NIM: 191200008
TUGAS 1
Masa Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia belum
menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman tidak ada
tulisan.
Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman
prasejarah setiap bangsa berbedabeda berdasarkan perkembangan setiap bangsa tersebut serta
informasi yang masuk ke bangsa itu.
Misalnya bangsa Mesir Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM, bangsa
Sumeria dan Dravida meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa
Indonesia meninggalkan zaman praaksara 400 M.
Sumber utama zaman pra sejarah adalah benda berupa fosil dan artefak.
*Fosil adalah sisa makhluk hidup baik berupa binatang, tumbuhan maupun manusia yang
telah membatu.
*Artefak adalah alat-alat yang dipergunakan manusia purba.
*Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman pra sejarah.
Berdasarkan hal ini, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-
zaman tersebut sekaligus merupakan pembabakan prasejarah yang terdiri dari:
1. Zaman Arkeozoikum. Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta
tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi
masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.
2. Zaman Paleozoikum Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340
juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat
derastis di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertamakali
diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti
bakteri, serta sejenis amfibi.
3. Zaman Mesozoikum Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira
140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile
besar (dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
4. Zaman Neozoikum Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang
lalu. Kahidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam.
Setiap daerah memiliki budaya sendiri sebagai ciri khas masyarakatnya. Jika dilihat lebih jeli,
hampir semua wilayah Indonesia didominasi dengan budaya masyarakat Hindu. Hal tersebut
Peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia yang paling dikenal masyarakat yaitu candi
dan berbagai prasasti. Keberadaan peninggalan ini pun dilestarikan sebagai cagar budaya
warisan Indonesia. Hingga saat ini peninggalan kerajaan Hindu Budha banyak dilestarikan
Di samping itu tidak sedikit juga berbagai peninggalan seperti prasasti juga dilestarikan di
dalam museum-museum. Ini merupakan wujud pelestarian budaya Indonesia. Bermula dari
penyebaran agama, hingga saat ini peninggalannya masih bisa kita rasakan. Pada artikel kali
ini akan dibahas mengenai sejarah hingga perkembangan kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
Kerajaan Hindu Budha di Indonesia bermula dari perdagangan dan penyebaran agama.
Agama Hindu dan Budha merupakan agama yang pertama kali masuk ke Indonesia dimana
Ajaran agama Hindu sendiri pertama kali dibawa oleh musafir dari India bernama Maha Rezi
Agastya pada awal penanggalan masehi. Sedangkan ajaran Budha dibawa oleh I-Tsing mulai
pada abad ke-7 dan berkembang pesat di Sumatera yang terkenal dengan kerajaan Budha
Sriwijaya.
Hingga abad ke-14 kerajaan Sriwijaya sangat berkembang pesat hingga mampu menguasai
berbagai wilayah di Pulau Jawa. Begitu pula dengan kerajaan Majapahit yang berada pada
puncaknya pada abad ke-14. Namun patih Majapahit yaitu Gajah Mada berhasil memperoleh
Tidak sampai disitu, pada awal abad ke-12 ajaran Islam pun diterima bangsa Indonesia
Pasai dan Demak. Ekspansionis yang dilakukan ajaran Islam secara perlahan mampu
Selain penjelasan sejarah kerajaan Hindu Budha di atas. Sejarah kerajaan ini juga dapat
1. Teori Brahmana
Teori ini mengatakan bahwa ajaran agama yang disebarkan di Indonesia berasal dari kasta
Brahmana. Dimana pada saat itu para Brahmana merupakan tamu yang diundang oleh raja-
raja penganut agama tradisional Indonesia. Seiring berjalannya waktu para Brahmana ikut
menyebarkan ajaran agama Hindu di Indonesia. Teori ini berdasarkan pernyataan ilmuwan
2. Teori Waisya
Dalam teori ini pun mengatakan bahwa ajaran Hindu di Indonesia disebarluaskan oleh kasta
Waisya, terutama para pedagang. Para pedagang memiliki hubungan dan kerjasama yang
kuat dengan raja-raja di Indonesia. Di sela-sela kegiatan berdagang itu kemudian para Waisya
menyebarkan agama Hindu pada masyarakat Indonesia. Ilmuwan yang sependapat dengan
Indonesia adalah berasal dari kasta Ksatria. Dimana golongan ksatria ini berasal dari prajurit
Menurut teori ini, masalah politik di India menyebabkan pertumpahan darah dan
menyebabkan prajurit dan bangsawan yang kalah mencari tempat pelarian. Salah satunya
yaitu di Indonesia. Asumsi ini berdasarkan seorang iluwan yang bernama C.C. Berg dan
Mookerji.
penyebaran agama Hindu di Indonesia adalah berasal dari orang Indonesia itu sendiri. Ajaran
agama Hindu dibawa oleh orang Indonesia yang berkunjung ke India kemudian mendirikan
suatu organisasi (Sanggha). Setelah kembali, lalu mereka mulai menyebarkan ajaran agama
Hindu.
Hampir sebagian besar budaya dan adat di Indonesia mengandung unsur peninggalan
kerajaan Hindu Budha. Meskipun kejayaanya sudah berlalu berabad-abad yang lalu, namun
Hal ini merupakan wujud kerajaan Hindu Budha masih eksis ditengah pesatnya kemajuan
Jaman maupun agama Islam di Indonesia. Lalu, apa saja sebenarnya peninggalan kerajaan
1. Seni Bangunan
Perkembangan peninggalan kerajaan Hindu Budha yang satu ini memang sangat tidak asing
bagi kita. Salah satu contoh yang paling mudah disebutkan yaitu peninggalan candi. Berbagai
candi yang ada di Indonesia berada pada naungan cagar budaya yang mana banyak dijadikan
unsur budaya kerajaan Hindu Budha. Dari relief bangunannya jelas terlihat ukiran dan
tumpukan-tumpukan batu yang merupakan salah satu unsur ajaran agama Hindu Budha.
2. Seni Ukir
Jika kita berjalan-jalan ke Bali pasti merasakan nuansa berbeda dengan daerah lain. Tentu
saja, sejauh mata memandang pasti kita akan disuguhkan dengan bangungan pura dengan
ukiran yang beraneka ragam. Ukiran memang seperti sudah menjadi simbol dan ciri khas
Selain pada bangunan pura yang memang notabenenya sebagai tempat ibadah, ukiran juga
diaplikasikan pada berbagai furniture seperti meja, kursi dan lainnya. Ini merupakan suatu
bentuk peninggalan kerajaan Hindu yang masih ada hingga saat ini.
dari Bahasa Sansekerta. Bahasa ini merupakan Bahasa yang dibawa oleh ajaran Hindu
Budha. Bahasa Sansekerta merupakan salah satu bentuk perkembangan peninggalan Hindu
Begitu pula dengan sastranya. Dari sejarah yang terukir menimbulkan karya-karya sebagai
saksi bisu keberadaan mereka di Indonesia. Berbagai seni sastra berupa cerita Rahwana,
Mahabrata dikisahkan dalam bentuk wayang asli warisan Indonesia. Bahkan keberadaan
kisah-kisah tersebut kini dibuat film dan tetap mendapat perhatian khusus masyarakat
Indonesia.
4. Sistem Kepercayaan
Sebelum ajaran Hindu Budha masuk ke Nusantara, tradisi kepercayaan yang dianut nenek
moyang yaitu animisme. Seiring berjalannya waktu tradisi animisme tersebut mengalami
pergeseran dan mulai digantikan oleh ajaran agama. Seiring penyebarluasan baik dengan
berdagang maupun dengan penguasaan wilayah, perkembangan ajaran agama Hindu Budha
terkenal dengan agama yang beragam, tapi kemungkinan terjadi pertentangan antar agama
sangat minim. Terlebih bagi umat Hindu sendiri yang memiliki semboyan “Bhineka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”, yang berarti saling menghormati antar pemeluk agama
Keberadaan unsur budaya pada jaman kerajaan Hindu Budha di Indonesia memang masih
membekas hingga sekarang. Meskipun tidak dapat langsung dirasakan, namun tanpa disadari
peninggalan tersebut sangat dekat dengan kita. Seperti halnya perhitungan kalender Indonesia
yang berporos pada perhitungan kalender Saka yaitu 365 hari. Dan merupakan perhitungan
Eksistensi kebudayaan Hindu Budha di Indonesia saat ini sebenarnya merupakan perpaduan
kebudayaan modern dan budaya asli Indonesia. Perpaduan tersebut menimbulkan akulturasi
yang unik bagi Nusantara. Akulturasi semacam inilah yang sebaiknya terus dilestarikan
Perkembangan Islam di Indonesia – Terdapat tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia,
yakni Persia (Iran), teori Gujarat (India), dan Arab. Terlepas dalam perbedaan selama
bertahun-tahun, dan terdapat kesamaan diantara tiga teori tersebut.
Kerajaan Islam atau Kesultanan dengan gaya Islam, meliputi Samudera Pasai sebagai
kerajaan dengan gaya Islam pertama di kepulauan ini, Kesultanan Cirebon, Kerajaan Demak,
dan lain sebagainya.
Islam pertama kali telah diperkenalkan di wilayah Indonesia ketika Dinasti Umayyah telah
mendirikan basis yakni dengan perdagangan di pantai barat Sumatra. Wilayah Indonesia,
yang begitu dikenal karena rempah-rempahnya, dikunjungi oleh pedagang dari seluruh dunia.
Pedagang Muslim juga datang ke Indonesia untuk berdagang, dan itu selama berabad-abad.
Tidak hanya dalam perdagangan, tetapi dalam pedagang Muslim dari Gujarat, Arab, dan
Persia mengajarkan ajaran Islam kepada penduduk sekitar. Berikut ini adalah penjelasan lain
tentang sejarah masuk dan pembangunan di Indonesia, diantaranya ialah:
1. Teori Arab
Teori ini telah didukung dengan para sejarawan Muslim yakni Prof. Hamka, yang telah
mengatakan bahwa agama Islam datang ke wilayah Indonesia pada abad pertama dalam
Hijriyah, yang datang langsung dari Saudi sekitar abad ke 7 hingga 8 Masehi.
Telah didukung dengan keberadaan jalur pelayaran yang sibuk dan internasional jauh
sebelum abad ke-13 M melalui Selat Malaka, yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina
(Asia Timur), Sriwijaya (Asia Tenggara), dan Umayyah (Asia Barat).
2. Teori Gujarat
Suryanegara telah berpendapat bahwa dasar teori tersebut mungkin dapat didasarkan pada
Snouck Hurgronje, dalam bukunya yakni “l” Revue de Historie des Religious dan “L”
Arabie et les Indes Neerlandaises. Terdapat tiga alasan mengapa Snouk Hurgronje telah
memusatkan keyakinannya pada Gurajat, berikut merupakan penjelasan nya:
Hubungan dalam perdagangan jangka panjang antara wilayah Indonesia dan pada
wilayah India.
Tidak banyak fakta yang menjelaskan dalam peran orang Arab yang telah
penyebaran Islam di berbagai Nusantara.
Terdapat tulisan yang tertua tentang agama Islam di Sumatra, yang memberikan
gambaran tentang hubungan antara Sumatra dan Gujarat.
3. Teori Persia
Suryanegara telah mengatakan bahwa pelopor teori Persia di Indonesia ialah P. A. Hosein
Djajaningrat. Telah didukung dengan keberadaan budaya , yakni meliputi budaya Persia,
terasa seperti model arsitektur dan sebagainya pada komunitas Islam di Indonesia.
Perkembangan Islam
Agama Islam yang telah masuk ke wilayah Indonesia tentu saja dapat mengubah budaya di
Indonesia. Budaya lokal yang sudah ada di Indonesia sejak lama mulai berubah dengan
budaya Islam. Pada saat itu, ajaran dalam agama Islam di wilayah Indonesia mudah diterima
karena disebabkan dengan adanya beberapa faktor, diantaranya ialah:
Ajaran dalam agama Islam begitu sederhana, yakni mudah untuk dimengerti dan
mudah diterima.
Untuk memeluk agama Islam tidaklah sulit, karena hanya dua kalimat Pengakuan
Iman adalah “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah Utusan Allah”.
Upacara dalam keagamaan Islam begitu sederhana dan tidak sulit.
Islam tidak mengakui kasta yang membedakan orang menurut kelompok mereka.
Islam mengajarkan kesejahteraan dan persamaan.
Islam menyebar sangat dengan damai.
Kekuatan dalam bidang politik pada pedagang Muslim, kebanyakan dari mereka
dari kelas atas.
Muslim dianggap kuat dalam urusan militer.
Runtuhnya dalam suatu Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya merupakan
penyebab kuat bagi perkembangan pesat kerajaan Islam di wilayah Indonesia.
Islam telah mengajarkan bahwa ibadah dapat dilakukan di mana saja di mana
tempat itu suci dan tidak selalu harus menetap di daerah-daerah tertentu karena takut
tidak dilindungi oleh adanya Tuhan.
Untuk menyajikan dan merealisasikan otoritas suci di mana pengkhotbah menulis
teks yang dimengerti dan di hafalkan.
Islam mengajarkan moralitas penduduk asli.
Pengkhotbah pandai menyembuhkan obat, sehingga sangat populer di kalangan
masyarakat adat.
Tidak hanya menyebarkan oleh para pendatang agama Muslim dan pedagang Muslim, tetapi
seiring perjalanan waktu, kerajaan Islam bangkit dan mencapai masa kejayaan mereka.
Banyak masjid dan mushola telah didirikan sebagai tempat ibadah di berbagai tempat.
Kerajaan Islam pertama yang didirikan di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai dengan
Sultan Malik As-Saleh sebagai sultan pertama.
Nah berikut ini adalah daftar kerajaan-kerajaan Islam yang ada dan pernah eksis di kehidupan
masa lalu jaman kerajaan.
1. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Jawa. Menurut adat Jawa
kerajaan ini merupakan turunan dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak berdiri pada tahun
1475 dan runtuh pada tahun 1554.
Walaupun rentan waktu berdirinya yang tergolong singkat namun Kerajaan Demak
memberikan dampak yang begitu besar pada masanya salah satunya adalah penyebaran
agama Islam di pulau Jawa.
Kerajaan ini tercatat memiliki 5 raja yang pernah berkuasa yaitu Raden Fatah, Pati Unus,
Sultan Trenggono, Sunan Prawata dan Arya Penangsang. Pada masa kejayaannya kerajaan ini
menjadi kerajaan yang tak tersaingi di pulau Jawa khususnya.
Akhir dari Kerajaan Demak ditandai dengan tewasnya raja mereka yaitu Arya Penangsang di
tangan Sutawijaya anak angkat dari Joko Tingkir yang sebelumnya melancarkan
pemberontakan. Pemberontakan tersebut didasarkan atas perebutan kekuasaan yang akhirnya
dimenangkan oleh Joko Tingkir yang kemudian memindahkan kekuasaan Demak ke Pajang.
2. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon atau Kasultanan Cirebon adalah Kasultanan Islam yang cukup besar di
Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi. Kasultanan Cirebon pertama kali di didirikan pada
tahun 1430 dan penguasa atau Sultan pertama yang menjabat di kerajaan adalah Pangeran
Walangsungsang sebagai Sultan Cirebon I dan menjabat dari tahun 1430 – 1479.
Kemudian pada tahun 1479 Sultan Cirebon I menyerahkan jabatan dan kekuasaannya kepada
Sunan Gunung Jati yang tidak lain ada keponakannya sendiri dan menjabat sebagai Sultan
Cirebon II.
Sultan atau penguasa Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Sultan Abdul Karim yang
merupakan penguasa Kasultanan Cirebon terakhir sebelum terbagi menjadi dua yaitu
kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman.
3. Kerajaan Banten
Kesultanan Banten atau Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam di pulau Jawa tepatnya
di Pasundan, Banten pada tahun 1526. Sultan pertama yang memimpin kerajaan ini adalah
Sultan Maulana Hasanudin dan pemimpin terakhir dari Kasultanan Banten sebelum dipaksa
bubar oleh kolonial Inggris adalah Sultan Maulana Muhammad Syafiudin.
Raja atau sultan yang paling terkenal di Kesultanan Banten adalah Sultan Agung Tirtayasa
yang dimana masa kejayaan Kesultanan Banten terjadi di masa kepemimpinannya.
Kerapuhan dan akhir dari Kesultanan Banten terjadi akibat banyak faktor salah satunya
adalah adanya perang saudara yang terjadi di kerajaan dimana Sultan Haji anak dari Sultan
Ageng Tirtayasa berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dari tangan sang ayah.
Dari kejadian tersebut akhirnya berimbas pada pembubaran Kesultanan Banten pada tahun
1813 oleh pemerintah Inggris yang sedang berkuasa di Indonesia.
4. Kerajaan Aceh
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam di pulau Sumatera dengan
ibukota di Banda Aceh. Kesultanan Aceh Darussalam pertama kali dibentuk pada tahun 1496
setelah Sultan Ali Mughayat Syah dinobatkan sebagai Sultan untuk pertama kalinya dan
menjadi pemimpin pertama Kesultanan Aceh Darussalam.
Kerajaan ini terkenal dengan perlawanannya dan penolakannya terhadap imperialisme Eropa
yang dibawa para penjajah Nusantara pada waktu itu.
Dalam sejarah panjangnya kerajaan ini sudah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin
atau sultan sejak Sultan Ali Mughayat Syah. Dan pemimpin terakhir Kesultanan Aceh
Darussalam adalah Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah yang di mana pada masa
kepemimpinannya Kesultanan Aceh Darussalam harus terpaksa menyerahkan diri kepada
pihak penjajah Belanda pada waktu itu yaitu pada tahun 1903.
Kesultanan ini tercatat masuk dalam berbagai catatan Cina dan juga catatan dari seorang
pengembara terkenal Marco Polo yang dimana tertulis bahwa ia pernah singgah ke negeri
bernama Ferlec ( Peureulak) yang penduduknya sudah menganut ajaran Islam.
Sultan terakhir yang memimpin Kesultanan Peureulak adalah Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat dari tahun 1267 hingga 1292 sebelum Kerajaan atau
Kesultanan Peureulak akhirnya digabungkan dengan Kerajaan Samudera Pasai.
6. Kerajaan Banjar
Kesultanan Banjar berdiri sejak tahun 1520 dan bertahan hingga tahun 1905. Sultan atau
pemimpin pertama dari Kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah yang dilantik pada tahun
1526 dan memimpin hingga tahun 1550.
Masa keemasan dari Kesultanan Banjar terjadi sejak periode awal tahun 1526 hingga 1787
yang dimana kerajaan ini terkenal akan aktivitas pertanian dan juga agensi militernya.
Pada tahun 1860, Belanda secara langsung membubarkan Kesultanan Banjar yang
mengharuskan Kesultanan Banjar ditiadakan kembali. Namun sejarah mencatat bahwa
pemerintahan Banjar tetap ada hingga tahun 1905 yang dimana rakyat Banjar meyakini
adanya pemerintahan darurat. Pemimpin atau sultan terakhir Kerajaan Banjar adalah Sultan
Muhammad Seman.
Masa kejayaan Kesultanan Mataram terjadi dibawah kepemimpinan Sultan Agung. Mataram
Islam sendiri mulai mengalami kemunduran sejak masa kepemimpinan Amangkurat I dan
akhir masa kejayaan Mataram Islam terjadi saat kepemimpinan Amangkurat II.
8. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah dengan raja pertama
yang berkuasa yaitu Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Kerajaan ini pertama kali berdiri pada
tahun 1548 setelah Hadiwijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang.
Tercatat kerajaan ini hanya mampu bertahan dalam kurun waktu yang singkat yaitu dari 1548
hingga 1586.
Dibalik masa kejayaannya yang hanya sebentar Kerajaan Pajang memiliki tiga raja yang
pernah berkuasa yakti Hadiwijaya atau Joko Tingkir sebagai pendiri serta raja pertama,
kemudian dilanjutkan oleh Arya Pangiri dan yang terakhir kekuasaan disi oleh Pangeran
Buwana atau Prabuwijaya.
Setelah sepeninggal Pangeran Buwana tidak ada penerus tahta kerajaan yang membuat
Kerajaan Pajang mengalami kekosongan kekuasaan dan akhirnya digabungkan dengan
Mataram Islam dibawah kepemimpinan Sutawijaya.
Tercatat Kesultanan Samudera Pasai berdiri sejak1267 hingga 1521. Sebab runtuhnya
kerajaan ini diakibatkan adanya perang saudara yang terjadi untuk memperebutkan kekuasaan
serta datangnya Portugis ke Nusantara.
Pada tahun 1521 Portugis berhasil meruntuhkan Kesultanan Samudera Pasai dan pada tahun
1524 wilayah kerajaan Samudera Pasai masuk ke dalam wilayah kesultanan Aceh.
Kerajaan Malaka terkenal sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan di selat Malaka
sekitar abad 15. Runtuhnya Kesultanan Malaka akibat dari invasi Portugis pada tahun 1511
dan peristiwa tersebut menjadi salah satu awal mula invasi militer Eropa ke Nusantara.
Masa kejayaan Kesultanan Ternate terjadi sekitar abad ke 16 dimana kerajaan ini memiliki
kekayaan hasil dari rempah-rempah dan juga kekuatan pasukan militernya. Setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1945, Kesultanan Ternate memilih bergabung dengan Indonesia pada
tahun 1950.
Tercatat ada beberapa nama pemimpin ternama di Kesultanan Maluku yaitu Baab Mashur
Malamo, Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah, dan Sulan Mudaffar Syah II yang terakhir
kali memimpin tahun 2015 silam.
Tercatat ada lebih dari 30 pemimpin di Kesultanan Gowa sejak awal berdirinya hingga akhir
riwayatnya. Sultan terakhir yang tercatat dalam sejarah kerajaan adalah Sultan Muhammad
Abdul Kadir Aiduddin.
Kesultanan Gowa sendiri saat ini sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia yang dimana
sejak tahun 1946 secara resmi Kesultanan Gowa masuk dalam NKRI.
Tercatat ada beberapa nama pemimpin ternama di Kesultanan Maluku yaitu Baab Mashur
Malamo, Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah, dan Sulan Mudaffar Syah II yang terakhir
kali memimpin tahun 2015 silam.
Masa kejayaan Kesultanan Tidore mulai goyah sejak diadu domba oleh pihak imperialisme
barat yang datang ke Nusantara dengan Kesultanan Ternate.
Kesultanan Tidore resmi bergabung sebagai bagian dari NKRI pada tahun 1950. Namun tahta
Kesultanan masih berlanjut hingga saat ini dan sultan yang menjabat saat ini adalah Sultan
Husain Syah.
Selanjutnya raja ke-6 Kerajaan Buton juga meminta salah satu ulama bernama Syeikh Abdul
Wahid untuk mengislamkan dirinya.
Tercatat dalam sejarah bahwa Kesultanan Buton telah berdiri hingga tahun 1960 sebelum
akhirnya ikut bergabung kedalam NKRI. Sudah puluhan kali Kesultanan Buton berganti
kepemimpinan bahkan hingga saat ini masih terjadi dan Sultan yang memimpin untuk saat ini
adalah La Ode Muhammad Izat Manarfa.
TUGAS 3
Kesenian Islam Indonesia sebenarnya sangat minim bila dibandingkan dengan kesenian Islam
di Negara lain. Hal ini disebabkan Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai sehingga
seni Islam harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan lama, dan Nusantara adalah negeri
yang merupakan jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih
mementingkan masalah perdagangan daripada kesenian. Walaupun demikian, Islam datang
ke nusantara membawa tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan.
Kesenian-kesenian Islam yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut;
1. Batu Nisan
Kebudayaan Islam dalam bidang seni mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu
nisan. Di Pasai masih dijumpai batu nisan makam Sultan Malik al-Saleh yang wafat tahun
1292. Hal yang dapat dicermati pada batu nisan ini dan merupakan indikator Persia yakni
aksara yang dipahatkan pada batu nisan merupakan aksara shulus yang cirinya berbentuk
segitiga pada bagian ujung. Gaya aksara jenis ini berkembang di Persia sebagai suatu
karyaseni kaligrafi. Batu nisan Sultan Malik as-Saleh terdiri dari pualam putih yang di ukir
dengan tulisan Arab yang sangat indah berisikan ayat al-Qur`an dan keterangan tentang orang
yang dimakamkan serta hari dan tahun wafatnya. Makam-makam yang serupa dijumpai pula
di Jawa, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
Indikator Persia lain ditemukan pada batu nisan Na‘ina Husam al-Din berupa kutipan syair
yang ditulis penyair kenamaan Persia, Syaikh Muslih al-din Sa‘di (1193-1292 Masehi).
Ditulis dalam bahasa Persia dengan aksara Arab. Batu nisan ini bentuknya indah dengan
hiasan pohon yang distilir (disamarkan) dan hiasan-hiasan kaligrafi yang berisikan kutipan
syair Persia dan kutipan al‘Quran II: 256 ayat Kursi. Terkadang nisan-nisan ini juga dipahat-
kan di atasnya kalimat-kalimat bernafaskan sufi, misalnya “Sesungguhnya dunia ini fana,
dunia ini tidaklah kekal, sesungguhnya dunia ini ibarat sarang laba-laba”, dan lain
sebagainya.
Meskipun pada umumnya nisan yang kebanyakan dipesan dari gujarat ini bercorak persia,
namun bentuk-bentuk nisan kemudian hari tidak selalu demikian. Pengaruh kebudayaan
setempat sering mempengaruhi, sehingga ada yang bentuknya teratai, keris, atau bentuk
gunungan seperti gunungan pewayangan. Namun, kebudayaan nisan ini tidak berkembang
lebih lanjut.
4. Seni Ukir
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Dalam sebuah riwayat
disebutkan, Berkata Said ibn Hasan: “Ketika saya bersama dengan Ibn Abbas datang seorang
laki-laki, ia berkata: “Hai Ibn Abbas, aku hidup dari kerajinan tanganku, membuat arca
seperti ini.” Lalu Ibn Abbas menjawab, “Tidak aku katakan kepadamu kecuali apa yang telah
ku dengar dari Rasulullah saw. Beliau bersabda, “Siapa yang telah melukis sebuah gambar
maka dia akan disiksa Tuhan sampai dia dapat memberinya nyawa, tetapi selamnya dia tidak
akan mungkin memberinya nyawa.” Hadits di atas secara eksplisit melarang melukis apapun
yang menyerupai makhluk yang hidup, apalagi manusia.
Pada masa-masa awal Islam di Indonesia, ternyata larangan ini diikuti, meskipun di Persi dan
India hal itu tidak dihiraukan. Oleh sebab itu, ketika Islam baru datang ke Indonesia, terutama
ke Jawa, ada kehati-hatian para penyiar agama. Banyak candi-candi besar, -termasuk candi
Borobudur- ditimbun dengan tanah (baru kemudian pada zaman Belanda ditemukan dan di
gali kembali) supaya tidak mengganggu para muallaf.
Kesenian ukir harus disamarkan, sehingga seni ukir dan seni patung menjadi terbatas kepada
seni ukir hias saja. Untuk seni ukir hias, orang mengambil pola-polaberupa daun-daun,
bunga-bunga, bukit-bukit, pemandangan, garis-garis geometri, dan huruf Arab. Pola ini kerap
digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup (biasanya binatang), bahkan juga
untuk gambar manusia. Menghias masjid pun ada larangan, cukup tulisan-tulisan yang
mengingatkan manusia kepada Allah dan Nabi serta firman-firman-Nya. Salah satu masjid
yang dihiasi dengan ukiran-ukiran adalah Masjid Mantingan dekat Jepara berupa pigura-
pigura yang tidak diketahui dari mana asalnya (pigura-pigura itu kini dipasangkan pada
tembok-tembok masjid).
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau
pada pintu dan tiang. Gapura-gapura banyak dihiasi dengan pahatan-pahatan indah, seperti
gapura di Tembayat (Klaten) yang dibuat oleh Sultan Agung Mataram (1633), sedangkan
hiasan yang mewah terdapat pada gapura di Sendang duwur yang polanya terutama berupa
gunung-gunung karang, didukung oleh sayap-sayap yang melebar melingkupi seluruh pintu
gerbangnya, dibawah sayap sebelah kanan tampak ada sebuah pola yang mengandung makna
berupa sebuah pintu bersayap.
TUGAS 4
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat
kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-
abad oleh Portugisbersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi
Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati
Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke
Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati
oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus
atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun
1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja
Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di
bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di
India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai
kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di
museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli
sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five
Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah,
menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu
mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan
igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer,
dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan
Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin
langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan
kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu
Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai
Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat
rempah-rempah.
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi
Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera,
Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk
menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian
diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat
rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang
sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu
tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta
Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di
Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco
Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku.
Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan
nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara
hingga tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak
sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara,
khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara
Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada
waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d’Abreu dan
Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka
menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat – seperti dengan Kerajaan
Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula
Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah
ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus
melakukan penyebaran agama Kristen. Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis
Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba
pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan
Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir
pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat
Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan
kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk
menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada
Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram,
dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah
Maluku. Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun
1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah
kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di
Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC
tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu
orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512
membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol
maka daerah Sulawesi utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660).
Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah
Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang
VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian
Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali
dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis
de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis
berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena
keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan
rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir
Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat
kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh
Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin
oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau
Timor.
Kolonisasi Spanyol
Ferdinand Magelhaens (kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh inilah, yang
memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi
bulat, saat itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad
oleh Spanyol bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis,Inggris dan Belanda.
Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik,
melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan
ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati
oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui samudera.
Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago—yang
terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar
kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13 Desember, mereka
mencapai Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf, yang
mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro yang indah untuk perbaikan dan
mengisi perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan ke selatan ke tempat yang sekarang
adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke
samudera lain. Sementara itu, udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya,
pada tanggal 31 Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di
pelabuhan San Julián yang dingin.
Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran
Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali—dan belum terlihat satu selat
pun! Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan pria-pria, termasuk
beberapa kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin pulang saja. Tidaklah
mengherankan bila terjadi pemberontakan. Namun, berkat tindakan yang cepat dan tegas di
pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua pemimpin pemberontak tersebut tewas.
Kehadiran kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang kuat—
dan berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini,
para pengunjung tersebut menyebut daratan itu Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti
“kaki besar”—hingga hari ini. Mereka juga mengamati ‘serigala laut sebesar anak lembu,
serta angsa berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki
paruh seperti gagak’. Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah anjing laut dan pinguin!
Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan sebelum
musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnya—Santiago yang kecil.
Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu. Setelah itu,
keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat kecil bersayap yang terpukul di tengah
arus laut yang membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke
perairan yang semakin dingin—hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air
hujan yang membeku, semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya!
Akhirnya, mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat
Magelhaens! Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio dengan sengaja
menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.
Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara tebing-tebing
berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang berkelok-kelok itu. Merek
mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan, kemungkinan dari perkemahan orang
Indian, jadi mereka menyebut daratan itu Tierra del Fuego, “Tanah Api”.
Tiba di Pilipina Magelhaens mengajak para penduduk lokal dan pimpinan mereka untuk
memeluk agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi bencana, dimana kemudian ia
terlibat dalam pertikaian antarsuku. Hanya dengan dibantu kekuatan 60 pria, ia menyerang
sekitar 1.500 penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa meskipun harus melawan senapan
busur, senapan kuno, namun Tuhan akan menjamin kemenangannya. Akan tetapi yang terjadi
adalah Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya tewas. Magelhaens pada saat itu berusia
sekitar 41 tahun. Pigafetta yang setia meratap, ‘Mereka membunuh cerminan, penerang,
penghibur, dan penuntun sejati kita’. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya
menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya bersahabat.
Dikarenakan jumlah awak kapal yang tersisa hanya sedikit, sehingga tidak mungkin untuk
berlayar menggunakan tiga kapal, mereka kemudian menenggelamkan Concepción dan
berlayar dengan dua kapal yang masih tersisa, Trinidad dan Victoria ke tujuan terakhir
mereka, yaitu kepulauan Rempah. Setelah ke 2 kapal tersebut diisi penuh dengan rempah-
rempah, kemudian kedua kapal itu kembali berlayar secara terpisah. Akan tetapi salah satu
dari ke 2 kapal tersebut,Trinidad tertangkap oleh Portugis dan kemudian awak kapalnya
dipenjarakan.
Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput.
Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko melewati rute
Portugal mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan
merupakan strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada tanggal 6
September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan mereka—hanya 18 pria yang sakit dan
tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun demikian, tidak dapat dibantah bahwa
merekalah orang pertama yang berlayar mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun
menjadi pahlawan. Sungguh suatu hal yang menakjubkan, muatan rempah Victoria seberat 26
ton menutup ongkos seluruh ekspedisi!
Ketika satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan
perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali, hanya 18 orang laki-laki dari 237 laki-laki
yang berada di kapal pada awal keberangkatan. Di antara yang selamat, terdapat dua orang
Itali, Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus. Martino de Judicibus (bahasa Spanyol:
Martín de Judicibus) adalan orang dari Genoa[1] yang bertindak sebagai Kepala Pelayan. Ia
bekerja dengan Ferdinand Magellan pada perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat
ke Kepulauan Rempah-rempah Indonesia. [2] Sejarah perjalanannya diabadikan dalam
pendaftaran nominatif pada Archivo General de Indias di Seville, Spanyol. Nama keluarga ini
disebut dengan patronimik Latin yang tepat, yakni: “de Judicibus”. Pada awalnya ia
ditugaskan pada Caravel Concepción, satu dari lima armada Spanyol milik Magellan.
Martino de Judicibus memulai ekspedisi ini dengan gelar kapten. (baca selengkapnya dalam
buku “Sejarah Kolonial Spanyol di Indonesia” oleh David DS Lumoindong.
Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua
sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut kapal-kapal
Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano. Hubungan musafir
Spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran
(sekarang kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo. Perdagangan barter berupa beras, damar,
madu dan hasil hutan lainnya dengan ikan dan garam.
Gudang Kopi Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena kesuburan
tanahnya dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari Amerika-Selatan
untuk dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di- bangun Manado sebagai menjadi pusat niaga
bagi pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan Cina. Nama Manado dicantumkan
dalam peta dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541. Manado juga menjadi
daya tarik masyarakat Cina oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat pedalaman
Manado dan Minahasa. Para pedagang Cina merintis pengembangan gudang kofi (kini
seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi daerah pecinan dan pemukiman. Para pendatang
dari daratan Cina berbaur dan berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk
masyarakat pluralistik di Manado dan Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan
Belanda.
Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan niaga yang
dilakukan Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate .
Untuk itu Portugis melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado dan
Minahasa pada 1563 dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba Adu
Pengaruh di Laut Sulawesi
Antara Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan Tafure. Kemudian
kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh pelaut Minahasa. Waktu itu terjadi
persaingan Portugis dan Spanyol dimana Spanyol merebut kedua pulau tersebut. Pandey asal
Tombulu yang menjadi raja di pulau itu lari dengan armada perahunya kembali ke Minahasa,
tapi karena musim angin barat lalu terdampar di Gorontalo. Anak lelaki Pandey bernama
Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba di Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat menjadi
panglima perang karena dia ahli menembak meriam dan senapan Portugis untuk melawan
penyerang dari Mongondouw di wilayah itu. Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang
Ternate dengan nama “Watasina” karena ketika diserang armada Kora-kora Ternate untuk
menhalau Spanyol dari wilayah itu (buku “De Katholieken en hare Missie” tulisan A.J. Van
Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis dan Spanyol bersekongkol membunuh raja Ternate
sehinga membuat keributan besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang Islam Ternate dan
Tidore lari ke Ratahan. Serangan bajak laut meningkat di Ratahan melalui Bentenan, bajak
laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung. Para budak tawanan bajak laut lari ke
Ratahan ketika malam hari armada perahu bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan.
Kesimpulan sementara yang dapat kita ambil dari kumpulan cerita ini adalah Penduduk asli
wilayah ini adalah Touwuntu di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai Toulumawak di
pegunungan, mereka adalah keturunan Opok Soputan abad ke-tujuh. Nama Opo’ Soputan ini
muncul lagi sebagai kepala walak wilayah itu abad 16 dengan kepala walak kakak beradik
Raliu dan Potangkuman. Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari penduduk asli dan para
pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan tawanan bajak
laut mungkin dari Sangihe.
[sunting] Perjuangan Minahasa Melawan Spanyol
Ratu Oki berkisar pada tahun 1644 sampai 1683. Waktu itu, terjadi perang yang hebat antara
anak suku Tombatu (juga biasa disebut Toundanow atau Tonsawang) dengan para orang-
orang Spanyol. Perang itu dipicu oleh ketidaksenangan anak suku Tombatu terhadap orang-
orang Spanyol yang ingin menguasai perdagangan terutama terhadap komoditi beras, yang
kala itu merupakan hasil bumi andalan warga Kali. Di samping itu kemarahan juga
diakibatkan oleh kejahatan orang-orang Spanyol terhadap warga setempat, terutama kepada
para perempuannya. Perang itu telah mengakibatkan tewasnya 40 tentara Spanyol di Kali dan
Batu (lokasi Batu Lesung sekarang – red). Naasnya, di pihak anak suku Tombatu, telah
mengakibatkan tewasnya Panglima Monde bersama 9 orang tentaranya. Panglima Monde
tidak lain adalah suaminya Ratu Oki. Menurut yang dikisahkan dalam makalah itu, Panglima
Monde tewas setelah mati-matian membela istrinya, Ratu Oki.Menurut P.A. Gosal, dkk.,
dalam masa kekuasaan Ratu Oki, anak suku Toundanow (sebutan lain untuk anak suku
Tombatu atau Tonsawang) yang mendiami sekitar danau Bulilin hidup sejahtera, aman dan
tenteram. “Atas kebijaksanaan dan kearifannya memimpin anak suku Toudanow maka Ratu
Oki disahkan juga sebagai Tonaas atau Balian. Selama kepemimpinnan Ratu Oki, Spanyol
dan Belanda tidak pernah menguasai atau menjajah anak Toundanow,”
Perang Minahasa lawan Spanyol
Para pelaut awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur dengan
masyarakat. Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa, sehingga keturunan mereka
menjadi bersaudara dengan warga pribumi.
Tahun 1643 pecah perang Minaesa Serikat melawan kerajaan Spanyol. dalam suatu
peperangan di Tompaso, pasukan spanyol dibantu pasukan Raja Loloda Mokoagouw II
dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minaesa, dikejar hingga dipantai tapi
Tahun 1694 dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda Mokoagouw II
dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minahasa, dikejar hingga ke pantai
tapi dicegah dan ditengahi oleh Residen V.O.C. Herman Jansz Steynkuler. Pada tahun 1694
bulan September tanggal 21, diadakanlah kesepakatan damai, dan ditetapkan perbatasan
Minahasa adalah sungai Poigar. Pasukan Serikat Minaesa yang berasal dari Tompaso
menduduki Tompaso Baru, Rumoong menetap di Rumoong Bawah, Kawangkoan mendiami
Kawangkoan bawah, dan lain sebagainya.
Pada pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi lama
kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja menjadi pejabat
pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi pejabat wilayah setingkat ‘camat’.
TUGAS 5
Kolonisasi VOC
A. Terbentuknya VOC
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh
pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur
Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah
diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh
Parlemen Belanda pada tahun1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadapperdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan
terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-
orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya,
ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan
Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian
mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang
bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini,
dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpinMataram dan Banten.
B. Tujuan Dibentuknya VOC
-Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda untuk
keuntungan maksimal.
-Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan,baik dengan bangsa-
bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
-Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol.
C. Hak – hak Istimewa VOC
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa VOC diberi hak-hak istimewa (Hak
Oktroi) oleh pemerintah Belanda :
Memonopoli perdagangan
Mendirikan benteng
a).Verplichte Laverantie : Yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yg telah
ditetapkan oleh VOC,dan melarang rakyat menjual hasil buminya selain kepadaVOC.
b).Contingenten : Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
c).Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh
ditanam.
d).Ekstirpasi: Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah- rempah agar tidak terjadi
over produksi yg dapat menyebabkan harga rempah-rempah merosot.
e).Pelayaran Hongi : Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk
mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
Beberapa gubernur jendral VOC yang dianggap berhasil dalam mengembangkan usaha
dagang dan kolonisasi VOC di Nusantara antara lain :
F. Kemunduran VOC
Kemunduran dan kebangkrutan VOC terjadi sejak awal abad ke-18 disebabkan oleh :
1.Banyak korupsi yg dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC.
2.Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat makin luasnya wilayah kekuasaan VOC.
4.Persaingan dengan konsi dagang negara lain,misalnya dengan EIC milik Inggris.