Anda di halaman 1dari 10

ALIRAN LINGUISTIK STRUKTURAL

Ulasan Materi Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Linguistik Umum yang Diampu oleh Ibu Itaristanti,S.S., M.A.

Oleh:
1. Iim Khotimah Sa’adah (NIM. 1908110081)
2. Vera Aprilia syamsiah (NIM. 1908110091)
3. Aufilana Rahmatika (NIM. 1908110095)
4. Nurcholis Majid (NIM. 1908110089)

SEMESTER 1 C

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI
CIREBON
2019
Kata Pengantar
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan ulasan buku ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolonganNya kami tidak akan mampu menyelesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita, Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami tentu menyadari bahwasannya masih terdapat banyak kesalahan dan


kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
dosen pengampu. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada ulasan ini
kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen Linguistik Umum kami yang telah membimbing dalam menulis ulasan
ini.Demikian, semoga ulasan buku ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
ALIRAN LINGUISTIK STRUKTURAL

Aliran linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa


berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki oleh bahasa itu. Pandangan ini
adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru
terhadap bahasa .

1. Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai Bapak Linguistik


Modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya
Coursede LinguistiqueGenerale yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally
dan Albert Sechehay tahun 1915 (dua tahun setelah de Saussure meninggal).
Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep: (1) telaah
sinkronik dan diakronik, (2) perbedaan langue dan parole, (3) perbedaan signifiant
dan signifie, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik.

TelaahSinkronik dan Diakronik, Ferdinand de Saussure membedakan telaah


bahasa secara sinkronik dan telaah bahasa secara diakronik. Yang dimaksud
dengan telaah bahasa secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada
suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya, mempelajari bahasa Indonesia yang
digunakan pada zaman Jepang atau pada masa tahun lima puluhan. Sedangkan
telaah bahasa secara diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau
sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh para penuturnya.

LaLangue dan LaParole,yang dimaksud dengan la langue adalah keseluruhan


sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota
suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan la
parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota
masyarakat bahasa, sifatnya konkret karena parole itu tidak lain dari pada realitas
fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Dalam hal ini
yang menjadi objek telaah linguistik adalah langue, yang tentu saja dilakukan
melalui parole, karena parol itulah wujud bahasa yang konkret, yang dapat diamati
dan diteliti.
SignifiantdanSignifie. Yang dimaksud dengan signifiant adalah citra bunyi atau
kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan Signifie adalah
pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Ada yang menyamakan
signie itu sama dengan kata; signifie sama dengan makna; dan signifiant sama
dengan bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu. Hubungan
antara signifiant dengan signifie sangat erat, karena keduanya merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

HubunganSintagmatikdanParadigmatik, yang dimaksud dengan hubungan


sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan sintagmatik ini
terdapat baik dalam tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Yang
dimaksud dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur
yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat
dalam tuturan yang bersangkutan. Hubungan paradigmatik dapat dilihat dengan
cara substitusi, baik pada tataran fonologi, morfologi, maupun tataran sintaksis.

2. Aliran Praha

Aliran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya,
yaitu Vilem Mathesius (1882-1945). Tokoh-tokoh lainnya adalah Nikolai S.
Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle.

Dalam bidang fonologi aliran Praha memperkenalkan dan mengembangkan


suatu istilah yang disebut morfonologi, bidang yang meneliti struktur fonologis
morfem. Bidang ini meneliti perubahan-perubahan fonologis yang terjadi sebagai
akibat hubungan morfem dengan morfem. Dalam bidang sintaksis Vilem
Mathesius mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Menurut
pendekatan ini kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya, dan juga dari struktur
informasinya yang terdapat dalam kalimat yang bersangkutan. Struktur formal
menyangkut unsur-unsur gramatikal kalimat tersebut, yaitu subjek dan predikat
gramatikalnya. Sedangkan struktur informasi menyangkut situasi faktual pada
waktu kalimat itu dihasilkan, struktur informasi menyangkut unsur tema dan
rema. Yang dimaksud dengan tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema
adalah apa yang dikatakan mengenai tema.

3. Aliran Glosematik

Aliran Glosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain Louis Hjemslev


(1899-1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi
terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri
sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis dan terminologis
sendiri.

Menurut Hjemslev teori bahasa haruslah bersifat sembarangan saja, artinya


harus merupakan suatu sistem deduktif semata-mata. Teori itu harus dapat dipakai
secara tersendiri untuk dapat memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang
timbul dari premis-premisnya. Suatu teori harus bebas dari pengalaman apapun;
namun teori itu harus tepat, maksudnya harus memenuhi syarat untuk diterapkan
pada data empiris tertentu, yaitu bahasa. Sedangkan teori itu agagr dapat dipakai
seacara empiris haruslah konsisten, tuntas, dan sederhana. Sejalan dengan
pendapat de Saussure, Hjemslev menganggap bahasa itu mengandung dua segi,
yaitu segi ekspresi (menurut de Saussure: signifiant) dan segi isi (menurut de
Saussure: signifie). Masing-masing segi mengandung forma dan substansi,
sehingga diperoleh (1) forma ekspresi, (2) substani ekspresi, (3) forma isi, dan (4)
substansi isi. Pembedaan forma dari substansi berlaku untuk semua hal yang
ditelaah secara ilmiah; sedangkan pembedaan ekspresi dari isi hanya berlaku bagi
telaah bahasa saja.

4. Aliran Firthian

Nama John R. Firth (1890-1960) guru besar pada Universitas London sangat
terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, aliran yang
dikembangkannya dikenal dengan nama Aliran Prosodi; tetapi disamping itu
dikenal pula dengan nama AliranFirth, atau AliranFirthian, atau AliranLondon.

Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.
Fonologi prosodi terdiri dari satuan-satuan fonematis dan satuan prosodi. Satuan-
satuan fonematis berupa unsur-unsur segmental, yaitu konsonan dan vokal,
sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau sifat struktur yang lebih panjang
daripada suatu segmen tunggal. Ada tiga macam pokok prosodi, yaitu (1) prosodi
yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata, gabungan
konsonan, dan gabungan vokal; (2) prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda;
(3) prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui satuan yang lebih besar dari pada
fonem-fonem suprasegmental.

Selain terkenal dengan teori prosodinya, Firth juga terkenal dengan


pandangannya mengenai bahasa. Firth berpendapat telaah bahasa harus
memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks
situasinya, yaitu orang-orang yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang
mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan.

5. Linguistik Sistematik
Aliran linguistik sistematik ini dipelopori oleh M.A.K. Halliday. Adapun
pokok-pokok pandangan systematic linguistics (SL) adalah:
Pertama, SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa,
terutama menegenai fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi
kemasyarakatan itu terlaksana dalam bahasa.
Kedua, SL memandang bahasa sebagai “pelaksana”. SL mengakui pentingnya
langue dari parole (seperti yang dikemukakan Ferdinand de Saussure). Parole
merupakan perilaku kebahasaan yang sebenarnya, sedangkan langue adalah
jajaran pikiran yang dapat dipilih oleh seorang penutur bahasa.
Ketiga, Sl lebih mengutamakan pemberian ciri-ciri bahasa tertentu beserta
variasi-variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa.
Keempat, SL mengenal adanya gradasi atau kontinum.
Kelima, SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa yaitu subtansi, forma
dan situasi. Yang dimaksud subtansi adalah bunyi yang kita ucapkan waktu kita
berbicara, dan lambang yang kita gunakan waktu kita menulis. Subtansi bahasa
lisan disebut subtasi fonis, sedangkan subtansi bahasa tulis disebut subtansi grafis.
Sedangkan yang dimaksud dengan forma adalah susunan subtasi dalam pola yang
bermakna. Forma ini terbagi dua, yaitu: (1) leksis, yakni yang menyangkut butir-
butir lepas bahasa dan pola tempat butir-butir itu terletak; (2) gramatika, yakni
yang menyangkut kelas-kelas butir bahasa dan pola-pola tempat terletaknya butir
bahasa tersebut. Situasi meliputi tesis, situasi langsung dan situasi luas. Yang
dimaksud dengan tesis suatu tuturan adalah apa yang sedang dibicarakan; situasi
langsung adalah situasi pada waktu tuturan benar-benar diucapkan oranng,
sedangkan situasi luas dari suatu tuturan menyangkut semua pengalaman
pembicara atau penulis yang memengaruhi untuk memakai tuturan yang
diucapkannya atau dituliskannya.
Selain ketiga tataran utama itu, ada dua tataran lain yang mnghubungkan
tataran-tataran utama. Yang menghubungkan subtansi fonik dengan forma adalah
fonologi, dan yang menghubungkn subtansi grafik denganforma adalah grafologi.
Sedangkan yang menghubungkan forma dengan situasi disebut konteks.
6. Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Aliran ini berkembang pesat di Amerika pada tahun tiga puluhan sampai akhir
tahun lima puluhan. Aliran ini dikembangkan oleh Leonard Bloomfield dan kawa-
kawannya di Amerika. Beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran
ini, antara lain :
Pertama, pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang
sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan. Merka
ingin memerikan bahasa-bahasa Indian itu dengan cara baru, yaitu secara
sinkronik. Cara lama yatu historis atau diakronik kurang bermanfaat dan
diragukan keberhasilannya karena sejarah bahasa-bahasa Indian itu sedikit sekali
diketahui.
Kedua, sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim
filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yairu filsafat behaviorisme.
Bloomfield kurang memerhatikan makna atau arti karena selalu mendasari diri
dengan fakta-fakta objektif.
Ketiga, di antara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya
The Linguistics Society of America, yang menerbitkan majalah Language; wadah
tempat melaporkan hasil kerja mereka..
Satu hal yang menarik dan menjadi ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah
cara kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untutk
memerikan suatu bahasa. Pendekatannya bersifat empirik.
Aliran strukturalis yang dikembangkan oleh Bloomfield dan teman-temannya
sering juga disebut aliran taksonomi, dan aliram Bloofiels atau post-Bloofield,
karena bermula atau bersumber pada gagasan Bloomfield. Disebut aliran
taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur
bahasa berdasarkan hubungan hierkinya.
7. Aliran Tagmemik
Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, seorang tokohdari summer
nstitute if Linguistics, yang mewarisis pandangan-pandangan Bloomfield,
sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis tetapi juga antropologis. Menurut
aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (kata ini berasal dari bahasa
Yunani yang berarti ‘susunan’).
Yang dimaksud dengan tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau
slot dengan sekelompok bentuk bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan
untuk mengisi slot tersebut. Menurut Pike satuan dasar sintaksis tidak dapat
dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja, seperti subjek + predikat +objek; dan tidak
dapat dinyatakan dengan deretan bentuk-bentuk saja, seperti Frase Benda + Frase
Kerja + Frase Benda, melainkan harus diungkapkan bersamaan dalam rentetan
rumus seperti:
S:FN + P:FV + O:FN
Rumus tersebut dibaca: fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsii
predikat yang diisi oleh frase verbal, dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi
oleh frase nominal.
Dalam perkembangan selanjutnya kedua unsur tagmem itu, yaitu fungsi dan
bentuk perlu ditambah pula dengan unsur peran (atau pengisi makna) dan kohesi
(keterikatan antara satuan-satuan lingual) yang membentuk jaringan yang erat.
Dengan demikian satuan dasar sintaksis itu, yaitu tagmem, merupakan suatu
sistem sel-empat-kisi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai