Anda di halaman 1dari 2

Filsafat bahasa sebagai salah satu cabang filsafat memang memakai untuk dikenal dan

berkembang pada abad XX ketika para filsuf mulai sadar baha terdapat banyak masalah masalah dan
konsep konsep filsafat dr dapat dijelaskan melalui analisis bahasa.Karena bahasa merupakan sarana
yang vital dalam filsafat (Davis 1976). Berbeda dengan cabang cabang filsafat lainnya,filsafat bahasa
termasuk bidang yang kompleks dan sulit ditentukan lingkup pengertiannya (Devit 1987).Bahasa
pada hakikatnya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris , melainkan memiliki
makna,merupakan alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia serta merupakan sarana
pengejaan terhadap pikiran manusia dalam kehidupan sehari hari memliki sejumlah kelemahan
dalam hubungannya dengan ungkapan ungkapan dalam aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan kenyataan fungsi bahasa tersebut diatas maka hubungan bahasa tersebut dapat
dihubungkan dengan filsafat atau filsafat kebahasaan yang sangat erat bahkan tidak dapat
dipisahkan terutama dalam cabang-cabang filsafat metafisika logika dan epistomologi. Dari pendapat
tersebut dapat diambil makna tentang seuah pencitraan (pengimajinasian) sangat penting, karena
adanya pencitraan dapat membuat puisi lebih hidup, lebih menarik, dan dapat membuat pembaca
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Seperti yang
dikemukakan oleh Djojosuroto (2005:22) yaitu, ”Rima berarti persamaan atau pengulangan bunyi”.

Penyair menggunakan bunyi untuk memberi penguatan musikalitas, sehingga puisi menjadi
merdu untuk dibaca. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Suerahman (1987:90) yakni,”Rima
adalah pengulangan bunyi dalam puisi yang membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan
pengulangan bunyi ini, puisi dapat menjadi hidup daan merdu jika dibaca”. Penyair menggunaan
bunyi lebih mengkongkritkan hal yang dikemukakan. Pada lagu penggunaan bunyi-bunyi yang
berirama akan lebih membuat lagu ini enak didengar , dinikmati, dan dipahami. Bunyi-bunyi dalam
lagu mampu menimbulkan kesan sedih, senang, benci, marah maupun kagum. Penggunaan rima
sangat penting karena mampu memberikan gambaran terhadap suatu keadaan yang ingin
diungkapkan.

A. Hubungan Bahasa dengan Metafisika


Metafisika adalah salah satu cabang filsafat disamping cabang-cabang lainnya.
Aristoteles menamakan metafisika sebagai filsafat yang pertama, yang membahas tentang
hakikat realitas, kualitas, kesempurnaan, yang ada secara keseluruhan bersangkautan
dengan sebab-sebab terdalam, prinsip konstitusif dan tertinggi dari segala sesuatu.
Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas secara sistematis dan reflektif dalam
mencari hakikat segala sesuatu di balik hal-hal yang bersifat partikulas, juga dapat diartikan
hal-hal yang bersifat partakular, juga dapat diartikan mencari prinsip dasar yang mencakup
segala hal yang ada merupakan prinsip dasar yang dapat ditemukan pada semua hal. Oleh
karena itu metafisika adalah sebagai ilmu mengenai yang ada yang bersifat universal.
Aristoteles menjelaskan tentang konsep 10 kategori yang meliputi subtansi yaitu
merupakan hakikat dari segala sesuatu yang bersifat fundamental dan merupakan dasar dari
segala sesuatu dan 9 aksidepsia. Keberadaan aksidepsia tergantung dan terletak pada
subtansi yang meliputi : Kuantitas, kualitas aksi, passi, relasi, tempat, keadaan dan
kedudukan.
Berdasarkan uraian tersebut maka metafisika berupaya untuk memformulasikan
segala sesuatu yang bersifat fundamental dan mendasar darai segala sesuatu dan hal ini
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan analisis bahasa terutama karena sifat
metafisika yang tidak mengacu pada realitas yang bersifat empiris.

Anda mungkin juga menyukai