pada penggunaan bahasa yang khas yang mengandung efek-efek estetik. Aspek-aspek ekstrinsik
seperti idiologi, moral, sosiokultural, psikologi, dan agama tidaklah indah pada dirinya sendiri
melainkan karena dituangkan dalam cara tertentu melalui sarana bahasa puitik.
Dengan adanya perbedaan pendapat dalam teori strukturalisme sendiri dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu strukturalisme formalis , strukturalisme genetik, strukturalisme dinamik
yang pada dasarnya secara global strukturalisme menganut paham penulis paris yang
dikembangkan oleh Ferdinand de Sausessure, yang memunculkan konsep bentuk dan makna
( sign and meaning).
a.
Strukturalisme Formalis
Istilah Formalisme (dari kata Latin forma yang berarti bentuk, wujud) berarti cara pendekatan
dalam ilmu dan kritik sastra yang mengesampingkan data biografis, psikologis,
ideologis, sosiologis dan mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu sendiri. Para
Formalis meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang membedakan sastra dari ungkapan bahasa
lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan pula untuk menyebut model pendekatan ini
karena mereka memandang karya sastra sebagai suatu keseluruhan struktur yang utuh dan
otonom berdasarkan paradigma struktur kebahasaannya. Tokoh;Kaum Formalis Rusia tahun
1915-1930 dengan tokoh-tokohnya seperti Roman Jakobson, Rene Wellek, Sjklovsky,
Eichenhaum, dan Tynjanov .Rene Wellek dan Roman Jakobson beremigrasi ke Amerika Serikat .
Sumbangan penting kaum formalis bagi ilmu sastra adalah secara prinsip mereka mengarahkan
perhatian kita kepada unsur-unsur kesastraan dan fungsi puitik. Sampai sekarang masih banyak
dipergunakan istilah teori sastra dan analisis sastra yang berasal dari kaum Formalis. Karya
sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri .Karya sastra merupakan sebuah
struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya sastra.Makna sebuah karya sastra hanya
dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antar unsur .
b.
Strukturalisme Dinamik
Secara Etimologis struktur berasal dari kata Structure, bahasa latin yang berarti bentuk atau
bangunan. Struktur berasal dari kataStructura (Latin) = bentuk, bangunan (kata benda). System
(Latin)= cara (kata kerja). asal usul strukturalis dapat dilacak dengan Poetica Aristoteles, dalam
kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot. Plot memiliki
ciri-ciri: kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan (Teeuw, 1988: 121-134).
Selama 25 abad terjadi perubahan paradigma yang sangat mendasar, yaitu dengan
memberikan prioritas terhadap karya sastra, yang diawali oleh:
a.
b.
c.
d.
e.
Menurut Mukarovsky dalam (Rene Wellek, 1970: 275-276), sejarah Strukturalisme mulai
diperkenalkan tahun 1934, tidak menggunakan nama metode atau teori sebab di satu pihak, teori
berarti bidang ilmu pengetahuan tertentu, di pihak yang lain, metode berarti prosedur ilmiah
yang relativ baik. Sebagai sudut pandang epistimologi, sebagian sistem tertentu dengan
mekanisme antarhubungannya.
c.
Strukrutalisme Genetik
Merupakan jembatan penghubung antara teori struktural formalis dan teori semiotik .Hampir
sama dengan struktural genetik (mengaitkan dengan asal-usul teks) tetapi penekanannya berbeda,
Struktural Dinamik menekankan pada struktur, tanda, dan realitas.
Tokoh-tokohnya : Julia Cristeva dan Roland Bartes (Strukturalisme Prancis)
2. Konsep-konsep
Menurut Yoseph( 1997; 37- 40) menjelaskan teori strukturalisme sastra menganggap
karya sastra sebagai artefak(benda seni) maka realisi-realiasi structural sebuah karya sastra
hanya dapat dipahami dalam relasi unsur-unsur artefak itu sendiri.Jika dicermati, sebuah teks
sastra terdiri dari komponen-komponen seperti; ide, tema, amanat. latar, watak dan perwatakan,
insiden, plot, dan gaya bahasa.
Komponen-komponen tersebut memiliki perbedaan aksentuasi pada berbagai teks
sastra. strukturalisme sastra memberi keluasaan kepada peneliti sastra untuk menerapkan
komponen-komponen mana yang akan mendapat prioritas signifikan. Keluasan ini tetap harus
dibatasi, yakni sejauh komponen-komponen itu terserat dalam teks itu sendiri. Jadi teks satra
berfungsi mengontrol objektifitas dan validitas hasil penelitian sastra. Prosedur ilmiah ini
menetapkan teori strukturalisme sastra berkembang dengan baik, pesat, dan diterima dalam
kalangan luas.
Menurut Abrams(dalam Pradopo: 140-141) bahwa ada empat pendekatan terhadap
karya sastra, yaitu pendekatan (1) mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam
(kehidupan) (2) pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu adalah alat untuk
mencapai tujuan tertentu, (3) pendekatan ekspresif yang menganggap karya sastra sebagai
ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman penyair, (4) pendekatan obyektif yang menganggap
karya sastra sebagai suatu otonom, terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang.
Menurut Zulfahnur (1997: 146-147) Struktural mempunyai konsep sebagai berikut:
a). Memberi penilaian terhadap keharmonisan semua komponen yang membentuk keseluruhan
struktur dengan menjalin hubungan antara komponen tersebut sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang bermakna dan bernilai estetik.
b). Memberikan penilaian terhadap hubungan harmonis antara isi dan bentuk, karena jalinan isi
dan bentuk merupakan hal yang sama penting dalam menentukan mutu sebuah karya sastra.
Adapun unsur-unsur strukturalisme ada tiga pokok jenis karya sastra adalah; (a) dalam
Prosa terdiri tema, peristiwa/kejadian, latar/setting, penokohan/perwatakan, alur/plot, sudut
padang, dan gaya bahasa. (b) Dalam Puisi terdiri dari tema, stilitika/gaya bahasa, imajinasi/daya
bayang, rime/irama, rima/persajakan, diksi/pilihaan kata, simbol, nada. (c) Sedangkan pada
Drama
(drama
teks)
terdiri;
tema,
dialog,
peristiwa/kejadian,
latar/setting,
penokohan/perwatakan, alur/plot dan gaya bahasa.
Adapun tujuan teori strukturalime ini meliputi; (a) sebagai aktivitas yang bersifat
inteltual, bertujuan menjelaskan eksplikasi tekstual; (b) sebagai metode ilmiah, teori ini
memiliki cara kerja teknis dan rangkaian langkah-langkah yang tertib untuk mencapai simpulan
yang valid; (c) sebagai pengetahuan, teori ini dapat dipelajari dan dipahami secara umum dan
luas dan dapat di buktikan kebenaran cara kerja secara cermat.
3.
1, 2: mendayu melaju dipertentangkan dengan baris ke-3,4: berkata saja; Bait ke-4, baris ke1, 2 kutempuh merapuh dipertentangkan dengan baris ke-3, 4: dulu cintaku. Dengan
demikian, keteragisan itu kian mencekam dari bait ke bait yang mengklimaks pada bait keempat,
sedangkan bait kelima merupakan anti klimaks yang membuat orang lebih berkontemplasi akan
kegagalan yang tragis, yang membuat putus asa.
Hubungan antara bait yang satu dengan lainnya sangat kompak menjalin struktur yang
bermakna. Bait pertama, memberi gambaran bahwa cita-cita itu begitu menariknya, dikiaskan
dengan gambaran bahwa cita-cita itu begitu menariknya, dikiaskan dengan gambaran gadis
manis, namun masih belum menjadi kenyataan, dikiaskan berada di sebuah pulau yang jauh.
Bait kedua menggambarkan usaha si aku dengan naik perahu di laut yang terang dan bulan yang
terang penuh romantik, namun si aku merasa tak akan dapat mencapai cita-cita yang
menggairahkan itu. Ini diperjelas dengan bait ketiga yang menggambarkan bahwa segala jalan
sudah lurus lancar, namun terasa maut memanggil. Ini diperkuat lagi dengan bait keempat yang
menggambarkan kegagalan si aku yang erasa pasti tidak dapat mencapai gadisnya yang
diidamkan-idamkan karena maut telah menjemput lebih dahulu. Bait kelima menggambarkan
keputusan si aku yang cita-citanya tebengkelai dan sia-sia saja. Dengan keeratan hubungan
antara bait-baitnya itu, ketrgisan hidup si aku (manusia) itu begitu jelas dan mengerikan.Tiap-tiap
bait hanya bermakna dalam hubungannya dengan yang lain dan keseluruhannya.Tidak ada bait
satu pun yang dapat dicopot atau dihilangkan atau di balikan. Semua menyatakan bahwa sejak
tersebut koherensinya sangat erat.
Kesimpulan
1. Pada umumnya penekanan perhatian teori sastra pada studi teks dapat digolongkan ke dalam
konsep strukturalisme, sekalipun konsep ini sangat beragam jangkauan, kedalaman, dan model
analisisnya. Strukturalisme, bagaimanapun, merupakan bidang teori sastra yang sudah menjadi
urutan utama kebudayaan intelektual ilmu sastra.
2. Bahwa teori strukturalisme sastra merupakan sebuh teori pendekatan terhadap teks-teks
sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsure teks.
3. Perbedaan pendapat dalam teori strukturalisme sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
strukturalisme formalis , strukturalisme genetik, strukturalisme dinamik yang pada dasarnya
secara global strukturalisme menganut paham penulis paris yang dikembangkan oleh Ferdinand
de Sausessure, yang memunculkan konsep bentuk dan makna ( sign and meaning).
4. Karya sastra yang dibangun atas dasar bahasa, memiliki ciri bentuk (form)dan isi
(cntent) atau makna (significante) yang otonom. Artinya pemahaman karya sastra dapat diteliti
dari teks sastra itu sendiri. Hanya saja, pemahaman harus mampu mengaitkan kebertautan antar
unsur pembangun karya sastra. Kebertautan unsur itu akan membentuk sebuah makna utuh.
Berarti prinsip menyeluruh sangat dipegang oleh kaum strukturalisme.
Daftar Pustaka
Abrams,M.H. 1979. The Mirror and the lamp : Romantic Theory and the Critical
Tradition. New York : Oxford University Press.
Hartoko,Dick dan B.Rahmanto.1984. Pemandu di Dunia Sastra.Yogyakarya:
Kanisius.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,
dan Penerapannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ratna,Nyoman. 2009. Teori,Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka pelajar
Salden, Rahman.1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta:
Gajah Mada
Teeuw,A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya- Giri Mukti Pustaka
Tuam,Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor: Nusa Indah
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT. Gramedia.