Anda di halaman 1dari 19

KEBUDAYAAN INDONESIA MASA PRAAKSARA

Dosen Pengampu :

Nursiah, S.Pd., M.Pd

NIP : 197612312005012002

Disusun oleh :

Reka andani (2006101020023)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah Swt yang sudah membagikan nikmat serta nikmat rahmat-
Nya kepada penulis sehi ngga penulis serta kelompok bisa menuntaskan tugas makalah ini yang
bertajuk “ Sejarah Kebudayaan Indonesia”. Shalawat dan salam mudan- mudahan senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang dimana berkat pengorbanan serta perjuangan
dia kita bisa terbebas dari peradapan jahiliyah serta beranjak ke peradapan yang berilmu
pengetahuan semacam dikala ini.

Penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar – besar nya kepda Ibu Nursiah, S.Pd.,M.Pd
sebagai dosen pengampu yang sudah memusatykan sehingga saya bisa memantaskan makalah ini
tepat waktu.

Banda Aceh, 02 Desember 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah  

Masa pra-aksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Maka masa pra-
aksara sering dikaitkan sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa pra-aksara
disebut sebagai kehidupa manusia purba. Manusia muncul dipermukaan bumi kira-kira 3 juta
tahun yang lalu

bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala
plestosen. Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal. Karena belum
ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupan manusia purba dapat
diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil, artefak, abris saus roche, Kejokken
Moddinger dan lainnya. Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial, wilayah
Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur
menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada persamaan kehidupan flora
dan fauna di Asia dan Australia dengan wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah
Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia.
Misalnya, gajah, harimau, banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di
wilayah bagian timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Australia,
seperti burung Cendrawasih. Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami
kenaikan. Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia
maupun Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia
disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur
dengan Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan-perubahan itu sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia. Menurut para
ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah Yunan terletak di daratan Asia
Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan
pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu - hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke
Indonesia dilakukan secara bergelombang.

Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM 1500 SM dengan menggunakan perahu
bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM - 500 SM dengan
menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh
pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang
terdesak ke selatan oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat. Sementara, para ahli yang lain
memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti: Prof. Dr. H.
Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di
kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa
- bahasa yang digunakan di daerah - daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama,
yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai
daerah - daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama binatang
dan alat - alat perang. Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau peninggalan
kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalan -
peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia. Prof. Mohammad Yamin berpendapat
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini
didasarkan pada penemuan fosil - fosil dan artefak - artefak manusia tertua di Indonesia dalam
jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und
Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri.
Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan
bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah nenek
moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba? Hogen berpendapat bangsa yang mendiami
daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan
kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua)
menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM - 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro
Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM - 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan,
Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan
menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek moyang bangsa
Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit
hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini hingga sekarang menempati daerah - daerah
Indonesia bagian timur dan daerah - daerah Australia.
B. Perumusan Masalah

 ejalan dengan latar belakang diatas , saya akan merumuskan masalah berikut.
 Apa itu zaman pra-aksara ?
 Apakah manusia purba memiliki jenis ?
 Apakah manusia purba memiliki kebudayaan dan peralatan untuk digunakan ?
 Bagaimana sistem kepercayaan manusia purba ?
 Bagaimana persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia ?

C. Tujuan

 Sejalan dengan perumusan diatas , makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui 
 Definisi zaman pra-aksara
 Ciri - ciri manusia purba
 Kebudayaan manusia purba
 Sistem kepercayaan manusia purba
 Persebaran yang terjadi di Indonesia
BAB II
I. Pengertian zaman praaksara

Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Praaksara
disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman Praaksara
dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa
Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah
adanya tulisan.

Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia
tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir +
tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir
sudah memasuki zaman sejarah Gambar berikut: Hubungan zaman praaksara dan zaman sejarah
Sumber informasi zaman praaksaraSumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
kehidupan zaman praaksara:

1. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena adanya proses kimiawi. Fosil
merupakan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan peninggalan masa lampau
yang sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di dalam tanah. Contoh fosil antara lain fosil
manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

2. Artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari
batu, tulang, kayu dan logamGambar artefak dari batu Pembabakan zaman praaksara

II. Jenis – Jenis Manusia Purba

Kita semua mengenal dalam sejarah bahwa jenis-jenis manusia purba memiliki banyak suku dan
ras. Terlepas dari kontroversi bahwa manusia berasal dari kera yang dianut dalam teori evolusi,
namun 10 jenis manusia purba di Indonesia berikut ini bisa menjadi bahan referensi bagi kita.
Pada masa nya, bagi seorang peneliti, bila menjadi penemu pertama dalam fosil ataupun bukti
sejarah lainnya adalah merupakan kebanggaan. Mungkin juga terjadi pada masa sekarang ini.
Secara umum manusia purba terbagi kedalam 3 kelompok yaitu

Meganthropus(Manusia Besar),Pitecanthropus(Manusia Kera Berjalan Tegak) dan Homo


(Manusia Cerdas). Fosil yang ditemukan tersebut terdapat di beberapa wilayah di Indonesia.
Wilayah tersebut sudah diberikan ketetapan seperti halnya perkembangan wilayah di indonesia.
Jenis jenis manusia purba dan penemunya bisa kita lihat dalam ulasan seperti dibawah ini yang
dikutip dari beberapa sumber. Namun perlu diingat pula bahwa ulasan ini bukan merupakan
landasan teori ataupun diperuntukkan untuk kepentingan ilmiah, ini hanya merupakan opini dan
pendapat pribadi yang mudah-mudahan memberikan manfaat bagi kita semua. Macam Nama
Manusia Purba Di Indonesia dan Penemunya, sebagai berikut:

1. Meganthropus Palaeojavanicus

oleh seorang arkeolog dari negeri Belanda bernama Van Koenigswald. Dia pertama kali
menemukan fosil ini di daerah Sangiran pada tahun 1936. Manusia purba di Indonesia tidak
seperti jenis jenis manusia purba di dunia. Pada era tersebut paling banyak fosil ditemukan dalam
kondisi seperti orang Barat. Maka ketika arkeolog menemukan fosil yang berbeda dari
sebelumnya, membangkitkan gairah ilmiah di kalangan arkeolog untuk lebih mendalami tentang
fosil manusia purba yang ditemukan di indonesia. Diperkirakan manusia besar ini hidup antara 1
juta dan 2 juta tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dari fosil dengan teknik peluruhan karbon.
Sehingga usia dari fosil tersebut bisa kita ketahui. Dengan adanya sifat waktu paruh itu, banyak
sekali fosil, batuan dan elemen lainnya yang bisa kita perkirakan umurnya. Bahkan umur Bumi
yang kita cintai ini bisa kita perkirakan dengan waktu paruh dari unsur karbon pada material atau
zat.

Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai ciri :

 Memiliki tulang pipi yang tebal,


 Memiliki otot rahang yang kuat,
 Tidak memiliki dagu,
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam,
 Memiliki tulang kening yang menonjol, Memiliki perawakan yang tegap,rahang bawah
Meganthropus, Sangir memakan tumbuh-tumbuhan, dan hidup berkelompok dan
berpindah-pindah.
2. Pitecanthropus Erectus

Manusia purba ini hidup di wilayah Indonesia pada 1-2 juta tahun yang lalu. Wilayah
Indonesia yang menurut sejarah arkeologi, pernah beberapa kali mengalami bencana alam
Indonesia. Dari mulai hal yang bersifat mengikat hingga membuat wilayah indonesia terdiri dari
bermacam macam pulau. Doktor dari Belanda bernama Eungene Dubois adalah penemu
pertama manusia disini. Ciri khas dari Pitecanthropus adalah:

 Berjalan tegak, tetapi dalam struktur tengkoraknya mirip dengan struktur kera. Maka
dikenal juga dengan manusia kera berjalan tegak.
 Dengan struktur tengkorak mirip kera, maka dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
 Menyebabkan tingkat kecerdasan jenis manusia purba ini hampir sama namun diatas
dengan insting hewan.
 Pitecanthropus merupakan bangsa atau kaum pengumpul makanan (Food Gathering).
 Kehidupan primitif pada masa itu tidak akan jauh berbeda dengan kehidupan kera di
masa modern. Jenis manusia purba ini sangat di elukan oleh kalangan materialis, karena
merupakan bukti adanya mahluk transisi yang menguatkan teori evolusinya Charles
Darwin.

Memiliki ciri berbadan tegak dan kemungkinan besar terbesar pula pada masa nya. Dengan
ukuran otak yang masih kecil dibanding mahluk lainnya maka didapatkan hasil yang cukup
mengagetkan bahwa dalam keadaan mengumpulkan makanan dan keperluan bumil, terdapat
jejak yang menunjukkan rapat kelompok, ari air jangheh.
3. Pitecanthropus Soloensis

Merupakan jenis-jenis manusia purba yang berasal dari solo tepatnya area ngandong. Selain
dari aspek daratan, terdapat batas wilayah laut di Indonesia yang bagi negara kita sangat penting.
Hal ini dikemukakan dalam batas laut Indonesia yang sudah menjadi ketetapan di kalangan
internasional. Adapun ciri dari Pitecanthropus Erectus adalah :

 Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.


 Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
 Tinggi sekitar 165
 180 cm.
 Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).
 Memiliki rahang bawah yang kuat.
 Memiliki tulang pipi yang tebal.
  Tulang belakang menonjol dan tajam.
 Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
4. Pitecanthropus Mojokertensis

Dalam hal yang dilakukan tanpa perlu mendalami jenis jenis manusia purba dan gambarnya,
kita bisa tahu bahwa Eungene Dubois berhasil menjadi penemu fosil jenis ini di wilayah
Mojokerto, sehingga beliau menamai fosil penemuannya menjadi sebuah temuan besar abad ini.
Penggalian yang dilakukan di Mojokerto ini mau tidak mau merusak tulang tulang nya. Beberapa
bagian nya menjadi hancur sehingga beberapa detil tidak terselamatkan sempurna. 10 Jenis Jenis
Manusia Purba Di Indonesia ini bisa menjadi bahan wawasan buat pribadi maupun siswa ajar.

ciri ciri manusia purba di indonesia pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan manusia
modern. Mudah-mudahan berhasil bagi anda yang sedang menambah wawasan dengan
membaca-baca artikel seperti ini. Hal ini perlu ditegaskan kembali bahwa konten dari manusia
purba ini bukan merupakan sumber ilmiah kepustakaan. Lebih baik bila membutuhkan pustaka
tentang manusia purba, jenis jenis manusia purba dan penjelasannya bisa menjadi solusi
permasalahan anda.

5. Homo Floresiensis
Dari awal kita sudah meminjam berbagai tautan kata dari sumber. Untuk jenis homo ini memiliki
kebiasaan dan gaya hidup yang kurang lebih sama dengan manusia sekarang. Bahkan

pada masa itu jenis homo memiliki kesatuan dalam hal bertindak secara ciri-ciri manusia sebagai
makhluk ekonomi. Pada masa tersebut tidak menggunakan alat-alat canggih, tetapi menggunakan
batu sederhana yang kemudian di hampelas . Kedua, manusia jenis Homo ini sudah sadar akan
keberadaan kita, atau manusia di sekitarnya. Sehingga akan timbul kesamaan ras.

Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena peneliti Belanda tersebut tidak menamakan
fosil penemuannya dengan namanya, tetapi menggunakan nama tempat pada waktu penggalian
arkeologisnya. Nama lain dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan
seksual antara sesama laki-laki/ secara umum manusia jenis homo ini memiliki ciri khas :

 Muka lebar dengan hidung yang lebar;


 Mulutnya menonjol;
 Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
 Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;
 Tingginya 130 -210 cm;
 Berat badan 30- 150 kg;
 Hidupnya sekitar 40.000 - 25.000 tahun yang lalu

6. Homo Wajakensis

Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari Wajak. Perselisihan antar kelompok masih
menjadi masalah pada masa purba menjadikan tiap daerah memiliki bentuk fosil yang berbeda-
beda pula. Kita hanya bisa memperkirakan seperti apa kehidupan sosialnya. Namun para ahli
telah meneliti pengaruh letak geografis Indonesia terhadap keadaan
 

alam dan iklim. Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan, kehidupan sosial manusia purba bisa
jadi tidak berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal berkomunikasi.

Di Wajak inilah, yang bila di gambarkan dekat daerah Tumenggung Jawa Timur, pada tahun
1889 Eungene Dubois menemukan fosil manusia purba asli Indonesia. Penemuan ini merupakan
penemuan penting, karena seolah menemukan keping puzzle yang hilang yang membuktikan
adanya hubungan manusia dengan kera. Fosil-fosil manusia purba di Indonesia menjadi jembatan
penghubung itu. Seperti dikemukanan dalam teori Darwin dalam bukunya ‘The Descent Of
Man’(asal usul manusia)

III. Perkembangan corak dalam kehidupan dan peralatan yang digunakan manusia purba

A. Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

 Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal kehidupan manusia.Pada masa ini
manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya dengan berburu dan mengumpulkan makanan.

B. Kehidupan Manusia Pada Masa Bercocok Tanam dan Beternak

Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi.
Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut
ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food gathering ke food producing
merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu menjadi
bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia
sekarang. Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk
menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah
halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu berbentuk persegi,
gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna
kehitam-hitaman.

 Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini banyak
ditemukan di Indonesia.Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman logam dan zaman
megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
C. Kehidupan Manusia Pada Masa Perundagian

Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin berkembang.
Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi,
manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa perundagian ditandai dengan
adanya kemunculan golongan undagi . Golongan ini terdiri atas orang-orang yang ahli dalam bidang
bidang tertentu seperti membuat rumah, peleburan logam, membuat gerabah, dan perhiasan.

D. Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

 Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal kehidupan manusia.Pada masa ini
manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya dengan berburu dan mengumpulkan makanan.

E. Kehidupan Manusia Pada Masa Bercocok Tanam dan Beternak

Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi.
Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut
ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food gathering ke food producing
merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu menjadi
bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia
sekarang. Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk
menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah
halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu berbentuk persegi,
gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna
kehitam-hitaman. Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis
kapak ini banyak ditemukan di Indonesia.Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman logam dan
zaman megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

F. Kehidupan Manusia Pada Masa Perundagian

  Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin berkembang.
Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi,
manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa perundagian ditandai dengan
adanya kemunculan golongan undagi . Golongan ini terdiri atas orang-orang yang ahli dalam bidang
bidang tertentu seperti membuat rumah, peleburan logam, membuat gerabah, dan perhiasan.
IV.Peralatan Manusia Purba Zaman Praaksara

 Kehidupan pra-aksara di Indonesia dapat pula dilacak melalui penemuan perkakas / alat yang
digunakan oleh manusia pada masa lalu tersebut. Di Indonesia, hingga kini masih sering ditemukan
perkakas-perkakas yang diperkirakan pernah digunakan oleh manusia purba. Berikut ini beberapa jenis
alat yang digunakan manusia purba dari masa praaksara yang pernah ditemukan di Indonesia.

a. Kapak Genggam

 Kapak genggam diperkirakan merupakan alat yang digunakan oleh manusia jenis Pithecanthropus
untuk berburu. Struktur dan bentuk alat ini masih sangat sederhana dan bagian yang tajam hanya
terdapat di satu sisi saja. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam. Alat ini pernah ditemukan di
Trunyan (Bali), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Kalianda (Lampung).

b. Alat Serpih

 Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang. Alat
ini terbuat dari batu. Diperkirakan, alat ini merupakan serpihanserpihan dari batu yang dibuat sebagai
kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge
(Flores).

c. Kapak Persegi

 Kapak persegi merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh manusia untuk mencangkul,
memahat, dan berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk segi empat yang kedua sisinya diasah
halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang untuk tangkai. Sementara pangkal lainnya
adalah bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, mulai dari
Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.

d. Kapak Lonjong

 Kapak lonjong merupakan kapak yang bentuknya lonjong. Pangkal kapak tersebut lebar dan tajam,
sedang ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat dari batu yang telah diasah hingga
halus. Kapak lonjong pernah ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

e. Menhir

 Menhir merupakan tugu batu yang tinggi. Diperkirakan menhir digunakan sebagai tempat pemujaan
oleh manusia prasejarah.

f. Dolmen

 Dolmen adalah meja yang terbuat dari batu, diperkirakan digunakan sebagai tempat menyimpan sesaji
untuk sesembahan manusia prasejarah.
g. Sarkofagus

 Sarkofagus adalah peti mati yang terbuat dari batu.

h. Arca

 Arca adalah batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.

i. Bejana Perunggu

 Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar spanyol
tanpa gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.

 j. Kapak Corong

 Kapak corong adalah kapak yang terbuat dari perunggu dan bentuk bagian atas mirip dengan corong.
Alat ini pernah ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.

V. Sistem kepercayaan Manusia Purba Masa perundagian

Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa
sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal
yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian,
benda- benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu.
Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara
hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi
sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu
dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang
banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka
tanpa dibekali dengan barang-barang mewah. Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami
perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi
berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang
dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat
pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang
mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman

atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah
terhadap hasil pertanian. Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari
masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya
memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis
kepercayaan: animisme dan dinamisme. 1) Animisme Dalam kepercayaan animisme, manusia
mempunyai anggapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini
bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib
atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati
suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa
dengan mantera dan memberi sesajen atau persembahan. 2) Dinamisme Kepercayaan dinamisme ini
perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang
meninggal, kemudian mendiami berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur
dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu- batu besar, dan lain-lain. Timbullah
kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih
hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme
(dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu akik, tombak, keris,
belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi
sesajen, dimandikan dengan air kembang. Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan
dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekadar kekuatan roh dan
makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada
kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta.
Kekuatan gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat diganggu-gugat, ya

kni hukum alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas

dihayati sebagai kekayaan batin spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan
dinamisme ini kemudian berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian
Islam. Benda-benda peninggalan zaman perundagian.

1). Bahan Perunggu Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin
Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Alat-alat perunggu pada zaman ini
antara lain :

a.  Nekara Nekara adalah gendering perunggu dengan membran satu. Berdasarkan hiasan yang
terdapat dalam beberapa nekara, benda ini diduga digunakan untuk memanggil roh para leluhur untuk
turun ke dunia dan member berkah dan memanggil hujan. Nekara ini ditemukan di Pejeng dan Bebrita
(Bali), Sumatera, NTT, Weleri, (Jawa Tengah), serta Banten.

b. Kapak Corong Disebut kapak corong karena kapak dari perunggu ini bentuknya seperti corong. Kapak
ini disebut jugakapak sepatu(karena berbentuk seperti sepatu). Fungsinya sama seperti kapak
sebelumnya . kapak ini ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Dan Papua.

c. Arca Perunggu Arca-arca berupa manusia dan binatang salah satunya ditemukan di Bangkinang (Riau).

d.Bejana Perunggu Bejana Perunggu Berbentuk kepis (wadah ikan pada pemancing). Barang ini telah
ditemukan salah satunya di Kerinci (Jambi).
e. Perhiasan

Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan
ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin,
kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda
yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin
yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya
sangat kecil bahkan tidak bisa.

dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut antara lain
Bogor, Malang, dan Bali. Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu
manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk upacara, bekal orang yang
meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik
mengalami perkembangan. Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada
masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik
memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di
Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor,
Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.

1)  Perunggu

Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam
pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk
beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang
sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa
arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Tempat ditemukan
arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.

2) Bahan Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang
diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggusebab
melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C. Alat-alat besi yang dihasilkan
antara lain:

1.Mata kapak bertungkai kayu

2.Mata pisau

3.Mata sabit

4.Mata Pedang
BAB III
Penutup

A . Kesimpulan

 Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang.


Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat untuk mencari hewan-hewan buruan, tetapi
sebaliknya mereka mulai menetap dan mengolah tanah disekitarnya untuk ditanami dengan
berbagai jenis tanaman yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka mulai menjinakan hewan-
hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya seperti kuda, kerbau, babi, sapi, anjing dan
sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini manusia sudah dapat menguasai alam lingkunagn
serta isinya.

Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal
di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan
tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami
perkembangan yang teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia lain.

Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada masyarakat
nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada
keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai
dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan yang
harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti gotong royong,
saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah
berkembang pada masyarakat pra aksara. Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :

1. Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat
babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa perundagian.

2. Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok
tanam, memakan waktu yang sangat panjang

 B.saran

Setelah mempelajari kehidupan manusia praaksara dan setelah Saya menyusun makalah ini Saya
memberi saran : 1.Kita haru bersyukur karena kita tidak perlu bersusah susah keras lagi untuk
mencari makanan kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan 2.Kita mempunyai rumah jika
ingin tinggal 3.masa kita sekarang adalah masa yang modren tentunya perlu disyukuri dan
dinikmati sesuai kebutuhan 4.Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan
langit dan bumi

DAFTAR PUSTAKA

http://herydotus.wordpress.com/2011/12/26/perkembangan-rekaman-tertulis/

http://muchlis-7a.blogspot.com/2012/01/manusia-pra-aksara.html
http://www.crayonpedia.org/mw/Bab_2._Kehidupan_Pada_Masa_Pra_Aksara_di_Indonesia_ -
_I_Wayan_Legawa_7.1

http://pelajargenerasiindonesiaku.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-teknologi- pa
da.html

http://temukan-jawaban.blogspot.co.id/2016/05/peralatan-manusia-purba-zaman- praaksara.html

Soekmono.R.1981. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I 

.Yogjakarta: Kanisius(anggota IKAPI) Djoened, Marwati Poesponegoro, Nugroho


Notosusanto.1993.

Sejarah Nasional Indonesia I 

. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


http://haristepanus.files.wordpress.com/2010/08/hasil-kebudayaan-masa-praaksara.pdf Supriatna,
Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo Media Pratama. Jakarta
Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai