna
Cinta monyet penghinaanterhad
stiker ini positif,
(hubungan asmara ap setiap orang
tetapi akronim
antarremaja) yang membaca
“jancok”
merupakan hal stiker.
kepanjangan dari
yang lumrah,
kalimat “jangan
begitu pula Stiker Vulgar
anggap nilai
dengan patah hati.
harfiah Sugih berasal dari pinter, bagus, lan kurang lebih sama
jawa. Selain ungkapan wajah utuh tulisan stiker Motor Loe Bagus
yang notabene (10a) 24 jam minat dan bakat sesaat saja, tetapi
diperlukan positif. Pada akan hal- hal yang pada stiker (11)
khususnya remaja, untuk terus bagi remaja untuk terlihat dari klausa
Stiker disosialisasikan