Anda di halaman 1dari 3

Nama: Veron

NIM: 191200008

Semester: 3

1. Sastrukturalisme Menurut Pandangan Kita

Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail,
dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari berbagai aspek yang secara
bersama-sama membentuk makna (Teeuw, 1984: 135). Analisis struktural merupakan
jembatan dalam mengalis unsur-unsur sastra lebih dalam pada penelitian sastra sebab analisis
seperti itu baru memungkinkan pengertian yang maksismal. Adanya analisis struktural tersebut
akan memudahkan dalam mengidentifikasi tiap-tiap unsur satsra yang ada.
Unsur-unsur pembangun struktur terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Tema dalah
makna sebuah cerita yang harus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara sederhana.
Fakta cerita dalah suatu struktur faktual yang terdapat dalam sebuah cerita. Fakta cerita terdiri
atas alur, tokoh, dan latar. Sarana sastra adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk
memilih dan menyusun detail-detail cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang
bermakna. Sastra biasanya terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana. Simbol-simbol
imajinasi dan cara-cara pemilihan judul dalam karya sastra (Stanton, 2007: 12).
Analisis struktur merupakan cara mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi dan
hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiantoro, 2000: 37). Analisis
struktural pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur dan keterjalinannya yang
terdapat dalam karya sastra.

1. Sejarah dan Perkembangan Teori Strukturalisme

Secara etimologi struktur berasal dari kata structura, bahasa latin, yang berarti bentuk atau
bangunan. Pendekatan sastra yang mendasarkan pada telaah struktur boleh disebut sebagai
pendekatan yang paling banyak menghasilkan teori. Pendekatan struktur itu sendiri sebenarnya
sejak jaman Yunai sudah dikenal oleh Aristoteles dengan konsep wholeness (kesatuan), unity
(keseluruhan), complexity (kebulatan), dan coherence (keterjalinan) (Teeuw, 1988: 121-134).
Namun, perkembangan strukturalisme sastra secara pesat berubah pada abad 20.
Mencuatnya pendekatan struktur tidaklah dapat dilepaskan dari peran kaum Formalis. karena
itu, kaum Formalis dipan-dang sebagai peletak dasar telaah sastra dengan pendekatan ilmu
modern. Ciri khas penelitian sastra kaum formalisme adalah perhatiannva terhadap apa yang
merupakan sesuatu yang khas dalam karya sastra yang terdapat dalam teks ber-sangkutan.
Dalam hal ini, nilai estetik suatu karya aastra seperti yang dikemukakan oleh tokoh utamanya
Jacobson, adalah di-dasarkan pada poetic function yang diolah berdasarkan kode metrum, rima,
macam-macam bentuk paralelisme, pertentang-an, kiasan, dan sebagainya. Karya sastra
dipandang sebagai sesuatu yang otonom. Dengan kata lain, Jacobson merumuskan bahwa karya
sastra adalah ungkapan yang terarah pada ragam yang melahirkannya atau fungsi puitik
memusatkan perhatian-nya pada pesan dan demi pesan itu sendiri.
Pendekatan struktur secara langsung atau tidak langsung sebenamya banyak dipengaruhi oleh
konsep struktur linguis-tik vang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure yang inti-nya
berkaitan dengan konsep sign dan meaning (bentuk dan isi) atau seperti dikemukakan oleh
Luxemburg sebagai signifiant-syntagma. Dari dua unsur itulah akan dapat dinyatakan sesuatu
yang berhubungan dengan realitas. Karena itu, untuk memberi makna atau memahami makna
yang tertuang dalam karya sastra, penelaah harus mencarinva berdasarkan telaah atruktur yang
dalam hal ini terefleksi melalui unsur bahasa.
Meskipun struktur merupakan objek utama, telaah struktur tidak hanya mengkategorikan
skruktur bahasa dalam teks se-cara terpisah. Telaah struktur harils dikaitkan pula dengan fungsi
stuktur lainnya Sebagaimana dikemukakan Terry Eaglettln bahwa setiap unit dari struktur yang
ada hanya akan bermakna jika dikaitkan hubungannya dengan struktur lainnya. Hubungan
tersebut bias merupakan hubungan pararelisme,pertentangan, inverse, dan kesetaraan. Yang
terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut dalam menghadirkam makna secara
keseluruhan.
Ferdinand de Saussure, bahwa makna bukanlah yang ter-serlibunyi secara rahasia dalam suatu
tanda bahasa (kata), me-lainkan bagaimana fungsi tanda tersebut sebagai hasil dari pembedaan
tanda-tanda yang lain (Fenanie, 2002:114-116).
Tokoh-tokoh penting strukturalisme di antaranya: Roman Jakobson, Dalam Teeuw, (1988: 53),
Teori Jakobson terdiri atas enam faktor (addresser, addressee, context, message, contact, dan
code) dengan enam fungsi (emotive, conative, referential, poetic, phatic, dan metalingual). Jan
Mukarovsky, Falix Vodicka, Rene Wellek, Jonathan Culler, Robert Scholes, Keberadaan
strukturalisme ada tiga tahap, yaitu: sebagai pergeseran paradigma berpikir, sebagai metode
dan terakhit sebagai teori.
1. Strukturalisme Dinamik

Lahirnya struktural dinamik didasarkan atas kelemahan-kelemahan strukturalisme


sebagaimana yang dianggap sebagai perkembangan, kemudian dimaksudkan sebagai
penyempurnaan strukturalisme yang semata-mata memberikan intensitas terhadap struktur
intrinsik dan melupakan aspe-aspek ekstrinsik. Strukturalisme dinamik dikemukakan oleh
Mukarovsy dan Felik Vodicka. Karya sastra adalah proses komunikasi, fakta semiotik, terdiri
atas tanda, struktur dan nilai-nilai. Karya seni adalah petanda yang memperoleh makna dalam
kesadaran pembaca. Oleh karena itulah, karya seni harus dikembalikan pada kompetensi
penulis, masyarakat yang menghasilkannya, dan pembaca sebagai penerima.
Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya.
Dalam hubungan inilah karya sastra dikatakan sebagai memiliki ciri-ciri yang khas, otonom,
tidak bisa digeneralisasikan. Setiap penilaian akan memberikan hasil yang beda. Meskipun
demikian perlu dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya,
yaitu: prosa, puisi, dan drama.
1. Unsur prosa, diantaranya: tema, peristiwa, seting, penokohan, alur, sudut pandang dan
gaya bahasa.

2. Unsur puisi, diantaranya: tema, gaya bahasa, imajinasi, ritme, rima, diksi, simbol, nada
enjambemen.

3. Unsur drama, dalam hubungan ini drama teks, diantaranya: tema, dialog, peristiwa,
latar, penokohan, alur dan gaya bahasa.

Anda mungkin juga menyukai