Anda di halaman 1dari 39

REVIEW JURNAL

PENGKREASIAN STIKER VULGAR SEBAGAI TINDAKAN BERMORAL


MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK
KELOMPOK DISKUSI VARIASI BAHASA VULGAR

DISUSUN OLEH :
1. FERRY ADY SETIAWAN 1800003126
2. DINA SARI HARDIYANTI L.F. 1800003130
3. AYU PUSPITA HARNOTO P. 1800003135
4. MUKHAMMAD RIZAL S.P. 1800003144
5. KIKI ARIA DEWI SAGITA 1800003149
6. MUHAMMAD NUR AZIZ 1800003150
7. MOHAMMAD IQBAL S. 1800003162

DOSEN PENGAMPU :
Dra., SITI SALAMAH, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
A. INFORMASI JURNAL

1. Judul Jurnal : Pengkreasian Stiker Vulgar Sebagai Tindakan Bermoral


2. Penulis : Agus Budi Wahyudi
3. Tahun Terbit : 2016
4. Diterbitkan : Google Shcolar – Jurnal Bahastra

B. ISI REVIEW
I. Latar Belakang Teori dan Tujuan

Bermula dari stiker vulgar yang ditempel atau dipasang di helm dan bagian
sepeda motor yang dilakukan pelajar SMA se-Surakarta. Merupakan bentuk
tindakan yang tidak bermoral dikalangan terpelajar. Cara termudah untuk
mendapatkan suatu perhatian dari sekitarnya yang melihat dan membacanya,
bentuk dari keinginanya untuk diakui dan sebagai bentuk ekspresi anak agar
terlihat hebat atau famous. Stiker vulgar ini jika terus dilakukan oleh siswa akan
memberikan pengaruh yang negatif, mereka tidak mengedepankan etika berbahasa
sebagai pelajar, muncul sikap acuh terhadap lingkungan sebagai pemerhati, dan
kurangnya pemahaman bahwa yang dilakukan mengundang esistensi orang lain
menilai negatif.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk meneliti bentuk penyajian stiker
vulgar dan teknik pengkreasian stiker vulgaryang diwujudkan sebagai tindakan
bermoral. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
dengan data berupa kata-kata, frasa, kalimat yang terdapat dalam stiker. Dengan
objek penelitian yang berupa kata atau ungkapan yang berkonotasi negatif atau
vulgar yang digunakan anak didik SMA Muhammadiyah di Surakarta, peneliti
melakukan olah makna, baik dari aspek semantik maupun pragmatis.
Data primer yang berupa satuan lingual stiker vulgar dan data sekunder dari
hasil wawancara observasi di SMA Muhammadiya se-Surakarta dengan peserta
didik, kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru bimbingan konseling,
petugas parkir, dan masyarakat sekitar. Teknik dokumentasi berupa penggalian
stiker yang terjual ke siswa-siswi SMA. Teknik keabsahan data kualitatif
menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknis analisis mengguanakan metode
padan dan teknik Focus Group Descussin (FGH). Hasil penelitian yang digunakan
berupa stiker tidak vulgar dan stiker vulgar. Stiker vulgar dapat dikreasikan
menjadi stiker bijak, karena stiker vulgar akan mempengaruhi moral siswa-siswi.
II. METODELOGI PENELITIAN

Penelitian yang digunakan dalam jurnal “Pengkreasian Stiker Vulgar


Sebagai Tindakan Bermoral” menggunakan jenis penelitian kuliatatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif mengacu pada peristiwa
yang dialami oleh subjek penelitian dalam bentuk kata, frasa, kalimat yang terdapat
dalam stiker. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan stiker vulgar dengan
mengolah kata, meliputi berbagi aspek linguistic.
Kata atau ungkapan konotasi negative atau vulgar yang menempel pada
helm sepeda motor siswa SMA Muhammadiyah di Surakarta merupakan wujud
objek sebuah penelitian. Sehingga dalam penelitian yang berjenis kualitatif
membutuhkn data baik primer ataupun sekunder. Data primer berupa stiker vulgar
yang terdapat dalam stiker berupa frasa, klausa, kalimat. Sedangkan data sekunder
berupa informasi lisan dari pengguna stiker siswa didik di SMA, serta hasil
wawncara yang diperoleh untuk mendeskripsikan makna dan maksud stiker yang
megandung desfemia.
Aspek penelitian kualitatif menggunakan pendekatan berupa pengamatan
dan interpretasi hasil pengamatan hal itu dapat dapat dilakukan dengan :
1. Melakukan teknik pengamatan atau observasi di sekolah SMA Muhammadiyah se-
Surakarta khususnya di tempat parkir sepeda motor siswa.
2. Melakukan wawancara kepada siswa, kepala sekolah, wakasek, bidang kesiswaan,
guru bimbingan konseling, petugas parkir dan masyarakat.
3. Melakukan teknik dokumentasi kepada siswa SMA yang membeli stiker vulgar.
4. Keabsahan data kualitatif menggunakan teknik triangulasi yaitu berupa triangulasi
sumber, peneliti memilih ungkapan vulgar dalam stiker yang belum pernah dikaji oleh
peneliti lain.
5. Menggunakan teknik analisis dengan metode padan yaitu teknik daya pilah sebagai
penentu referen yaitu berupa mitra wicara. Selain itu juga teknik focus juga
dibutuhkan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Wujud Stiker Vulgar yang Beredar di SMA Muhammadiyah se-Surakarta.

Siswa SMA dalam usianya yang tergolong labil ini memiliki banyak kepribadian
yang beragam, sehingga anak tersebut cenderung ingin diberi pengakuan ketika ia
merasa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Sehingga adanya stiker vulgar yang
ditempel untuk menghias helm dan sepeda motornya, akan menjadi perhatian bagi
sekitar yang melihat dan membacanya. Hal tersebut menjadi bukti bahwa siswa yang
memasang stiker vulgar akan mendapat perhatian dari sekitarnya. Karena stiker yang
mengandung ungkapan vulgar menjadi sarana berekspresi oleh siswa. Disadari atau
tidak stiker mengundang banyak arti yang negative bagi yang membacanya walaupun
tujuannya hanya untuk guyonan. Hasil pemetaan stiker vulgar yang digunakan siswa
dapat dilihat pada tabel 1 terdiri dari stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro dan
identitas.
Dapat dilihat contoh stiker vulgar di kalangan SMA se-Surakarta :
1. Stiker yang berbentuk frasa, yaitu “pemburu kimcil” kata pemburu’ yang berarti
berburu’ dan kata kimcil” akronim dari frasa “kemaluan cilik” (dalam bahasa
Indonesia berarti “kemaluan wanita yang kecil”). Kemudian berarti seseorang yang
senang memburu remaja di bawah umur yang berperilaku seperti halnya wanita
tunasusila. Hal tersebut tidak pantas diungkapkan oleh siswa yang terpelajar. (Disertai
bukti foto stiker).
2. Stiker “Kimcil gila”. Merupakan akronim dari frasa “kemaluan cilik” (dalam bahasa
Indonesia berarti “kemaluan wanita yang kecil”) yang berarti remaja dibawah umur
yang berperilaku seperti halnya wanita tunasusila. Kata “gila” berarti “gangguan
jiwa‟. Stiker vulgar ini mengandung pisuhan, menyinggung dan mengganggu harga
diri wanita. (Disertai bukti foto stiker).
3. Stiker vulgar di SMA Al Islam Surakarta dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
“cinta monyet (cintanya udah pergi, tinggal monyetnya lagi baca tulisan ini!”. Cinta
monyet berkaitan dengan hubungan asmara para remaja. frasa “cintanya udah pergi”.
Maka yang tertinggal hanya “monyet”nya. Monyet yang dimaksud “seseorang yang
membaca tulisan stiker‟. Makna stiker itu penghinaan terhadap setiap orang yang
membaca stiker. (Tidak disertai bukti foto stiker).
4. Stiker vulgar satuan lingual “Jancok (jangan anggap nilai cintaku omong kosong)” di
temukan di SMA Batik 1 Surakarta. Maksud stiker tersebut adalah agar seseorang
yang dicintainya tidak menganggap omong kosong atau bualan. Makna stiker ini
positif namun terdapat akronim “jancok” yang berwujud pisuhan atau mengungkapkan
kejengkelan atau kemaran seseorang kepada ornag lain. (Disertai bukti foto stiker).
2) Teknik Pengkreasian Stiker Vulgar Menjadi Stiker Bijak

Stiker vulgar banyak diminati anak didik SMA karena bahasa tersebut merupakan
bahasa yang sering muncul baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam media
sosial. Pengkreasian stiker yang inovatif, kreatif, dan membangun moral sangat penting
dilakukan guna pencegahan peredaran stiker vulgar. Berikut variasi hasil bentukan dari
data stiker vulgar.
1. Cinta GW Sama Loe sama besar kepadanya

Maknanya “cinta seseorang kepada pacarnya ternyata sama besar kepada orang
lain”. Hal itu ditandai penggunaan imbuhan-nya pada kepadanya. Imbuhan-nya dapat
disubstitusi dengan teman loe sehingga dihasilkan stiker hipotetis sebagai berikut :
a. Cinta GW sama Loe sama besar kepada teman loe, stiker tersebut masih belum
berubah maknanya, yakni cinta yang diduakan. Keduanya menunjuk pada makhluk
ciptaan Allah.
b. Cinta GW sama Loe tak sebesar cinta GW kepada-Nya
c. Cinta GW kepada Loe tak sebanding cinta-Nya pada kita
d. GW cinta pada Loe, tapi GW lebih cinta kepada-Nya
e. GW cinta pada Loe karena GW penuhi cinta-Nya

Dari b-e ada penggantian pronominal imbuhan-nya yang mengacu pada makhluk,
imbuhan-Nya mengacu pada Sang Khalik.

2. Kalah Pinter kalah Bagus kalah Sugih

Makna dari kalimat tersebut adalah seseorang yang kalah dalam segala hal berkaitan
dengan fisik. Kata Pinter, Bagus, dan Sugih berasal dari bahasa jawa yang berarti
pintar, tampan, dan kaya. Jadi arti dari kalimat tersebut yaitu seseorang yang kalah
dalam segala hal, baik dari segi kepintaran, ketampanan, dan kekayaan. Variasi stiker
tersebut dapat dibentuk menjadi stiker yang menumbuhkan sikap optimis seperti pada
kalimat berikut :
a. Kalah Pinter kalah Bagus kalah Sugih, tapi menang Iman dan Taqwanya atau dalam
Bahasa jawanya kalah pinter, bagus, lan sugih, nanging menang imane Kreasi
bentukan stiker.

3. Motor Loe Bagus Muke Loe Enggak!

Makna stiker diatas berupa ungkapan ejekan yang dilakukan oleh penempel stiker
kepada pembaca. Kalimat tersebut merupakan salah satu ungkapan dialek Jakarta atau
Betawi bermakna wajah yang tidak sebagus motornya. Ungkapan wajah yang tidak
sebagus motornya termasuk salah satu ungkapan vulgar dan bisa saja si pembaca stiker
merasa tersinggung atas tulisan tersebut. Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan
menjadi beberapa bentuk.
a. Motor Loe Bagus Muke Loe Enggak Jauh Beda
Kreasi bentuk stiker (a) mengungkapkan adanya pujian terhadap motor yang
dimiliki pembaca tulisan stiker dan sekaligus memuji wajah yang tidak jauh beda
dengan motornya. Kreasi tersebut tidak banyak menubah tulisan, tetapi hanya
menambahkan beberapa kata sehingga menjadi kesatuan makna yang lebih halus
b. Motor dan Muke Loe Sama Bagusnya

Kreasi bentuk stiker (b) memiliki tulisan yang lebih efektif dan mudah dipahami.
Makna yang diungkapkan langsung mengungkapkan motor yang dimiliki pembaca
dan wajah pembaca samasama bagus.

4. Cukup kenal kowe..!

Makna stiker tersebut merupakan ungkapan seseorang yang hanya mau kenal satu
orang saja tanpa mau kenal yang lainnya dengan adanya tanda seru menjadi penguat
ungkapan bagian akhir tulisan. Hal itu dianggap kurang baik atau sebagai salah satu
stiker vulgar apabila diterapkan oleh seseorang karena hidup dalam suatu masyarakat
seharusnya menyayangi Allah dan masyarakat juga. Tulisan stiker tersebut dapat
dikreasikan menjadi beberapa bentuk.
a. Tak cukup kenal Kowe..! penting, diriNya

Pada ungkapan kalimat (a) mengemukakan pengenalan yang tidak hanya cukup satu
orang saja atau mengarah kepada manusia, melainkan lebih penting mengenal pada
Tuhan
b. Tak cukup kenal Kowe..! Nanging konco liyane

Ungkapan kalimat (b) dikreasikan dengan tujuan untuk lebih bersosial mengenal
teman lainnya selain satu orang yang dimaksud.

5. I Love Ndasmu

Makna pada stiker tersebut mengandung ungkapan pisuhan, ditunjukkan dalam kata
Ndasmu yang dalam bahasa Jawa berarti kepalamu‟. Ungkapan ini bermakna kasar dan
bersifat sarkasme jika ditujukan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tulisan stiker
tersebut dapat dikreasikan menjadi makna kecintaan kepada seseorang dan kepada Allah
sebagai berikut :
a. I love akhlakmu
b. I love karena Allah
c. I Love Allah
6. Muda Berbahaya

Ungkapan pada stiker (6) mengandung makna yang menunjukkan agresivitas


seorang anak muda, ditunjukkan dari kata berbahaya. Adapun alternatif stiker yang lebih
mendidik
a. Muda Berbudaya, supaya tidak berbahaya
b. Muda Beretika, jauh dari bahaya
c. Muda Beragama, terhindar dari bahaya
d. Muda ituTidak Berbahaya

7. 100% milik pribadi

Makna pada ungkapan kalimat (7) menunjukkan adanya karakter seorang yang
serakah, dan menunjukkan kecintaan yang berlebihan terhadap sisi duniawi dan antisosial
pada sesama.Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang lebih bernilai
mendidik sebagai berikut.
a. 100% milik pribadi titipanNya
b. TitipanNya, 100% milik pribadi.

8. Get away from me!!!

Makna pada ungkapan kalimat (8) menunjukkan makna sikap yang juga antisosial
terhadap orang lain. Terlihat dari arti ungkapan tersebut dalam bahasa Indonesia
“menjauhlah dariku‟. Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang lebih
positif dan bernilai mendidik bagi remaja seperti menjahui maksiat dan narkoba sebagai
berikut :
a. Get away from me, if you use drug.
b. Get away from me, if you far from God.

9. Warning! Masih galau belum bisa move on

Makna yang diungkapkan pada stiker (9) ini dinilai dinilai tidak mendidik dan justru
akan menimbulkan sugesti kepada pembaca untuk tidak bersemangat pula. Tulisan stiker
tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang memiliki ajakan semangat pembaca untuk
tidak berlama-lama larut dalam situasi tidak nyaman dan ajakan selalu mengingat Allah,
sebagai berikut :
a. Warning! Anti galau, semangat move on
b. Warning! Anti galau, selalu ingat Allah untuk move on
10. 24 jam pria beralkohol

Makna pada stiker (10) mengungkapkan cerminan kepribadian yang negative,


membawa pengaruh negatif pula bagi perkembangan psikologi remaja yang notabene
masih mencari jati diri, mementingkan ego, dan belum bisa memilah secara baik hal
mana yang bermanfaat bagi mereka terlihat pada ungkapan stiker bahwa pria tersebut
pecandu alcohol. Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang memiliki
makna positif sebagai berikut :
a. 24 jam pria berprestasi, tanpa beralkohol
b. 24 jam pria berlogika dan tak beralkohol

11. Cinta monyet. Cintanya sudah pergi tinggal monyetnya lagi baca tulisan ini

Makna pada stiker (11) menunjukkan adanya ungkapan yang menghina pembaca,
terlihat dari klausa “monyetnya lagi baca tulisan ini”. Pada penggalan kata “monyet‟
jelas bukan monyet bermakna “binatang‟, tetapi lebih kepada pembaca (manusia) yang
diolok-olok sebagai monyet.Tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan menjadi stiker yang
memiliki makna positif sebagai berikut :
a. Cinta monyet. Monyetnya sudah pergi, tinggal cintanya hanya untuk Allah.
b. Lagi baca tulisan ini! Monyet sudah pergi, tinggal Allah yang ada di hati ini

12. Ragagas!!!

Pada stiker (12), ungkapan “Ragagas!!!‟ memiliki makna yang luas penafsirannya.
Salah satu penafsiran yang paling dekat dengan remaja adalah cerminan sikap mereka
yang masih berada diluar kendali dan tidak memikirkan baik-buruk dampaknya ketika
mereka melakukan suatu hal. Ada baiknya jika ungkapan pada stiker ini diperluas agar
jelas maknanya dan bernilai motivasi atau ajaran yang bermanfaat bagi perkembangan
remaja. Adapun alternatif yang disarankan sebagai berikut.
a. Ragagas pacaran, fokus kuliah.
b. Ragagas alkohol, fokus Al-Quran

13. Gila Kimcil

Makna pada stiker (13) tersebut bernilai disfemia. Kimcil memiliki makna yang
sama dengan "pelacur‟, artinya seorang yang sangat menyukai kimcil atau orang yang
dekat dengan pergaulan yang bebas. Adapun alternatif stiker yang sudah bergeser makna
disfemianya sebagai berikut.
a. Gila belajar
b. Gila prestasi

14. Galau

Makna pada stiker (14) menggambarkan perasaan gundah yang dialami remaja
karena sebuah permasalahan. Dikatakan vulgar karena tidak adanya nilai pendidikan atau
motivasi yang didapat dari stiker tersebut. Alternatif stiker yang lebih bermakna positif
dan menimbulkan semangat bagi remaja sebagai berikut.
a. Galau, gak lah yau
b. Anti

15. Let’s gage ngopo wae

Makna yang terkandung dari stiker di atas adalah mengajak pembaca untuk
melakukan aktivitas yang mengutamakan kesenangan semata, terlihat dari tidak adanya
kontrol yang diajarkan kepada remaja. Adapun alternatif stiker yang lebih bermakna
positif mengajak remaja untuk melakukan kebaikan sebagai berikut.
a. Let‟s gage ngaji wae
b. Let‟s gage sekolah wae

16. Pelan-pelan saja jaga jarak Anda (dengan gambar hewan anjing)

Pada stiker (16) makna yang diungkapkan berupa himbauan agar pengendara motor
lebih berhati-hati dalam berkendara. Namun, stiker tersebut bernilai disfemia karena
gambar yang ditampilkan adalah gambar anjing.
a. Pelan-pelan saja jaga jarak Anda (tanpa gambar hewan anjing)
b. Anda pelan-pelan dan jaga jarak (tanpa gambar hewan anjing)

17. ASU (Aku Sayang Kamu)

Stiker pada data (17) memanfaatkan bentuk akronim, ASU merupakan bentuk
singkat yang terbentuk dari kalimat “Aku Sayang Kamu‟. Walaupun bentuk ini dapat
dikatakan kreatif tetapi akronim ASU mengandung nilai disfemia. Asu dalam bahasa
Jawa berarti “anjing‟ dalam bahasa Indonesia. Adapun alternatif stiker yang ditawarkan
sebagai berikut.
a. AYU (Aku saYang kamU)
Alternatif stiker masih mempertahankan kreasi dalam bentuk akronim. Hanya saja
bentuk akronimnya diganti dengan kosakata yang lebih sopan dibanding dengan akronim
"ASU‟. Misalnya dalam akronim “AYU‟ diambil dari huruf “A‟ pada kata pertama
“Aku‟, huruf “Y‟ diambil dari huruf ketiga kata “saYang‟, sedangkan huruf “U‟ diambil
dari huruf terakhir kata “kamU‟.

C. KESIMPULAN

Setelah kami membaca dan memahami jurnal “Pengkreasian Stiker Vulgar Sebagai
Tindakan Bermoral” Oleh Agus Budi Wahyudi. Jurnal tersebut telah mencakup struktur
jurnal ilmiah. Namun Jurnal tersebut tidak tertera header atau footer yang berisi informasi
isi tentang nama jurnal, edisi, ISSN, oganisasi penerbit jurnal dan tahun.
Stiker vulgar yang menjadi sebuah tren gaul di kalangan remaja. Berawal dari
ungkapan-ungkapan bahasa pisuhan, yang kemudian dikemas oleh beberapa masyarakat
dalam bentuk stiker. Stiker vulgar tersebut berbentuk frasa, terdiri dari dua kata atau lebih.
Dalam hal ini, peneliti memparafrase suatu data yang berupa stiker vulgar kemudian
memilah-milahkan struktur FN untuk dijadikan suatu data penelitian yang dianalisis, dan
terdapat akronim yang mengandung makna negatif. Meningkatnya stiker vulgar yang
beredar di kalangan masyarakat, membuat peneliti terinspirasi untuk meneliti struktur FN
dalam stiker vulgar.
Ragam bahasa dapat dipahami sebagai variasi bahasa yang digunakan oleh
pemakainya. Vulgar termasuk sesuatu yang dianggap kasar atau tidak sopan. Maka dari itu
bahasa vulgar adalah bahasa yang digunakan oleh masyrakat yang bersifat tidak sopan
atau kasar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
dan terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk meneliti di antaranya teknik
observasi yang dilakukan di sekolah SMA Muhammadiyah se-Surakarta khususnya di
tempat parkir sepeda motor siswa. Teknik wawancara kepada anggota sekolah guna
mencari informasi. Teknik dokumentasi sebagai bukti siswa yang membeli. Keabsahan
data kualitatif menggunakan teknik triangulasi dan teknik analisis dengan metode padan.
Teknik tersebut sudah mencakup untuk meneliti jurnal tersebut.
Dapat kembali dilihat pada tabel 1 memberikan data yang menggambarkan pemetaan
stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro dan mengenai identitas. Namun kami
menemukan data tersebut tidak relevan antara banyaknya angka yang tertera pada tabel
dan pemaparan pada pembahasan oleh sang peneliti. Hal ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa stiker vulgar yang bahas lebih sedikit, kemudian dialihkan dengan stiker bijak
mengandung makna positif dibalik stiker yang memiliki makna konotatif. Maraknya stiker
vulgar yang ditempel atau dipasang di helm dan sepeda motor oleh kaum pelajar
merupakan tindakan yang sangat disayangkan. Karena hal ini dapat merusak moral
generasi bangsa akibat tidak memperhatikan bahasa dengan bijak, dan acuh terhdap
lingkungan sekitar sebagai pemerhati. Harapannya sosialisasi oleh pihak sekolah sangat
dibutuhkan kepada siswa-siswi di sekolah tersebut.

PENGKREASIAN STIKER VULGAR


SEBAGAI TINDAKAN BERMORAL

Oleh:
Agus Budi Wahyudi

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Agus.B.Wahyudi@ums.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study (a) the presentation of vulgar stickers, and (b) technical
pengkreasian vulgar stickers as moral action. Innovation decal sticker vulgar become wise
charged educate becomes the moral responsibility of the author stickers, teachers in schools,
and communities. It is as a form of moral action that is not potentially omission but
potentially significant effect on the handling of the psychosocial condition of the students in
the community. Stickers used high school students and posted / attached to the helmets and
motorcycles. This research is qualitative research. Descriptive qualitative type of data in the
form of words, phrases, sentences contained in the sticker. Researchers pengkreasian sticker
though vulgar meaning implement, both from the aspect of semantic nor Mr pragmatic. The
object of this research are words or expressions or the negative connotation used vulgar didi
child SMA Muhammadiyah Surakarta. The primary data of the unit lingual stickers vulgar
and secondary data from the wawancaraData Observation in SMA Muhammadiyah
Surakarta and interviews with pupils, the school principal, vice principal field of student
affairs, counseling teachers, parking attendants, and community. Mechanical excavation
documentation in the form of stickers were sold to high school students. The validity of
qualitative data using a triangulation technique that is source triangulation. Techniques of
analysis using a unified method. Padan pragmatic method by means of deciding the referent
in the form of dialogue partners. In addition to these methods dignakan techniques
Descoussin Focus Group Discussion (FGD). Stickers research results used in the form of
stickers and stickers vulgar not vulgar. Stickers used vulgar didi son-SMA Muhammadiyah
Surakarta potentially affect the morale of the students. The vulgar stickers sticker can
dikreasikan be wise. Stickers wise this is socialized to become a rival sticker vulgar.
Principals, vice principals, teachers, counseling teachers, and community parties involved in
the socialization of sage stickers (stickers pengkreasian results vulgar) this.

Keywords: innovation, stickers vulgar and immoral actions.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini (a) penyajian stiker vulgar dan (b) teknik pengkreasian stiker vulgar
sebagai tindakan bermoral. Pengkreasian stiker vulgar menjadi stiker bijak yang bermuatan
mendidik menjadi tanggung jawab moral si penulis stiker, guru di sekolah, dan masyarakat.
Hal ini sebagai wujud tindakan bermoral yang tidak berpotensi pembiaran tetapi berpotensi
penanganan yang nyata terhadap kondisi psikososial anak didik di masyarakat. Stiker
digunakan anak didik SMA dan dipasang/ditempel di helm dan sepeda motor. Penelitian ini

1
2

penelitian kualitatif. Kualitatif deskriptif jenis data berupa kata-kata, frasa, kalimat yang
terdapat dalam stiker. Peneliti pengkreasian stiker vulgar dengan melaksanakan olah makna,
baik dari aspek semantis maupuan pragmatis. Objek penelitan ini berupa kata atau ungkapan
berkonotasi negatif atau vulgar yang digunakan anak didi SMA Muhammadiyah di Surakarta.
Data primer berupa satuan lingual stiker vulgar dan data sekunder hasil wawancaraData
Teknik observasi di SMA Muhammadiyah se-Surakarta dan wawancara dengan anak didik,
kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru bimbingan konseling, petugas parkir, dan
masyarakat. Teknik dokumentasi berupa penggalian stiker yang terjual ke anak didik SMA.
Keabsahan data kualitatif menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber. Teknik
analisis menggunakan metode padan. Metode padan yang pragmatis dengan alat penentu
referen yaitu berupa mitra wicara. Selain metode tersebut dignakan teknik Focus Group
Descoussin (FGD). Hasil penelitian stiker yang digunakan berupa stiker tidak vulgar dan
stiker vulgar. Stiker vulgar digunakan anak didi SMA Muhammadiyah se-Surakarta
berpotensi mempengaruhi moral anak didik. Stiker vulgar tersebut dapat dikreasikan menjadi
stiker bijak. Stiker bijak inilah yang disosialisasikan sehingga menjadi tandingan stiker vulgar.
Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, guru bimbingan konseling, dan masyarakat
menjadi pihak yang terlibat dalam penyosialisasian stiker bijak (hasil pengkreasian stiker
vulgar) ini.

Kata kunci: pengkreasian, stiker vulgar, dan tindakan bermoral.

PENDAHULUAN Stiker vulgar mempengaruhi anak


Peredaran stiker vulgar di didik ke lini negatif sehingga mereka tidak
masyarakat telah mengganggu mengedepankan etika berbahasa,
perkembangan moral anak didik. Segi yang bermunculan sikap acuh terhadap
terdeteksi muncul tindakan tak bermoral. lingkungan, dan kurang bersahabat sesama
Contoh: kekurangsantunan berbahasa dan anak didik serta menganggap enteng
agresivitas yang negatif anak didik. eksistensi orang lain.
Tindakan negatif ini perlu ditangani secara Tindakan tak bermoral bisa subur dalam
serius. Aktivitas penggalian mengenai kondisi terpengaruh seperti ini. Anak didik
dampak peredaran dan aktivitas terlibat dalam minuman keras, terjebak
pengkreasian stiker vulgar sehingga tidak dalam narkoba, dan tidak menghormati
mengganggu anak didik sebagai aset orang lain. Tindakan tak bermoral lainnya
bangsa. bisa berkembang di kalangan anak didik

apabila tidak diadakan tindakan bermoral

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


3

yang serta merta bertujuan mengatasi yang luhur menjadi dambaan, dan
semuanya. Peredaran stiker vulgar perlu kesopansantunan berbahasa menjadi modal
dibatasi, pengkreasian stiker vulgar perlu bagi perkembangan bangsa Indonesia yang
dilakukan dalam rangka mengantisipasi luhur di mata dunia. Manfaat inilah yang
bahasa pengaruh negatif yang ditimbulkan dicapai secara nyata dalam aktivitas
oleh stiker vulgar. pengkreasian stiker vulgar.
Stiker bijak yang bermuatan nilai Masalah yang diurakan dalam
pendidikan beredar pula di masyarakat, artikel ini yaitu (a) penyajian stiker vulgar
namun respon anak didik kurang sekali. dan (b) teknik pengkreasian stiker vulgar
Artikel ini mengangkat sebagian dari sebagai tindakan bermoral. Pengkreasian
aktivitas penelitian yang sudah dilakukan stiker vulgar menjadi stiker bijak yang
mengenai stiker vulgar. Ada empat bermuatan mendidik menjadi tanggung
masalah yang telah dianalisis dalam jawab moral si penulis stiker, guru di
penelitian sebelumnya yaitu berawal dari sekolah, dan masyarakat. Hal ini sebagai
pemetaan stiker vulgar, peminimalisasian wujud tindakan bermoral yang tidak
stiker vulgar, pengkreasian stiker vulgar, berpotensi pembiaran tetapi berpotensi
dan penggalian dampak stiker vulgar penanganan yang nyata terhadap kondisi
(Wahyudi, Yakub, 2016). Oleh karena itu, psikososial anak didik di masyarakat.
artikel ini fokus mengenai pengkreasian Kajian stiker vulgar (Wahyudi dan
stiker vulgar sebagai tindakan bermoral. Yakub, 2015) ditemukan ragam stiker,
Teknik pengkreasian stiker vulgar yakni vulgar dan tidak vulgar, komonitas,
ditonjolkan dalam rangka merealisasi distro (gaya hidup), dan tentang identitas.
upaya pengkreasian. Pemakaian stiker vulgar berbarengan
Masyarakat yang bermoral menjadi pemunculan komunitas-komunitas baru,
harapan, kepribadian masyarakat Indonesia baik bersifat identitas maupun gaya hidup

(distro). Siker vulgar jadi pilihan anak didik SMA dibanding stiker tidak vulgar.

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


4

Tindakan bermoral dicetuskan dalam mempengaruhi pola pikir anak. Karakter


mengubah stiker vulgar menjadi tidak anak terbentuk karena pengaruh humor
vulgar dengan memasukkan kesantunan kekerasan pada tayangan film. Apabila
dan nilai potitif ke dalam stiker. dikaitkan dengan artikel ini bahwa
Putra (2015) menganalisis isi konsumsi film tersebut mampu memicu
kekerasan verbal pada tayangan televisi – lahirnya tindakan tak bermoral anak-anak.
tayangan Pasbukers di ANTV. Kekerasan Kekerasan simbolik yang dilakukan
verbal terhadap individu penonton Agnibaya (2912) terhadap media massa
tayangan. Adegan kekerasan akan berkait dengan pemberitaan bonek yang
menurunkan sensitifitas penonton. Selain dianalisis sebagai wacana kritis (critical
itu hasil penelitian itu, Utami (2015) discourse analysis) pada berita media
meneliti tindak kekerasan verbal dan menyimpulkan bahwa wacana yang
nonverbal oleh guru terhadap siswa SMA terdapat dalam berita bonek merupakan
Negeri Surakarta tahun 2014/2015. Hasil konstruksi sosial yang tidak bebas nilai.
penelitiannya terdapat fakta tindakan Bahkan sebagai realisasi kekerasan
kekerasan dilakukan seorang guru yang simbolik yang dilakukan oleh media massa
memiliki kekuasaan di sekolah. Guru terhadap bonek sebagai objek berita.
dengan mudah melakukan berbagai Kekerasan simbolik ini juga dikaji Suraya
kekerasan dengan berlindung di balik (2012) mengenai representasi kekerasan
tindakan menertibkan anak didik. simbolik dalam iklan anak-anak. Hasilnya
Penelitian kekerasan verbal yang bahwa iklan anak-anak meneguhkan
dilakukan Agustina (2014) menemukan stereotip peran gender untuk perempuan
humor kekersan pada film anak dan pria. Karakter perempuan dalam iklan

anak-anak ditempatkan dalam peran sosial

sebagai istri, calon istri, dan ibu rumah

tangga dengan aktivitas domestik.

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


5

METODOLOGI PENELITIAN sepeda motor milik anak didi SMA


Penelitian ini berjenis penelitian Muhammadiyah di Surakarta. Objek
kualitatif. Sesuai pandangan Moleong penelitian adalah variabel apa yang
(2011:6) bahwa penelitian kualitatif adalah menjadi titik perhatian di dalam suatu
penelitian yang bermaksud memahami penelitian (Arikunto, 2010:161).
fenomena tentang apa yang dialami oleh Data primer berupa stiker vulgar yang
subjek penelitian secara holostik dan terdapat dalam stiker –berupa frasa, klausa,
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kalimat. Adapun data sekunder berupa
kata dan bahsa pada suatu konteks khusus informasi lisan dari pengguna stiker –anak
yang alamiah dan dengan memanfaatkan didik di SMA. Hasil wawancara
berbagai metode alamiah. Kualitatif dimanfatkan membantu penelitia
deskriptif merupakan jenis data dalam mendeskripsikan makna dan maksud stiker
penelitian ini karena berkaitan dengan yang mengadung desfemia.
kata-kata, frasa, kalimat yang terdapat Data disajikan menggunakan teknik
dalam stiker. Oleh karena itu, penelitian ini observasi di sekolah SMA Muhammadiyah
melaksanakan kreasi stiker vulgar dengan se-Surakarta –khusus di tempat parkir
melaksanakan olah makna, baik dari aspek sepeda motor anak didik. Selnjutnya,
semantis maupuan pragmatis. berwawancara dengan anak didik, kepala
Objek penelitan ini berwujud kata sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru
atau ungkapan berkonotasi negatif atau bimbingan konseling, petugas parkir, dan
vulgar yang menempel pada helm dan masyarakat. Teknik dokumentasi

dilaksanakan dengan penggalian stiker

yang terjual ke anak didik SMA.

Keabsahan data kualitatif

menggunakan teknik triangulasi yaitu

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


triangulasi sumber. Peneliti lebih dahulu

menentukan ungkapan vulgar dalam stiker PEMBAHASAN


yang belum pernah dikaji oleh peneliti Wujud Stiker Vulgar yang Beredar di
yang lain. SMA Muhammadiyah se-Surakarta
Teknik analisis menggunakan Anak didik SMA senang menghias
metode padan. Metode padan adalah helm dan sepeda motornya dengan stiker.
metode yang alat penentunya di luar, Stiker jadi sarana berekspresi dan stiker
terlepas, dan tidak menjadi bagian dari tersebut mengandung ungkapan yang tidak
bahasa yang bersangkutan. Metode padan pantas untuknya. Bagaimana kepribadian
yang pragmatis dengan alat penentu anak didik tercermin dari penggunaan
referen yaitu berupa mitra wicara. Selain stiker? Hasil pemetaan stiker vulgar yang
metode tersebut dignakan teknik Focus digunakan anak didik perhatikan tabel 1.
Group Descoussin (FGD).

TABEL 1.
PEMETAAN STIKER DI SMA
No. Identitas Stiker Tidak Komunitas Distro Identitas Jumlah
Sekolah Vulgar Vulgar
1 SMA Batik 1 14 10 7 12 9 52
Surakarta
2 SMA Al- 27 20 11 11 13 82
Islam 1
Surakarta
3 SMA 40 24 20 4 4 82
Muhammadi
yah 1
Surakarta
7

Tabel 1 menggambarkan pemetaan Stiker vulgar “pemburu kimcil” berarti

stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro, „orang yang senang memburu remaja yang

dan mengenai identitas. Selain itu, berperilaku seperti halnya wanita tunasusila‟.

masalahan baru mengenai komunitas baru, Stiker ini vulgar karena kandungan

baik bersifat identitas maupun gaya hidup makna dalam frasa tersebut tidak pantas

(distro) di SMA. diungkapkan anak didik SMA. Perhatikan

Permasalahan utama mengenai stiker contoh berikut.

vulgar mendominasi dari masing-masing Satuan lingual “kimcil gila” di

SMA terlihat pada pemetaan di bawah ini.

(a) Contoh Stiker Vulgar

tiker

vulgar

ditem bagian lampu belakang sepeda motor.

ukan di helm milik siswa SMA Al Islam merupakan akronim dari frasa “kemaluan

Surakarta. Satuan lingual berbentuk frasa, cilik” (dalam bahasa Indonesia berarti

yaitu “pemburu kimcil”. Frasa ini terdiri kata “kemaluan wanita yang kecil”) yang berarti

pemburu„orang yang kerjanya berburu‟ dan remaja dibawah umur yang berperilaku

kimcil. Kata kmcil” akronim dari frasa seperti halnya wanita tunasusila. Kata “gila”

“kemaluan cilik” (dalam bahasa Indonesia berarti „kurang baik ingatan‟. Stiker ini

berarti “kemaluan wanita yang kecil”) yang vulgar karena mengandung pisuhan,

berarti remaja dibawah umur yang menyinggung dan mengganggu harga diri

berperilaku seperti halnya wanita tunasusila. wanita.

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


8

Contoh Satuan lingual Satuan ini ditemukan di


stiker vulgar di frasa “cintanya lingual “Jancok SMA Batik 1
SMA Al Islam udah pergi”. Maka (jangan anggap Surakarta
Surakarta dan yang tertinggal nilai cintaku berbentuk
SMA hanya omong kosong)”. akronim. Pesan
Muhammadiyah 1 “monyet”nya. Stiker stiker ini adalah
Surakarta. “Cinta Monyet agar seseorang
monyet (cintanya maksudnya yang dicintainya
udah pergi, „seseorang yang tidak menganggap
tinggal membaca tulisan cintanya hanya
monyetnya lagi stiker‟Makna sekadar omong
baca tulisan ini!”. stiker itu kosong atau

bualan.Cinta

pemilik stiker ini

dikatakan sebagai

cinta yang

sungguh-

sungguh. Makna
Cinta monyet penghinaanterhad
stiker ini positif,
(hubungan asmara ap setiap orang
tetapi akronim
antarremaja) yang membaca
“jancok”
merupakan hal stiker.
kepanjangan dari
yang lumrah,
kalimat “jangan
begitu pula Stiker Vulgar
anggap nilai
dengan patah hati.

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


9

cintaku omong pengampu mata dirasa ada langsung dapat

kosong” pelajaran bahasa pengaruhnya dilihat dari

berwujud pisuhan Indonesia. Beliau berkaitan dengan perubahan perilaku

untuk memaparkan bahasa yang ataupun bahasa

mengungkapkan banyaknya stiker digunakan siswa yang dipakai

kejengkelan atau tersebut selama dalam dalam

kemarahan ini perlu adanya berkomunikasi berkomunikasi.

seseorang kepada tindakan preventif dengan guru Kecenderungan

orang lain. dan masih luput maupun teman perubahan perilaku

Berkaitan dari ketelitian sebaya. remaja tersebut

dengan mengenai fokus Meminimalisasi salah satunya

banyaknya stiker pengawasan. Peredaran Stiker dipengaruhi oleh

vulgar Banyaknya Vulgar di pemerolehan

dilingkungan jumlah stiker Lingkungan bahasa yang

SMA Batik 1 vulgar disebabkan Pelajar SMA se- mereka dapatkan.

Surakarta karena Surakarta Berdasarkan hasil

dilakukan lingkungan yang pengamatan di

konfirmasi/ memengaruhi. Stiker vulgar SMA Batik

wawancara Ketika kami memiliki dampak 1 Surakarta, SMA

bersama bapak konfirmasi negatif terhadap Al-Islam, dan

Bambang mengenai perkembangan SMA

Isniyanto selaku pengaruh stiker moral anak didik Muhammadiyah 1

vulgar di Dampak tersebut Surakarta

lingkungan pembelajaran secara tidak kecenderungan

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


10

mereka tersebut dibeli stiker yang vulgar.

menempelkan melalui penjual inovatif, kreatif, Penulis,

stiker pada helm stiker. Mengenai dan membangun penjual, dan

ataupun beberapa peredaran stiker moral yang produksen stiker

bagian sepeda baik vulgar penting menyambut baik

motor disebabkan ataupun tidak dilakukan. diskusi yang

rasa iseng, vulgar perlu Masalah utama dilaksanakan.

ekspresi diri, dan adanya upaya yang dihadapi Ketika

pesan kepada meminimalisasin penulis stiker dikonfirmasi,

pembaca. ya.Upaya adalah karena dinyatakan bahwa

Selain itu, peminimalisasian sedikitnya stiker yang dijual

ketika disinggung salah satunya pembendaharaan dan diproduksi

mengenai asal diwujudkan bahasa. Oleh tidak vulgar

mereka dengan cara karena itu, semua ada yang

mendapatkan pengkreasian pengkreasian ini bijak. Stiker bijak

stiker stiker vulgar. menjadi langkah mengandung

konkret motivasi dan

Teknik pencegahan kutipan pendapat

Pengkreasian peredaran stiker seseorang. Namun

Stiker Vulgar demikian, stiker hari dekat dengan

Menjadi Stiker vulgar diakui anak didik, sering

Bijak banyak diminati muncul di media,

anak didik SMA. di percakapan

Pengkreasian Bahasa sehari- sehari-hari, bahasa

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


11

yang “madolke”. misalnya dengan (1b) hingga (1e) manusia) kepada


Berikut variasi teman loe berikut acuannya Sang Khalik. Ada
hasil bentukan sehingga sudah bergeser, penggantian
dari data stiker dihasilkan stiker yakni cinta pronominal –nya
vulgar. hipotetis semacam makhluk (: yang mengacu
Cinta GW Sama (1a) berikut ini. pada makhluk
Loe sama besar
kepadanya (1a) Cinta dengan –Nya yang
Makna GW sama mengacu pada
stiker „cinta Loe sama Sang Khalik.
seseorang kepada besar (1b) Cinta GW
pacarnya ternyata kepada sama Loe tak
sama besar teman loe sebesar cinta GW
kepada orang Stiker kepada-Nya
lain‟. Jadi, cinta hipotetis (1a) (1c) Cinta GW
kepada Loe tak
yang mendua, masih belum sebanding
yakni sama- sama berubah cinta-Nya pada kita
cinta antar maknanya, yakni (1d) GW cinta
makhluk. Hal itu cinta yang pada Loe, tapi
ditandai diduakan. GW lebih cinta
penggunaan klitik Keduanya kepada-Nya
–nya pada menunjuk pada (1e) GW
kepadanya. Klitik makhluk ciptaan cinta pada Loe
–nyadapat Allah. Adapun karena GW
disubstitusi stiker hipotetis penuhi cinta-Nya

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


12

bersaing. Variasi stiker ketampanan, dan

Kalah Pinter Ungkapan tersebut dapat kekayaan, tetapi ia


kalah Bagus kalah
Sugih tersebut diulang dibentuk dengan menang dalam

Makna sampai tiga kali beberapa hasil keimanan dan

stiker (2) di atas yang bisa kreasi. ketaqwaan yang

adalah seseorang diartikan (2a) kalah jauh lebih penting.


Pinter
yang kalah dalam kekalahan kalah Selain itu,
Bagus
segala hal berulang- ulang kalah bentukan kreasi

berkaitan dengan dari orang Sugih, tapi menang stiker (2b)


Iman dan
fisik. Ungkapan tersebut. Tulisan Taqwanya meskipun memiliki

kalah secara Pinter,Bagus, dan (2b) kalah makna yang

harfiah Sugih berasal dari pinter, bagus, lan kurang lebih sama

menyatakan bahasa jawa yang sugih, nanging dengan makna

sebuah keadaan berarti pintar, menang imane (2a), tetapi secara

tidak menang tampan, dan kaya. Kreasi makna tidak kalah

atau kalah dalam bentukan stiker berulang-ulang

Jadi secara utuh ketampanan, dan (2a) karena penulisan

ungkapan tersebut kekayaan. Selain menumbuhkan ungkapan kalah

memiliki maksud itu, ungkapan sikap optimistis ditulis satu kali

seseorang yang tersebut yang dibangun saja dan adanya

kalah dalam menyiratkan oleh seseorang variasi

segala hal, baik pesimistis dan meskipun kalah penggunaan

dari segi mudah menyerah dalam hal bahasa

kepintaran, dalam segala hal. kepintaran,

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


13

jawa. Selain ungkapan wajah utuh tulisan stiker Motor Loe Bagus

contoh kreasi di yang tidak tersebut dapat Muke Loe Enggak

atas, dapat pula sebagus motornya dikreasikan Jauh Beda

beberapa hasil termasuk salah menjadi beberapa (3b) Motor

kreasi lain. satu ungkapan bentuk. dan Muke Loe

Motor Loe Bagus vulgar dan bisa (3a) Sama Bagusnya


Muke Loe
Enggak! saja si pembaca Kreasi beberapa kata
Makna stiker merasa bentukan stiker sehingga menjadi
stiker (3) di atas tersinggung atas (3a) kesatuan makna
adalah ungkapan tulisan tersebut mengungkapkan yang lebih halus.
ejekan yang sehingga bisa adanya pujian Selain itu,
dilakukan oleh menimbulkan terhadap motor bentukan kreasi
penempel stiker masalah lain yang yang dimiliki stiker (3b)
kepada pembaca. lebih luas. pembaca tulisan memiliki tulisan
Hal itu dapat Ungkapan Motor stiker dan yang lebih efektif
dilihat dari Loe Bagus sekaligus memuji dan mudah
adanya ungkapan merupakan salah wajah yang tidak dipahami. Makna
Muke Loe satu ungkapan jauh beda dengan yang diungkapkan
Enggak yang dialek Jakarta motornya. Kreasi langsung
bermakna wajah atau betawi yang tersebut tidak mengungkapkan
yang tidak dianggap bahasa banyak menubah motor yang
sebagus gaul oleh tulisan, tetapi dimiliki pembaca
motornya. beberapa kaum hanya dan wajah
Adanya muda. Secara menambahkan pembaca sama-

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


14

sama bagus. masyarakat mengarah kepada satu orang yang

seharusnya manusia, dimaksud.

Cukup kenal menyayangi melainkan lebih I Ndasmu


kowe..!
Allah dan penting mengenal Makna
Makna
masyarakat juga. pada Tuhan. pada stiker di atas
stiker (4) di atas
Variasi tulisan Selain itu, mengandung
adalah ungkapan
ungkapan tersebut ungkapan tersebut ungkapan
seseorang yang
dapat dibentuk memberikan pisuhan. Hal
hanya mau kenal
menjadi beberapa arahan untuk tersebut
satu orang saja
kreasi berikut ini. lebih mengenal ditunjukkan dari
tanpa mau kenal
(4a) Tak cukup selain satu orang kata Ndasmu yang
yang lainnya.
kenal Kowe..! saja. Ungkapan dalam bahasa
Ungkapan
penting, diriNya (4b) dikreasikan Jawa berarti
tersebut diperkuat
(4b) Tak cukup dengan tujuan „kepalamu‟.
dengan adanya
kenal Kowe..! untuk lebih Ungkapan ini
tanda seru (!) pada
Nanging konco bersosial bermakna kasar
bagian akhir
liyane mengenal teman jika ditujukan
tulisan sebagai
Hipotetis lainnya selain dalam
penguat
pada (4a) berkomunikasi apabila dibaca oleh
ungkapan. Hal itu
mengemukakan dengan orang anak kecil. Adapun
dianggap kurang
pengenalan yang lain. Selain itu, alternatif stiker
baik apabila
tidak hanya ungkapan tersebut adalah sebagai
diterapkan oleh
cukup satu orang bersifat sarkasme berikut.
seseorang karena
saja atau dan kurang tepat
hidup dalam suatu

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


15

(5a) I pada stiker (6) (6a) Muda muda untuk


akhlakmu mengandung Berbudaya, mencintai dan
supaya
(5b) I U makna yang tidak melestarikan nilai-
karena
Allah menunjukkan berbahaya nilai budaya lokal,
(5c) I agresivitas (6b) Muda alternatif (6b)
Allah seorang anak Beretika, jauh menunjukkan
Alternatif muda. Hal ini dari bahaya (6c) karakter kaum
stiker (5a) dan ditunjukkan dari Muda muda yang
(5b) menunjukkan kata berbahaya. Beragama, beretika dan
makna kecintaan Adapun alternatif terhindar dari menjunjung tinggi
seseorang kepada stiker yang lebih bahaya nilai-nilai
orang lain. mendidik sebagai (6d) Muda kesopanan.
ituTidak
Adapun pada berikut. Berbahaya Adapun alternatif
alternatif (5c) Alternatif (6c)
menunjukkan stiker pada (6a), menunjukkan
makna cinta yang (6b), dan (6c) karakter anak
lebih tinggi menunjukkan muda yang
derajatnya, yaitu nilai-nilai berpedoman pada
kecintaan motivasi kepada nilai-nilai
seseorang kepada kaum remaja ketuhanan.
Allah. muda. Bila Alternatif (6d)

alternatif (6a) menunjukkan


Muda Berbahaya menunjukkan adanya ungkapan
Ungkapan semangat kaum seorang jiwa

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


16

muda itu pribadi prib terhadap sesama.

sebenarnya tidak Makna adi

berbahaya pada data (7) Alternatif Get away from


me!!!
apabila bisa menunjukkan stiker pada (7a)
Stiker (8)
dikendalikan adanya karakter dan (7b) sudah
menunjukkan
seorang yang berubah
makna sikap yang
100% milik serakah dan maknanya. Pada
juga antisosial
antisosial pada yang lebih bernilai alternatif tersebut
terhadap orang
sesama. Hal ini mendidik sebagai ditunjukkan
lain. Hal
terlihat dari berikut. makna keyakinan

ungkapan yang (7a) 100% seseorang bahwa


milik
menunjukkan pribadi semua yang ia

makna titip miliki hanyalah


anN
kepemilikan yang ya titipan dan akan

hanya dimiliki (7b) kembali kepada

oleh pribadi Allah sebagai


Titi
seorang individu. pemilik hakiki.
pan
Adapun stiker ini Karakter yang
Ny
menunjukkan ditimbulkan pada
a,
kecintaan yang alternatif stiker ini

berlebihan 100 akan muncul sikap

terhadap sisi % yang dermawan

duniawi. dan daya sosial


mili
Alternatif stiker yang tinggi
k

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


17

ini terlihat dari yang , if terlihat dari

arti ungkapan mementingkan yo makna stiker yang

tersebut dalam keselamatan. u menunjukkan

bahasa Indonesia Adapun alternatif far imbauan bagi

yang berarti stikernya sebagai fro remaja untuk

„menjauhlah berikut. m menjauhi dirinya

dariku‟. Stiker (8a) Get Go jika seseorang

ini memiliki aw d. tersebut memakai

maksud yang baik ay Pada narkoba. Adapun

jika dikaitkan fro alternatif stiker pada alternatif

dengan m (8a) terlihat (8b) menunjukkan

kendaraan lain me pergeseran makna makna stiker yang

yang harus , if yang lebih positif mengungkapkan

menjaga jarak yo dan bernilai penegasan untuk

dengan u mendidik bagi menjauhi maksiat

pengendara yang use remaja. Hal ini dan hal-

memiliki stiker dr hal yang move on


ini. Namun, ug. melanggar Makna yang
diungkapka
ungkapan ini (8b) Get norma dan n pada
stiker
tetap aw lebih
(6) menunjukkan
mencerminkan ay mendekatkan
keadaan seseorang
sikap yang fro kepada Allah.
yang tidak
antisosial m
bersemangat.
disamping sikap me Warning! Masih
galau belum bisa Stiker ini tidak
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
18

dinilai mendidik semangat Allah dan segala Melalui stiker ini


dan justru akan move on masalah diharapkan
menimbulkan (9b) Warning! dikembalikan kepada pembaca
sugesti kepada Anti kepada Allah. untuk termotivasi
pembaca galau, semangat dan sisi
untuk selalu ketuhanannya.
tidak ingat Allah 24 jam pria
beralkohol
bersemangat pula. untuk
Makna
Padahal, para move on
pada
remaja harus Pada
stiker
memiliki alternatif stiker
(10) jelas
sikap (9a) ditunjukkan
mengungkapkan
aktif adanya ajakan
cerminan
untuk semangat bagi
kepribadian yang
pengembangan pembaca untuk
negatif. Pada
diri tidak berlama-
stiker tersebut
mereka. lama larut dalam
terlihat bahwa
Adapun situasi tidak
pria tersebut
alternatif nyaman. Adapun
adalah
stikernya adalah alternatif (9b)
seorang
sebagai berikut. menunjukkan
pecandu
(9a) Warning! ajakan sekaligus
alkohol. Hal ini
Anti sugesti untuk
jelas membawa
galau, selalu mengingat
pengaruh negatif
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
19

pula bagi mendidik dan mengembangkan tidak

perkembangan memotivasi diri dan mementingkan ego

psikologi remaja sebagai berikut. berprestasi sesuai dan kesenangan

yang notabene (10a) 24 jam minat dan bakat sesaat saja, tetapi

masih mencari pria mereka. Pada lebih kepada

jati diri, stiker tersebut dampak jangka


berprestasi,
mementingkan terlihat ajakan panjang bagi masa
tanpa
ego, dan belum untuk mengisi depan mereka
beralkohol
bisa memilah hari-hari mereka terkait hal yang
(10b) 24 jam pria
secara berlogika dan tak dengan kegiatan mereka lakukan

baik hal beralkohol yang memacu saat ini.

mana Pada prestasi.

yang alternatif (10a) Alternatif Cinta monyet.

bermanfaat dan (10b) terlihat (10b) Cintanya sudah

bagi makna negatif menunjukkan pergi tinggal

mereka. yang telah motivasi bagi monyetnya lagi

Untuk bergeser pada remaja untuk baca tulisan ini

itu makna yang lebih mulai berpikir Makna

diperlukan positif. Pada akan hal- hal yang pada stiker (11)

alternatif alternatif (10a) lebih bermanfaat menunjukkan

stiker terlihat adanya bagi diri mereka. adanya ungkapan

yang motivasi bagi Pada stiker ini yang menghina

lebih pembaca, terlihat ajakan pembaca. Hal ini

khususnya remaja, untuk terus bagi remaja untuk terlihat dari klausa

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


20

“monyetnya lagi pembaca tulisan ini! cinta terhadap

baca tulisan ini”. (manusia) yang Monyet sesama. Melalui

Pada penggalan diolok-olok sudah alternatif stiker ini

itu, yang sebagai monyet. pergi, diajarkan kepada

dimaksud Stiker ini jelas tinggal remaja untuk

„monyet‟ jelas jauh dari nilai Allah memahami nilai-

bukan monyet sopan-santun dan yang ada nilai ketuhanan.

bermakna etika di hati ini Ragagas!!!

„binatang‟, tetapi berkomunikasi. Pada Pada

lebih kepada Adapun alternatif alternatif tersebut stiker

stiker yang terlihat bahwa (12),

ditawarkan adalah makna yang ungkapan

sebagai berikut. terkandung sudah „Ragagas!!!‟

(11a) Cinta bernilai positif. memiliki makna

monyet. Maksud yang yang luas

Monyetny terkandung pada penafsirannya.

a sudah alternatif stiker Adapun

pergi, adalah ajakan penggunaan tiga

tinggal untuk lebih tanda seru di

cintanya mencintai Allah belakang kata

hanya dibanding dengan tersebut

untuk menggambarkan penafsiran yang

Allah. intonasi yang paling dekat

(11b) Lagi baca tinggi. Salah satu dengan remaja

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


21

adalah cerminan kuliah dengan Al-Quran. Makna


sikap mereka (12b) Ragagas Gila kimcil pada stiker (13)
alkohol, fokus Al-
yang masih Quran tersebut bernilai
berada diluar Alternatif disfemia. Kimcil
kendali dan tidak stiker (12a) dan memiliki makna
memikirkan baik- (12b) yang sama dengan
buruk dampaknya menunjukkan „pelacur‟. Secara
ketika mereka pergeseran makna keseluruhan,
melakukan suatu yang lebih positif. makna frasa
hal. Ada baiknya Makna pada tersebut adalah
jika ungkapan ungkapan (12a) seorang yang
pada stiker ini sekaligus sangat menyukai
diperluas agar menunjukkan kimcil. Dengan
jelas maknanya ajakan bagi kaum kata lain, orang
dan bernilai remaja untuk tersebut dekat
motivasi atau memfokuskan diri dengan pergaulan
ajaran yang pada perkuliahan. yang bebas.
bermanfaat bagi Adapun pada data Adapun alternatif
perkembangan (12b) mengajak stiker nyang
remaja. Adapun remaja untuk ditawarkan
alternatif yang menjauhi alkohol. sebagai berikut.
disarankan Nilai positif yang (13a) Gila
belajar
sebagai berikut. ditawarkan adalah
(13b) Gila
(12a) Ragagas agar remaja dekat prestasi
pacaran, fokus

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


22

Alternatif yang membawa Tidak dijelaskan


Pada
stiker (13a) dan pola pikir penekanan
alternatif stiker
(13b) sudah pembaca untuk aktivitas yang
(14a) dan (14b)
bergeser makna menuju ke aras dilakukan. Maka,
terlihat pergeseran
disfemianya. yang negatif. penafsiran yang
makna dan adanya
Pada alternatif Galau memungkinkan
nilai semangat
stiker tersebut, Makna ditafsirkan bagi
untuk remaja.
pembaca pada stiker (14) remaja adalah
Melalui stiker ini,
dimotivasi untuk menggambarkan melakukan
remaja diajak
memiliki perasaan gundah aktivitas yang
untuk jauh dari
semangat belajar, yang dialami mengutamakan
rasa galau yang
berprestasi, dan remaja karena kesenangan
menghambat
mengembangkan sebuah semata. Hal ini
kreativitas bagi
diri. Bertolak permasalahan. terlihat dari tidak
mereka.
belakang dengan Stiker ini tidak adanya kontrol

makna stiker (13) bermanfaat bagi yang diajarkan


Let’s gage ngopo
pembaca. wae kepada remaja.

Hal ini alternatif stiker Makna Adapun alternatif

disebabkan tidak yang lebih yang terkandung stiker yang

adanya nilai bermakna positif dari stiker di atas ditawarkan sebagai

pendidikan atau sebagai berikut. adalah mengajak berikut.

motivasi yang (14a) pembaca untuk


Galau, gak
didapat dari stiker lah yau melakukan

tersebut. Adapun (14b) Anti aktivitas apa pun.


galau
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
23

(15 bergeseran makna alternatif (15b) bernilai mendidik

a) dengan ajakan mengajak bagi pembaca.

Let kepada pembaca pembaca,

‟s untuk melakukan khususnya Pelan-pelan saja

gag aktivitas yang remaja, untuk jaga jarak Anda

e jelas. Pada memiliki (dengan gambar

ng alternatif (15a), semangat dan hewan anjing)

aji makna yang fokus untuk dunia Pada stiker

wa terkandung pendidikan (16) makna yang

e adalah ajakan mereka. Dengan diungkapkan pada

(15 kepada pembaca begini, alternatif dasarnya sudah

b) untuk beribadah stiker yang baik. Adapun

Let mengaji dan ditawarkan akan maksudnya adalah

‟s mempelajari lebih jelas imbauan agar

gag nilai- nilai maknanya dan

e ketuhanan. Dari pengendara motor (16a)


sek hal tersebut lebih berhati-hati Pela
ola terlihat nilai dalam berkendara. n-
h keagamaan Namun, stiker pela
wae ditonjolkan untuk tersebut bernilai n
Makna memotivasi disfemia karena saja
pada alternatif pembaca agar gambar yang jaga
(15a) dan (15b) dekat dengan ditampilkan adalah jara
sudah mengalami Tuhan. Adapun gambar anjing. k

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


24

An ak adanya gambar. Kamu‟.


da (tan Adapun (16b) Walaupun bentuk
(ta pa dikreasikan ini dapat dikatakan
npa ga dengan kreatif tetapi
ga mb membalikkan tiap akronim ASU
mb ar kata, tetapi tidak mengandung nilai
ar he menghilangkan disfemia. Asu
he wa maknanya. dalam bahasa
wa n Jawa berarti
n anji ASU (Aku Sayang „anjing‟ dalam
Kamu)
anj ng) bahasa Indonesia.
Stiker pada
ing Tulisan Adapun alternatif
data (17)
) (16a) memberikan stiker yang
memanfaatkan
(16b) arahan untuk ditawarkan
bentuk akronim
An mengemudikan sebagai berikut.
agar telihat lebih
da secara hati-hati (17a) AYU
kreatif. Akronim (Aku
pel dan menjaga jarak saYang
ASU merupakan kamU)
an- dengan bagian
bentuk singkat Alternatif
pel damper kendaraan.
yang terbentuk stiker (17a) masih
an Ungkapan tersebut
dari kalimat „Aku mempertahankan
dan dirasakan lebih
Sayang kreasi dalam
jag santun dan
bentuk akronim.
a memiliki makna
Hanya saja bentuk
jar yang sopan tanpa
akronimnya
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
25

diganti dengan kata „ayu‟ berarti orang tua. vulgar dan

kosakata yang „cantik‟. Jelas Kepala mengadakan

lebih sopan memiliki makna sekolah sebagai pilihan ke stiker

dibanding dengan yang lebih positif pimpinan lembaga bijak. Guru

akronim „ASU‟. dibanding kata pendidikan bimbingan

Akronim „asu‟. mengagendakan konseling selalu

„AYU‟ diambil peminimalisasian memantau

dari huruf „A‟ Tindakan beredarnya stiker peredaran stiker di

pada kata vulgar


Bermoral: dan sekolah, dan

pertama „Aku‟, Wujud menggairahkan mengarahkan

huruf „Y‟ diambil Penyosialisaian peredaran stiker pemilihan

dari huruf ketiga Stiker Bijak vijak di sekolah. pemakaian stiker

kata „sayang‟, Pihak- Kepala sekolah bijak.

sedangkan huruf pihak yang dibantu wakil Penulis

„U‟ diambil dari bertanggung kepala sekolah stiker merasa

huruf terakhir jawab dalam bidang kesiswaan bahwa dirinya

kata „kamu‟. tindakan bemoral dalam rangka turut bertanggung

Adapun dalam yang berwujud pelaksanaan jawab sebagai

bahasa Jawa, sosialisasi stiker penjaga moral

sosialisasi stiker kesiswaan, guru, bijak. Guru anak didi di

bijak antara lain: guru bimbingan memiliki tugas sekolah, maka

kepala sekolah, konseling, mendorong anak tindakan

wakil kepala masyarakat –si didik menghidnari menghasilkan

sekolah bidang penulis stiker dan pemakaian stiker stiker vulgar

Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral


26

dihentikan. helm maupun digunakan anak yang terlibat

Masyarakat – sepeda motor. didi SMA dalam

orang tua meneliti Apabila Muhammadiyah penyosialisasian

kembali perilaku diciptakan se-Surakarta stiker bijak (hasil

anak dalam gerakan berpotensi pengkreasian

menempel stiker sosialisasi stiker mempengaruhi stiker vulgar) ini.

baik di bijak ini secara moral anak didik.

kompak, maka Stiker vulgar

tidnakan negatif tersebut dapat

anak didik dapat dikreasikan

dikembangtumbu menjadi stiker

hkan secara baik. bijak. Stiker bijak

PENUTUP inilah yang

Stiker disosialisasikan

digunakan anak sehingga menjadi

didik SMA dan tandingan stiker

dipasang/ditempe vulgar. Kepala

l di helm dan sekolah, wakil

sepeda motor. kepala sekolah,

Stiker yang guru, guru

digunakan berupa bimbingan

stiker tidak vulgar konseling, dan

dan stiker vulgar. masyarakat

Stiker vulgar menjadi pihak

Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1


Karseno. 2013. “Analisis Pemakaian
Disfemia pada Komentator Sepakbola
Liga Indonesia di ANTV”. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UMS.

Moleong, Lexy. 2011. Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosdakarya.

Putra, Syarif Ady. 2015. “Analisis Isi


DAFTAR PUSTAKA
Kekerasan Verbal pada Tayangan
Pesbukers di ANTV”. E-Jurnal Ilmu
Agnibaya, Rangga. 2012. “Kekerasan Komunikasi. Volume 3, Nomor 1,
Simbolik Media Massa pada Halaman 281-294.
Pemberitaan Bonek: Critical
Discourse Analysis Berita Media”. Rifai, Ahmad. 2012. “Analisis Disfemia
Tesis. Program Linguistik: Fakultas dalam Tajuk Rencana Koran Kompas
Ilmu Budaya UGM. Edisi Januari 2011 serta Implikasinya
dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Agustina, Endah. 2013. “Humor Kekerasan Indonesia di SMA”. Skripsi. Surakarta:
Film Anak-anak Televisi Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan UMS.
Pembentukan Pola Pikir Anak-anak”.
Jurnal UNIVERA. Vol.2 No.2 Suraya. 2013. “Representasi Kekerasan
Halaman. 7-25. Simbolik dalam Iklan Anak-anak”.
Jurnal Komunikator. Vol.5, No.1,
Aminuddin. 2008. Semantik: Pengantar Halaman 40-52.
Studi tentang Makna. Bandung: Sinar
Baru Algensindo. Utami, Anari Wahyu. 2015. “Studi
Mengenai Tindak Kekerasam Verbal
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur dan Nonverbal oleh Guru terhadap
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Siswa SMA Negeri di Surakarta Tahun
Ajaran 2014/2015”. Skripsi. Surakarta:
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa UNS.
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Wahyudi, Agus Budi dan Yakub Nasucha.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2015. “Pemetaan, Peminimalisasian,
2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Pengkreasian, dan Penggalian Dampak
PT Refika Aditama. Stiker Vulgar di Lingkungan Pelajar
SMA Surakarta”. Laporan Penelitian
Istiana, Rahayu Nur. 2006. “Analisis Unggulan Perguruan Tinggi Tahun I.
Pemakaian Disfemia pada Rubrik Dibiayai Koordinasi Perguruan Tinggi
Gagasan Surat Kabar Solopos”. Swasta Wilayah VI Kementerian
Skripsi. Solo: UNS. Pendidikan dan Kebudayaan sesuai
dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Hibah Penelitian
No.007/K.6/KM/SP2H/Penelitian_BA
TCH-1/2015, 30 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai