Anda di halaman 1dari 7

TEORI FORMALISME

OLEH :

NI MADE NOVI ARTADIYANTI (17020074060)

DYAH FITRIANA HIDAYANI A. P. (17020074087)

ALIVIA JENIKE (17020074102)

PC 2017

A. Latar Belakang Teori Formalisme

Di bidang ilmu sastra penelitian struktural dirintis jalannya oleh


kelompok peneliti Rusia antara 1915-1930. Mereka menganut teori Formalisme
Rusia yang memunculkan pendekatan strukturalisme dalam pengkajian karya
sastra. Formalis merupakan sebutan bagi kelompok yang mendalami sastra
pada abad ke-20 dan mengembangkan sebuah metode yang disebut metode
formal. Metode ini diantar oleh Shklovsky dalam esainya yang diterbitkan di St.
Petersburg. Esai tersebut nantinya dipandang sebagai penghubung antara kaum
Futuris dan Kaum Formalisme Rusia.

Pada awalnya para Formalis ingin membebaskan ilmu sastra dari


kungkungan ilmu-ilmu lain misalnya psikologi, sejarah, atau penelitian
kebudayaan. Formalisme dikatakan otonom karena teori ini tidak melihat dan
merasa terbebas dari beberapa unsur seperti konteks sejarah, biografi, dan
budaya. Mereka berpendapat bahwa sastra itu ditulis (bentuk), dan bukan
makna yang terkandung di dalamnya (isi). Mereka juga berpendapat bahwa
bentuk suatu karya sastra itu berdiri sendiri dan bentuklah yang membuat karya
sastra menjadi ‘bersifat sastra”. Maka dari itu, formalisme adalah sebuah teori
yang digunakan untuk menganalisis karya sastra yang mengutamakan bentuk
dari karya sastra meliputi teknik pengucapan – meliputi rima, ritma,
aquistik/bunyi, aliterasi, asonasi, dsb. Teori ini bertujuan untuk mengetaui
keberpaduan unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut sehingga dapat
menjalin keutuhan bentuk dan isi.

Demikianlah aliran formalis berkembang ke arah strukturalis karena


para formalis menginginkan adanya pengkajian secara struktur sehingga muncul
teori strukturalisme. Tapi pada dasarnya, teori ini memiliki paying besar yakni
formalisme.

B. Defamiliarisasi

Menurut kaum formalis, sifat kesusatraan muncul sebagai akibat


penyusunan dan penggubahan bahan yang semula bersifat netral. Para
pengarang menyulap teks-teks dengan teknik membuat teks lebih aneh dan
asing. Proses penyulapan ini disebut defamiliarisasi. Teknik ini dikemukakan oleh
Sjklovski untuk menyebut teknik bercerita dengan gaya bahasa yang menonjol
dan menyimpang dari biasanya. Teknik-teknik berupa menunda, menyisipi,
memperlambat, memperpanjang, atau mengulur-ulur suatu kisah sehingga
menarik perhatian.

C. Tokoh- Tokoh Formalisme

Tokoh- tokoh teori formalisme berasal dari Rusia dan berpengaruh pada
tahun 1914-1930-an. Tokoh formalis yang terkenal antara lain.

 Victor Shklovsky

Shklovsky lahir di St. Petersburg (24 Januari 1893 – 6 Desember


1984), Rusia. Ayahnya adalah seorang Yahudi (dengan nenek moyang
dari Skhlov) dan Ibunya adalah seorang Rusia/ Jerman. Pada tahun 1916,
Shklovsky mendirikan OPAYAZ (Obschestvo izucheniya Poeticheskogo
Yazyka – masyarakat untuk studi Poetic Language), salah satu dari dua
kelompok (dengan Moskow Linguistic Circle) yang mengembangkan
teori dan teknik Formalisme Rusia Kritis. Shklovsky mengumakakan
bahwa sifat kesustraan muncul sebagai akibat dan pengubahan bahan
yang semula bersifat netral.
 Boris Eichenbaum

Boris Mikhailovich Eikhenbaum atau Eichenbaum (16 Oktober


1886 – 2 November 1959) adalah seorang sarjana sastra Rusia dan
Soviet, dan sejarawan sastra Rusia. Eichenbaum adalah wakil dari
fomalisme Rusia. Eichenbaum memberi penegasan, kaum formalis
dipersatukan oleh adanya gagasan untuk membebaskan diksi puitik dari
kekangan intelektualisme dan moralisme yang diperjuangkan dan
menjadi obsesi kaum somblis. Ia berusaha untuk menyanggah prinsip
estetika subektif yang didukung para kaum-kaum simbolis.

 Roman Jakobson

Roman Jakobson Osipovich lahir di Rusia (11 Oktober 1896 – 18 Juli


1982) adalah seorang ahli bahasa Rusia – Amerika dan teori sastra.
Jakobson merupakan salah satu ahli bahasa terbesar pada abad ke- 20
dan merupakan anggota dari sekolah formalis Rusia sedini 1915.
Jakobson diajarkan di Cekoslovakia di mana pada saat itu terjadi perang
dunia, Jakobson bersama dengan N. Trubetzkoy merupakan salah satu
pemimpin yang berpengaruh di lingkaran linguistic Praha. Ketika
Cekoslovakia diserbu oleh Nazi, ia terpaksa melarikan diri ke Skandinavia,
dan pergi dari sana ke Amerika Serikat pada tahun 1941. Dari 1942-1946
Jakobson mengajar di Ecole des Hautes Etudes Libre di New York, di
mana ia bekerja sama dengan Claude Levi- Strauss.
D. Analisis Struktural Puisi “Kepada Hawa” Karya Aan Mansyur

ku merelakanmu menjauh,
merelakanmu terjatuh
ke tempat sampah
bagai sepotong apel merah
yang di geligimu pernah
berdarah

adakah cinta yang jatuh


kepadamu melebihi cintaku?

lelaki yang engkau cintai itu mati


dan tak membawamu ke makamnya
sementara aku bertahan hidup,
bertahun-tahun sanggup tak mati
oleh rindu–dan menanti di surga

hawa, aku masih ular yang setia


mencintaimu sepanjang usia tuhan.

 Unsur fisik/unsur lahir


Bahasa yang digunakan adalah bahasa prismatik. Penyair memilih kata-kata yang
menyebabkan pembaca berpikir dulu untuk memahami maknanya karena
kebanyakan menggunakan kata kias.
a) Bunyi
- Rima akhir setiap bait adalah sebagai berikut

Bait 1 : /uh-uh-ah-ah-ah (aabbb)/

Bait 2 : /u-u (aa)/

Bait 3 : /ti-a-up-ti-a (abcab)/


b) Kata
- Kata depan dan Imbuhan
merelakanmu me(n)jauh
ke tempat sampah
yang di geligimu pernah

dan tak membawamu ke makamnya


oleh rindu–dan menanti di surga

mencintaimu sepanjang usia tuhan.


- Simbol atau Lambang
1) Hawa, aku masih ular yang setia
Mencintaimu, sepanjang usia Tuhan
Lambang kecintaan seorang laki-laki terhadap perempuan
c) Baris/Larik
Jumlah baris tiap bait berbeda. Bait pertama terdiri dari 6 bari. Bait kedua
terdiri dari 2 baris. Bait ketiga terdiri 5 baris. Bait keempat terdiri dari 2 baris.
d) Bait
Dalam satu bait memiliki jumlah baris yang berbeda.
e) Tipografi
Tipografi puisi “Kepada Hawa” adalah tipografi puisi konvensional.

 Unsur Lapis Makna


a) Sense
Lewat puisi "Kepada Hawa" penyair menggambarkan tentang perempuan
yang bisa membuat penyair sangat emosional dan rela bertanggung jawab atas
kesalahan yang sejatinya diperbuat karena keinginan perempuan.
Parafrasa:
Adakah cinta yang jatuh
Kepadamu melebihi cintaku?
lelaki yang engkau cintai itu mati

dan tak membawamu ke makamnya

sementara aku bertahan hidup,

bertahun-tahun sanggup tak mati

oleh rindu–dan menanti di surga

hawa, aku masih ular yang setia

mencintaimu sepanjang usia Tuhan.

Tokoh "Aku" di sini menggambarkan betapa tokoh Aku ini sangat mencintai
Hawa hingga melakukan pengorbanan-pengorbanan untuk tokoh Hawa ini.
Kemudian, sampai pada dua bait puisi terakhir memiliki makna yang sangat
manis karena perempuan, meski kedudukannya kerap kali terintimidasi oleh
laki-laki, tetapi tetap saja dapat memberikan dampak yang besar baik kepada
laki-laki itu seperti halnya pada tokoh Aku di sini.

b) Subject Matter

Puisi ini menggambarkan tentang tokoh Aku yang sangat mencintai Hawa terlihat
dari bait 7 dan 8, rasa cinta itu membuat tokoh Aku benar-benar setia dengan Hawa hal
ini bisa dilihat dari bait ke- 9 hingga bait terakhir puisi. Bahkan, tokoh Aku ini rela
mencintai Hawa hingga sepanjang usia Tuhan jadi tokoh Aku mencintai Hawa sampai
kapanpun.

c) Feeling

Perasaan penyair dalam puisi ini ikut terbawa sebab dalam puisi ini Aan seolah-
olah menjadi “pelakon utama” yang merasakan betapa suka-duka itu terjadi dalam diri
Penyair. Hingga penyair sangat emosional dalam penulisan puisi ini terbukti dari sajak-
sajaknya yang memakai kiasan.

d) Tone
Penyair mencoba menceritakan kepada pembaca tentang cinta seorang laki-laki
kepada perempuan dengan suasana yang sangat mendalam bahwa rasa cinta tokoh Aku
sangat tidak terbatas kepada perempuan (re: Hawa)

e) Total of Meaning

Dalam puisi ini makna yang ingin disampaikan oleh penyair adalah tidak dapat
dipungkiri juga terdapat pengorbanan laki-laki atas keinginan perempuan yang ia cintai.
Itulah yang ingin disampaikan oleh penyair selanjutnya menilik dari sajak-sajak yang
dibuat oleh Aan Mansyur - Kepada Hawa ada makna lagi tentang seorang lelaki akan
menjadi sangat emosional jika untuk perempuan yang ia cintai: ini dapat dibuktikan dari
sajak-sajak yang ada dalam puisi Kepada Hawa ini.

Daftar Pustaka

Ryan, Michael. 2007. Teori Sastra Sebuah Pengantar Praktis. Yogyakarta :Jalasutra

Wellek, Rene, dkk. 2016. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai