OLEH :
090701008
SKRIPSI
OLEH:
REYZA FATHUR RAHMI
090701008
Ketua,
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan saya tidak
benar saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang
saya peroleh.
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
skripsi ini. segala anugerah dari Yang Maha Kuasa telah menuntun dan
Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi
ini adalah “Pesan Moral dan Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna
kesulitan tetapi penulis juga banyak mendapat bantuan berupa dukungan, nasihat,
perhatian, bimbingan dan juga doa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
1. Dr. Syahron Lubis, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.
selama perkuliahan.
terbesar dalam hidup penulis yaitu ibu terkasih Almh. Azizah Hanum
opung tersayang Dra. Hj. Siti Alchiar Nst terimakasih untuk jiwa
SH, Abdul Haris Lubis, Seri, Amir Syarifuddin, Siti Kodiyah. Etek
tersayang Ipong, Dani Afif, Fandi, Hanif, Syifa, Sarah, dan Fathi
terima kasih doanya. Kalian semua berarti dan akan selalu demikian.
Irma Sari, Rama Wati, Safiriyani, Siti Aminah, Alwi, Dwi, Tiwi, dll.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun agar lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Semoga
skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang “Pesan
Moral dan Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara:
Hormat saya,
PERNYATAAN ............................................................................................................ i
ABSTRAK ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
SASTRA
4.1.3 Ketaatan pada Orang Tua dalam Novel Sepatu Dahlan ........................................ 38
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
lahirnya sebuah karya sastra yang akhirnya dijadikan sebagai media untuk
media pembelajaran yang banyak disukai orang untuk menyampaikan nilai atau
masalah sosial: masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra (genre), mitos,
simbol (Wellek dan Austin 1989: 109). Menurut Watt (dalam Endraswara
2011:22) karya sastra yang baik memberikan fungsi sebagai: (1) pleasing, yaitu
kenikmatan hiburan. Karya sastra dipandang sebagai pengatur irama hidup hingga
didaktif. Karya sastra telah menawarkan ajaran moral, kesadaran moral yang
Pesan moral dalam karya sastra adalah amanat yang ingin disampaikan
kepada pembaca mengenai baik buruk perilaku manusia yang hidup dalam
Moral menjadi tolok ukur dalam hal menilai perilaku seseorang. Ketika
seseorang memiliki moral yang baik tentunya akan dapat memilah mana kelakuan
yang pantas mana yang tidak pantas, mana yang baik mana yang benar atau mana
yang etis dan tidak etis. Kemampuan seperti ini tentunya sangat penting
dari berbagai sisi dengan segala efek positif-negatif, diantaranya pergeseran nilai-
sudah menjadi realitas kehidupan sosial, padahal seharusnya konsep yang dianut
keadaan ini tentunya menjadi masalah bersama. Berbagai upaya dilakukan dalam
hal memperkenalkan kembali moralitas ini pada individu, mulai dari didikan
orang tua, sekolah, hingga karya sastra juga turut memberikan sumbangsih
Moral dan Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara:
Tinjauan Sosiologi Sastra”. Pesan moral dan motivasi merupakan dua hal yang
adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya
untuk melakukan tindakan-tindakan. Motivasi itu tampak dalam dua segi yang
berbeda, yaitu dilihat dari segi aktif dan dinamis, motivasi tampak sebagai suatu
potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan
tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan dilihat dari segi pasif dan statis,
menjadi alat pendidikan agama dan selanjutnya juga menjadi alat pendidikan
moral. Moral adalah bagian hidup bermasyarakat. Pahlawan rakyat dan tokoh-
tokoh sering membawa pesan ajaran moral. Itu sebabnya peneliti akan menelaah
sejauh mana isi novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara ini mengandung
Sepatu Dahlan bercerita tentang tokoh Dahlan yang meski di usia muda
sepeda adalah barang mewah yang begitu diinginkan Dahlan karena dengan dua
benda itu akan lebih mudah bagi Dahlan untuk menjemput ilmu di sekolah dan
adalah cara paling tepat untuk terlepas dari belitan kemiskinan, itulah yang
sekiranya ada di benak Dahlan. Novel Sepatu Dahlan merupakan objek penelitian
Hakikat sastra dan sosiologi adalah dua ilmu yang tidak terlepas dari peran
yang sama, yaitu manusia dan masyarakat (Ratna 2003: 2). Akan tetapi berbeda
dalam hal penggarapannya, sosiologi lebih mengarah kepada faktual dan objektif
sedangkan sastra lebih dominan pada rekaan atau imajinasi dan cenderung bersifat
sebagai berikut:
sosiologi sastra yang merupakan interdisiplin antara ilmu sosiologi dan sastra.
Karya sastra yang selalu bersinggungan dengan kehidupan sosial bercermin pada
representasi dari kehidupan nyata yang digabung dengan proses kreatif pengarang,
maka sosiologi sastra membantu karya sastra untuk dinilai, dianalisis dan
bahan penelitian adalah tanggapan yang luar biasa dari pembaca sehingga novel
ini masuk dalam jajaran novel Best Seller, banyak komentar positif dari orang-
orang yang dari segi intelligent sudah tidak diragukan lagi, sebut saja Andy F.
Noya, host Kick Andy talk show yang selalu menghadirkan bintang tamu
tertarik untuk membahas sejauh mana novel ini memberikan pesan moral dan
motivasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam
1. Apa sajakah pesan moral yang disampaikan dalam novel Sepatu Dahlan?
Agar penelitian ini terarah dan mencapai tujuan dengan baik maka diperlukan
batasan masalah. Peneliti membatasi masalah hanya pada pesan moral dan
sastra, khususnya pada interdisiplin ilmu sosiologi sastra dalam hal menggali
2. Membantu para pembaca untuk memahami isi dari novel Sepatu Dahlan
khususnya dalam hal pesan moral dan motivasi yang tidak semua tertulis
ceritanya.
4.1 Konsep
aspek yang menyangkut apa saja yang akan diteliti, sehingga ruang lingkup materi
yang akan dikaji menjadi linear (terarah) tidak melebar kepada hal-hal yang tidak
Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 856) adalah 1 perintah,
Menurut Lillie (dalam Budiningsih 2004: 24) kata moral berasal dari mores
(bahasa Latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey
(dalam Budinigsih 2004: 24) mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang
merupakan suatu acuan untuk menilai baik buruknya perilaku seseorang. Semakin
sesuai perilaku seseorang dengan moral yang ditetapkan dalam masyarakat maka
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat
hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan
sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan,
Jenis ajaran moral sangat luas, bisa dikatakan tidak berbatas segala yang
Moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat
(ajaran tt) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
dsb; akhlak; budi pekerti; susila; 2) kondisi mental yang membuat orang tetap
berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan
cerita.
dari pesan moral berarti amanat yang ingin disampaikan tentang ajaran baik buruk
yang diterima mengenai perbuatan dan kewajiban yang berkenaan tentang budi
di masyarakat.
Pada penelitian ini, permasalahan pesan moral yang diungkap dari novel
artinya berupaya sekuat tenaga agar setia kepada sumpah atau janji yang telah
namun merugikan pihak lain. Tidak berperilaku negatif dengan sengaja dan
Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia, tidak dapat disangkal
bahwa masalah kejujuran merupakan hal yang pelik dan rumit karena jujur
tidaknya seseorang tidak selalu diketahui oleh orang lain. Hati nurani yang
untuk menanamkan kejujuran dalam diri. Jika setiap individu telah menanamkan
kejujuran dalam diri, sejatinya akan dinilai baik pula moralitasnya. Kejujuran bisa
menjadi pengontrol yang baik dalam diri seseorang karena dengan adanya
mengemukakan bahwa itu merupakan salah satu dari 12 (dua belas) dimensi
kewajiban manusia dalam kristalisasi akhlak yang baik. Atas segala rahmat-Nya
manusia jelas berutang budi yang besar, Dialah yang wajib diibadahi dan ditaati
oleh segenap manusia maka sudah sepatutnya apabila manusia berterima kasih
atas segala pemberian-Nya dengan salah satu cara diantaranya, yaitu taat.
difirmankan. Taat ini juga dimaksudkan sebagai takwa, yakni memelihara diri
Pesan moral yang selanjutnya yaitu tentang ketaatan terhadap orang tua, hal
inipun masih termasuk ke dalam 12 (dua belas) dimensi kewajiban manusia dalam
kristalisasi akhlak yang baik menurut Salam. Orang tua adalah orang yang paling
dan memenuhi kebutuhan anaknya. Adapun kewajiban anak terhadap orang tua
Menurut Salam (2000: 63) bermula dari rasa moral, menjadi kesadaran moral, dan
dari sini tumbuh menjadi kewajiban moral, dari sini pula melahirkan rasa
ini dapat dijadikan dasar bahwa loyalitas dalam pertemanan merupakan bagian
dari moral. Tindakan tersebut dikatakan sebagai tindakan yang baik (bermoral)
positif.
4.1.2 Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang
motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat dikatakan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-
mendesak.
Motivasi bisa datang dari berbagai macam aspek kehidupan, tidak harus
melalui acara khusus yang memang diperuntukkan untuk ajang motivasi atau
cerita tentang kesuksesan tokoh ternama, tetapi terkadang motivasi bisa datang
dari hal-hal kecil yang memberikan efek luar biasa pada kehidupan seseorang.
Tidak jarang kata-kata mutiara atau pepatah mampu menjadi daya penggerak
Dahlan tokoh Dahlan termotivasi oleh pepatah Jawa yang terukir di dinding
Peran lingkungan juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja dalam hal
terdekat yaitu keluarga dan teman yang menjadi inspirasi bagi seseorang untuk
mencapai tujuan.
Menurut Malayu (2005: 143), motivasi berasal dari kata latin movere yang
kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi
optimal.
adalah:
Dalam KBBI (2007: 756) motivasi adalah 1) dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
perbuatannya.
Novel Sepatu Dahlan berkisah tentang kehidupan tokoh Dahlan seorang anak
yang tinggal di daerah Takeran. Tokoh Dahlan dalam novel ini sebenarnya adalah
sosok dari menteri yang saat ini menjabat di bidang BUMN Dahlan Iskan. Beliau
menjadi inspirasi bagi Khrisna Pabichara untuk menceritakan bait demi bait
perjalanan hidup Dahlan Iskan yang dulunya hidup dengan keadaan yang tidak
berkurang, meski harus berjalan kaki sejauh belasan kilometer untuk menuju
sekolahnya, Dahlan tetap semangat. Tapak kaki yang melepuh seolah tidak
menjadi penghalang bagi Dahlan. Dahlan dan impian kecilnya: sepatu dan sepeda,
yang menurut Dahlan akan sangat membantu apabila ia memiliki keduanya dan
mudah bagi Dahlan untuk sampai ke sekolah. Dari dua benda yang diinginkan
Sesuai dengan judulnya, sepatu dalam novel ini bukan merupakan kiasan,
tetapi arti yang sebenarnya, yaitu sepatu sebagai benda. Kisah Dahlan dalam
menyelesaikan masalah, maka sangat penting apabila teori yang dipakai benar-
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra.
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar
kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi
mengalami perubahan makna, soio atau socius berarti masyarakat, logi atau logos
berarti ilmu. jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal- usul dan pertumbuhan
2003: 1).
memberi petunjuk dan instruksi. Tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti
kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik
(Ratna 2003: 1). Penelitian ini mengangkat novel Sepatu Dahlan sebagai objek
Sosiologi sastra merupakan interdisiplin dari dua ilmu yang berbeda, yaitu
sosiologi dan sastra. keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia
dan masyarakat. Meski objek kajian dari kedua ilmu tersebut sama, tetapi ada
bersifat subjektif dan rekaan. Adapun defenisi dari sosiologi sastra sangat
beragam tetapi defenisi yang paling mendekati dengan penelitian ini adalah
sebagai (1) ungkapan historis, ekspresi suatu waktu, sebagai sebuah cermin, (2)
karya sastra memuat aspek sosial dan budaya yang memiliki fungsi sosial
berharga. Aspek fungsi sosial sastra berkaitan dengan cara manusia hidup
Jika dikaitkan dengan penelitian yang berjudul “Pesan Moral dan Motivasi
dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khirsna Pabichara” ini mengangkat pesan
moral dan motivasi yang keduanya dianggap sebagai aspek kehidupan dalam
bermasyarakat. Jelas bahwa kajian sosiologi sastra adalah kajian yang tepat untuk
penelitian ini. Teori sosiologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini
Swingewood (dalam Yasa 2012: 24) menegaskan bahwa karya sastra adalah
suatu jagat yang merupakan tumpuan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia
karena di samping makhluk sosial, dinamika sosial budaya akan sangat sarat
antara fakta imajiner dengan fakta realitas sebagai bukti bahwa sastra adalah
refleksi sosial.
dalam satu situasi rekaan untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia
sosial.
permasalahan yang diangkat pada skripsi, tetapi penelitian yang menjadikan novel
Sepatu Dahlan sebagai objek kajian baru pertama kali dilakukan. Penelitian ini
menitikberatkan pada pesan moral dan motivasi yang terkandung dalam novel.
Indonesia Universitas Sumatera Utara (USU) dan juga melalui media internet
kali ini. Adapun beberapa skripsi yang pernah mengangkat aspek moral, motivasi
Ginting (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Saat untuk Menaruh Dendam
dilakukan terhadap novel Saat untuk Menaruh Dendam dan Saat untuk Menaruh
Cinta: novel ini membahas masalah-masalah moral dengan tema kawin paksa
karena pergaulan bebas. Peristiwa secara umum berlatar di seputar kota Jakarta
manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lainnya dalam suatu
tentang unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra yang meliputi: alur,
penokohan, gaya bahasa, latar pusat pengesahan dan tema. Penelitian ini
dalam tubuh novel Orang-Orang Proyek, yaitu : latar, alur, penokohan, dan tema.
2. Penelitian ini juga menganalisis nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel
Orang-Orang Proyek, seperti: nilai budaya, nilai politik, dan nilai percintaan.
Didaktis Pada Tiga Cerita Anak”. Skripsi ini meninjau dari segi instrinsik atau
yang menyangkut struktur karya itu sendiri, pembahasannya meliputi gaya bahasa
(yang pengertiannya sama dengan pengertian tentang gaya bercerita atau style,
alur atau plot, latar atau setting dan tema yang terdapat di tiga cerita anak tersebut.
sedangkan segi ekstrensik yang berkaitan dengan segi pendidikan baik formal
dalamnya.
Terdapat dalam Novel Maut dan Cinta Karya Mochtar Lubis”, pokok
dalam karyanya tersebut amat jarang kita jumpai dalam bentuk tersurat. Amanat
itu disampaikan pengarang melalui dialog tokoh yang satu pada tokoh yang lain
skripsinya yang berjudul “Aspek Moral dalam Lirik Lagu Jamrud: Tinjauan
pergaulan yang kurang terkontrol serta diawasi baik di keluarga, sekolah, maupun
lingkungan.
perbedaan yang terdapat pada skripsi yang sudah ada sebelumnya dengan
kemudian aspek yang ditinjau oleh peneliti, misal pada penelitian Irwaning ia
mengemukakan tentang nilai-nilai didaktis melalui gaya bahasa dalam karya yang
(style), fokus pada pesan moral dan motivasi yang ada dalam Sepatu Dahlan.
Skripsi Pranata membahas tentang nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel
penelitian ini, meski pesan moral merupakan nilai sosial tetapi peneliti tidak
membahas unsur nilai politik dan nilai percintaan. Beberapa penelitian di atas
tetapi untuk penelitian ini tidak dituliskan secara eksplisit walaupun langkah awal
METODE PENELITIAN
sebagai teknik pengumpulan data. Dalam buku yang berjudul Metode Penelitian
sesuai dengan yang diutarakan Hall (dalam Endaswara 2011: 103) cukup penting
diperhatikan bagi peneliti sosiologi sastra yang hendak mengumpulkan data. Data
itu tersedia dan banyak, tidak terstruktur, maka peneliti perlu mengumpulkan data
prespektif yang berfokus pada (1) teks, (2) sastrawan, (3) fungsi sosial, (4)
dokumen budaya, (5) struktur genetika, dan lain-lain. Dalam penelitian ini,
yang dituliskan oleh Endaswara (2011: 105), yaitu: (1) melalui pembacaan
menerus, sesuai bahasa simbol sosial, dikaitkan dengan konteks serta pengaruh
melakukan pencatatan pada kartu-kartu kecil sesuai dengan data yang ditemukan
sebelumnya, data mana yang masuk pada pesan moral kejujuran, ketaatan dalam
beribadah, ketaatan pada orang tua, loyalitas dalam berteman, dan data mana yang
masuk pada kelompok pepatah yang memotivasi, motivasi dari teman dan
sosiologi sastra.
Ukuran : 14 x 21 cm
Cetakan : kedelapan
Tahun : 2012
Warna sampul : biru langit, putih, kuning telur, hijau lumut, dan hitam
sepasang sepatu.
(Endaswara 2011: 111). Adapun langkah-langkah analisis yang dikutip dari buku
(1) analisis diawali dari asumsi bahwa penelitian selalu bermula dari
pertanyaan berkaitan dengan gejala yang muncul sebagai akibat hubungan
antara karya sastra dan lingkungan sosialnya, (2) peneliti memanfaatkan
konsep pemahaman (verstehen) terhadap karya sastra secara mendalam
dengan mengungkapkan dan menguraikan gejala sosial, (3) data yang
dianalisis bisa berasal dari berbagai hal yang menyangkut hubungan-hubungan
antara karya sastra dan sistem sosial, (4) nilai-nilai dan norma tingkah laku,
riwayat hidup pengarang, proses penerbitan, pembaca sasaran, dan berbagai
isu sosial lain bisa saja dianalisis lebih mendalam (Endaswara 2011: 113).
tafsiran. Gagasan Swingewood (dalam Endaswara 2011: 115) esensi analisis data
yang diikuti dalam penelitian tersebut hanya pada point tertentu yang memang
dengan mempergunakan teknik simak dan catat data yang terdapat pada novel
Sepatu Dahlan, yaitu membaca dan menyimak objek kajian terlebih dahulu lalu
kemudian mencatat hal-hal yang terkait dengan rumusan masalah yang telah
ditemukan dalam penelitian ini, hal ini dapat ditegaskan dengan salah satu ciri
perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu
sebagai studi kultural (Ratna, 2004: 46).Adapun data awal dalam penelitian ini
sebagai berikut:
“Hanya ada satu yang disegani Bapak. Kiai Mursyid... dari sana bermula
muslihat yang melintas dalam benakku.” (Pabichara, 2012:24)
“Dengan suara pelan, aku berkata, aku bermimpi bertemu Kiai Mursjid...”
“Belum lagi rampung kalimatku, bapak sudah duduk bersila menekur di
depanku, tenggelam dengan ketakziman yang tak terbayang olehku.”
“Apakah kesunyian ini aku nikmati? Tidak, aku merasa sangat bersalah.
Malah mungkin aku telah menjadi anak durhaka, mempermainkan
perasaan orang tua sendiri. Air mataku menetes, sungguh. Aku sedang tak
berniat mengambil keuntungan apapun dari kesungguhan Bapak di depan
mataku...”(Pabichara, 2012:25)
seorang anak semula ingin membohongi orang tuanya pada akhirnya tidak mampu
melakukannya karena dorongan nurani untuk berkata jujur lebih kuat. Sudah
seharusnya, sebagai manusia yang dianugerahi akal pikiran oleh yang Maha
Kuasa untuk tidak memupuk sifat dusta dalam diri. Apapun alasannya
“Lapar ndak berarti harus maling, Dik. Bukan karena nama baik keluarga,
tapi mbak takut itu jadi kebiasaan. Setiap perut kalian lapar, nyuri jadi
pilihan.”
“Ojo wedi mlarat. Yang penting tetap jujur!” (Pabichara, 2012: 109)
sampai posisi saat ini sebagai menteri BUMN. Akhirnya Dahlan membuktikan
sepatu dan sepeda yang diimpikannya pada saat kecil tidak terulang pada anaknya
di masa ini yang tentu dengan mudah mendapatkan fasilitas tidak seperti Dahlan
saat masa kecil. Sebaris motivasi itu yang kemudian ditanamkan erat di
pikirannya agar tetap menjadi orang yang kaya harta dan kaya iman.
amanat yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca, baik itu melalui
tokoh atau alur yang terdapat dalam cerita. Moral adalah hal-hal yang
Jenis ajaran moral sangatlah luas menyangkut pada setiap persoalan hidup
dikaji adalah kejujuran, ketaatan dalam beribadah, ketaatan pada orang tua,
dan loyalitas dalam berteman. Sedangkan unsur lainnya, yaitu motivasi akan
sebagai salah satu dari nilai moral yang diapresiasikan sebagai perilaku positif
Kejujuran tidak selalu ada dalam diri manusia, seringkali justru kebohongan
pribadi yang lebih baik kejujuran adalah nilai yang harus ditanamkan sejak dini
masing dan sekuat apa pondasi keimanan seseorang yang akan menghantarkannya
pada pilihan baik atau buruk, jujur atau bertindak curang (berbohong).
Syaikh Al- Utsaimin (dalam blog Dwi Handaru) mengutarakan hakikat jujur
adalah selarasnya kabar dengan realita, baik berupa perkataan atau perbuatan.
dinilai dari ketepatan pengakuan atau yang dibicarakan dan tindakan seseorang
dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang
Setiap agama pasti mengajarkan kebenaran begitu pula halnya dalam tindak-
tutur. Dalam agama Islam misalnya, kejujuran bagi seorang muslim bukan
sekadar akhlak yang utama saja yang wajib dilakukan tanpa lainnya, akan tetapi
dipandang lebih jauh daripada itu sebagai penyempurna Islam, sebab Allah yang
“Hai, orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
Keutamaan berlaku jujur bukanlah untuk sekadar citra baik yang didapat dari
penilaian masyarakat saja atau terlebih dari Sang Pencipta. Namun lebih dari itu,
kejujuran memberikan dampak positif, selain balasan pahala yang dijanjikan Sang
ceritanya. Dalam novel ini kejujuran dituliskan sebagai salah satu unsur yang
menguatkan kesan bahwa novel ini sarat akan pesan moral. Berikut ini beberapa
“Aku akan sekolah di pesantren keluarga kita, Pak,” jawabku sambil menahan
tangis. “Kata Kiai Mursjid, kewajiban keluarga kita yang paling utama adalah
menjaga kelangsungan Pesantren Takeran.”
Sungguh, tadinya aku berniat mengatakan yang sebaliknya, bahwa sekolah
dimana saja pun bisa, tapi hatiku tidak sanggup mengatakan hal itu. Aku juga
yakin, sangat yakin, Bapak akan mengiyakan sandiwaraku jika aku meminta
mendaftar di SMP Magetan. Hal ini terlihat dari kesungguhan Bapak
mendengarkan apa saja yang kukatakan. Hanya saja, ada keperihan diam-diam
mengiris hati karena kepura-puraan ini. Aku merasa bersalah, sangat bersalah.
(Pabichara, 2012: 26)
ketika ia berniat untuk berkata tidak jujur pada ayahnya. Dahlan memanfaatkan
sosok Kiai Mursjid yang sangat disegani ayahnya agar ia diizinkan melanjutkan
sekolah di SMP Magetan. Saat Dahlan mulai menjalankan rencananya, pada saat
itulah kejujuran Dahlan di uji. Satu sisi Dahlan sangat ingin melanjutkan sekolah
di SMP Magetan tetapi di sisi lainnya nurani Dahlan menolak untuk berbohong.
hati, serta kepuasan. Dahlan yang sempat berat hati ketika akan didaftarkan ke
menjadi seorang murid yang berprestasi, seperti menjadi ketua tim bola voli,
ketua pengurus Ikatan Santri Pesantren dan mempunyai banyak teman. Ini terlihat
Berita terpilihnya aku sebagai pengurus Ikatan Santri ternyata sudah di dengar
Bapak. Itu kuketahui tak lama setelah tiba di rumah. Tidak seperti biasanya,
bukan Zain yang menjawab salamku. Tapi, Bapak. Biasanya, siang-siang
begini beliau sudah tidak ada di rumah, kecuali karena alasan khusus yang
penting atau mendesak. Jawabannya aku tahu dari mata beliau yang berbinar-
binar. (Pabichara, 2012: 163)
Balasan dari kebaikan mungkin tidak selalu datang secara instan, tetapi pasti
akan ada, seperti Dahlan yang mengutamakan berkata jujur setelah sebelumnya
Zain adiknya kelaparan. Tuhan tidak berkehendak Dahlan mencuri, maka Dahlan
pun tertangkap oleh mandor yang menjaga ladang tebu tersebut. Dahlan mendapat
hukuman menjadi kuli tanpa upah selama seminggu di ladang tebu tersebut.
Berita Dahlan mencuri sebatang tebu karena lapar pun akhirnya menyebar,
termasuk terdengar oleh Mbak Sofwati kakak Dahlan. Mbak Sofwati kemudian
“Lapar ndak berarti harus maling, Dik. Bukan karena nama baik keluarga, tapi
Mbak takut itu jadi kebiasaan. Setiap perut kalian lapar, nyuri jadi pilihan.”
Perutku seperti ditonjok keras-keras dan tepat mengenai ulu hati.
“Ojo wedi mlarat. Yang penting jujur!”
Aku melirik ke arah Zain Zain yang sedang menunduk. Sebenarnya aku sangat
ingin membantah. Dadaku terasa sesak. Tetapi, mendengar suara Mbak
Sofwati yang tiba-tiba melembut, dalam tekanan yang tenang dan sejuk, aku
tidak mengatakan apapun.
.... aku tetap diam beberapa saat, menikmati kecemasan, ketakutan, dan rasa
bersalah. (Pabichara, 2012: 109)
Perilaku jujur atau tidak jujur seseorang juga tergantung pada perilaku orang
tua dan keluarga serta lingkungan. Emile Durkheim (1964: 67) dan Randall Collin
ketidakjujuran dapat timbul dari diri sendiri ataupun dari lingkungan. Untuk itulah
sangat penting kejujuran diajarkan pada setiap individu. Peran keluarga tentunya
sangat dibutuhkan dalam pembentukan perilaku jujur, seperti Mbak Sofwati yang
mencuri.
agama ataupun norma susila yang berkembang di masyarakat. Perilaku ini sama
Nasehat Mbak Sofwati yang terasa begitu mengena bagi Dahlan memberikan
contoh nyata pada pembaca bahwa sekeras apapun hidup tetaplah berlaku jujur,
sebab kejujuran memberikan ketenangan dalam hidup. Tuhan pasti berlaku adil,
sebelumnya. Dahlan belajar dari kejadian, ia jera berlaku curang hal ini
dibuktikannya ketika ia dan Zain adiknya kembali merasakan lapar. Dahlan tidak
Tidak, aku tidak akan mencuri lagi. Maka, kubatalkan niat menebang
pohon pisang itu. Aku berlari, terus berlari. Nafas mulai ngos-ngosan,
tersenggal-senggal, dan azan magrib mengentak-entak gendang telinga.
Aku masih berlari dan baru berhenti setelah tiba di jalanan di depan
rumah. Dengan nafas tersenggal-senggal dan tubuh lunglai, aku memasuki
halaman rumah. Tiba-tiba terdengar suara seseorang berseru memanggil
namaku. Komariyah sedang berjalan ke arahku dengan tangan memegang
sesuatu yang ditutupi dengan kain batik. (Pabichara, 2012: 95-96)
“Titipan ibuku.”
“Apa itu?”
“Nasi tiwul, ikan teri, dan sambel terasi”
Aku tercekat karena rasa haru. Seketika tubuh Komariyah seperti tersaput
awan putih dan sepasang sayap tumbuh di punggungnya. Dia tersenyum
sangat manis bagai peri cantik yang, entah kapan, pernah kujumpai di
dalam mimpi, mengangguk-angguk penuh semangat lalu bergegas pamit
untuk bersiap-siap salat berjamaah di langgar. Aku bahkan lupa
mengucapkan terima kasih kepadanya saking haru dan bahagianya hatiku.
Tuhan memang selalu punya cara rahasia untuk membahagiakan hamba-
Nya. (Pabichara, 2012: 96)
niatnya untuk mencuri maka Tuhan mengganti pisang dengan makanan lezat yang
setimpal atas apa pun yang diperbuat hamba-Nya. Jadi, alangkah baiknya apabila
setiap kehidupan selalu diisi dengan kebaikan, maka Tuhan pun akan
Ibadah berasal dari bahasa Arab. Ibadah menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 415) perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang di
Ibadah menurut agama Islam dapat dilihat dari beberapa pemahaman yang
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah (blog immawati catatan sahabat santri)
ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai oleh Allah
(batin) maupun yang nampak (lahir). Termasuk pula di dalamnya rasa cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-
Orang yang beribadah kepada Allah mereka akan senantiasa patuh dan tunduk
kepada kehendak dan arahan Tuhannya, baik itu terlihat dari perilaku ataupun
ucapan. Seperti dalam novel Sepatu Dahlan pada beberapa bagian paragraf
contohnya:
Pada kutipan di atas bentuk ketaatan Dahlan pada Yang Maha Kuasa terlihat
Doa adalah senjata orang mukmin. Doa adalah cara terbaik meminta kepada Sang
Pencipta. Saat seseorang memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa itu artinya ia
percaya akan kekuatan Tuhan dan percaya saja sudah termasuk bentuk ibadah.
tiang agama, hukumnya wajib untuk dilaksanakan, ibadah ini pulalah yang sering
kali ditemukan dalam beberapa paragraf. Kemudian kegiatan ibadah lainnya yaitu
mengaji dan bahkan hal sekecil mengucapkan bismillah pun untuk mengawali
ceritanya memiliki unsur ibadah yang memang wajib dijalankan setiap umat Islam
(tokoh-tokoh yang bermain dalam novel ini diceritakan menganut agama Islam).
Taat berarti patuh dan tunduk, maka dapat dilihat bagaimana para tokoh menaati
Bersikap patuh dan taat kepada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap
anak. Taat kepada orang tua juga merupakan bagian dari wujud ketaatan terhadap
Sang Pencipta atau sama dengan ibadah. Orang tua senantiasa memberikan kasih
sayang dan berusaha keras untuk menghidupi anak yang telah dianugerahkan
Sang Pencipta kepada mereka dengan penuh cinta kasih, sehingga sudah
sepatutnya bagi seorang anak untuk berlaku taat terhadap kedua orang tuanya
selama yang diperintahkan oleh orang tua masih pada jalan yang benar.
Agama mana pun juga memberikan ajaran yang sama tentang berbakti
kepada orang tua. Begitu pula dengan agama Islam, para ulama sepakat bahwa
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada ibu bapak) merupakan perintah, dan
Kewajiban dalam berlaku baik atau taat kepada orang tua bukanlah hal yang bisa
dikecilkan begitu saja. Banyak firman Allah dan juga sabda Rasulullah yang
menguatkan akan pentingnya bakti seorang anak terhadap orang tua (dalam blog
Abu Hamzah) adalah: “Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan
kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua” (Riwayat Tarmidzi
dalam Jami’nya (1/346), hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah
no.516).
Selain dasar yang kuat dari setiap agama taat (berbakti) pada orang tua pun
termasuk pada perilaku terpuji yang sesuai dengan norma yang ada dalam
pada orang tua. Hampir setiap daerah punya versi cerita masing-masing, sebagai
contoh: Sampuraga dari daerah Sumatera Utara, Malin Kundang dari Sumatera
keseluruhan isinya mengandung amanat agar anak berbakti pada orang tuanya
karena jika sampai seorang anak menyakiti hati orang tua mereka maka Sang
Sama halnya dengan novel Sepatu Dahlan, dalam novel ini beberapa
bagian ceritanya terlihat kuat dalam memberikan kesan akan ketaatan (bakti) pada
orang tua. Adapun perilaku ketaatan pada orang tua yang terlihat dalam novel
dua angka merah dalam rapornya. Gejolak hati Dahlan yang kemudian
pada orang tuanya. Ketika rasa penyesalan atau rasa bersalah dirasakan oleh
seorang anak yang merasa telah berbuat salah pada orang tuanya dapat diartikan
sebagai wujud ketaatan pada orang tua. Karena dengan adanya rasa penyesalan
berarti si anak masih memikirkan perasaan orang tuanya dan dengan begitu akan
beralih pada rasa hormat merupakan rangkaian sebuah proses ketaatan (bakti)
kepada orang tua. Dengan adanya rasa hormat akan menjadi “benteng” yang
Hilangnya rasa hormat anak pada orang tua akan berakhir pada
perintah atau bahkan durhaka pada orang tuanya. Selain kutipan di atas contoh
lain yang juga merupakan bentuk ketaatan terhadap orang tua yang terdapat dalam
novel Sepatu Dahlan ini tergambar dalam kutipan paragraf berikut ini:
Selama ini aku dan Zain dilarang keras belajar bersepeda oleh Bapak, dan aku
belum berniat mencoba melanggar larangan itu. Seperti aturan-aturan lain di
rumahku, larangan itu pun tak boleh dilanggar. Kedisiplinan Bapak itu telah
mengkristal di hatiku. Larangan bukan lagi sesuatu yang bisa membangkitkan
rasa penasaran, melainkan nilai yang sudah mendarah daging. (Pabichara,
2012: 114-115)
bapaknya untuk tidak memakai barang yang bukan milik sendiri. Begitu kuat
nasehat bapak tertanam dalam pikirannya. Walaupun pada saat itu Bapak tidak
Ketaatan tidak hanya berupa kepatuhan seorang anak terhadap aturan yang
dibuat oleh orang tuanya. Selain itu, ketaatan kepada orang tua juga dapat
Malam sudah tiba. Ibu sudah siap-siap menceburkan diri dalam kebisuaan.
Selembar kain mori, yang baru diterimanya tadi pagi, sudah ditaruh di atas
tikar pandan. Lampu teplok sudah dipindahkan ke cantolan paku di tiang
tengah rumah. Tanpa disuruh, aku angkat gawangan—penyangga kain mori
setinggi lima puluh senti—dan meletakkannya tepat di bawah lampu teplok.
Sementara Zain mengangkat dingklik, tempat duduk ibu selama mbatik.
(Pabichara, 2012: 47-48)
yang berbakti pada orang tua. Penggalan dialog yang terdapat pada halaman 46
untuk mengantarkan kain mori ke rumah para pembatik. Padahal saat itu Dahlan
baru saja berjalan sejauh beberapa kilometer sepulang sekolah. Namun, karena itu
adalah permintaan ibu, Dahlan tidak ingin mengecewakan ibunya dengan menolak
permintaan tersebut. Meski lelah tanpa berat hati Dahlan tetap menjalankan
permintaan ibunya.
Pada halaman selanjutnya 47 dan 48, bakti Dahlan dan adiknya Zain kembali
terlihat. Tanpa diminta Dahlan dan Zain membantu pekerjaan ibu saat membatik.
Anak yang berbakti adalah anak yang mau turut membantu orang tuanya,
Aristoteles seorang ahli pikir Yunani menyatakan bahwa manusia adalah zoon
politicon, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang selalu ingin
bermasyarakat. Dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal
sebagai makhluk sosial. Sosialitas adalah kodrat manusia. Manusia tidak akan bisa
hidup sendirian.
membentuk kelompok sesama manusia lainnya untuk hidup bersama atau dengan
kata lain bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri, ketika manusia hidup dalam
masyarakat, tentu akan ada orang-orang tertentu yang hubungannya lebih akrab
selain keluarga.
Aristoteles menyatakan (dalam blog Zeniar Badriah) bahwa sahabat sejati adalah
hubungan pertemanan ini juga dapat terjalin di lingkungan kerja. Dalam menjalin
a. Kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain.
b. Simpati dan empati.
c. Kejujuran, barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain
untuk mengucapkan kebenaran.
d. Saling pengertian.
Novel Sepatu Dahlan tidak hanya menyajikan kisah pertemanan biasa yang
akhirnya tetap terjaga sampai mereka tua. Berikut contoh bentuk loyalitas
Teman yang baik adalah teman yang tidak hanya datang disaat tertawa tetapi
juga hadir saat temannya berada dalam masa sulit. Setiap orang tentu akan merasa
Sikap loyalitas jelas tergambar pada kutipan di atas. Seorang sahabat bahkan
rela berdoa pada Tuhan untuk menukar nyawanya demi kelangsungan hidup
temannya. Bukti kesetiaan yang luar biasa ini tentu berawal dari hubungan
satu bentuk dari loyalitas. Berikut contoh sikap saling membantu yang terdapat
Pada saat tokoh Dahlan membutuhkan sepatu, Komariyah salah satu temannya
bersama. Pada bagian ini dapat dilihat bagaimana rasa loyalitas dari teman-teman
Dahlan yang merelakan uang yang mereka kumpulkan dengan cara yang tidak
mudah karena harus menggembala domba dan nguli, karena Dahlan saat itu
sepatu tetapi tidak mau menerima begitu saja uang dari teman-temannya. Dahlan
beranggapan sepatu memang penting, tetapi kalau harus mengorbankan uang yang
dikumpulkan dengan susah payah. Tidak adil bagi Dahlan jika harus memakai
Masih tentang sepatu, kali ini loyalitas dalam pertemanan antara Dahlan dan
pertama kali ia merasakan mengenakan sepatu, itu adalah hasil dari aksi galang
diukur pada apa yang mereka berikan tetapi dari seberapa besar mereka menaruh
pesan moral: kejujuran, ketaatan dalam beribadah, ketaatan pada orang tua, dan
loyalitas dalam berteman telah ditemukan dan dianalisis. Maka, pada bagian ini
dipaparkan bagaimana pesan moral itu disampaikan dalam novel Sepatu Dahlan,
Adapun proses penyampaian pesan moral yang terdapat dalam novel Sepatu
Dahlan adalah melalui tokoh-tokoh yang dimunculkan. Hal ini beralasan karena
jika dilihat dari segi sudut pandang (point of view) novel ini mempergunakan
orang pertama tunggal (keakuan) dalam menyampaikan alur cerita, yaitu tokoh
Dahlan. Tetapi tidak semua pesan moral itu tercetus dari tokoh Dahlan, beberapa
tokoh lainnya turut memberikan peran penting dalam menyampaikan pesan moral
tersebut.
Beberapa tokoh yang juga kuat perannya adalah: Dahlan, Bapak, Ibu, Mbak
dikategorikan pada kejujuran, ketaatan dalam beribadah, ketaatan pada orang tua,
berteman.
dalam beribadah.
dalam beribadah.
Drs. Moekijat (dalam Malayu 2005: 95) menyatakan motivasi adalah suatu
Motivasi dapat ditemukan di mana saja, melalui siapa saja, dan kapan saja.
Seperti yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara ini.
Dahlan sebagai tokoh utama dalam novel ini diceritakan termotivasi oleh
Berikut ini adalah kutipan paragraf novel Sepatu Dahlan yang di dalamnya
pada Dahlan mana yang akan menjadi pilihan Dahlan, menjadi orang kaya tanpa
iman ataukah miskin namun beriman. Dengan tegas Dahlan menjawab bahwa ia
untuk menjadi seseorang yang kaya harta dan juga kaya iman. Dahlan berandai-
andai jika saja ia adalah orang yang punya cukup uang tentu ia akan dengan
sepeda.
Pepatah Jawa tersebut ternyata mampu memberikan kekuatan lebih dalam diri
Dahlan, bahwa ia harus menjadi orang kaya dan juga orang yang beriman, hal ini
kemudian dibuktikan dengan usaha keras Dahlan untuk mendapatkan dua benda
yang diinginkannya.
Rajin belajar, bekerja dengan giat dan menabung, itulah usaha Dahlan kecil
impian Dahlan terwujud, kini ia menjabat sebagai menteri BUMN. Hidup mapan
dan beriman, persis seperti apa yang diimpikan Dahlan saat masih kecil. Pepatah
lain yang juga memotivasi dalam novel Sepatu Dahlan adalah berikut ini:
Sumber bening orang bakal golek timbo. Artinya, sumur yang bening tak akan
mencari timba. Begitulah semestinya kita berlaku, tidak menyia-nyiakan waktu
untuk mencari jabatan. Akan tetapi, kalau kita diserahi tanggung jawab atas
jabatan tertentu, amanat itu harus kita laksanakan. (Pabichara, 2012: 166)
Kutipan paragraf di atas terjadi saat tokoh Dahlan terpilih menjadi pengurus
Ikatan Santri. Kiai Irsjad yang saat itu berpidato menyampaikan pepatah tersebut
sebagai pesan kepada para santri yang terpilih agar mereka mengemban dan
Adapun kutipan paragraf yang memuat motivasi dari teman dalam novel
sekolah.
Sekolah adalah tempat belajar. Tidak hanya terbatas pada mempelajari ilmu
pengetahuan tetapi juga belajar bersosialisasi. Bertemu dengan banyak orang yang
Faktanya, yang terjadi sekarang ini sering kali sekolah justru menjadi tempat
yang tidak nyaman bagi pelajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak
harmonisnya hubungan antar sesama pelajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan
Bullying adalah istilah lain untuk kata intimidasi. Saat ini, Indonesia termasuk
sebagai salah satu negara dengan kasus bullying tertinggi (dalam uniqspot.com)
bersama dengan negara lainnya, yaitu: Jepang, Finlandia, Kanada dan Amerika
Serikat.
Berbeda halnya dengan situasi yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan,
salah satu unsur yang memotivasi (terutama) tokoh Dahlan sehingga menyukai
sekolah.
Sore ini dia ditantang oleh Bejo, pembalap kerbau ternama dari Desa Waduk,
tetangga desa kami. Rambutnya seperti landak, kasar dan selalu berdiri. Di
kalangan gembala, seandainya ada kejuaran dunia balap kerbau, banyak yang
yakin juara sudah pasti menjadi milik si Bejo. Tapi bukan Nanang namanya
kalau menampik tantangan. Baginya, ajakan balapan itu seperti sebuah
pertaruhan kehormatan dan nama baik Kebon Dalem dan jika dia menang
berarti reputasi kami—para gembala dari Kebon Dalem—tetap terjaga.
Kami mengelilingi Nanang, memberinya semangat.
“Aku sampe gak iso turu. Pertarungan ini bukan cuma mempertaruhkan nama
baikku atau Bejo, tapi ini pertarungan antara kampung Kebon Dalem dan
Manding,” kata Nanang dengan berapi-api dan penuh pengahayatan, hingga
kami merasa dicekam ketegangan, ketakutan, dan kecemasan. (Pabichara,
2012: 236-237)
Dari kutipan di atas tergambar motivasi yang diberikan Dahlan dan teman-
temannya kepada Nanang. Saat itu, Nanang menerima tantangan balap kerbau dari
Walaupun semangat yang diberikan hanya berupa dukungan moril tetapi hal
kepribadiaan seseorang. Maka tidak jarang motivasi justru hadir dari keluarga.
Misalnya, seorang anak ingin belajar giat agar mendapat nilai ulangan yang
tinggi. Sebelumnya si anak telah dimotivasi terlebih dahulu oleh orang tuanya,
diberikan hadiah.
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam novel Sepatu Dahlan pun terdapat motivasi-
motivasi yang diberikan oleh keluarga. Saat Dahlan begitu menginginkan sepatu
dan sepeda, orang tua Dahlan memang tidak serta merta memberikannya karena
keterbatasan ekonomi. Akan tetapi, nasehat yang diberikan oleh orang tua Dahlan
justru menjadi motivasi bagi Dahlan agar berusaha meraih apa yang
keras. Hal ini terlihat dalam cerita ketika Dahlan akhirnya berhasil membeli
sepasang sepatu dan sepeda dari hasil jerih payahnya sendiri. Dahlan bekerja
sebagai pelatih tim bola voli anak-anak pemilik pabrik gula Gorang-Gareng.
Dan, tanpa terasa sudah tiga bulan penuh aku melatih. Upah sebesar Rp.
30.000 sudah di tangan. Langsung kubayarkan Rp. 12000 pada Arif untuk
membeli sepedanya, karena kemarin ternyata aku tidak bisa mencicil.
“Pak, besok Dahlan mau ke Pasar Madiun...”
“Beli Sepatu?”
Contoh lain yang juga membicarakan tentang motivasi untuk bekerja atau
“Kita harus berusaha sendiri,” tutur Bapak lagi. “Kita harus mencari, bukan
berhela-hela menunggu belas kasihan orang lain. Kalian punya domba atau
kerbau, piara sebaik mungkin, tawakkal dan bersyukur, rezeki akan datang dengan
cara yang bisa jadi tak pernah kalian duga. Jadi, bergembiralah. Tak perlu berkecil
hati karena hidup kita yang miskin seperti sekarang.” (Pabichara, 2012: 146)
Perkataan ibu dan bapak begitu kuat tertanam di benak Dahlan. Sehingga ia
semua keahliannya.
Motivasi lain yang juga berasal dari keluarga yang terdapat dalam novel
“Jabatan itu amanat, Le,” ujar Bapak sambil mengelus kepalaku sewaktu aku
mencium punggung tangannya. “Tirulah sifat kakakmu, Sofwati, jujur dan
disiplin.” (Pabichara, 2012: 163)
Nasehat bapak menjadi motivasi bagi Dahlan. Ia menanamkan dalam
pikirannya bahwa jabatan adalah amanat, seseorang yang diberi amanat berarti
membuat orang tua dan juga orang-orang yang sudah menaruh kepercayaan
padanya bangga. Sebagai pengurus Ikatan santri dan ketua tim bola volli, Dahlan
selalu disiplin dalam berlatih hingga akhirnya bisa memberikan gelar juara se-
kabupaten Magetan.
sama halnya dengan proses penyampaian pesan moral, yaitu disampaikan melalui
memotivasi, motivasi dari teman dan motivasi dari keluarga. Adapun tokoh-tokoh
Bapak, Ibu, Mbak Sofwati, Maryati, Komariyah, dan teman-teman Dahlan yang
tidak disebutkan namanya diantaranya Arif, Dirham, Kadir, Nanang, dan lain-lain.
Tokoh Motivasi
memotivasi
5.1 Simpulan
motivasi dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara, maka dapat ditarik
dengan meganalisis pesan moral yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan
karya Khrisna Pabichara maka dapat ditemukan empat pesan moral yang
dapat ditemukan motivasi apa saja yang tergambar dalam novel Sepatu
Objek yang dikaji peneliti dalam novel ini, yaitu Sepatu Dahlan tidak
hanya bisa dikaji dari prespektif sosiologi sastra saja. Akan tetapi, novel ini pun
psikologi sastra untuk lebih mendalami tokoh secara psikologis (kejiwaan) dalam
Anak ke : lima
Dahlan
Sepatu Dahlan adalah novel yang isinya menceritakan kisah hidup Dahlan
Iskan yang kini menjabat sebagai menteri Indonesia di bidang BUMN. Dahlan
adalah tokoh utama dalam cerita ini. Dahlan lahir di Kebon Dalem sebuah
karena lapar adalah sahabat baik yang enggan pergi. Begitu pula dengan lecet di
kakinya, bukti perjuangan dalam meraih ilmu. Ya, dia harus berjalan berkilometer
untuk bersekolah tanpa alas kaki. Tidak hanya itu, sepulang belajar dari sekolah,
masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan Dahlan demi sesuap tiwul. Mulai
dari nguli nyeset, nguli nandur, sampai melatih tim bola voli anak-anak juragan
tebu.
Semua itu tidak membuat Dahlan putus asa. Tidak juga berarti keceriaan
masa kanak-kanaknya hilang. Ketegasan Ayah serta kelembutan hati sang ibu,
berjuang dan apa pun yang terjadi, Dahlan terus berusaha untuk mengejar dua